Selasa, 29 Oktober 2013

23Agt

"Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

(Rut 1:1.3-6.14b-16.22; Mat 22:34-40)

"Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat
orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari
mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat
22:34-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Entah ada berapa aturan atau tata tertib yang telah dibuat dan
diberlakukan di Indonesia ini kiranya hanya para pakar hukum yang
mengetahuinya, sedangkan orang kebanyakan pada umumnya tidak
mengetahuinya. Begitu banyak aturan dan tata tertib dibuat dan
diberlakukan, namun dalam kenyataan pelaksanaan atau penghayatan boleh
dipertanyakan alias dengan seenaknya orang melanggar tata tertib atau
aturan tanpa merasa bersalah. Hemat saya semua aturan dan tata tertib
dibuat berdasarkan cintakasih dan dimaksudkan bagi orang yang
melaksanakannya hidup dan bertindak dalam rangka menghayati
cintakasih, sebagai aturan/hukum yang utama dan pertama. Maka marilah
kita hidup dan bertindak dalam cintakasih. Cintakasih sebagaimana
diajarkan oleh Yesus harus dihayati 'dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu', dan tentu saja
akhirnya juga 'dengan segenap kekuatan atau tenagamu'. Kita semua
diciptakan dan dibesarkan serta dididik dalam dan oleh cintakasih, dan
kiranya masing-masing dari kita juga merupakan 'yang terkasih', maka
jika kita menyadari dan menghayati hal itu kiranya hidup dan bertindak
dalam dan oleh cintakasih dapat kita hayati atau laksanakan dengan
mudah. Karena masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih' maka
bertemu dengan orang lain/siapapun berarti 'yang terkasih bertemu
dengan yang terkasih' dan dengan demikian secara otomatis saling
mengasihi. Barangsiapa tidak saling mengasihi berarti yang
bersangkutan mengingkari dirinya yang sejati. Marilah kita hadapi dan
sikapi aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh cintakasih, karena
dengan demikian kita tak merasa berat harus diatur sesuai dengan
aturan atau hukum yang berlaku.

·    "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku" (Rut 1:16), demikian
jawaban Rut kepada Naomi, yang minta Rut pergi bersama dengan iparnya.
Jawaban Rut ini kiranya dapat menjadi bahan mawas diri bagi kita
semua, khususnya bagi mereka yang disebut sebagai menantu. Kami
berharap kepada mereka yang menjadi 'menantu', khususnya rekan-rekan
perempuan yang telah menikah dan hidup mengikuti suaminya. Hendaknya
dibangun dan diperdalam relasi persaudaraan atau persahabatan sejati
dengan sang mertua maupun kakak-adik dari sang suami. Ikatan
persaudaraan ini memang bukan karena darah, melainkan karena Allah
yang telah memanggil anda untuk menanggapi sabdaNya dalam rangka
berpartisipasi dalam karya penciptaanNya dengan hidup berkeluarga
sebagai suami-isteri, yang saling mengasihi dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan.
Persaudaraan sebagai panggilan Allah kiranya lebih kuat dan handal
daripada persaudaraan karena darah. Maka dengan ini kami juga
mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepada Allah untuk
membangun dan memperdalam persaudaraan sejati; jauhkan aneka bentuk
permusuhan dan kebencian dalam diri kita masing-masing sebagai orang
yang beriman kepada Allah. Allah adalah Esa, maka  siapapun yang
beriman kepada Allah selayaknya hidup dalam persaudaraan atau
persahabatan sejati. Marilah kita perangi secara tuntas aneka bentuk
dan usaha yang ingin memecah belah kebersamaan kita. Kepada para
pemimpin kami harapkan senantiasa mengusahakan persaudaraan atau
persahabataan sejati, maka hendaknya aneka kebijakan sang pemimpin
sungguh merupakan motivasi untuk membangun dan memperdalam
persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang
harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya,yang
menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti
kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang
terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang
yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar"

 (Mzm 146:5-8)

Ign 23 Agustus 2013