Kamis, 28 April 2011

30 April - Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk"

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

 

"Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk", demikian sabda Yesus yang bangkit kepada para murid, kepada kita semua yang beriman kepadaNya. Injil adalah kabar baik, maka memberikan Injil berarti memberitakan atau menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain. Kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya kita sendiri senantiasa dalam keadaan baik, dan dengan demikian kita dapat memberitakan apa yang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, maka perilaku yang baik berarti mengasihi dengan sasaran keselamatan jiwa manusia. Saling mengasihi hemat saya merupakan ajaran semua utusan Allah atau para nabi dan diteruskan oleh para pemimpin agama di seluruh dunia. Saya percaya bahwa kita semua senantiasa mendambakan apa yang baik serta berkehendak untuk mengasihi orang lain, namun karena keterbatasan dan kelemahan kita sering terjadi kesalah-fahaman, maka baiklah kita senantiasa menyikapi segala sentuhan, sapaan, perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai perwujudan kasih dan kemudian kita tanggapi dengan 'terima kasih'. Ingatlah dan hayati bahwa orang tidak akan mengritik atau mengejek kita jika mereka tidak mengasihi kita, maka mereka mengritik atau mengejek kita karena mereka mengasihi kita. Di atas kami katakana bahwa sasaran perbuatan baik adalah keselamatan jiwa, maka hendaknya keselamatan jiwa sungguh menjadi acuan atau pedoman hidup kita. Ada kemungkinan demi keselamatan jiwa kita harus menderita sakit tubuh atau sakit hati, karena anggota tubuh atau isi hati kita tidak baik.

·   "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kis 4:19-20), demikian tanggapan Petrus dan Yohanes menjawab pertanyaan para tokoh Yahudi, yang merasa terganggu oleh pewartaan Kabar Baik, yang disampaikan oleh para rasul. "Taat kepada manusia atau taat kepada Allah', itulah pilihan yang harus diambil oleh para tokoh Yahudi, dan hemat saya juga menjadi tantangan yang harus kita pilih. Sebagai orang beriman kiranya kita harus taat kepada Allah, yang telah menciptakan dan mengasihi kita tanpa syarat. Dalam dan bersama dengan Allah hendaknya kita tidak takut dan tidak gentar untuk menjadi pewarta kabar baik, berkata-kata perihal apa yang baik dan benar yang kita lihat dalam lingkungan hidup kita. Memang di sana-sini saat ini masih marak aneka kebohongan, maka selayaknya menjadi pewarta apa yang baik dan benar akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Dengan ini kami berseru dan berharap kepada para pejuang kebenaran untuk terus berjuang meskipun harus menghadapi aneka ancaman. Kami berharap juga bahwa perihal apa yang baik dan benar ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekolah, sekali lagi tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun guru. Jika anak-anak memiliki kebiasaan berbuat baik sedini mungkin, maka kami percaya mereka akan tumbuh berkembang menjadi saksi dan pejuang apa yang baik dan benar di masa depan. Taat kepada Allah juga berarti taat kepada kehendak Allah, yang antara  lain diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib, maka marilah kita taati dan hayati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan  tugas pengutusan kita masing-masing.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.  TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"

(Mzm 118:1.14-16)

Jakarta, 30 April 2011   


29 April - Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh."

(Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14)

 

"Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan."(Yoh 21:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cukup banyak orang hidup dan bekerja hanya mengikuti kemauan pribadi atau selera pribadi dan tidak sesuai dengan tugas pokok atau utama atau sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Hal ini antara lain juga nampak di jalanan dimana para pengendara atau pejalan kaki tidak mengikuti aturan lalu lintas serta rambu-rambu yang terpampang dengan jelas. Begitulah juga yang terjadi di antara para rasul yang sedang frustrasi karena kematian Yesus alias ditinggalkan Yesus: sebelum mengkuti Yesus kesibukan atau pekerjaan mereka adalah nelayan, maka ketika ditinggalkan Yesus mereka kembali menjadi nelayan. Cukup menarik dan mengesan bahwa sebagai nelayan yang berpengalaman mereka semalaman tidak seekor pun ikan dapat diperoleh. Namun ketika mereka menebarkan jala atas perintah Yesus yang telah bangkit, akhirnya mereka memperoleh ikan banyak sekali, bahkan jala mereka hampir sobek. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing serta aneka tata tertib yang terkait dengannya, jika mendambakan kesuksesan dalam hidup dan panggilan. Kami berharap kepada mereka yang hidup dan bekerja hanya mengikuti selera pribadi untuk segera bertobat dan memperbaharui diri. Marilah kita hidup dan bekerja secara tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu" (Kis 4:10), demikian kutipan jawaban Petrus atas pertanyaan dari tokoh-tokoh Yahudi perihal dari kuasa mana ia telah menyembuhkan orang lumpuh sehingga  dapat berjalan. "In nomine Ieu" (=Dalam nama Yesus), itulah yang menjadi motto gembala atau uskup kita Mgr.A.Djajaseputra SJ (alm) dan Bapak Julius Kardinal Darmaatmaja SJ dalam menggembalakan umat Allah yang dipercayakan kepada Yang Mulia. Maka marilah kita meneladan Petrus maupun para gembala kita tersebut. "Dalam terang iman kristiani berasaskan Pancasila dan UUD 45  kami hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara", itulah isi asas aneka yayasan atau LSM Kristen atau Katolik. Dengan dan dalam asas tersebut diharapkan segenap pengurus, pengelola maupun pelaksana pelayanan yayasan atau LSM menjiwai derap langkah pelayanannya dalam iman Kristiani. Mungkin baik kalau hal ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah dengan teladan dari para orangtua dan para guru. Keteladanan orangtua dan para guru dalam hidup tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan tata tertib atau janji yang pernah diikrarkan sangat penting, dan merupakan cara utama dan pertama dalam pendampingan atau pembinaan anak-anak. "Dalam Nama Yesus" berarti hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun melaksanakan sabda-sabdaNya sebagaimana diwartakan melalui Kitab Suci. Maka baiklah untuk semakin mengenal dan dekat dengan Yesus kami harapkan kita semua dengan rajin setiap hari merenungkan dan meresapkan sabda-sabdaNya, atau silahkan merenungkan dan meresapkan kutiipan dari Kitab Suci yang setiap hari kami sampaikan dalam refleksi sederhana ini.

 

"Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita"

 (Mzm 118:24-27a)

 

Jakarta, 29 April 2011


28 April - Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

"Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem"

(Kis 3:11-26; Luk 24:35-48)

 

"Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.Kamu adalah saksi dari semuanya ini." (Luk 24:35-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita dipanggil untuk menjadi 'saksi pertobatan dan pengampunan dosa' di tempat hidup dan bekerja kita masing-masing setiap hari, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Maka pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima rahmat pertobatan dan kasih pengampunan dari Allah secara  melimpah melalui saudara-saudari kita; jika kita dapat menghayati hal ini maka panggilan untuk menjadi saksi pertobatan dan kasih pengampunan dengan mudah dapat kita lakukan, tentu saja asal kita tidak pelit tetapi murah hati. Marilah dengan murah hati menyalurkan kasih pengampunan, yang telah kita terima secara melimpah ruah, kepada saudara-saudari kita kapanpun dan dimanapun tanpa pandang bulu. Jauhkan dan berantas aneka bentuk kebencian dan balas dendam. Kita tidak perlu takut menyalurkan kasih pengampunan, karena kasih pengampunan akan mengalahkan atau mengatasi kebencian dan balas dendam. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni sungguh terjadi dalam hidup keluarga atau komunitas masing-masing, sehingga dari keluarga dan komunitas kita masing-masing senantiasa terberitakan pertobatan dan kasih pengampunan.

·   "Bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu." (Kis 3:26), demikian kesaksian iman Petrus. Kita semua diingatkan untuk 'kembali dari segala kejahatan'  alias bertobat terus menerus.  Bertobat berarti berubah, tentu saja berubah menjadi lebih baik, suci, dan berbudi pekerti luhur alias semakin hidup dekat dan bersama dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun. Anggota-anggota tubuh kita terus-menerus berubah, maka karena pribadi kita tidak hanya terdiri dari anggota tubuh jasmani saja, tetapi juga spiritual atau inteleketual, yaitu hati, jiwa dan akal budi, maka diharapkan tidak hanya tubuh yang phisik saja yang berubah tetapi juga hati, jiwa dan akal budi. Ingatlah dan hayati bahwa dengan beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati berarti Roh Kudus hidup dan berkuasa dalam hati dan jiwa kita masing-masing, sehingga hati dan jiwa kita semakin sesuai dengan Hati dan Jiwa Yesus Kristus, yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia, membebaskan semua manusia dari aneka kejahatan. Marilah kita 'kembali dari kejahatan' seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21)  Semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menjadi penyalur berkat dan rahmat Allah bagi saudara-saudari kita, sehingga siapapun yang hidup dan bekerja bersama dengan kita senantiasa merasa terberkati atau terahmati.

