Sabtu, 30 Juni 2012

Minggu Biasa XIII


Mg Biasa XIII: Keb 1:13-15; 2:23-24; 2Kor 8:7.9.13-15; Mrk 5:21-43

"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"

Jika ada orang meninggal dunia pada umumnya keluarga yang bersangkutan maupun tetangga-tetangganya sibuk, bahkan ada yang ribut dan menangis. Memang secara manusia ketika ada salah satu saudara atau saudari kita meninggal dunia pada umumnya kita juga langsung sedih dan menangis, namun demikian hendaknya secara imani kita tidak perlu sedih dan menangis, bukankah mati berarti 'dipanggil Tuhan'? Artinya yang bersangkutan hidup mulia kembali di sorga bersama dengan Tuhan, dan dengan demikian kita memiliki saudara atau saudari di sorga, yang senantiasa mendoakan kita selama masih harus hidup dan berjuang di dunia ini dengan penuh tantangan, hambatan dan masalah. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini.

"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (Mrk 5:39)

Hidup atau mati adalah milik Tuhan, maka mati dan hidup kita sungguh tergantung dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan kita serta menganugerahi aneka macam kebutuhan untuk hidup kita, dan Tuhan juga yang berkuasa untuk memanggil kita alias menentukan kematian kita. Maka sebenarnya jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, baik kita sendiri ketika akan dipanggil Tuhan maupun saudara-saudari kita dipanggil Tuhan kita tidak perlu sedih dan menangis. Sebagaimana selama hidup di dunia senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ketika dipanggil Tuhan juga akan bersatu dan bersama dengan Tuhan secara personal tanpa dihambat oleh keingingan atau nafsu-nafsu manusiawi sedikitpun.

Baiklah kata 'tertidur' dalam sabda Yesus di atas juga kita fahami dan hayati sebagai lesu, lemah dan tak berdaya alias tak bergairah untuk hidup. Sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita bangkitkan mereka yang lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup. Mereka yang merasa lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup pada umumnya terlalu berpikir negatif, baik terhadap dirinya sendiri maupun saudara-saudarinya, maka salah satu cara membangkitkannya tidak lain adalah dengan mengangkat hal-hal positif yang ada dalam diri orang yang bersangkutan maupun dalam diri saudara-saudarinya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing akan lebih banyak apa yang positif daripada apa yang negatif.

Kita juga dapat meneladan Yairus yang dengan rendah hati dan penuh iman mohon kepada Yesus untuk membangkitkan anak perempuannya yang telah meninggal dunia. Tentu seja sekali lagi mati kita hayati sebagai putus asa atau marah, dimana secara manusiawi tak mungkin kita ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka baiklah dengan rendah hati dan penyerahan diri kita menghadap Tuhan mendoakan orang yang bersangkutan. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beriman atau beragama, dan tentu saja kita sungguh berdoa dan tidak hanya formal belaka, artinya seraya mendoakannya hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap yang bersangkutan dan tidak pernah melecehkan atau merendahkannya.

Mungkin baik juga saya angkat hal 'ribut-ribut'. Ribut-ribut pada umumnya membuat lingkungan hidup kacau atau amburadul, karena ada kemungkinan banyak orang juga ikut rebut-ribut. Orang yang mudah ribut-ribut biasanya yang bersangkutan merasa terancam atau kurang diperhatikan  dan melakukan keributan untuk menutupi ketakutannya atau minta diperhatikan, maka baiklah kita perhatikan secara konkret, antara lain ditemani dalam dan dengan kasih maupun kerendahan hati alias mau boros waktu dan tenaga bagi mereka dengan duduk bersama-sama. Coba perihal rebut-ribut direfleksikan juga dengan 'angin ribut' yang memang sungguh memporak-porandakan lingkungan hidup, maka orang rebut-ribut memang merusak kehidupan bersama. Baiklah sabda Yesus yang mempertanyakan mengapa ribut dan menangis kita tanggapi secara jujur.

"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan." (2Kor 8:13-15)

"Supaya ada keseimbangan" inilah ajakan Paulus kepada umat di Korintus yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Ajakan itu dapat digabungkan dengan kutipan yang diangkat oleh Paulus bahwa "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan". Kutipan yang diangkat Paulus ini hemat saya sungguh merupakan kebenaran konkret: perhatikan saja apa yang terjadi yaitu orang-orang yang kaya raya semakin kaya karena keserakahannya dan meskipun demikian juga merasa kurang terus, sedangkan orang miskin menerima apa adanya.

Kita semua diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, artinya tidak terlalu banyak perbedaan antar kita, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan, irihati atau kesalah-fahaman yang dapat membawa ke aneka macam keributan. Selama masih ada jurang yang dalam dan lebar antara yang kaya dan yang miskin, yang pandai/cerdas dan yang bodoh, dst.. memang kehidupan bersama dapat terganggu. Jurang dalam dan lebar dapat disebabkan oleh keserakahan dari mereka yang berkelebihan atau sebaliknya oleh kemalasan dari mereka yang berkekurangan. Mengingat dan memperhatikan kehidupan bersama yang damai, tentram dan sejahtera menjadi idaman atau dambaan kita semu, maka marilah kita saling membuka diri untuk bergotong-royong atau bekerjasama dalam aneka hal kebutuhan hidup bersama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kerjasama.

Kita semua diharapkan hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau memboroskan harta benda dan uang seenaknya. Dalam kesederhanaan kita dapat bergembira dan kiranya juga dijauhka dari aneka perilaku yang dengan cepat dapat mematikan kita. Maka selanjutnya marilah kita renungkan apa yang dikatakan oleh Kitab Kebijaksanaan ini.   

"Memang maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan. Di antaranyapun tidak ada racun yang membinasakan, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka." (Keb 1:13-15). Maut disini baiklah kita hayati sebagai yang loyo atau putus asa, yang pada umumnya karena keterbatasan manusia. Allah menghendaki kita semua agar tetap gembira dan bergairah, maka marilah kita yang beriman kepada Allah senantiasa mengusahakan untuk tetap gembira dan bergairah. Allah hidup dan bekarya terus-menerus siang malam tanpa kenal waktu dan tempat, maka dalam kondisi dan situasi apapun marilah kita imani karya dan pendampingan Allah yang tak pernah melupakan kita sedikitpun  

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai "

(Mzm 30:2-6).

