Selasa, 29 Oktober 2013

23Agt

"Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

(Rut 1:1.3-6.14b-16.22; Mat 22:34-40)

"Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat
orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari
mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat
22:34-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Entah ada berapa aturan atau tata tertib yang telah dibuat dan
diberlakukan di Indonesia ini kiranya hanya para pakar hukum yang
mengetahuinya, sedangkan orang kebanyakan pada umumnya tidak
mengetahuinya. Begitu banyak aturan dan tata tertib dibuat dan
diberlakukan, namun dalam kenyataan pelaksanaan atau penghayatan boleh
dipertanyakan alias dengan seenaknya orang melanggar tata tertib atau
aturan tanpa merasa bersalah. Hemat saya semua aturan dan tata tertib
dibuat berdasarkan cintakasih dan dimaksudkan bagi orang yang
melaksanakannya hidup dan bertindak dalam rangka menghayati
cintakasih, sebagai aturan/hukum yang utama dan pertama. Maka marilah
kita hidup dan bertindak dalam cintakasih. Cintakasih sebagaimana
diajarkan oleh Yesus harus dihayati 'dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu', dan tentu saja
akhirnya juga 'dengan segenap kekuatan atau tenagamu'. Kita semua
diciptakan dan dibesarkan serta dididik dalam dan oleh cintakasih, dan
kiranya masing-masing dari kita juga merupakan 'yang terkasih', maka
jika kita menyadari dan menghayati hal itu kiranya hidup dan bertindak
dalam dan oleh cintakasih dapat kita hayati atau laksanakan dengan
mudah. Karena masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih' maka
bertemu dengan orang lain/siapapun berarti 'yang terkasih bertemu
dengan yang terkasih' dan dengan demikian secara otomatis saling
mengasihi. Barangsiapa tidak saling mengasihi berarti yang
bersangkutan mengingkari dirinya yang sejati. Marilah kita hadapi dan
sikapi aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh cintakasih, karena
dengan demikian kita tak merasa berat harus diatur sesuai dengan
aturan atau hukum yang berlaku.

·    "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku" (Rut 1:16), demikian
jawaban Rut kepada Naomi, yang minta Rut pergi bersama dengan iparnya.
Jawaban Rut ini kiranya dapat menjadi bahan mawas diri bagi kita
semua, khususnya bagi mereka yang disebut sebagai menantu. Kami
berharap kepada mereka yang menjadi 'menantu', khususnya rekan-rekan
perempuan yang telah menikah dan hidup mengikuti suaminya. Hendaknya
dibangun dan diperdalam relasi persaudaraan atau persahabatan sejati
dengan sang mertua maupun kakak-adik dari sang suami. Ikatan
persaudaraan ini memang bukan karena darah, melainkan karena Allah
yang telah memanggil anda untuk menanggapi sabdaNya dalam rangka
berpartisipasi dalam karya penciptaanNya dengan hidup berkeluarga
sebagai suami-isteri, yang saling mengasihi dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan.
Persaudaraan sebagai panggilan Allah kiranya lebih kuat dan handal
daripada persaudaraan karena darah. Maka dengan ini kami juga
mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepada Allah untuk
membangun dan memperdalam persaudaraan sejati; jauhkan aneka bentuk
permusuhan dan kebencian dalam diri kita masing-masing sebagai orang
yang beriman kepada Allah. Allah adalah Esa, maka  siapapun yang
beriman kepada Allah selayaknya hidup dalam persaudaraan atau
persahabatan sejati. Marilah kita perangi secara tuntas aneka bentuk
dan usaha yang ingin memecah belah kebersamaan kita. Kepada para
pemimpin kami harapkan senantiasa mengusahakan persaudaraan atau
persahabataan sejati, maka hendaknya aneka kebijakan sang pemimpin
sungguh merupakan motivasi untuk membangun dan memperdalam
persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang
harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya,yang
menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti
kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang
terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang
yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar"

 (Mzm 146:5-8)

Ign 23 Agustus 2013

23Agt

"Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

(Rut 1:1.3-6.14b-16.22; Mat 22:34-40)

"Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat
orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari
mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat
22:34-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Entah ada berapa aturan atau tata tertib yang telah dibuat dan
diberlakukan di Indonesia ini kiranya hanya para pakar hukum yang
mengetahuinya, sedangkan orang kebanyakan pada umumnya tidak
mengetahuinya. Begitu banyak aturan dan tata tertib dibuat dan
diberlakukan, namun dalam kenyataan pelaksanaan atau penghayatan boleh
dipertanyakan alias dengan seenaknya orang melanggar tata tertib atau
aturan tanpa merasa bersalah. Hemat saya semua aturan dan tata tertib
dibuat berdasarkan cintakasih dan dimaksudkan bagi orang yang
melaksanakannya hidup dan bertindak dalam rangka menghayati
cintakasih, sebagai aturan/hukum yang utama dan pertama. Maka marilah
kita hidup dan bertindak dalam cintakasih. Cintakasih sebagaimana
diajarkan oleh Yesus harus dihayati 'dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu', dan tentu saja
akhirnya juga 'dengan segenap kekuatan atau tenagamu'. Kita semua
diciptakan dan dibesarkan serta dididik dalam dan oleh cintakasih, dan
kiranya masing-masing dari kita juga merupakan 'yang terkasih', maka
jika kita menyadari dan menghayati hal itu kiranya hidup dan bertindak
dalam dan oleh cintakasih dapat kita hayati atau laksanakan dengan
mudah. Karena masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih' maka
bertemu dengan orang lain/siapapun berarti 'yang terkasih bertemu
dengan yang terkasih' dan dengan demikian secara otomatis saling
mengasihi. Barangsiapa tidak saling mengasihi berarti yang
bersangkutan mengingkari dirinya yang sejati. Marilah kita hadapi dan
sikapi aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh cintakasih, karena
dengan demikian kita tak merasa berat harus diatur sesuai dengan
aturan atau hukum yang berlaku.

·    "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku" (Rut 1:16), demikian
jawaban Rut kepada Naomi, yang minta Rut pergi bersama dengan iparnya.
Jawaban Rut ini kiranya dapat menjadi bahan mawas diri bagi kita
semua, khususnya bagi mereka yang disebut sebagai menantu. Kami
berharap kepada mereka yang menjadi 'menantu', khususnya rekan-rekan
perempuan yang telah menikah dan hidup mengikuti suaminya. Hendaknya
dibangun dan diperdalam relasi persaudaraan atau persahabatan sejati
dengan sang mertua maupun kakak-adik dari sang suami. Ikatan
persaudaraan ini memang bukan karena darah, melainkan karena Allah
yang telah memanggil anda untuk menanggapi sabdaNya dalam rangka
berpartisipasi dalam karya penciptaanNya dengan hidup berkeluarga
sebagai suami-isteri, yang saling mengasihi dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan.
Persaudaraan sebagai panggilan Allah kiranya lebih kuat dan handal
daripada persaudaraan karena darah. Maka dengan ini kami juga
mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepada Allah untuk
membangun dan memperdalam persaudaraan sejati; jauhkan aneka bentuk
permusuhan dan kebencian dalam diri kita masing-masing sebagai orang
yang beriman kepada Allah. Allah adalah Esa, maka  siapapun yang
beriman kepada Allah selayaknya hidup dalam persaudaraan atau
persahabatan sejati. Marilah kita perangi secara tuntas aneka bentuk
dan usaha yang ingin memecah belah kebersamaan kita. Kepada para
pemimpin kami harapkan senantiasa mengusahakan persaudaraan atau
persahabataan sejati, maka hendaknya aneka kebijakan sang pemimpin
sungguh merupakan motivasi untuk membangun dan memperdalam
persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang
harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya,yang
menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti
kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang
terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang
yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar"

 (Mzm 146:5-8)

Ign 23 Agustus 2013

Sabtu, 26 Oktober 2013

24Juni



---------- Pesan terusan ----------
Dari: ign sumarya <ign.rmmarya@gmail.com>
Tanggal: 23 Juni 2013 13.32
Subjek: 24Juni
Kepada: a.kustanto@yahoo.com, a_rahutami@yahoo.com, abbie Gigir <chips_cbg_manado@yahoo.com>, Indah Abriani <indah.abriani@gmail.com>, abassuherli <abassuherli@hotmail.com>, "adorasi.abadi" <adorasi.abadi@gmail.com>, Acha Razak <acha410@gmail.com>, Yustinus Pungkas Adianto <pungkasadianto@gmail.com>, Adhy Dharmawan <pat_adhy123@yahoo.com>, Adhi Anondo <adhi_anondo@gpp.co.id>, "felix.adhi" <felix.adhi@yahoo.co.id>, Ray Aditya Iswara <ray.iswara@gmail.com>, "advent.bianconeri" <advent.bianconeri@yahoo.com>, Adiwibowo Tristiono <itaw24@yahoo.co.id>, Adityo Handoko <adityo.handoko@gmail.com>, adiprat <adiprat@yahoo.com>, Aditya Sixviandy Januarius melalui Yahoo! <max_za_ria@yahoo.com>, admin <admin@pantirapih.or.id>, Administrator Imankatolik <admin@imankatolik.or.id>, adm1 <edamiyati@staf.smkmikael.sch.id>, afternoon_22 <afternoon_22@yahoo.com>, agnesningrum <agnesningrum@yahoo.co.id>, Agustina Hartini <agustinahrtn9@gmail.com>, Priyono Agus <pactoca@cbn.net.id>, agnes_dani <agnes_dani@telkomsel.blackberry.com>, Sonny Agnes <sonny.agnes@gmail.com>, Titin Agustin <titonr13@yahoo.es>