 

"Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan" (Mzm 8:3-4.6-9)

 

Jakarta, 28 April 2011


Selasa, 26 April 2011

27 April - Kis 3:1-10; Luk 24:13-35

"Betapa lambannya hatimu sehingga kamu tidak pecaya segala sesuatu"

(Kis 3:1-10; Luk 24:13-35)

 

"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti" (Luk 24:25-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup beriman atau beragama berarti hidup dalam Kerajaan Allah, dikuasai atau dirajai oleh Allah. Kerajaan Allah adalah kerajaan hati, maka hidup di dalam Kerajaan Allah harus memiliki kecerdasan hati. Kecerdasan hati antara lain dapat diusahakan dan diperdalam dengan membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci atau berpartisipasi dalam ibadat seperti Perayaan Ekaristi. Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci ditulis dalam ilham Allah dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"(2Tim 3:16). Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci pertama-tama untuk dibacakan dan didengarkan dengan sungguh-sungguh dan khidmat, maka jika kita sungguh dapat mendengarkan sabda Tuhan kami percaya kita akan semakin memiliki hati yang cerdas dan tidak lamban. Berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi juga mencerdaskan hati kita, karena Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Dengan sungguh-sungguh berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi berarti kita semakin mati dalam hal dosa dan semakin hidup dalam dan oleh Roh alias semakin dikuasai oleh Roh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh, seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"(Gal 5:22-23) . Semoga kita tidak bodoh atau lamban dalam hal hati, tetapi cerdas dan cekatan.

·   "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kis 3:6), demikian kata Petrus kepada orang lumpuh yang minta bantuan atau belas kasihan, dan orang lumpuh itupun segera sembuh alias dapat berjalan. Sakit atau sehat, segera sembuh dari sakit atau lamban sembuh erat kaitannya dengan beriman atau tak beriman. Beriman berarti memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesama dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hati, terutama sesama atau saudara-saudari kita yang sungguh beriman seperti Petrus. Beriman juga berarti setia dan taat taat pada aneka macam tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita sungguh beriman maka kita dapat berjalan kemana saja dengan bebas dan tanpa takut sedikitpun. Kata-kata Petrus di atas juga mengingatkan kita semua sebagai orang beriman: hendaknya jangan mengandalkan diri pada 'emas dan perak' alias aneka harta benda atau kekayaan duniawi. Pengalaman menunjukkan mereka mempercayakan  diri pada 'emas dan perak' ketika kehilangan 'emas dan perak'tersebut menjadi lumpuh, entah secara phisik, social maupun spiritual.  Hendaknya kita jangan bersikap mental materialistis dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Marilah dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama. Marilah dalam dan dengan iman kita hadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan, marilah kita nikmati aneka makanan dan minuman yang sehat dalam iman, meskipun tidak nikmat di lidah.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)

 

Jakarta, 27 April 2011


26 April - Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18)

 

"Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya."(Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika saya di Novisiat SJ Girisonta, kami para novis setiap hari harus 'opera', yaitu kegiatan membersihkan rumah dan lingkungannya. Waktu itu kami berdua bertugas untuk membersihkan toilet. Teman novis saya tiba-tiba sambil membersihkan toilet bernyanyi: "Di sini ada Tuhan" . Mendengar nyanyian tersebut saya mendekat dan bertanya ada apa, dan teman saya menunjuk pada kloset, dan ternyata ada pemakai toilet pagi itu lupa menggelontor ketika buang air besar, sehingga kotoran masih berada dalam kloset. Reaksi teman saya tersebut begitu mengesan bagi saya sampai sekarang, dan saya teringat akan hal itu ketika merenungkan kisah Warta Gembira hari ini dimana dalam suasana ketakutan Maria Magdalena berseru kepada para murid ;"Aku telah melihat Tuhan". Tuhan Yesus yang telah bangkit hadir dimana-mana dan kapan saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu melalui RohNya. Maka marilah kita meneladan Maria Magdalena 'melihat Tuhan' dalam hidup dan lingkungan hidup kita masing-masing setiap hari,lebih-lebih atau terutama dalam suasana atau lingkungan yang membuat kebanyakan orang takut atau jijik. Dengan kata lain kita diharapkan tetap dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis dalam menghadapi aneka macam tantangan, hambatan atau masalah kehidupan, seraya 'melihat Tuhan yang hidup dan berkarya' di dalamnya.