Ign 1 Juli 2012

 

 

 


Jumat, 29 Juni 2012

30 Juni


"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

(Rat 2:2.10-14.18-19; Mat 8:5-17)

" Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Mat 5:8-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia datang ke dunia untuk menyelamakan seluruh dunia seisinya, tentu saja terutama manusia. Maka mereka yang sakit disembuhkan, yang berdosa diampuni, yang kesepian diperhatikan, yang lapar dan haus diberi makan dan minum dst.. Dalam kisah Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit serta mengusir setan. "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita", demikian firman yang disampaikan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia. Maka baiklah kita semua yang beriman kepadaNya hidup dan bertindak meneladanNya: hendaknya kita senantiasa siap sedia memikul kelemahan dan menanggung penyakit orang lain. Yang lemah kita kuatkan dan yang sakit kita sembuhkan, tentu saja tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga secara spiritual, yaitu mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Pertama-tama dan terutama marilah kita perhatikan mereka yang sakit hati dan sakit jiwa, dimana pada umumnya mereka mudah ngambeg atau marah-marah. Tentu saja menghadapi mereka yang mudah ngambeg dan marah-marah dibutuhkan kerendahan hati serta kasih pengampunan. Mereka yang mudah ngambeg atau marah-marah pada umumnya mengalami krisis afeksi, merasa kurang dikasihi dan terancam terus-menerus, maka hendaknya jangan dilecehkan atau direndahkan lagi, entah dengan kata-kata maupun tindakan. Angkatlah apa yang baik dan mengesan di hati mereka agar mereka sembuh dari sakit hati atau sakit jiwanya. Jika kita tak mampu membantu menyembuhkan, baiklah meneladan perwira sebagaimana dikisahkan hari ini, marilah kita datang menghadap Tuhan artinya mendoakannya.

·   "Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai, puteri Sion, cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam; janganlah kauberikan dirimu istirahat, janganlah matamu tenang! Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!" (Rat 2:18-19). Kutipan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siang malam, kapan pun dan dimana pun tidak melupakan doa. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah kepada Yang Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak Yang Ilahi. Maka baiklah kita senantiasa membuka hati, jiwa dan akal budi kita akan aneka masukan kehendak baik saudara-saudari kita sebagai kepanjangan kehendak Yang Ilahi. Tentu saja secara konkret kita juga harus membuka diri terhadap mereka yang sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan kita, yaitu mereka yang miskin dan berkekurangan dalam aneka hal kebutuhan hidup sehari-hari yang layak. Kami ingatkan juga bahwa meskipun kita dalam keadaan sendirian di jalanan atau di rumah untuk tidak melakukan hal-hal yang jahat atau tak bermoral, ingatlah dan sadari mungkin tidak ada orang lain yang tahu, tetapi Tuhan mengetahui semuanya.

"Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu? Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus." (Mzm 74:1-3)

Ign 30 Juni 2012


Kamis, 28 Juni 2012

HARI RAYA ST PETRUS DAN ST. PAULUS Rasul

HARI RAYA  ST PETRUS DAN ST. PAULUS


Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19


Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga Di dalam Gereja Katolik ada jabatan Paus, Uskup yang dibantu oleh para pastor paroki alias Hirarki dan Lembaga Hidup Bakti (biarawan dan biarawati). Hirarki merupakan kepanjangan peran Petrus sebagai wakil Yesus Kristus alias Pemimpin Gereja Katolik, sedangkan Lembaga Hidup Bakti merupakan kepanjangan dari peran Paulus sebagai Rasul Agung, yang dalam penghayatan panggilannya senantiasa bepergian ˜keliling dunia. Dua tokoh Gereja ini memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda dirayakan bersama-sama sebagai wujud penghayatan iman bahwa kerjasama dalam pelayanan pastoral, mewartakan Kabar Baik harus bekerjasama satu sama lain, di antara kita yang sungguh saling berbeda ini. Kerjasama hemat saya merupakan cirikhas pribadi kita masing-masing, karena masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama cintakasih antara orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus dan St.Paulus hari ini marilah kita mawas diri perihal kerjama, dan tentu saja pertama-tama juga harus mawas diri perihal anugerah, keterampilan dan kecakapan pribadi kita masing-masing (untuk itu dua santo ini dapat menjadi bahan mawas diri). Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Mat 16:19)


Ada kata yang sering diucapkan, yaitu Roma berkata, habis perkara. Kata-kata ini merupakan pengakuan iman bahwa Paus, Pemimpin Gereja Katolik, yang tinggal di Roma memiliki kuasa mengajar yang harus ditaati oleh semua anggota Gereja Katolik. Paus merupakan penerus Petrus, yang menerima tugas dari Yesus Kristus, sebagaimana disabdakan dalam kutipan di atas ini. Cukup banyak ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Pemimpin Gereja Katolik beserta Staf Kepausan: ada yang bersifat yuridis, dekrit, pastoral, anjuran, himbauan dst..


Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk membaca dan mempelajari aneka okumen kepausan tersebut, dan kebetulan tahun yang akan datang dimaklumkan sebagai Tahun Iman, suatu ajakan untuk mengadakan gerakan pendalaman dokumen-dokumen kepausan.


Pelaksanaan ˜kuasa mengajar Paus didelegasikan juga dalam hal-hal tertentu kepada para Uskup dan para Uskup kemudian juga mendelegasikan beberapa hal kepada para pastor, entah yang berkarya di paroki/territorial, sosial, pendidikan dst.. Hemat saya para pastor setiap minggu atau setiap hari dalam Perayaan Ekaristi senantiasa menyampaikan ajaran-ajaran yang bersumber pada Injil/Kitab Suci, aneka dokumen kepausan atau keuskupan maupun aneka refleksi iman sebagaimana tertulis dalam buku-buku. Maka kami berharap kepada segenap umat ketika berpartisipai dalam ibadat maupun kegiatan pendalaman iman untuk dengan sungguh-sungguh mendengarkan dan meresapkan atau mencccap dalam-dalam aneka masukan, informasi, nasihat dst.. yang disampaikan oleh pengkotbah maupun surat-surat edaran pastoral.