HR KELAHIRAN ST YOHANES PEMBAPTIS: Yos 49:1-6; Kis 13: 22-26; Luk 1:57-66.80

"Semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi
apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia"

Kelahiran seorang anak, terutama anak yang pertama, kiranya sungguh
merupakan kabar gembira, dan orangtuanya maupun kerabat-kerabatnya
juga memiliki dambaan dan harapan terhadap anak yang baru saja
dilahirkan itu. Anak merupakan anugerah Allah dan buah cintakasih,
dengan kata lain kasih Allah atau 'tangan Tuhan' ada dalam diri anak
yang baru saja dilahirkan. Bukankah anak yang baru saja dilahirkan
sungguh masih suci, bersih, belum melakukan dosa sekecil apapun? Nama
yang akan diberikan kepada anak pertama kiranya juga sudah
direncanakan sebelum anak masih dalam kandungan, nama yang
menggambarkan cita-cita atau dambaan terhadap anak yang masih dalam
kandungan tersebut. Dalam tradisi beberapa suku nama anak laki-laki
harus menggunakan nama ayahnya, nama marga, sebagaimana juga terjadi
di masyarakat Batak, demikian juga dalam tradisi Yahudi. Maka anak
yang dilahirkan Elisabeth karena laki-laki harus dinamai 'Zakharia' ,
ayahnya. Namun sebelum dikandung ibunya ia telah dianugerahi nama oleh
Allah: Yohanes, maka ketika Zakharia ditanyai siapa nama anaknya,
menjawab "Yohanes". Menyimpang dari tradisi menimbulkan pertanyaan
bagi saudara-saudarinya: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan
Tuhan menyertai dia".

"Semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi
apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia" (Luk 1:66)

Dalam rangka mengenangkan kelahiran Yohanes Pembaptis ini kami
mengajak anda sekalian untuk mawas diri atau mengenangkan nama yang
anda pakai atau anda terima ketika menempuh hidup atau panggilan baru,
misalnya menjadi suami-isteri, biarawan-biarawati atau imam, dimana
ada nama baru atau tambahan nama. Kami percaya pergantian atau
penambahan nama tersebut ada campur tangan Tuhan, atau bahkan peran
Tuhan sangat menentukan. Misalnya Joko dan Tuti setelah menjadi
suami-isteri berganti nama bersama : Setyasudarma, yang berarti akan
menjadi pasangan suami-isteri yang setia dan senang memberi sumbangan
atau bantuan kepada orang lain. Cintakasih, anugerah Allah, telah
mengubah cara hidup dan cara bertindak mereka menuju ke yang lebih
baik. Para biarawan dan biarawati sering menggunakan nama santo atau
santa, yang tentu saja diharapkan setelah berkaul sebagai anggota
lembaga hidup bakti akan hidup sesuai dengan spiritualitas atau
charisma pendiri/lembaga terkait. Sedangkan para imam setelah
ditahbiskan menjadi imam  diharapkan cara hidup dan cara bertindaknya
menjadi 'penyalur ' berkat/rahmat Allah bagi manusia dan doa/dambaan
manusia kepada Allah.

Penyertaan Allah pada diri kita tak kenal berhenti, terus-menerus
sampai kita mati atau dipanggil Tuhan, maka hendaknya sebagai orang
beriman cara hidup dan cara bertindak kita juga dapat menjadi 'gambar
atau citra Allah'. Karena cara hidup dan cara bertindak kita sesuai
dengan 'gambar atau citra Allah', maka siapapun yang melihat kita,
berjumpa dengan kita, akan bertanya-tanya dalam diri mereka sendiri:
bukankah saya juga harus menjadi 'gambar atau citra Allah' alias
senantiasa hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur?

Pesta kelahiran Yohanes Pembaptis hari ini kiranya juga mengajak kita
semua untuk mawas diri perihal harapan, dambaan atau cita-cita kita
masing-masing: bagaimana masa depan saya, apa yang harus kita lakukan
atau kerjakan masa kini? Akhir masa depan kita tentu saja kita
berharap langsung hidup mulia dan berbahagia selamanya bersama Allah
di sorga, maka hendaknya harapan, dambaan dan cita-cita yang ada di
dalam otak dan hati kita adalah agar semua ciptaan berbahagia, dan
untuk itu antara lain yang harus kita lakukan atau kerjakan adalah
segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.
Hendaknya apa-apa yang ada di hati atau pikiran kita yang tidak sesuai
dengan kehendak dan perintah Allah segera dihilangkan dari hati atau
otak kita. Bukankah kita semua mendambakan agar penderitaan di bumi
ini tidak ada atau segera dapat diatasi? Hal itu dapat terwujud hanya
karena kemauan dan kerja keras kita, selain mengandalkan rahmat dan
berkat Allah, maka marilah kita bertekun dalam berbuat baik satu sama
lain, agar penderitaan di bumi ini segera musnah.

"Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh
bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Dan
ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku
bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari
padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai
saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang
takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada
kita." (Kis 13:24-26)

Yohanes Pembaptis adalah 'bentara Penyelamat Dunia', ia dilahirkan
untuk mempersiapkan 'jalan' bagi Penyelamat Dunia. Dalam hidup kita
sehari-hari di tengah masyarakat kiranya kita sering terlibat dalam
persiapan menyambut orang penting dalam kehidupan bersama kita, dan
untuk itu kita berusaha membersihkan lingkungan hidup, sehingga
kedatangan orang penting tersebut dapat berjalan lancar, baik,
sebagaimana didambakan atau dicita-citakan. Hidup kita sebenarnya juga
merupakan persiapan, yaitu persiapan untuk menyambut kedatangan Allah
secara khusus pada diri kita ketika Allah memanggil kita untuk
meninggalkan dunia ini, alias persiapan untuk meninggal dunia atau
mati.

Sebagaimana terjadi dalam persiapan-persiapan pada umumnya dimana
orang bekerja keras membersihkan lingkungan hidup, maka mempersiapkan
diri sewaktu-waktu dipanggil Allah alias meninggal dunia, tidak lain
adalah senantiasa berusaha hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak
dan perintah Allah, dengan kata lain senantiasa bergaul mesra dan
akrab dengan Allah. Ketika dalam hidup sehari-hari kita terbiasa
bergaul mesra dan akrab dengan Allah, maka ketika secara pribadi harus
menghadap Allah untuk kembali ke sorga, kita tidak akan takut alias
kita tidak takut mati kapan pun dan dimana pun.

Sebagai orang yang bersiap-siap kita diharapkan hidup dan bertindak
dengan rendah hati dan sederhana seperti Yohanes Pembaptis. Kerendahan
hati dan kesederhanaan pada masa kini merupakan keutamaan-keutamaan
yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, maka
marilah kita saling membantu dalam hidup dan bertindak dengan rendah
hati dan sederhana. Sebagai anggota Gereja Katolik kepada kita telah
dianugerahi Pimpinan atau Pelayan Gereja Katolik, Paus, yang rendah
hati dan sederhana, maka marilah kita dukung ajakan dan dambaan Paus
Fransiskus, yang mendambakan agar umat manusia di dunia ini hidup dan
bertindak dengan rendah hati dan sederhana.

Pada masa kini sering terjadi pesta Ulang Tahun Kelahiran, maka dalam
rangka mengadakan pesta Ulang Tahun Kelahiran kami harapkan secara
sederhana saja, tidak perlu berfoya-foya atau mabuk-mabukan. Marilah
kita ingat bahwa masih cukup banyak orang miskin dan kurang beruntung
di masyarakat kita. Secara konkret kami ajak anda semua dalam rangka
merayakan Ulang Tahun Kelahiran anaknya, baiklah diselenggarakan di
panti-panti sosial yang melawat dan melayani mereka yang miskin dan
kurang diperhatikan di masyarakat kita. Dengan kata lain marilah kita
perhatikan pembinaan kepekaan social bagi anak-anak kita, agar kelak
tumbuh berkembang menjadi pribadi yang social, yang peka akan mereka
yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup mereka.

"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;Engkau mengetahui, kalau
aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau
memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku
Kaumaklumi." (Mzm 139:1-3)

Ign 24 Juni 2013

Jumat, 21 Juni 2013

22 juni

"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya"

(2Kor 12:1-10; Mat 6: 24-34)

"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak
dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata
kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu
makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa
yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada
makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang
di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di
antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja
pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan
tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala
kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini
ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi
mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah
kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan
kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari
besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari."(Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Hidup beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah,
maka kapan pun dan dimana pun diharapkan senantiasa 'mencari Kerajaan
Allah' alias mendahulukan atau mengutamakan kehendak dan perintah
Allah. Memang agar kita dapat hidup layak perlu makanan, minuman,
pakaian dan tempat tinggal yang layak, namun hendaknya tidak
berfoya-foya atau boros, melainkan secukupnya saja, sehingga dari diri
kita tidak terkesan materialistis. "Janganlah kamu kuatir akan hari
esok", demikian pesan Yesus, maka hendaknya kita tidak perlu menyimpan
makanan, minuman atau uang dan harta benda yang berlebihan, sehingga
semua orang berkecukupan, tak ada yang berkekurangan sedikitpun di
antara kita. Ketika kita semua tidak ada yang berkekurangan untuk
hidup layak dan tak ada yang berkelebihan, maka hemat saya kita
memiliki kemudahan untuk senantiasa mendahulukan atau mengutamakan
kehendak dan perintah Allah. Allah telah menyediakan makanan dan
minuman bagi kita semua, dan ketika tidak ada seorangpun yang serakah,
maka kita semua akan hidup sehat dan sejahtera. Dengan kata lain
kepada mereka yang berkelebihan dalam harta benda, uang, makanan,
minuman dan pakaian, kami harapkan dengan jiwa besar dan hati rela
berkorban membagikan sebagian miliknya kepada mereka yang
berkekurangan.