·   "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa" (Kis 2:41), demikian berita perihal pewartaan Yesus yang bangkit dari mati, yang dibawakan oleh Petrus. Mereka yang mendengarkan berita tentang kebangkitan Yesus terharu dan akhirnya bertobat, minta dibaptis. Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladan Petrus. Maka marilah kita mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita membuat orang lain terharu sedemikian rupa, sehingga mereka semakin bertobat, beriman dan berbakti kepada Tuhan atau ada kemungkinan secara yuridis dan liturgis minta dibaptis. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan Yesus melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kesaksian atau keteladanan merupakan cara utama dan pertama dalam tugas missioner atau karya pewartaan Kabar Baik. Secara khusus disini saya mengingatkan dan mengajak mereka yang bertugas untuk 'omong atau bicara' dalam aneka kesempatan, entah sebagai pengkotbah, guru dst… Marilah mawas diri apakah omongan, pengajaran atau kata-kata yang keluar dari mulut kita membuat terharu para pendengarnya dan mereka kemudian merasa ditumbuh-kembangkan sebagai pribadi beriman. Sebagai orang beriman atau beragama marilah kita berusaha dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan agar cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa menarik, mempesona serta menggairahkan orang lain, sehingga mereka mendekat dan mengasihi kita, dan selanjutnya mereka pun tergerak untuk mengikuti cara hidup dan cara bertindak kita yang baik dan menyelamatkan. Bukan pakaian atau aneka macam hiasan atau assesori yang membuat orang lain terpesona dan tertarik kepada kita, melainkan karena kepribadian kita yang baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Bukan pangkat, kekayaan  atau kedudukan yang menjadi 'senjata atau alat kesaksian atau keteladanan' melainkan cara bertindak dan cara hidup kita.

 

"Firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan" (Mzm 33:4-5.18-19)

 

Jakarta, 26 April 2011


25 April - Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15

"Salam bagimu"

(Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15)

 

"Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini"(Mat 28:8-15),demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Assalamu'alaikum", demikian kata-kata yang keluar dari saudara-saudari kita umat Islam pada awal perjumpaan satu sama lain, yang berarti saling memberikan salam damai sejahtera satu sama lain dengan harapan masing-masing berada dalam damai sejahtera lahir-batin. Kata-kata itu identik dengan salam Yesus kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain dalam perjumpaan pertama mereka setelah Yesus bangkit dari mati. Maka baiklah kita yang beriman kepada Yesus yang bangkit hendaknya juga saling memberi  salam damai sejahtera satu sama lain, dan tentu saja diharapkan tidak hanya sekedar basa-basi atau sopan santun, manis di mulut saja, tetapi sungguh menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak. Untuk itu hendaknya juga tidak berbohong seperti kata para tua-tua Yahudi kepada para serdadu yang melihat kebenaran bahwa Yesus telah bangkit dari mati. Kebohongan macam itu jelas tidak akan membuat hidup damai sejahtera, melainkan membuat orang senantiasa dalam ketidakpastian serta merasa tidak aman. Marilah kita lihat dan imani karya Yesus yang bangkit melalui RohNya dalam diri kita masing-masing maupun saudara-saudari kita, dengan kata lain hendaknya kita saling berpikiran positif untuk mendukung hidup bersama yang damai sejahtera. Kita semua mendambakan hidup damai sejahtera, maka marilah kita saling bergotong-royong mewujudkannya serta tidak saling berbohong, melainkan saling jujur satu sama lain, terbuka atau transparan, sehingga tak ada sesuatu pun yang kita sembunyikan.