Setiap tahun paling tidak dua kali, yaitu selama masa Prapaskah atau masa Adven kita diajak untuk berpartisipasi ke dalam aneka kegiatan pendalaman iman, yang dikemas sesuai dengan tema-tema terpilih sesuai dengan situasi masyarakat, dengan harapan umat dapat dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka kami berharap kesempatan pendalaman iman selama masa Prapaskah maupun masa Adven sungguh diperhatikan; seluruh umat kami harapkan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, dan sekiranya tak mungkin dilakukan di lingkungan tempat tinggal, baiklah dilakukan di tempat kerja. Sabda Yesus kepada Petrus di atas kiranya juga perlu kita renungkan atau refleksikan terkait dengan ikatan-ikatan atau janji-janji yang telah kita ikrarkan. Kami percaya ketika kita sedang berjanji, yaitu janji nikah, kaul, janji imamat, janji pegawai, janji pelajar dst .. kiranya kita menghayatinya sebagai rahmat atau anugerah Tuhan, dengan kata lain memang Tuhan lah yang mengikat janji-janji tersebut. Karena yang mengikat adalah Tuhan, maka hendaknya kita jangan seenaknya saja memutuskan atau membuat ikatan menjadi kendor atau pudar. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kiranya ikatan semakin kuat dan erat, tak terpisahkan. Selanjutnya marilah kita refleksikan apa yang terkait dengan pengalaman iman St Paulus sebagai rasul agung.


Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.(2Tim 4:6-8)

Paulus memang dikenal sebagai pekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati panggilannya dan seorang rasul ia juga tidak mau menjadi beban bagi umat, melainkan ia mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan membuat kemah untuk dijual. Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat, demikian sharing iman Paulus, yang kiranya layak untuk kita renungkan atau refleksikan. Fungsi darah dalam tubuh kita tidak lain adalah menghidupkan seluruh anggota tubuh sehingga semua anggota tubuh fungsional semuanya sesuai dengan fungsi masing-masing dan dengan demikian tubuh sehat walafiat, segar bugar. Maka dari itu anda semua untuk mengusahakan dan merawat tubuh tetap segar bukan, dan untuk itu hendaknya senantiasa menikmati makanan yang bergizi sesuai dengan pedoman empat sehata lima sempurna disertai olahraga yang memadai. Hendaknya dijauhkan aneka jenis makanan dalam kemasan atau instant. St Paulus kiranya dapat menjadi teladan bagi rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti yang bersifat mondial, yang senantiasa siap sedia untuk diutus kemana pun. Namun demikian hemat saya juga dapat menjadi teladan bagi siapapun yang tugas pekerjaannya senantiasa bepergian, tidak menetap di kantor terus-menerus. Hendaknya dimana pun berada atau kemana pun pergi senantiasa menjadi pewarta kabar baik, artinya jati dirinya senantiasa baik sehingga kehadirannya tanpa melakukan sesuatu pun membuat lingkungan hidupnya semakin baik, apalagi ketika melakukan sesuatu akan menggembirakan dan membahagiakan orang lain tanpa pandang bulu.


Semua orang kiranya mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, maka meskipun kita berbeda satu sama lain, seperti Petrus dan Paulus, hendaknya kita bekerjasama dalam pelayanan dan hidup bersama. Secara konkret kami harapkan para pelayan territorial bekerjasama dengan mereka yang bekerja di fungsional: Lembaga Hidup Bakti kehadirannya di suatu wilayah keuskupan hendaknya bekerja sama dalam pelayanan, Hirarki bekerjasama dengan Kharisma. Memang secara konkret akhirnya kami harapkan para biarawan-biarawati di wilayah paroki tertentu bekerja sama dengan pastor paroki setempat, dan tentu saja pastor paroki setempat juga harus memperhatikan kehidupan rohani para anggota lembaga hidup bakti di wilayahnya.


Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! (Mzm 34:2-9)

Ign 29 Juni 2012

Rabu, 27 Juni 2012

28 Juni

"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi  satu"
 (2Tim 2:22b-26; Yoh 17:20-26)


Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Ireneus, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Terpanggil sebagai uskup maupun pastor/imam sebagai pembantu uskup serta para pembantu pastor/imam di paroki dst, seperti anggota/pengurus dewan paroki, pengurus stasi dan linkungan, para pendeta atau pemuka umat beragama, hemat saya memiliki tugas atau panggilan sebagai pemersatu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan Yang Mulia para uskup, rekan-rekan imam beserta para pembamtunya untuk senantiasa mengusahakan persatuan umat yang harus dilayaninya. Usahakan agar terjadi kesatuan hati dan budi di kalangan umat Allah, karena kehidupan hidup bersama yang dijiwai oleh kesatuan hati dan budi pada dirinya sendirinya bersifat missioner, memikat, mempesona dan menarik bagi banyak orang untuk mendekat bergabung. Pertama-tama kami mengajak para pastor paroki yang tinggal bersama dan bekerja bersama melayani umat di parokinya untuk menghayati kebersamaan hidup dan karya: hendaknya yang muda maupun yang tua saling menghormati, menghargai dan mengasihi satu sama lain. Para pengurus atau anggota dewan paroki kami harapkan juga menghayati kebersamaan hidup, demikian juga para ketua stasi atau lingkungan. Salah satu usaha yang hendaknya tidak ditinggalkan dan dapat dikerjakan setiap hari adalah berdoa: berdoalah bagi seluruh umat Allah agar merekapun juga hidup bersama dijiwai oleh kesatuan hati dan budi; anta umat Allah kami harapkan juga saling mendoakan dan mengujungi. Tak ketinggalan kami juga mengingatkan para suami-isteri atau bapak-ibu dapat menjadi teladan persatuan hidup bersama sampai mati, saling mengasihi sampai mati sebagaimana telah diikrarkan ketikaƂ  mengawali bersama hidup sebagai suami-isteri.


Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.(2Tim 2:24-26). Kutipan ini sangat bagus untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para hamba Tuhan. Yang disebut seorang hamba pada umumnya sungguh melayani dengan baik mereka yang harus dilayani. Marilah kita ingat dan sadari bahwa para gembala Gereja senantiasa berusaha untuk hidup melayani serta menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina, meneladan Yesus yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Para hamba Tuhan dipanggil untuk saling ramah, sabar dan lemah lembut. Sabar adalah sikap dan  perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan dan masalah (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak sabar pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskn dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kapan pun dan dimana pun. Berbagai masalah dan rangsangan pada masa kini memang marak serta mengundang dan merayu orang untuk marah dan menggerutu serta tergesa-gesa menanggapi tanpa dipikirkan dan direnungkan lebih dahulu.

TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai (Mzm 30:3-6)



Ign 28 Juni 2012

Selasa, 26 Juni 2012

27Juni


"Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik"

(2Raj 22:8-13; 23:1-3; Mat 7:15-20)

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Mat 7:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada awal hidupnya, entah itu manusia, binatang atau tanaman pada umumnya baik adanya, itulah jati diri ciptaan Allah yang diciptakan dalam keadaan baik. Namun dalam perjalanan waktu perkembangan dan pertumbuhan apa yang baik tersebut sering atau pada umumnya mengalami erosi, atau bahkan tumbuh berkembang menjadi jelek. Kami berharap kepada kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, entah yang masih dalam keadaan baik atau mulai jelek atau rusak, untuk mawas diri. Kepada yang masih baik kami harapkan untuk tetap setia dan tambah memperkembangkan kebaikannya, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah; sedangkan yang mulai jelek atau rusak kami ajak untuk bertobat kembali menjadi baik seperti semula. Untuk bertobat atau memperbaharui diri masih tersedia kesempatan dan kemungkinan cukup banyak, karena Allah sungguh Mahakasih dan Mahapengampun, maka segeralah bertobat agar tidak "ditebang dan dibuang ke dalam api". "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka", demikian sabda Yesus yang hendaknya juga kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita lihat dan cermati cara hidup dan cara bertindak saudara-saudari kita; jika cara hidup dan cara bertindaknya baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain, maka jelaslah orang yang bersangkutan baik adanya, entah agama atau keyakinannya apapun. Maka jangan terjebak pada omongan yang manis dan mempesona, melainkan perhatikan cara hidup dan cara bertindak orang. Kepada kita semua kami ajak untuk senantiasa berperilaku atau bertindak baik dimana pun dan kapan pun.

·   "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya." (2Raj 22:13). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita bersama. Petunjuk Tuhan dapat kita temukan dimana-mana, antara lain di dalam Kitab Suci kita masing-masing, dalam aneka tata tertib atau aturan hidup dan kerja bersama dst.. Maka perkenankan saya memberi contoh-contoh. Parida pelajar atau mahasiswa jika mendambakan hasil atau buah yang baik dalam belajar kami harapkan setia melaksanakan tugas belajar setiap hari dan tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian saja. Dengan tekun dan rendah hati dengarkan pengajaran yang disampaikan oleh para guru atau dosen, dengarkan dan cecap dalam-dalam apa yang diajarkan. Para pekerja atau pegawai kami harapkan setia mentaati aturan kepegawaian atau melaksanakan pekerjaan, tidak bermalas-malas di tempat kerja; ingatlah dan sadari serta hayati bahwa imbal jasa atau gaji yang anda terima berasal dari orang banyak, termasuk orang-orang miskin yang mengkomsumi hasil kerja anda. Mereka yang terpanggil, entah menjadi imam, bruder atau suster maupun orangtua, kami harapkan setia pada janji atau kaul yang pernah dikrarkan, dan kami harapkan dapat menghasilkan buah kasih yang melimpah ruah bagi saudara-saudarinya. Jauhkan aneka bentuk kemarahan atau kejengkelan saudara-saudari kita, karena kita hidup seenaknya, tak bertanggungjawab, bermalas-malasan saja. Mereka yang berada di jalanan kami harapkan setia mentaati aneka tata tertib di jalan, jika mendambakan selamat sampai  di tujuan.

"Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!."

(Mzm 119:34-37)

Ign 27 Juni 2012


Minggu, 24 Juni 2012

25 Juni

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu
(2Raj 17:5-8.13-15a.18; Mat 7:1-5)

 

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Kecenderungan orang yang berada "di atas"(orangtua, guru, pemimpin, pamong/moderator dst..) pada umumnya lebih suka melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang ada Ć¢€˜di bawahnyaĆ¢€™(anak, murid/ siswa, anak asuh dst.), dan kurang melihat dan memperhatikan kelebihan-kelebihannya. Orang juga tidak mudah mengakui kelemahan dan kekurangannya sendiri dan lebih suka menutu-nutupinya melalui aneka cara. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mudah berpikiran negatif terhadap orang lain, melainkan hendaknya lebih bersikap positif. Secara khusus kami ingatkan dan ajak mereka yang berkarya dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan, entah formal maupun informal, untuk senantiasa berpikiran positif terhadap peserta didik atau binaannya, dengan kata lain menghayati tugas dan panggilan dengan inspirasi atau semangat karya penciptaan Allah. Untuk itu refleksi hendaknya menjadi acuan kegiatan dalam proses pembelajaran, dimana para peserta didik atau anak asuh setiap hari diajak untuk berrefleksi diri atau mawas diri, melihat kelebihan dan kekurangan, kecakapan dan keterampilan, dan kemudian diajak untuk mengembangkan kelebihan, kecakapan dan keterampilan masing-masing. Dengan kata "cura personalis" (perhatian terhadap pribadi-pribadi) juga harus menjiwai dalam proses pembelajaran. Kepada mereka yang masih suka lebih memperhatikan kelemahan dan kekurangan orang lain kami ajak untuk bertobat, memperbaharui diri dengan lebih memperhatikan kelebihan, kecakapan dan keterampilan orang lain.

"Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." (2Raj 17:13), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui utusan-utusanNya. Firman atau sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk meninggalkan jalan-jalan yang jahat dan kemudian menempuh atau menelusuri jalan-jalan yang baik, yaitu perintah dan ketetapan Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing atau dalam aneka
arahan, petunjuk, aturan atau tata tertib yang diundangkan oleh pemimpin agama kita masing-masing. Di dalam setiap ibadat kiranya kita semua mendengarkan kotbah atau ceramah dari pemimpin agama kita atau pengkotbah yang berusaha menterjemahkan isi Kitab Suci ke dalam aneka petunjuk, pedoman atau acuan konkret untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka jika kita tidak sempat membaca dan merenungkan sendiri isi Kitab Suci, marilah kita dengarkan dengan rendah hati dan penuh perhatian kotbah atau ceramah keagamaan dalam ibadat-ibadat atau aneka kesempatan. Selain itu marilah kita dengarkan dan resapkan kehendak baik saudara-saudari kita dan kemudian kita sinerjikan menjadi kehendak baik bersama serta kita hayati bersama-sama. Saya percaya kita semua memiliki kehendak baik, dan sering kelihatan berbeda satu sama lain, maka baiklah kita komunikasikan kehendak baik tersebut kepada saudara-saudari kita. Pendek kata marilah kita senantiasa lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang ada dalam diri kita masing-masing maupun dalam diri saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA.