·    "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan,
di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena
Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2Kor 12:9-10). Sebagai
orang beriman kita semua dipanggil untuk menghayati kelemahan dan
kerapuhan kita serentak kasih karunia Allah yang menyertai kita.
Dengan kata lain marilah kita hayati diri kita yang lemah, rapuh dan
berdosa tetapi dikasihi oleh Allah, sehingga ketika kita sehat,
terampil, cerdas, kaya dst. ..kita semakin hidup dan bertindak dengan
penuh syukur dan terima kasih. Kepada anda sekalian yang dianugerahi
kecantikan atau ketampanan kami harapkan hidup dan bertindak dengan
syukur dan terima kasih, demikian pula bagi yang kaya, terampil dan
sehat wal'afiat. Kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan
rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka
menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan
orang lain. Meskipun pada kenyataanya lebih dari orang lain, ia dapat
menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi
Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai
Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kerendahan hati merupakan keutamaan
yang paling dasar atau utama, dan dari kerendahan hati akan lahir
keutamaan-keutamaan lainnya.

"Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan
Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya
TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Takutlah akan
TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang
yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi
orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang
baik." (Mzm 34:8-11)

Ign 22 Juni 2013

21 Juni

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(Rm 12:1-2.9-17.21: Mrk 10:23b-30)

"Yesus  berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang
masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar
perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor
unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang
lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus
memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin,
tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin
bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah
meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena
Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu
sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat:
rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang,
sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan
datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Mrk 10:23b-30), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   "Kemiskinan, sebagai benteng kuat hidup religious, harus dicintai
dan dipelihara dalam kemurniannya sejauh itu mungkin, dengan dorongan
rahmat Allah" (St Ignatius Loyola, Konstitusi Serikat Yesus, Bag VI,
bab II, no 553). Dalam panggilan hidup religious atau membiara ada
tiga kaul, yaitu keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Hemat saya
ketika orang tidak setia pada kaul kemiskinan pada umumnya dua kaul
yang lain telah keropos juga atau dilanggar. Harta benda atau uang
memang dapat menjadi jalan ke sorga atau ke neraka, hidup baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur atau amoral alias penuh dengan
dosa. Maka Ignatius Loyola memandang dan menyikapi kaul kemiskinan
bagaikan benteng hidup membiara atau sikap mental 'miskin' menjadi
benteng hidup beriman. Mengingat dan memperhatikan sikap mental
materialistis atau duniawi begitu menjiwai cara hidup dan cara
bertindak banyak orang masa kini, kiranya benarlah apa yang disabdakan
oleh Yesus bahwa "Alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya
masuk ke dalam Kerajaan Allah.". Dalam kenyataan orang kaya yang
bersikap mental materialistis pada umumnya 'membetengi diri' melalui
aneka cara dan bentuk, sehingga yang benar semakin mengurung diri atau
mengasingkan diri, kurang bergaul dengan orang lain; yang bersangkutan
lebih dirajai atau dikuasai oleh harta benda atau uangnya dan dengan
demikian kurang atau tidak percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, Allah
yang merajai dan menguasai ciptaan-ciptaanNya. Sabda hari ini mengajak
dan mengingatkan kita semua, umat beriman, untuk tidak bersikap mental
materialistis. Semoga mereka yang kaya akan harta benda atau uang
semakin memiliki banyak saudara, sahabat dan teman karena cara hidup
dan cara bertindaknya sungguh social, memfungsikan harta benda atau
kekayaaan sebagai wahana atau sarana untuk semakin beriman, semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah.

·   "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan
lakukanlah yang baik.Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya
kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan
usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!" (Rm 12:9-13).
Kutipan di atas ini merupakan peringatan atau ajakan bagi kita semua
untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang memiliki kepekasaan
social yang tinggi atau mendalam. Masing-masing dari kita diciptakan
dan dibesarkan dalam dan oleh cintakasih, dan tanpa cintakasih kita
tak mungkin tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini. Tentu
saja selanjutnya kita diharapkan hidup dan bertindak  saling
mengasihi, dan cintakasih harus menjadi nyata dalam tindakan atau
perilaku, tidak berhenti dalam omongan atau wacana saja. Wujud konkret
dari cintakasih yang diharapkan antara lain: "saling mendahului dalam
memberi hormat dan selalu memberi tumpangan kepada mereka yang
membutuhkan". Maka marilah kita berlomba dalam mendahului memberi
hormat kepada orang lain dan hendaknya kita senantiasa memiliki
keterbukaan untuk menerima orang-orang yang membutuhkan tumpangan,
sehingga kita semakin dikasihi oleh Allah maupun saudara-saudari kita.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku
tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu
ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan
jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti
anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai
Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 21 Juni 2013

20 Juni

"Bapa kami yang di sorga"

(2Kor 11:1-11; Mat 6:7-15)

" Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti
kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa
karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu
seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa
kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada
hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan
kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah
kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]Karena
jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan
mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang,
Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:7-15), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Secara khusus hari ini kita diajak untuk mawas diri perihal 'doa'.
Isi doa yang kita sampaikan kepada Allah pada umumnya
permohonan-permohonan, selain syukur dan terima kasih. Pertama-tama
marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena kita
telah dianugerahi 'makanan yang secukupnya' sehingga kita tetap hidup
sehat, segar-bugar dan sejahtera sampai kini. Kita juga bersyukur dan
berterima kasih karena telah menerima pendidikan atau pembinaan dari
sekian banyak orang sebagai kepanjangan 'tangan Allah', yang
memelihara atau mendampingi kita terus-menerus. Dalam permohonan
pertama-tama dan terutama hendaknya kita mohon agar senantiasa dirajai
atau dikuasai oleh Allah sehingga mau tak mau kita harus melaksanakan
kehendak dan perintahNya, antara lain senantiasa hidup dan bertindak
saling mengasihi tanpa syarat. Wujud cintakasih kita kepada orang lain
antara lain senantiasa mengampuni mereka 'yang bersalah kepada kami'
alias yang menyakiti atau melukai kita dengan aneka cara dan bentuk.
Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya hafal doa Bapa
Kami, maka semoga isi doa ini juga kita hayati dalam dan melalui cara
hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Dalam doa ini kita menyebut
Allah sebagai Bapa kita, dengan kata lain kita semua adalah saudara
atau sahabat. Maka menghayati doa Bapa Kami berarti senantiasa hidup
dalam persahabatan atau persaudaraan sejati dengan siapapun, serta
menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati. Karena kita
semua adalah saudara atau sahabat, maka selayaknya kita selalu saling
membantu satu sama lain, lebih-lebih atau terutama membantu mereka
yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup dan kerja kita.

·   "Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil
itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu
dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada
satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan
kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh
ular itu dengan kelicikannya." (2Kor 11:1-3). Kita semua dipanggil
untuk hidup sabar dan setia, dan hendaknya kita tidak jatuh seperti
"Hawa diperdayakan oleh ular dengan kelicikannya". Memang di
masyarakat kita cukup banyak orang berusaha menjatuhkan atau
memperdaya orang lain dengan licik, bujuk rayu yang mempesona dan
memikat. Maka St.Ignatius Loyola antara lain menggambarkan rayuan
setan bagaikan seorang pemuda yang merayu seorang pemudi yang
disayanginya, dengan rayuan mesra dan lembut, untuk melakukan hubungan
seksual yang belum waktunya. Dalam melawan godaan demikian kepada yang
digoda atau dirayu diajak untuk tidak menutup diri, melainkan membuka
kedok rayuan sang pemuda tersebut kepada orangtua alias membukanya
kepada orang yang sanggup menghentikan godaan atau rayuan tersebut.
Setan sering menggunakan kesabaran seseorang untuk memperdaya manusia,
 maka kesabaran memang perlu dilengkapi dengan ketegasan. Dengan kata
lain hendaknya kita tahu persis kapan harus bertindak sabar dan kapan
harus bertindak tegas. Kesabaran dan ketegasan hemat saya bagaikan
mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.
Kita semua dipanggil untuk berlaku atau bertindak sabar kepada mereka
yang bodoh, maka secara khusus kami mengajak dan mengingatkan para
pemimpin, guru atau orangtua untuk dengan kesabaran melayani mereka
yang bodoh. Semoga kita semua sabar sebagaimana Allah telah berlaku
sabar terhadap kita.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam
lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang
menyukainya.Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap
untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya
peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm 111:1-4)

Ign 20 Juni 2013

19Juni

"Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka"

(2Kor 9:6-11; Mat 6:1-6.16-18)