 

Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang .Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia (Mzm 60:3-4.12-13)

Ign 25 Juni 2012

Sabtu, 23 Juni 2012

Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis


HR KELAHIRAN YOHANES PEMBAPTIS: Yes 49:1-6; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66.80

"Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia"

Anak yang masih dalam kandungan ibu pada umumnya, sang ibu dan bapak sudah mulai merencanakan nama anak yang akan lahir nanti; menyiapkan dua nama laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain pemberian nama pada anak datangnya tidak tiba-tiba, melainkan dipikirkan dan direnungkan cukup lama, sesuai dengan dambaan atau harapan terhadap anak tersebut. Dalam suku-suku tertentu memiliki tradisi: nama marga harus dipakai dalam nama anak yang baru saja dilahirkan, sebagaimana juga harus terjadi dengan anak yang dilahirkan oleh Elisabet: anak laki-laki yang dilahirkan harus menggunakan nama ayahnya, yaitu Zakheus. Namun Zakheus telah menerima wahyu dari Allah ketika ia akan dikandung oleh Elisabet, bahwa Elisabet isterinya akan mengandung seorang anak laki-laki dan harus dinamai Yohanes. Pemberian nama Yohanes pada anak yang dilahirkan oleh Elisabet menggemparkan saudari-saudarinya dan masyarakat, karena tidak seperti biasanya, maka merekapun berseru atau bertanya-tanya "Menjadi apakah anak ini nanti?".

"Menjadi apakah anak ini nanti? Karena tangan Tuhan menyerati dia" (Luk 1:65)

Kelahiran Yohanes secara fisik kiranya sungguh merupakan keajaiban atau anugerah luar biasa, karena dalam usia lansia Elisabet mengandung dan melahirkannya, ia yang telah disebut mandul tiba-tiba mengandung dan melahirkan seorang anak. Kehendak Tuhan memang tidak sama dengan kehendak manusia, dan berkenaan dengan Yohanes pun kiranya ayahnya, Zakheus maupun ibunya, Elisabet, pasti berjanji kepada Tuhan jika dianugerahi anak akan dipersembahkan kepada Tuhan, dan terserah Tuhan menghendakinya. Tangan Tuhan menyertai Yohanes sejak masih ada di dalam kandungan atau rahim Elisabet; berada di tangan Tuhan memang mau tak mau harus setia mengikuti kehendak dan perintah Tuhan.

"Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Luk 1:13-17), demikian sabda Tuhan melalui malaikatNya perihal masa depan Yohanes, yang telah lahir dari kandungan Elisabet.

Yohanes memiliki tugas dan panggilan "menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya", dengan kata lain ia dipanggil menjadi 'bentara Penyelamat Dunia', orang yang mempersiapkan dan merintis jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia. Sebagai orang beriman berarti Tuhan senantiasa menyertai kita, maka kita sebagai orang beriman juga dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, mempersiapkan saudara-saudari kita, umat manusia untuk siap sedia menerima kedatangan Tuhan. Salah satu tugas atau pekerjaan orang yang mempersiapkan kedatangan orang penting dan terhormat adalah mengadakan pembersihan lingkungan, mengatur lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga layak untuk didatangi atau dikunjungi. Kita dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan berarti kita harus lebih baik mengusahakan kebersihan dan kelayakan lingkungan hidup.

Membersihkan dan mengatur lingkungan hidup tentu saja pertama-tama dan terutama yang perlu dibersihkan dan diatur ialah manusia-manusianya, karena jika manusianya bersih dan teratur dengan demikian lingkungan hidup juga akan bersih dan teratur. Manusia yang bersih artinya bersih dari dosa, dengan kata lain hidupnya baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka marilah kita ajak saudara-saudari kita yang berdosa untuk bertobat. Marilah mereka yang cara hidup dan cara bertindak amburadul kita ajak hidup dan bertindak teratur. Salah satu bentuk keteraturan antara lain orang setia dan disiplin dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajibannya. Kesetiaan dan kedisiplinan pada masa kini sungguh mendedak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita" (Kis 13:24-26)

"Membuka kasut dari kakiNya pun aku tidak layak", demikian ungkapan atau kata Yohanes yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan serta hayati. Kata-kata atau ungkapan ini hemat saya menunjukkan kerendahan hati seseorang, dan keutamaan kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan utama, yang mendasari keutamaan-keutamaan lainnya. Sekali lagi kami angkat salah satu arti rendah hati, sebagaimana pernah saya sampaikan: "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24)

Penghayatan rendah hati pada masa kini antara lain adalah tidak mudah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau orang menyakiti dan mempersulit hidup dan kerja kita. Pada masa kini hemat kami orang dengan mudah mengeluh dan menggerutu ketika harus mengkonsumi makanan yang tidak enak namun sehat, demikian juga ketika harus bekerja berat sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibiasakan mengkomsumi makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak enak dengan berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna'. Jika orang dalam hal makan dan minum tidak mudah mengeluh atau menggerutu, maka yang bersangkutan juga akan mudah untuk berperilaku rendah hati.

"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:6), demikian firman Allah kepada Yesaya, sang nabi. Sebagai orang beriman kita memiliki panggilan kenabian juga, maka marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi 'terang bagi bangsa-bangsa'. Hidup dan bertindak menjadi terang berarti senantiasa dalam keadaan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur alias tidak pernah mengecewakan dan melukai orang lain sedikitpun. Dengan kata lain marilah kita senantiasa saling berbuat bagi dengan sesama atau saudara-saudari kita tanpa pandang bulu atau SARA.

"Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah" (Mzm 139:13-15)

Ign 24 Juni 2012

  

 

 


Jumat, 22 Juni 2012

23 Juni

"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan"

(2Taw 24:17-25; Mat 6:24-34)


Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Cukup banyak orang pada masa kini hidup mendua atau bekerja siang malam serta kurang istirahat karena khawatir akan apa yang akan dipakai, dimakan dan diminum hari esok. Ada juga orang yang mengumpulkan harta benda atau uang untuk ˜tujuh turunan", sehingga siang malam kerja keras dan mungkin juga termasuk melakukan korupsi. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia pada tugas dan panggilan atau pekerjaan utama, bukan sambilan atau sampingan. Memang tugas sambilan atau sampingan sering lebih enak dan nikmat, sebagaimana isteri kedua atau suami kedua alias WIL atau PIL, karena kurang atau tidak menuntut tanggungjawab, dan yang penting membayar dengan uang.

 

Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehariĆ¢€, demikian sabda Yesus, yang hemat saya juga sering kita doakanƂ  setiap hari dalam doa Bapa Kami, yaitu Ć¢€Å“Berilah kami rezeki hari ini secukupnyaĆ¢€. Secukupnya berarti bukan sebanyak-banyaknya. Kembali perihal hidup mendua atau Ć¢€˜double lifeĆ¢€™ , yang sering dilakukan oleh mereka yang terpanggil, entah terpanggil menjadi imam, bruder, suster maupun bapak dan ibu. Ada orang sukses dalam tugas sebagai imam, bruder atau suster, tetapi sukses juga secara diam-diam dalam hal berpacaran, demikian juga ada orang yang nampak mesra dengan pasangan hidupnya, tetapi juga sukses dan mesra dengan teman selingkuhnya. Kepada mereka yang hidup mendua kami ajak untuk bertobat dan kembali kepada tugas atau panggilan utama atau pokok.

 

"Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah TUHAN, sehingga kamu tidak beruntung? Oleh karena kamu meninggalkan TUHAN, Ia pun meninggalkan kamu!" (2Taw 24:20). Kita semua kiranya mendambakan senantiasa beruntung dalam kehidupan dan tugas maupun pekerjaan kita masing-masing. Jika kita mendambakan keberuntungan hendaknya jangan pernah meninggalkan Tuhan dalam hidup dan kerja setiap hari dimana pun dan kapan pun. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari Tuhan dan harus kembali kepada Tuhan pada waktunya, yaitu ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan dapat kembali hidup mulia bersama Tuhan di sorga jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa bersamaNya, artinya hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tidak meninggalkan Tuhan berarti juga tidak pernah selingkuh atau menyeleweng dari tugas dan panggilan atau pekerjaan utama. Perselingkuhan suami atau isteri pada masa kini semakin marak, seiring dengan kebebasan dan kemudahan berkomunikasi, entah melalui HP atau Internet. Bahkan saya pernah mendengar ada kelompok ibu-ibu yang berselingkuh dan telah bercerai dengan suami atau pasangan hidupnya, dengan kata lain menjual diri atau melacur dengan bebas. Demikian juga ada pemuda atau bapak yang menjadi gigolo alias piala bergilir bagi para ibu atau perempuan yang haus akan seks. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tak terikat oleh ruang dan waktu, maka segala perselingkuhan anda akan diketahui olehNya.

 

Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-KuĆ¢€ (Mzm 89:29-32)

 

Ign 23 Juni 2012

Kamis, 21 Juni 2012

22 Juni


"Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada"

(2Raj 11:1-4.9-18.20; Mat 6:19-23)

 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hati adalah pelita kehidupan, maka orang akan kelihatan baik atau buruk tergantung dari hatinya. Keadaan hati orang dapat dicermati dalam hal-hal apa yang menjadi perhatiannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Orang yang perhatiannya pada hal makan dan minum berarti apa yang ada dalam hatinya hanya kenikmatan makanan dan minuman saja, demikian juga orang yang omongan dan perhatiannya hanya masalah seksual, berarti yang ada di dalam hatinya adalah kenikmatan seksual.  Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memiliki perhatian dalam hal iman, dimana hati senantiasa dipersembahkan kepada Allah melalui perhatian terhadap keselamatan pribadi maupun saudara-saudarinya. Maka dengan ini kami mengharapkan para orangtua untuk lebih memperhatikan kehidupan beriman, baik pada dirinya sendiri maupun pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Sekiranya kita kaya akan uang dan harta benda, baiklah kita sadari dan hayati bahwa semuanya itu merupakan anugerah Allah, maka semakin kaya akan uang dan harta benda hendaknya juga semakin beriman kepada Allah, menjadi orang yang peka terhadap kebutuhan sesamanya, 'to be man or woman with/for others'. Sebaliknya kepada mereka yang miskin atau berkekurangan dalam hal uang atau harta benda kami harapkan juga tidak bersikap materialistis, melainkan hendaknya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya bahwa ada orang-orang yang baik hati akan menolong atau membantunya sesuai dengan kebutuhan anda masing-masing. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami harapkan meneladan Yesus, yang walaupun kaya, telah memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain.

·   "Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN." (2Raj 11:18). "Rumah Baal" adalah rumah dewa-dewa, yang berarti tempat penyembahan berhala-berhala. Berhala-berhala masa modern saat ini antara lain menggejala dalam aneka bentuk harta benda atau uang, khususnya generasi muda atau remaja dan anak-anak adalah sarana –prasarana modern seperti HP, komputer maupun Ipad, maklum mereka 'dilahirkan di depan HP, komputer atau Ipad' sehingga sangat sulit terpisahkan dari sarana-prasarana tersebut. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk memperhatikan hal ini. Mungkin sulit atau tak mungkin sama sekali memisahkan mereka dengan IT tersebut, namun kiranya baik diusahakan agar mereka pernah mengalami dalam jangka waktu tertentu tidak menggunakan IT tersebut, agar dapat mengambil jarak terhadap IT serta memfungsikannya sebagai sarana untuk mamanusiakan manusia. Sebagai contoh di Seminari Menengah Mertoyudan para seminaris tidak boleh membawa HP, dan penggunaan Internet pun dibatasi. Kami berharap  di sekolah-sekolah juga diberlakukan untuk waktu tertentu atau jangka waktu tertentu para siswa/murid tidak diperkenankan membawa HP. Semoga para tokoh agama apapun dapat menjadi teladan dalam pemberantasan sembah-sujud pada berhala-berhala modern ini, dan dapat menjadi teladan dalam pemfungsian IT sebagai sarana, bukan tujuan. Dengan kata lain hidup dan bertindak sederhana pada masa kini hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.

"TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya" (Mzm 132:11-14)

Ign 22 Juni 2012


Rabu, 20 Juni 2012

21 Juni

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
(Rm 12:1-2.9-17.21; Luk 10:23-30)

" Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Luk 10:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang yang kaya akan harta benda dan uang serta bersikap mental materialistis pada umumnya sungguh pelit dan penuh hitung-hitungan. Hal ini pernah saya saksikan di rumah duka St.Carolus Jakarta, dimana melayani orang-orang kaya sudah sangat bagus, ternyata masih rewel, minta ini dan itu, dan setelah selesai dilayani pun tak mengucapkan terima kasih sedikitpun. Sebaliknya melayani mereka yang miskin sungguh membahagiakan, karena meskipun mereka dilayani apa adanya tahu terima kasih.  "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.", demikian sabda Yesus yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Aneka harta benda atau uang hemat saya merupakan anugerah Allah, yang kita terima melalui kerja keras dan kebaikan saudara-saudari kita, tidak hanya hasil usaha atau keringat kita saja. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua agar memfungsikan harta benda maupun uang sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Allah melalui saudara-saudari, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Secara khusus kami ingatkan dan ajak rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak bersemangat materialistis baik dalam hidup maupun karya atau pelayanan. Peangalaman saya pribadi sebagai imam Yesuit dengan meninggalkan orangtua, saudara-saudari kandung serta harta benda, benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus, yaitu akhirnya mempunyai lebih banyak saudara-saudari, sahabat dan teman, demikian juga dalam hal kebutuhan untuk hidup dan kerja senantiasa tercukupi. Semoga banyak rekan muda-mudi atau anak-anak tergerak untuk hidup membiara atau imamat.    
·   "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa" (Rm 12:9-12), demikian pesan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar dalam saling mengasihi tidak pura-pura atau bersandiwara, saling mendahului dalam memberi hormat, hidup rajin, penuh pengharapan, sabar dan tekun. Manakah dari keutamaan-keutamaan ini yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup dan kerja kita setiap hari? Baiklah saya mengajak anda sekalian dalam hal saling mengasihi: hendaknya kita saling mengasihi secara total, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga, yang antara lain dapat kita wujudkan dalam saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini adalah pelit akan waktu dan tenaga bagi saudara-saudarinya, konon karena tugas dan pekerjaan alias untuk mencari uang atau harta benda sebanyak-banyaknya. Harta benda dan uang dalam waktu sekejap dapat musnah atau hilang, sebaliknya pengalaman dikasihi dan diperhatikan akan mengesan sampai mati, maka marilah kita wariskan kasih kepada anak-anak kita, bukan harta benda atau uang; kita wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan, bukan sawah dan ladang maupun papan dan pangan.
"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)
Ign 21 Juni 201221

Selasa, 19 Juni 2012

20 Juni


"Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka"

(2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6:1-6.16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tindakan atau perilaku munafik hemat saya masih cukup banyak terjadi, entah secara pribadi atau organisatoris, yaitu berbuat baik ketika dilihat orang, sedangkan ketika tak dilihat orang hidup dan bertindak seenaknya, misalnya di kamar sendirian bermalas-malasan saja. Yang juga cukup memprihatinkan bagi kami adalah yang terjadi secara organisatoris entah yang dilakukan oleh orang-orang swasta maupun pemerintah, misalnya ketika memberi sumbangan atau derma dengan mengundang wartawan media massa dan minta untuk diberitakan ke mana-mana, padahal sumbangan tersebut berasal atau bersumber dari organisasi bukan pribadi. Marilah kita berantas sikap mental munafik atau 'cari muka', dan tentu saja dari diri kita sendiri diharapkan tidak munafik dan mencari muka. Hendaknya jika ada kesempatan untuk berbuat baik segera kita wujudkan atau manfaatkan, tanpa pikir dilihat orang atau tidak. Demikian juga dalam hal berdoa, hendaknya mau berdoa jika dilihat orang saja, melainkan tidak dilihat pun, misalnya di kamar sendirian kita tetap berdoa. Bahkan ketika tak mungkin berdoa secara vokal, karena mengganggu lingkungan, baiklah kita dapat berdoa secara batin. Doa yang benar adalah relasi hati kita dengan Allah, yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita, bukan panjangnya atau kerasnya kata-kata. Hati yang terarah kepada dan dikuasai oleh Yang Ilahi itulah doa sejati.

·    "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan" (2Raj 2:6), demikian kata nabi Elia. Taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan, itulah yang dihendaki oleh nabi Elia. Sungai Yordan dikenal sebagai sungai yang suci, artinya airnya suci, dimana Yohanes Pembaptis juga membapis orang-orang, termasuk membaptis Yesus. Maka pergi ke sungai Yordan bagi kita semua yang telah dibaptis berarti diajak dan dipanggil untuk mengenangkan janji baptis yang pernah kita ikrarkan dengan bangga dan meriah. Bukankah ketika dibaptis kita telah berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa setia menghayati janji baptis tersebut. Kesetiaan pada agama dapat kita wujudkan dengan melaksanakan perintah dan kehendak Tuhan dimana pun dan kapan pun, serta menolak aneka godaan dan rayuan setan. Godaan dan rayuan setan pada masa kini menggejala dalam aneka bentuk kenikmatan duniawi yang menggiurkan, dan kelihatan mempesona, nikmat dan memikat. Orang yang bersikap mental materialistis pasti akan takluk kepada godaan atau rayuan setan, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menjauhkan diri dari  sikap mental materialistis. Kami berharap para orangtua mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk tidak bersikap mental materialistis, antara lain dengan teladan konkret para orangtua. Demikian juga kami berharap kepada para orangtua dan guru/pendidik untuk lebih mengutamakan dan mendahulukan agar anak-anak atau peserta didik menjadi orang baik bukan pandai saja.

"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung." (Mzm 31:20-21.24)

Ign 20 Juni 2012

  


Senin, 18 Juni 2012

19 Juni


"Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna"

(1Raj 21:17-29; Mat 5:45-48)

"Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap dari kita ketika baru saja dilahirkan ke dunia ini, keluar dari rahim ibu kita masing-masing, dalam keadaan suci dan bersih adanya, memikat, mempesona dan menarik. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh lingkungan maupun kelemahan dan kerapuhan kita ternyata tambah pengalaman dan usia juga tambah dosa dan kekurangannya, kita menolak kasih Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Yesus bahwa matahari diterbitkan dan hujan diturunkan bagi orang benar dan orang jahat, dalam kenyataan sering orang yang mengaku dirinya benar dan baik anti matahari dan hujan, yang ditandai ada sinar matahari sedikit saja lalu pakai payung dan halaman-halaman rumah dibeton. Bukankah hal ini berarti menolak rahmat dan kehidupan? Orang jahat memang membenci matahari agar kejahatan mereka tak terlihat, namun mungkin mereka mencintai hujan, karena dengan demikian lebih bebas bepergian dan melakukan kejahatan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi sempurna sebagaimana Allah telah menciptakan dan menghendaki kita. Salah satu wujud mengusahakan kesempurnaan hidup antara lain dengan mengasihi siapapun dan apapun yang diciptakan oleh Allah, maupun buah-buah ciptaanNya. Kita juga dipanggil untuk tetap mengasihi mereka yang membenci atau memusuhi kita. Pelatihan yang baik dalam hal ini hemat saya adalah pembiasaan sedini mungkin, sejak bayi, untuk mengkonsumsi aneka makanan dan minuman yang sehat, meskipun tidak enak dan nikmat di lidah. Marilah kita hayati bahwa semua ciptaan lain selain manusia di bumi ini diperuntukkan bagi manusia untuk mengusahakan keselamatan jiwa manusia.

·   "Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya." (1Raj 21:29), demikian firman Allah kepada Elia, perihal Ahab.  Ahab setelah menerima peringatan dan tegoran keras dari nabi Elia, tergerak untuk bertobat, menyadari diri yang berdosa serta mohon kasih pengampunan Allah. Ahab diampuni, namun anak-anaknya tidak menerima kasih pengampunan. Jika dipikirkan hal ini kelihatan bahwa Allah tidak maha pengasih dan pengampun, dan begitulah yang terjadi dalam alam pikiran Perjanjian Lama. Pendosa besar akan diampuni namun dampak dari dosa-dosanya ternyata sudah melebar atau mempengaruhi anak-anak beserta orang-orang di lingkungan hidupnya, yang kiranya mereka tidak menyadari sebagai yang telah berdosa. Dengan kata lain hal ini merupakan peringatan bagi kita semua, para pemimpin, atasan atau orangtua, dan khususnya orangtua. Dalam kenyataan sering kita dengar bahwa orangtua/ibu yang kena penyakit HIV maka ketika memiliki anak secara otomatis anak kena penyakit HIV yang tak tersembuhkan. Penyakit inilah yang tak mungkin disembuhkan, dan mungkin orangnya bertobat atau baik-baik saja, tetapi warisan HIV tak dapat disingkirkan dari dirinya. Secara khusus kami mengingatkan mereka yang mungkin suka berselingkuh alias ganti pasangan dalam hubungan seksual atau pergi ke pelacuran: ingatlah virus HIV mengancam anda, dan jika anda terjangkit virus tersebut serta kemudian mengadakan hubungan seksual dengan pasangan hidup anda, maka pasangan hidup anda kena virus HIV, demikian juga anak yang akan dilahirkan, yang tak mungkin disembuhkan. Hemat saya tidak hanya dalam hal virus HIV, tetapi juga dalam cara hidup dan cara bertindak: cara hidup dan cara bertindak orangtua sangat berpengaruh pada cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, maka kami harapkan para orangtua memiliki cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:3-6a)

Ign 19 Juni 2012        


Minggu, 17 Juni 2012

18 Juni


"Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu"

(1Raj 21:1-16; Mat 5:38-42)

"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu" (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap hari kiranya kita sering menerima perlakuan yang tidak baik dari saudara-saudari kita atau kita sering dikecewakan oleh saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan kita kemudian menjadi marah atau membenci mereka. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak marah terhadap atau melawan mereka yang telah berbuat jahat terhadap kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. Kita diajak dan dipanggil untuk bermurah hati kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Ingatlah dan hayati bahwa kita telah menerima kemurahan hati Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk, dengan kata lain kita sungguh kaya akan kemurahan hati, maka untuk bermurah hati tinggal membutuhkan kerelaan kita untuk meneruskan apa yang telah kita terima dan miliki secara melimpah ruah. Memang kemurahan hati akan semakin nampak nyata dan jelas ketika diberikan kepada mereka yang telah berbuat jahat kepada kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. "Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran, lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutirara kehidupan", demikian salah satu motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Sabar dan murah hati bagaikan mata uang bermuka dua, tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling bermurah hati dan sabar satu sama lain, agar hidup dan kerja bersama sungguh enak dan nikmat, membahagiakan dan menyelamatkan serta mempesona dan memikat banyak orang.

·   "Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati" (1Raj 21:15). Kutipan ini merupakan berita perihal keserakahan seorang penguasa yang gila akan harta benda atau uang. Kisah kebun Nabot ini kiranya mengingatkan kita semua akan almarhumah dan almarhum, ibu Tien Suharta dengan suaminya Presiden Suharta, dimana Ibu Tien senantiasa dengan hati licik dan pikiran jahat membisiki Presiden Suharta untuk merampas tanah rakyat, misalnya di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Kami harapkan para penguasa atau pemimpin negeri ini beserta isteri atau suaminya tidak meniru Izebel maupun Ahab, merampas hak rakyat seenaknya. Hendaknya para pemimpin dan penguasa sungguh berpihak pada rakyat, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan umum, bukan diri sendiri maupun keluarga atau kelompoknya. Anda semua menerima gaji atau imbal jasa dari pajak, yang tidak lain adalah dari rakyat, maka jangan merampas hak rakyat melainkan melayani dan membahagiakannya. Para suami yang memiliki kuasa atau jabatan penting dan stategis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kami harapkan tidak mudah takluk pada isterinya yang serakah, sebaliknya para isteri pejabat atau pemimpin kami harapkan tidak memanfaatkan kesempatan suaminya yang sedang berkuasa guna memenuhi nafsu serakah dan jiwa materialistisnya. Tanah adalah rahmat atau anugerah Allah, maka hendaknya dikelola dan disikapi sesuai dengan kehendak Allah, memang harga tanah seperti di kota metropolitan Jakarta sungguh menggiurkan, dan orang-orang serakah serta materialistis dengan liciknya merampas tanah rakyat, dan akhirnya rakyat menderita sengsara.

"Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa. Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan."

(Mzm 5:2-3.5-6)

Ign 18 Juni 2012