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang
supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah
dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah,
janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang
munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka
dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan
kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu
diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kamu berdoa,
janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya
dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan
jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "Dan apabila kamu berpuasa,
janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air
mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi
apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa,
melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat
6:1-6.16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beragama kita memiliki tugas dan panggilan untuk
berdoa maupun melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan berbuat baik
kepada siapapun. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua
agar dalam berdoa maupun melaksanakan ajaran-ajaran agama alias
berbuat baik tidak perlu dipamerkan agar dilihat orang, dipuji dan
dielu-elukan, melainkan diam-diam saja tak usah mencari pujian dari
orang lain. Berdoa adalah berrelasi atau berkomunikasi mesra dengan
Allah, dan Allah kiranya akan lebih mudah dihayati kehadirannya dalam
keheningan, maka hendaknya entah dalam keramaian ataupun sendirian
kita tetap dalam keadaan hening hati kita. Hening berarti memiliki
hati yang 'bening'/jernih, dan hanya dalam keheningan kita dapat
berkomunikasi dengan Allah dengan mesra. Demikian juga dalam hal
berbuat kepada orang lain, hendaknya tak usah mencari pujian,
melainkan lakukan saja; pujian dari manusia bersifat sementara atau
sesaat saja, dan sehabis dipuji oleh manusia pada umumnya orang mudah
frustrasi. Apapun yang kita katakan serta lakukan dilihat oleh Allah,
tak ada yang tersembunyi dari diri kita bagi Allah, maka jika kita
sungguh beriman kepadaNya, dimana pun dan kapan pun hendaknya kita
senantiasa berbuat baik kepada orang lain. Berbuat baik kepada orang
lain hemat saya sungguh merupakan keharusan,bukan hanya kewajiban
moral saja, mengingat dan memperhatikan bahwa kita sampai saat ini
telah menerima kebaikan Allah melimpah ruah melalui saudara-saudari
kita dengan dan melalui aneka cara dan bentuk, sehingga kita dapat
hidup dan berada sampai saat ini.

·   "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita.Dan Allah sanggup melimpahkan segala
kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di
dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan." (2Kor 9:6-8). Kiranya kita semua mendambakan "senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam
pelbagai kebajikan". Dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari Allah telah
menyediakan makanan dan minuman secukupnya, dan tak akan ada seorang
pun yang kelaparan atau kehausan jika masing-masing dari kita makan
dan minum secukupnya sesuai aturan kesehatan, tidak serakah dan tidak
berfoya-foya, dengan kata lain marilah kita hidup  sederhana. Dari
kesederhanaan hidup percayalah dan imanilah akan lahir
kebajikan-kebajikan, sehingga kita memang berlebihan dalam hal
kebajikan. Dari kesederhanaan hidup antara lain lahir kebajikan
seperti peka terhadap orang lain, suka memberi dengan murah hati dan
ceria, sabar dst.. Marilah kita senantiasa berupaya menabur
benih-benih kebajikan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap
hari dimana pun dan kapan pun, antara lain dapat diawali dengan hidup
dan bertindak sederhana. Jauhkan aneka nafsu keserakahan dalam diri
kita masing-masing, dan semoga yang ada dalam pikiran kita hanya
kehendak Allah, apa yang dipikirkan oleh Allah.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka
kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam
rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit
terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil." (Mzm
112:1-4)

Ign 19 Juni 2013

18Juni

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."

(2Kor 8:1-9; Mat 5:43-48)

"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi
orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang
yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang
yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga
berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada
saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang
lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."(Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman atau beragama kiranya kita semua mendambakan
hidup sempurna, artinya hidup suci, baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur, tidak melakukan dosa sekecil apapun, sehingga dimana saja dan
kapan saja senantiasa dikasihi oleh Allah dan semua orang. Salah satu
ajaran yang disampaikan oleh Yesus yang cukup berat dan mulia adalah
"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu".
Saya percaya bahwa kita semua memiliki 'musuh', yaitu apa saja atau
siapa saja yang tidak berkenan di hati, tidak sesuai dengan selera
pribadi, entah itu makanan/minuman, barang, situasi/kondisi atau
manusia. Mengasihi atau mencintai kiranya merupakan ajaran utama atau
pokok dari semua agama, maka marilah kita hidup saling mengasihi atau
mencintai. Segala sesuatu ketika kita dekati, sikapi dan perlakukan
atau kerjakan dalam dan oleh cintakasih akan enak adanya, dan pasti
sukses sebagaimana didambakan atau diharapkan. Sekali lagi saya angkat
salah satu wujud cintakasih adalah memboroskan waktu dan tenaga, maka
apapun yang kita hadapi marilah kita arahkan waktu dan tenaga
kepadanya alias membaktikan diri sepenuhnya kepadanya. 'Musuh' yang
mungkin kita hadapi setiap hari adalah makanan atau cuaca. Dalam hal
makan atau minum hendaknya berpedoman sehat dan tidak sehat, maka
meskipun tidak enak atau tidak nikmat di lidah tetapi sehat, santaplah
dengan penuh kasih. Hal yang sama adalah cuaca, entah panas atau
dingin, nikmatilah dan cintai saja cuaca yang ada, jangan dilawan.
Memang pada awal 'mencintai musuh' pada umumnya butuh pengorbanan dan
pengendalian diri, tetapi setelah terbiasa enak adanya, semuanya, apa
saja dan siapa saja menjadi sahabat dalam perjalanan hidup beriman
atau beragama. Marilah kita sadari bahwa matahari dan hujan
dianugerahkan oleh Allah kepada manusia dan ciptaan lainnya di bumi
ini agar semuanya berbahagia, selamat dan damai sejahtera, maka jangan
membenci sinar matahari maupun air hujan.

·   "Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan
mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.Dengan kerelaan sendiri
mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh
kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada
orang-orang kudus.Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami
harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah,
kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami" (2Kor 8:3-5).
Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi atau pedoman cara hidup
dan cara bertindak kita, yaitu 'memberikan lebih banyak dari pada yang
diharapkan'. Pertama-tama dan terutama kami mengajak refleksi kepada
mereka yang sedang berpacaran atau bertunangan, dimana saya yakin anda
pasti saling memberikan lebih banyak dari pada yang diharapkan, maka
semoga hal itu terjadi selama anda menjadi suami-isteri kelak maupun
orangtua bagi anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepada anda
berdua. Dengan  kata lain semoga semua anak-anak di dalam keluarga
dapat menerima teladan memberikan lebih banyak dari yang diharapkan,
dan orangtua mendidik dan membina mereka sedini mungkin dalam hal
memberi ini. Kepada para pelajar atau pegawai/pekerja kami harapkan
belajar atau bekerja lebih dari pada yang diharapkan. Sebagai pekerja
atau pegawai hendaknya dengan jiwa besar dan hati rela berkorban
datang bekerja lebih awal dan pulang berkerja lebih kemudian dan tentu
saja selama waktu kerja bekerja keras dan giat. Demikian juga kami
serukan kepada para pelajar atau mahasiswa/i, hendaknya sungguh
memboroskan waktu dan tenaga untuk belajar setiap hari entah di dalam
sekolah maupun di rumah. Kita semua dipanggil untuk bermurah hati
kepada orang lain, tanpa pandang bulu.

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang
harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya, yang
menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti
kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang
terkurung,TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang
yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar"

 (Mzm 146:6-8)

Ign 18 Juni 2013

17Juni


"Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu"

(2Kor 6:1-10; Mat 5:38-42)

"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat
jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu,
berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak
mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang
meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari
padamu" (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Dalam hidup bersama di dunia ini kiranya kita semua pernah
dikecewakan, disakiti, dilukai, dipersulit dst.. oleh orang lain, dan
mungkin hal itu setiap hari terjadi. Memang ketika kita diperlakukan
demikian itu pasti akan marah dan membalas dendam atau mendiamkan
orang yang bersangkutan, dan kita berteriak atau mengeluh kesakitan,
sebaliknya ketika  kita menyakiti, mengecewakan atau mempersulit
dst..orang lain kiranya kita tenang-tenang saja, apalagi yang menjadi
korban diam saja. Sebagaimana setiap hari kita dikecewakan atau
disakiti, demikian pula sebenarnya setiap hari kita juga menyakiti dan
mengecewakan orang lain. Bahwa orang kita kecewakan dan sakiti diam
saja, hemat saya yang bersangkutan mengampuni alias tidak balas
dendam. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menghayati
sabda Yesus, yaitu "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu". Marilah kita sadari dan selanjutnya kita hayati bahwa orang
mengejek dan mempersulit diri kita hemat saya merupakan perhatian atau
kasihnya kepada kita. Dengan kata lain hayati dan jadikan aneka
pelecehan, perendahan diri kita atau kemarahan orang lain terhadap
diri kita sebagai wahana untuk semakin tumbuh berkembang dalam hidup
beriman. Biarlah itu semua bagaikan api yang membakar logam dan hanya
emas, logam murni, yang tak terbakar, melainkan semakin menjadi nyata
atau kelihatan kemurnian emas yang bersangkutan. Iman kita akan
semakin murni, handal dan mendalam dalam dan melalui aneka tantangan,
hambatan maupun masalah, hal-hal yang menyakitkan diri kita. Marilah,
sekali lagi, kita ingat dalam dunia pewayangan, yaitu "Pendowo Limo',
ksatria yang tangguh dan handal karena digembleng dengan dan melalui
penderitaan berat.

·   "Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung,
supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala
hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam
menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan
kesukaran,  dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam
berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati,
pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih
yang tidak munafik" (2Kor 6:3-6). Seorang pelayan rumah
tangga/keluarga, kantor maupun komunitas pastoran atau biara, yang
baik hemat saya tidak pernah mengeluh atau menggerutu maupun menjadi
batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat jahat, apalagi pelayan
Allah. Pelayan rumah tangga pada umumnya belum tentu diawasi atau
didampingi terus-menerus oleh tuannya, namun demikian meskipun tak
diawasi atau didampingi ia tetap bekerja dengan baik, karena percaya
bahwa Allah senantiasa mendampingi dan mengawasinya. Pelayan Allah
adalah orang yang taat setia kepada kehendak dan perintah Allah dalam
situasi dan kondisi apapun, termasuk juga dalam penderitaan dan
kesulitan maupun tantangan  berat; pelayan Allah yang baik juga tak
pernah mengeluh atau menggerutu, apalagi marah-marah. Mengeluh,
menggerutu dan marah hemat saya merupakan pelecehan terhadap yang
lain, dan dengan demikian melawan kehendak dan perintah Allah;
mengeluh, menggerutu dan marah terhadap manusia berarti melanggar
hak-hak azasi manusia, harkat martabat manusia. Kita semua diharapkan
menjadi orang yang sabar dan murah hati, menghayati dengan syukur dan
terima kasih kesabaran dan kemurahan hati Allah yang melimpah ruah.
Marilah kita saling sabar dan murah hati dalam kehidupan bersama
dimana pun dan kapan pun, karena Allah juga hidup dan berkarya
terus-menerus dimana pun dan kapan pun, tidak terikat oleh ruang dan
waktu.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan
kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN
telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan
keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan
kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat
keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN,
hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!"
(Mzm 98:1-4)

Ign 17 Juni 2013

Jumat, 14 Juni 2013

Minggu Biasa XI

Mg Biasa XI : 2Sam 12:7-10.13; Gal 2:16.19-21; Luk 7:36-8:3

" Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih"

Kesan pertama kali pada umumnya akan begitu membekas di dalam hati,
apalagi apa yang dilihat pertama kali kemudian juga sering terjadi.
Itulah yang hidup dalam kebersamaan kita di masyarakat. Di masyarakat
kita berlaku kebiasaan bahwa sekali orang berbuat jahat akan dengan
mudah dipandang sebagai penjahat, dengan kata lain ada sikap mental
dalam diri kita ini lebih mudah mengadili orang lain, yang berarti
memandangnya sebagai orang jahat daripada dengan rendah hati melihat
kemungkinan bagi orang untuk bertobat dari kejahatannya. Pada masa
Orde Baru pernah terjadi gerakan yang disebut 'Bersih Diri' dan
'Bersih Lingkungan', dalam rangka mengusahakan pemerintahan yang
bersih. Yang dimaksudkan dengan 'Bersih Diri' adalah bahwa orang sama
sekali tidak terlibat dalam 'Gerakan 30 September' (G30S) PKI,
sedangkan 'Bersih Lingkungan' dimasudkan bahwa orang yang bersangkutan
tidak ada ikatan/relasi keluarga dengan tokoh PKI. Masa itu orang yang
tak 'bersih diri' maupun 'bersih lingkungan' tidak dapat menjadi
pegawai negeri apalagi pejabat pemerintahan. Itulah sikap mental
Farisi pada masa itu, mereka merasa bersih, padahal sebenarnya adalah
penjahat kelas kakap, antara lain berbuat jahat dengan korupsi,
memeras hak rakyat. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal
Yesus yang mengampuni pendosa besar, karena sang pendosa dengan rendah
hati mohon kasih pengampunanNya.

"Sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon:
"Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak
memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi
kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak
mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium
kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia
meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.Sebab itu Aku berkata kepadamu:
Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih." (Luk 7:44-47)

Perempuan yang mendatangi Yesus serta membasaki kakiNya dengan air
mata dan menyekanya dengan rambutnya adalah pendosa besar, dan di
tengah masyarakat dikenal sebagai pelacur klas kakap. Pendosa macam
ini kiranya dinilai sebagai 'sampah masyarakat', karena
mengkomersiel-kan kemolekan tubuhnya untuk memenuhi nafsu seksual
lelaki, dan dengan demikian menjadi batu sandungan untuk berdosa alias
menyebabkan orang lain berdosa. Ada kemungkinan perempuan macam ini
terpaksa melacurkan diri yang disebabkan oleh lelaki yang tak
bertanggungjawab; dengan kata lain dari hatinya yang terdalam ada
kerinduan untuk bertobat, maka ketika menerima sentuhan hati Yesus
yang murah hati serta penuh dengan belas kasih pengampunan ia pun
bertobat.

Kita mungkin dapat meneladan sang perempuan yang bersangkutan atau
meneladan Yesus. Meneladan sang perempuan berarti betapa besar atau
kecil dosa kita, marilah dengan rendah hati kita mohon kasih
pengampunan Tuhan, serta tidak melakukan dosa lagi. Sebagai wujud
terima kasih atas kasih pengampunanNya kita hidup mengasihi siapapun
tanpa pandang bulu. Meneladan Yesus berarti hidup dan bertindak dengan
kasih pengampunan kepada orang lain tanpa pandang bulu. Secara konkret
hal ini antara lain dapat kita wujudkan: sebagai orangtua ketika
melihat anaknya kurang ajar hendaknya dididik dan didampingi dengan
penuh kasih agar bertobat, sebagai guru atau pendidik ketika melihat
peserta didik 'bodoh' alias kurang dapat menerima dan memahami
pengajaran yang disampaikannya, hendaknya peserta didik yang
bersangkutan dididik dan didampingi dengan penuh kesabaran dan
kerendahan hati.

Kepada kita semua marilah kita sadari dan hayati bahwa kepada kita
Tuhan menganugerahi kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat atau
memperbaharui diri. Kami percaya dalam kehidupan sehari-sehari di
tengah masyarkat pasti ada kemungkinan dan kesempatan bagi kita semua
untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka ketika ada kesempatan dan
kemungkinan hendaknya segera dimanfaatkan dan tidak disia-siakan.
Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk senantiasa
memberi kesempatan dan kemungkinan bagi orang lain untuk bertobat atau
memperbaharui diri. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan juga
menganugerahi kesempatan dan kemungkinan kepada kita semua untuk
bertobat. Jika sampai kini kita masih dianugerahi kehidupan itu
berarti kita dianugerahi kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat dan
memperbaharui diri, maka marilah kita senantiasa berusaha untuk
bertobat, berubah menjadi semakin suci, semakin bermoral atau semakin
berbudi pekerti luhur.

"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku
hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi
aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih
karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka
sia-sialah kematian Kristus" (Gal 2:19-21)

"Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku", inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan.
Sebagai orang beriman kita semua diharapkan hidup dan bertindak dalam
Tuhan, bukan hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera
atau keinginan pribadi. Dalam hidup bersama dimana pun kita akan
menghadapi tata tertib atau aturan, maka langkah awal agar kita dapat
hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan alias di
dalam Tuhan tidak lain adalah setia melaksanakan aneka tata tertib
atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan
kita masing-masing.

Semua aturan atau tata tertib bersumber dari dan bermuara pada
cintakasih, maka marilah kita senantiasa hidup dalam dan oleh
cintakasih, karena kita semua diciptakan, diperkembangkan atau
dibesarkan dalam dan oleh cintakasih, tanpa cintakasih kita tak
mungkin hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Sekali lagi kami
ingatkan dan angkat bahwa salah satu wujud cintakasih yang sangat
mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan pada masa
kini adalah 'memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih'. Maka
dengan rendah hati kami ajak para orangtua untuk sungguh memboroskan
waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, terutama anak-anak pada usia
balita. Kepada para pemimpin atau atasan kami harapkan sungguh
memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dipimpin atau bawahan.

Ibu Teresa dari Calcuta menasihati kita semua agar senantiasa dengan
dan dalam cintakasih yang besar dalam melakukan segala sesuatu. "Bukan
besarnya pekerjaan yang penting, melainkan pekerjaan sekecil apapun
hendaknya dilaksanakan atau dilakukan dengan cinta kasih besar".
Cintakasih besar hemat saya senada dengan pemborosan waktu dan tenaga
bagi yang terkasih. Dengan ini kami berharap kepada kita semua:
marilah tugas pekerjaan atau kewajiban sekecil apapun kita laksanakan
dengan cintakasih yang besar. Dengan cintakasih yang besar pekerjaan
sebesar dan seberat apapun juga dapat diselesaikan dengan baik dan
memuaskan. Ketika  kita semua melakukan segala sesuatu dengan
cintakasih yang besar, maka hidup bersama dimana pun dan kapan pun
akan damai sejahtera, nikmat dan selamat, menarik, memikat dan
mempesona.

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya
ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak
diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku
kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku
berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,"
dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Engkaulah persembunyian
bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi
aku, sehingga aku luput dan bersorak."

 (Mzm 32:1-2.5.7)

Ign 16 Juni 2013

15Juni

"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak"

(2Kor 5:14-21; Mat 5:33-37)

" Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik
demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi,
karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena
Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi
kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan
sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat" (Mat 5:33-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut;

·   Proses pengadilan terjadi dimana-mana, di setiap ibu kota
kabupaten, provinsi, dan lebih-lebih di ibu kota Negara seperti
Jakarta, setiap hari terjadi proses pengadilan, mengingat semakin
maraknya tidak kejahatan dan korupsi. Kiranya semakin banyak orang
juga terlibat dalam pengadilan, entah sebagai tersangka atau saksi.
Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar sebagai
tersangka maupun saksi berkata jujur, benar, apa adanya. "Jujur adalah
sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela
berkorban demi kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17).
Hidup dan bertindak jujur pada masa kini memang berat, sarat dengan
tantangan, mengingat dan mempertimbangkan kebohongan dan kepalsuan
telah mulai tertanam dalam diri anak-anak sejak mereka belajar di
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, yaitu berupa pembiaran
tindakan menyontek dalam ulangan maupun ujian, serta 'mark-up' nilai
yang dilakukan oleh para guru atau pelaksana pendidikan. Maka kiranya
perlu dua gerakan serentak untuk masa kini: memberantas kebohongan dan
ketidak-jujuran di kalangan pegawai dan pejabat serta memberlakukan
dengan ketat ketentuan "dilarang menyontek dalam ulangan dan ujian" di
sekolah-sekolah, gerakan kuratif dan preventif. Kami berharap kepada
mereka yang bekerja atau berkarya di lingkungan Departemen Pendidikan
serta Departemen Agama dapat menjadi teladan hidup dan bertindak
jujur, jangan sampai terjadi pembinaan korupsi melalui dua departemen
ini.

·   "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami;
dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah.Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi
dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2Kor
5:19-21). Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk senantiasa
berdamai dengan Allah, yang kita imani. Berdamai dengan Allah berarti
tidak pernah melawan atau melanggar perintah dan kehendakNya sekecil
apapun dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Meskipun
sendirian, entah di dalam  kamar atau perjalanan, hendaknya kita tetap
setia berdamai dengan Allah; apapun yang kita lakukan senantiasa
diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Di
Indonesia ini kita setiap hari dapat mendengar, dan semoga juga dapat
mendengarkan, seruan melalui surau atau masjid: ajakan untuk mengimani
Allah yang Maha Besar, Maha Segalanya. Tentu saja hanya orang yang
memiliki keterbukaan hati, jiwa dan akal budi merasa terbantu dengan
seruan tersebut agar tetap setia berdamai dengan Allah. Maka secara
pribadi saya berterima kasih kepada rekan-rekan Muslim yang mengangkat
seruan tersebut. Di jalanan kita sering juga melihat iklan ajakan
untuk hidup dalam damai, persaudaraan atau persahabatan sejati. Memang
berdamai dengan Allah harus menjadi nyata atau terwujud dalam berdamai
dengan sesama manusia maupun ciptaan-ciptaan Allah lainnya yang ada di
permukaan bumi ini. Jika kita dengan mudah juga dapat berdamai dengan
situasi dan kondisi dimana kita berada, juga terkait dan iklim atau
cuaca, kiranya kita dengan mudah berdamai dengan saudara-saudari kita,
dengan siapapun tanpa pandang bulu. Tentu saja diri kita sendiri
diharapkan senantiasa berada dalam damai dan tenteram, karena dengan
demikian kita juga akan memiliki kemampuan untuk berdamai dengan Allah
maupun ciptaan-ciptaanNya.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi -Nya,
bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati
orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya,
carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)

Ign 15 Juni 2013

14 Juni

" Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya"

(2Kor 4:7-15; Mat 5:27-32)

"Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang
kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu
dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan
menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan
utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan
isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena
zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" (Mat 5:27-32), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Perempuan cantik dan seksi pasti mempesona, menarik dan memikat
bagi orang lain, lebih-lebih bagi para lelaki yang memiliki nafsu
seksual besar, sehingga sering terjadi pelecehan seksual terhadap di
dalam kendaraan-kendaraan umum seperti bus atau kereta api. Sabda
Yesus hari ini cukup keras dan mendalam, bahwa "memandang serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya".
Pelecehan seksual atau perzinahan sejak dulu memang sering terjadi,
dan pada masa kini semakin marak karena pengaruh sarana komunikasi
seperti BB atau Internet, dimana sejak anak-anak telah terbiasa
mengakses situs-situs porno melalui sarana-sarana komunikasi tersebut.
Kecantikan dan ketampanan merupakan anugerah Allah, maka ketika
memadang perempuan cantik atau laki-laki tampan hendaknya mendorong
dan memotivasi kita untuk semakin memuliakan dan memuji Allah, yang
sangat indah menciptakan manusia, sebagai gambar dan citraNya. Dengan
kata lain kami berharap kepada kita semua, segenap umat beriman, agar
senantiasa mengimani dan menghayati karya dan penyelenggaraan Ilahi
dalam diri perempuan cantik atau laki-laki  tampan. Tak saya lupakan
juga mengingatkan dan mengajak rekan-rekan perempuan yang dianugerahi
tubuh cantik dan seksi untuk tidak menjadi batu sandungan bagi para
lelaki, dan untuk itu hendaknya berpakaian sopan atau menampilkan diri
secara sopan. Kepada kita semua marilah kita sadari dan hayati bahwa
nafsu atau gairah seksual merupakan anugerah Allah, maka hendaknya
diwujudkan juga sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kepada para
pengusaha kami harapkan juga tidak serakah menggunakan perempuan
cantik yang berpakaian seksi untuk mengiklankan produk-produknya.

·   "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami,
supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab
kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut
karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh
kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan
hidup giat di dalam kamu." (2Kor 4:10-12). Kutipan ini kiranya dapat
menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita,
lebih-lebih kalimat "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam
tubuh kami". Hal ini antara lain dapat kita wujudkan dengan
mengendalikan seluruh  anggota tubuh kita untuk tidak melakukan
apa-apa yang tidak baik, tidak bermoral dan tidak berbudi pekerti
luhur. Seluruh anggota tubuh merupakan ciptaan adan karya Allah,
karena kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya,
maka selayaknya anggota-anggota tubuh kita fungsikan untuk memuliakan,
memuji, menghormati dan mengabdi Allah. Sekali lagi saya angkat:
hendaknya apa yang ada dalam hati dan pikiran kita hanya kehendak dan
perintah Allah alias hanya memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan
membahagiakan, dengan kata lain senantiasa berpikiran positif terhadap
diri sendiri dan sesamanya maupun ciptaan-ciptaan Allah yang ada di
permukaan bumi ini. Jika kita senantiasa berpikir demikian maka
percayalah apa yang kita katakan atau lakukan pasti baik adanya. Dalam
Injil di atas kita juga diingatkan bahwa apa yang mengganggu kita
untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah, hendaknya
disingkirkan atau dibuang. Maka jika kita dianugerahi kecantikan,
ketampanan, kecakapan, keterampilan, kekayaan dst.., hendaknya semua
itu kita fungsikan sebagai bantuan atau dukungan dalam memuji,
memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah.

"Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya
TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan!
Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban
syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar
nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya," (Mzm 116:15-18)

Ign 14 Juni 2013

Fwd: 13Juni

"Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala"

(Yes 61:1-3a; Luk 10:1-9)

" Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,
lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan
tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak
domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau
bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama
dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih
dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal
atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah
dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah
berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota
dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada
mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja, hari ini saya
sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terpanggil menjadi imam dan pujangga Gereja berarti orang yang
bersangkutan suci dan cerdas atau memiliki kecerdasan spiritual. Maka
perkenankan secara khusus kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
imam untuk membina dan mengembangkan diri terus-menerus sehingga
menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual, mengingat dan
mempertimbangkan pada masa kini banyak godaan dan rayuan dalam dan
melalui aneka bentuk yang menggeroti atau memperlemah penghayatan
panggilan maupan dalam melaksanakan tugas pengutusan. Godaan atau
rayuan tersebut atau 'serigala-serigala' kemungkinan ada di dalam diri
kita masing-masing, misalnya berupa keinginan-keinginan sesuai dengan
nafsu duniawi, yang mengarah kepada kesombongan, atau dalam lingkungan
Umat Allah yang dilayani, misalnya pada janda yang kesepian atau haus
akan cintakasih. Maka hendaknya apa yang kita inginkan tidak lain
adalah kehendak Allah, sedangkan dalam menghadapi tawaran dari orang
kaya atau berduit, hendaknya sungguh dicermati apakah ada 'udang di
balik' batu dari yang bersangkutan. Secara khusus dalam pelayanan
pastoral kita diingatkan untuk memperhatikan mereka yang sedang
menderita sakit. Yang agak sulit adalah memperhatikan mereka yang
sakit hati, maka kepada yang sakit hati hendaknya disikapi dengan
rendah hati dan lemah lembut dalam kesatuan dan kebersamaan dengan
Tuhan. Percayalah dan imanilah bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan
kita pasti akan mampu menyembuhkan mereka yang sakit hati. Kita semua
juga diharapkan untuk senantiasa mewartakan damai sejahtera dalam
situasi dan kondisi apapun, dan kepada siapapun.

·   "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi
aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada
orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan
tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur
semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan
kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian
puji-pujian ganti semangat yang pudar," (Yes 61:1-3a). Sebagai orang
yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis kita telah
menerima anugerah Roh Kudus, "Roh Tuhan Allah ada padaku". Jika Roh
Kudus sungguh menjiwai hidup kita, maka mau tak mau kita pasti harus
'memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembebasan Allah kita'.
Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita
senantiasa menjadi rahmat Tuhan bagi orang lain, sehingga orang-orang
yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, semakin suci, semakin
dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Kita juga dipanggil untuk
membebaskan saudara-saudari kita yang tertawan atau terpenjara, antara
lain yang tertawan dan terpenjara oleh keinginan atau nafsu duniawi,
misalnya harta benda atau uang atau kenikmatan seksual. Tentu saja
kita sendiri harus menjadi orang yang lepas bebas, tidak memiliki
kelekatan tak teratur, entah dengan orang, harta benda,
pangkat/kedudukan atau jabatan.

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru,
pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke
hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku
kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang
mati.Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang
kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan" (Mzm 88:2-5)

Ign 13 Juni 2013

12Juni

" Aku datang bukan untuk meniadakannya  melainkan untuk menggenapinya"

(2Kor  3:4-11; Mat 5:17-19)

 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di
dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang
tinggi di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:17-19) , demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Jika dicermati dalam kehidupan bersama masa kini ada dua arus kuat
yang saling berlawanan, yaitu  kecenderungan para penguasa atau
pemimpin mau mengatur apapun dengan aturan-aturan dan kecenderungan
banyak orang untuk hidup dan berindak sebebas-bebasnya tanpa aturan.
Maka tidak mengherankan bahwa ada banyak aturan atau tata tertib tetap
tinggal dalam tulisan dan tak pernah dilaksanakan. Sebagai contoh apa
yang terjadi di Seminari Menengah Mertoyudan: Buku Pedoman Pembinaan
Seminari dibagikan kepada semua seminaris, namun buku tersebut hanya
diterima dan kemudian ditumpuk di meja saja, tak pernah dibaca dan
dipelajari, apalagi dilaksanakan atau dihayati. Di dalam Gereja
Katolik juga ada Kitab Hukum Kanonik, aturan dan tata tertib dalam
hidup menggereja, namun sejauh saya cermati para pastor pun jarang
mempelajari dan memperdalam kembali, lebih-lebih yang terkait dengan
panggilan dan tugas pengutusannya. Kebanyakan orang mempelajari dan
menfungsikan tata tertib atau aturan bukan untuk diri sendiri,
melainkan bagi orang lain, entah itu untuk menjatuhkan atau membina.
Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya kita
unggul dan handal dalam melaksanakan atau menghayati tata tertib,
lebih-lebih atau terutama tata tertib atau aturan yang terkait dengan
panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing." Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.", demikian sabda Yesus. Menggenapi berarti melaksanakan
serta menyempurnakan, dengan kata lain sebelum  menyempurnakan lebih
dahulu melaksanakannya. Marilah kita meneladan Yesus: unggul dan
handal dalam penghayatan aturan atau tata tertib, dan sekiranya harus
menyempurnakan atau merubah hendaknya yang terjadi semakin baik dan
semakin sempurna.

·   "Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia,
betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.
Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan
kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak
mempunyai arti. Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan,
betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan" (2Kor
3:9-11).  Manusia, aneka jenis barang atau harta benda yang ada di
dunia ini mudah pudar dan musnah, hancur tak berbekas sedikitpun,
namun demikian orang sering memandangnya sebagai yang mulia. Yang
lebih mulia alias tidak mudah pudar antara lain adalah nilai-nilai
atau keutamaan-keutamaan hidup, misalnya cintakasih dan 'pelayanan
yang memimpin kepada pembenaran'. Maka marilah kita senantiasa hidup
dan bertindak saling melayani dengan dan dalam cintakasih. Untuk itu
kita dapat mengenangkan para santo-santa atau pahlawan sejati, dimana
orang atau tubuhnya sudah kembali menjadi tanah, tak berbekas lagi,
namun namanya tetap dikenang dan dimuliakan, misalnya diabadikan untuk
memberi nama jalan atau gedung atau manusia. Namanya dimuliakan terus
menerus karena selama hidupnya di dunia ini hidup dan bertindak
melayani dengan dan dalam cintakasih. Secara khusus kami mengingatkan
dan mengajak para orangtua untuk dapat menjadi saksi penghayatan
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan serta mendidik dan
membina anak-anaknya hidup dan bertindak berdasarkan nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan kehidupan. Wariskan kepada anak-anak anda bukan
harta benda atau uang, melainkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai
kehidupan. Dengan kata lain kami mengharapkan anda sekalian tidak
bersikap mental materialistis atau duniawi.

"Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan
kaki-Nya! Kuduslah Ia! Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan
Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru
kepada TUHAN dan Ia menjawab mereka. Dalam tiang awan Ia berbicara
kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya
dan ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka. TUHAN, Allah kami,
Engkau telah menjawab mereka, Engkau Allah yang mengampuni bagi
mereka, tetapi yang membalas perbuatan-perbuatan mereka. Tinggikanlah
TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang
kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita"

 (Mzm 99:5-9)

Ign 12 Juni 2013

11 Juni

"Pergilah dan beritakanlah"

(Kis 11:21b-26; 13:1-3; Mat 10:7-13)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena
itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau
perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.0 Janganlah kamu membawa
bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila
kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan
tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah
orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya,
salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali
kepadamu" (Mat 10:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

·   Rasul adalah utusan, maka terpanggil sebagai rasul memang berarti
harus pergi untuk menyampaikan pesan dari yang mengutus. Terpanggil
menjadi rasul Tuhan berarti harus pergi untuk memberitakan sabda atau
kehendak Tuhan. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan sebagai
rasul ini diharapkan lebih mengandalkan diri sebagai yang hidup dan
bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan, daripada aneka macam
sarana-prasarana. Konon Petrus Kanisius, yang mendirikan kolese-kolese
atau sekolah-sekolah, memberi saran atau nasihat kepada para guru atau
pendidik agar dalam menyampaikan pengajaran atau ilmu pengetahuan
tidak menggantungkan diri pada alat peraga maupun alat bantu lain,
melainkan lebih menekankan pada wacana atau omongan, yang menunjukkan
bahwa guru atau pendidik sungguh menguasai bahan alias meneruskan apa
yang telah dimilikinya. Dalam hal kerasulan sebagai orang beriman hal
ini berarti kita dipanggil untuk mensharingkan atau membagikan
pengalaman iman kita, relasi kita dengan Tuhan. Maka sebagai orang
beriman pertama-tama hendaknya memperdalam dan memperkembangkan
relasinya dengan Tuhan, entah dengan bacaan rohani maupun meditasi
atau kontemplasi. Secara khusus kepada rekan-rekan yang sering
berkotbah atau mengajar agama kami harapkan terus memperdalam
pengalaman iman, sehingga kotbah atau ajarannya mengena pada para
pendengar, artinya mendorong dan memotivasi para pendengar untuk
semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun oleh sesamanya.
Semoga melalui kesaksian hidup para pengkotbah atau pengajar maupun
melalui ajaran dan kotbahnya semakin banyak orang semakin dirajai atau
 dikuasai oleh Allah.

·   "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah
Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia.Mereka tinggal bersama-sama dengan
jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen"
(Kis 11:23-26). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri atau
refleksi akan nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing.
Pertama-tama dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
umat Kristen dan Katolik: apakah kita layak disebut Kristen atau
Katolik, yang berarti cara hidup dan cara bertindak kita meneladan
cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Sebagai suami atau isteri
sejauh mana cara hidup dan cara bertindak anda menunjukkan diri bahwa
telah bersuami atau beristeri, demikian juga sebagai orangtua. Sebagai
pelajar apakah anda layak mengenakan diri sebagai pelajar, karena
memang sungguh memboroskan waktu dan tenaga setiap hari untuk belajar.
Kepada semua umat beragama kami harapkan untuk mawas diri: sejauh mana
anda layak disebut sebagai umat Islam, umat Hindu, umat Budha dst..
Sebagai warganegara sejauh maka kita mentaati dan melaksanakan aneka
tata tertib hidup bersama sebagai warganegara? Semoga para pemimpin
hidup bersama, entah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara maupun beragama dapat menjadi teladan dalam penghayatan
kesetiaan akan nama yang disandangnya.

"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku;
berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari
pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa
yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan;
mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan
firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan
orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti
jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mzm 17:1-5)

Ign 11 Juni 2013

10 Juni

"Berbahagialah"

(2Kor 1:1-7; Mat 5:1-12)

"Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun
mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."(Mat
5:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya merupakan inti
ajaran-ajaran Yesus, yang kemudian diuraikan atau dijabarkan lagi ke
dalam aneka ajaran yang sesuai dengan para pendengarNya maupun
lingkungan hidup para pendengar. Kiranya kita semua mendambakan hidup
berbahagia, damai sejahtera dan sehat wal'afiat baik secara fisik
maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk mewujudkan dambaan
tersebut kita diharapkan menghayati keutamaan-keutamaan seperti
"berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati,
suci hati, pembawa damai, siap sedia dicela dan difitnah karena
kebenaran". Dari keutamaan-keutamaan ini kiranya anda dapat memilih
keutamaan mana yang sesuai dengan kondisi dan situasi anda
masing-masing, yang dirasa mendesak dan up to date. Perkenankan saya
mencoba mawas diri perihal 'siap sedia dicela dan difitman karena
kebenaran', mengingat dan memperhatikan kebohongan masih marak di
sana-sini dalam kehidupan bersama kita. Berkata dan bertindak benar
berarti jujur apa adanya, tidak ada kepalsuan atau kebohongan
sedikitpun. Nilai ujian nasional yang ada pada masa kini pada umumnya
tidak benar, apa adanya, karena terjadi 'mark up'  nilai ujian sekolah
maupun nasional, dengan alasan kasihan pada para peserta didik atau
demi 'penghargaan' atas keberhasilan ujian nasional , yang sebenarnya
penghargaan palsu. Maka hemat saya bertindak benar perlu dimulai di
sekolah-sekolah, sehingga kelak pada peserta didik ketika berkembang
dan bertumbuh menjadi dewasa senantiasa berkata dan bertindak benar,
jujur dan apa adanya. Kami harapkan mereka yang bekerja di jajaran
pendidikan atau persekolahan dari tingkat nasional sampai
daerah/sekolah sungguh memperhatikan perihal hidup dan bertindak
benar, tidak bohong, tidak palsu atau berkorupsi dalam bentuk apapun.

·   "Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi
kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam
hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari
Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia
Allah. Sebab kami hanya menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu
baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan kamu akan memahaminya
sepenuhnya," (2Kor 1:12-13). "Khususnya dalam hubungan kami dengan
kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian Allah bukan oleh hikmat
manusia, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah", inilah kiranya
yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dalam hidup bersama kita
senantiasa berhubungan dengan orang lain, entah di dalam keluarga,
masyarakat maupun tempat kerja atau tempat tugas. Berkata dan
bertindak tulus dan murni itulah yang diharapkan dari kita semua
sebagai umat beriman. Khususnya dalam hal kemurnian kami harapkan
dihayati dalam relasi antar jenis, laki-laki dan perempuan, entah di
antara rekan muda-mudi maupun suami dan isteri. Hal ini terkait dengan
masalah hubungan seksual: kami harapkan rekan-rekan muda-mudi tidak
melakukan hubungan seksual sebelum hidup sebagai suami-isteri,
demikian juga rekan-rekan suami dan isteri hanya berhubungan seksual
dengan pasangan hidupnya sendiri. Dalam hal ketulusan hendaknya kita
semua berusaha menghayatinya, dan semoga kita semua memiliki hati yang
tulus, tidak bersandiwara dalam hati. Marilah kita tanggap ajakan
Yesus agar kita 'tulus seperti burung merpati dan cerdik seperti
ular'. Semoga para orangtua dapat menjadi teladan dalam hal ketulusan
hati bagi anak-anaknya serta mendidik dan membina anak-anak sedini
mungkin dalam hal ketulusan hati.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya
tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah
orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah
TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan
nama-Nya!5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan
melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm 34:2-5)

Ign 10 Juni 2013

Minggu Biasa X

Mg Biasa X : 1Raj 17:17-24; Gal 1:11-19; Luk 7:11-17

"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita"

Dalam kehidupan bersama sering muncul seseorang yang diimani menerima
wahyu atau anugerah khusus dari Allah, misalnya 'dukun' yang mampu
menyembuhkan aneka penyakit bagi mereka yang datang kepadanya dengan
penuh iman. Sebenarnya karena iman atau kepercayaan-nya yang menjadi
kekuatan atau modal utama penyembuhan, bukan petama-tama karena
kehebatan atau keunggulan sang dukun. Hal demikian yang senada pernah
muncul di wilayah Keuskupan Agung Semarang di tempat-tempat ziarah
Bunda Maria, seperti Sendang Sono dan Sendang Sriningsih, yaitu
'penampakan Bunda Maria' yang dimotori oleh Bapak Thomas (alm.), yang
ternyata itu merupakan karya 'para normal' yang jahat. Cukup banyak
umat berdatangan dari mana-mana, termasuk ada pastor dan suster maupun
bruder, sejak sore sudah berkumpul di area tempat ziarah sambil berdoa
untuk menunggu 'penampakan Bunda Maria' pada tengah malam. Namun entah
dukun atau Bapak Thomas ternyata bukan utusan Allah, maka dalam waktu
singkat hilang dan terlupakan sama sekali. Dalam Warta Gembira hari
ini dikisahkan 'Nabi' sejati, yaitu Yesus, yang membangkitkan orang
mati, dan beritanya tersebar ke mana-mana, dan banyak orang pun
percaya selamanya bahwa Yesus adalah Allah yang mendangi umatNya.

"Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu
ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya" (Luk 7:13-17)

Seorang janda yang memiliki anak tunggal pada umumnya sangat mengasihi
sang anak, maka ketika anaknya meninggal kita dapat membayangkan
betapa sedihnya, sehingga tangisannya tak mungkin dihentikan oleh
saudara-saudari atau kenalannya. Melihat sang janda Yesus
'tergerak-lah hatiNya oleh belas kasihan' dan Ia pun mengadakan
muzijat dengan membangkitkan anak tersebut dari kematiannya. Hal ini
membuat orang-orang yang melihatnya menjadi ketakutan, dan dari
ketakutannya mereka memuliakan Allah, sambil berkata :"Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita".

Nabi adalah utusan Allah dan Yesus disebut nabi besar berarti Ia
melebihi nabi-nabi lainnya, karena Ia adalah Allah yang menjadi
Manusia. Dalam hidup sehari-hari mungkin kita juga mengalami
kesedihan, maka jika demikian adanya marilah kita sadari dan hayati
bahwa Allah hadir di tengah-tengah kita, untuk membangkitkan kita dari
kesedihan atau kemurungan. Dengan kata lain ketika mengalami kesedihan
hendaknya mengarahkan diri kepada Allah seraya dengan rendah hati
mohon belas kasihanNya. Percayalah, imanilah jika kita dengan rendah
hati mohon belas kasihanNya pasti akan dikabulkan, karena Allah adalah
Maha Belas Kasih dan Maha Murah. Tentu saja ketika kita telah menerima
belas kasihanNya diharapkan meneruskan belas kasihan Allah tersebut
kepada orang lain, saudara-saudari kita.

Berbelas kasih berarti 'memberi' kepada orang lain tanpa syarat, dan
sebagaimana telah saya angkat sebelumnya bahwa 'memberi' merupakan
keharusan bagi kita semua sebagai manusia, ciptaan Allah, karena hidup
kita dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini juga
merupakan 'pemberian' atau anugerah dari Allah. Maka marilah kita
perhatikan dan cermati apakah ada di antara saudara-saudari atau
kenalan kita yang sedang mengalami kesedihan, dan sekiranya ada
marilah yang bersangkutan kita 'beri perhatian', antara lain dengan
mendatanginya untuk memberi sapaan atau sentuhan kasih. Jika kita
sungguh bersama dan bersatu dengan Allah, maka percayalah sapaan dan
sentuhan kasih kita akan menghibur dan membangkitkan saudara-saudari
kita yang mengalami kesedihan. Marilah kita saling memberi sapaan dan
sentuhan kasih satu sama lain,  sehingga kesedihan atau kemurungan
tidak ada lagi di antara kita.

"Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku
oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku,
supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka
sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; juga aku tidak
pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum
aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke
Damsyik." (Gal 1:15-17)

Apa yang dikatakan Paulus di atas ini kiranya dapat menjadi
permenungan bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus,
khususnya yang tidak termasuk sebagai bangsa Yahudi. Belas kasih atau
kasih karunia Allah, yang bagi kita yang beriman kepada Yesus berarti
Yesus sendiri, dengan semua ajaran maupun cara hidupNya. AjaranNya
tidak hanya bagi bangsa tertentu, melainkan bagi semua bangsa di dunia
ini, dan semua ajaranNya kiranya dapat dipadatkan dalam ajaran untuk
hidup dalam kasih, hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah
mengasihi kita. Bukankah ajaran perihal saling mengasihi juga
diajarkan oleh semua agama dan keyakinan?

Paulus membagikan pengalamannya bahwa 'Ia telah memilih aku sejak
kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya'. Hal ini
kiranya mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita adalah
'yang terpilih dan yang terkasih', yaitu ketika ada jutaan sperma
berebut satu telor, sel laki-laki berebut sel perempuan, dan hanya
satu yang menang dan terpilih, sehingga oleh kasih karuniaNya
persatuan sperma dan telor tersebut tumbuh berkembang sebagai manusia,
yang tidak lain masing-masing dari kita. Dengan kata lain kita telah
menang dan terpilih mengalahkan saingan yang jumlahnya jutaan, maka
sebagai pemenang dan terpilih hendaknya kita tidak takut dan tidak
gentar mewartakan atau menyebar-luaskan kasih karunia Allah.

Dalam diri kita masing-masing ada kekuatan luar biasa, maka hendaknya
dalam menghadapi tugas pekerjaan atau kewajiban hendaknya kita
senantiasa berpedoman pada motto "Success is my life, my life is
success". Jika motto ini hidup dalam hati dan pikiran kita, percayalah
apapun yang harus kita kerjakan atau lakukan, tentu saja apa yang
sesuai dengan kehendak Allah, pasti berhasil dengan baik dan sukses.
Kepada orang yang beriman kepada Yesus marilah kita meneladanNya,
dimana Ia berkata kepada sang pemuda yang telah  mati "Bangunlah", dan
yang mati akhirnya bangkit dan hidup kembali. Semoga dalam hati dan
pikiran kita senantiasa bergema kata 'bangunlah', sehingga kita
sendiri senantiasa hidup bergairah dan dinamis serta mampu
menggairahkan dan membangkitkan orang lain.

"Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang
kauucapkan itu adalah benar." (1Raj 17:24), demikian kata seorang
perempuan kepada Elia, yang telah membangkitkan anaknya dari kematian.
Kita dapat meneladan sang perempuan atau Elia. Meneladan sang
perempuan berarti setiap kali kita dibangkitkan atau digairahkan oleh
orang lain hendaknya kita berkata seperti perempuan tersebut kepada
orang yang bersangkutan. Sedangkan meneladan Elia berarti kita sungguh
menjadi 'abdi Allah' sehingga apa yang kita katakan  senantiasa benar
adanya, membangkitkan, membahagiakan dan menyelamatkan orang lain.

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke
atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN,
Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku
di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi
TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur
kepada nama-Nya yang kudus!Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur
hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi
terdengar sorak-sorai."

(Mzm 30:2.4-6)

Ign 9 Juni 2013