·   "Ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kis 2:30-32), demikian kata Petrus. "Kami adalah saksi", saksi kebangkitan Yesus dari mati, itulah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Menjadi saksi kebangkitan Yesus berarti senantiasa  hidup bergairah, ceria serta dinamis kapanpun dan dimanapun, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah atau hambatan, karena  Roh Kudus hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Dalam kegairahan dan keceriaan berarti matabolisme darah dan kinerja syaraf kita dalam keadaan prima sehingga dengan jernih, tenang dan sabar kita menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, dan dengan demikian memiliki kekuatan untuk mengatasinya. Sebagai orang beriman tidak ada alasan untuk tidak bergairah dan tidak ceria. karena kita hidup dan bertindak bersama dan dalam Tuhan serta oleh RohNya. Kita telah diselamatkan dan menerima aneka macam anugerah melimpah ruah yang menyertai perjalanan hidup dan pelaksanaan tugas  pengutusan kita masing-masing; sebagai yang telah menerima anugerah tentu saja akan hidup penuh syukur serta terima kasih, dan kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih tersebut dengan menghayati diri sebagai saksi kebangkitan, yang hidup dan bertindak dengan ceriga, gairah dan dinamis dalam melayani sesamanya. Jika kita sungguh dapat menjadi saksi kebangkitan Yesus maka kita tak akan mengalami kebinasaan, terutama jiwa kita.

 

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mzm 16:7-11)

Jakarta, 25 April 2011   

 


Minggu, 24 April 2011

Hari Raya Paska - Kebangkitan Tuhan - Kis 10:34a.37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20: 1-9

"Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur."

HR KEBANGKITAN TUHAN: Kis 10:34a.37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20: 1-9



Sekali lagi pertam-tama kami ucapkan "Selamat Paskah". Pagi-pagi benar pada hari Minggu pada umumnya orang masih tidur nyenyak, karena semalaman begadang atau memang untuk sungguh beristirahat agar hari berikutnya dalam keadaan segar untuk masuk kerja atau sekolah lagi. Setiap pagi pada umumnya para ibu atau rekan-rekan perempuan lebih awal untuk bangun dari tidur daripada para bapak atau rekan-rekan lelaki. Itulah yang terjadi pada hari Minggu Paskah pagi-pagi benar, sementara para rasul masih dalam ketakutan beristirahat di suatu tempat, Maria Magdalena pergi ke makam Yesus. Saya percaya kebanyakan dari kita akan takut jika pagi-pagi benar, masih sepi, pergi sendirian ke makam, padahal yang ada di makam adalah batu-batu nizan atau gundukan tanah yang menandai mereka yang telah dikubur alias telah meninggal dunia dan tak dapat berbuat apa-apa lagi. Aneh dan nyata itulah yang terjadi: orang takut sendirian bersama mereka yang telah mati, tetapi tak takut dengan mereka yang masih hidup. Memang hanya mereka yang sungguh merasa dikasihi tidak akan takut dengan siapapun dan apapun, sebagaimana dihayati oleh Maria Magdalena. Maka marilah kita renungkan Warta Gembira kebangkitan Tuhan hari ini.

 

"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." (Yoh  20:2)    

 

Maria Magdalena memang sungguh merasa sebagai yang terkasih dari Yesus  Ingat ia adalah yang di pagi-pagi benar di depan Bait Allah diajukan oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat untuk mohon pengadilan dari Yesus, karena berbuat zinah. Menurut aturan hukum perempuan yang demikian harus dilempari batu sebagai hukumannya, namun Yesus dengan penuh kasih pengampunan menyalurkan kasih Allah kepadanya, dan akhirnya Maria Magdalena terselamatkan. Sebagai yang telah diselamatkan ia ingin membalas kasih kepada Yesus yang telah menyelamatkannya; dan sebagai yang terkasih ia merasa ada yang kurang lengkap dalam pemakaman Yesus, maka pagi-pagi itu ia akan melengkapi apa yang kurang dalam pemakaman Yesus. Ketika melihat makam Yesus kosong, maka dengan berlari-lari ia memberitahukan kepada Simon Petrus dan murid yang lain (Yohanes, murid terkasih Yesus).

 

Belajar dari Maria Magdalena dengan ini kami pertama-tama secara khusus mengajak rekan-rekan perempuan untuk mawas diri; marilah kita sadari dan hayati bahwa kita menjelang Paskah ini juga telah menerima kasih pengampunan Allah ketika mengaku dosa secara pribadi dihadapan seorang imam. Selanjutnya sebagai yang telah menerima kasih pengampunan, yang terkasih, hendaknya dengan bergairah memberitahukan segala sesuatu yang tidak beres kepada mereka yang kita nilai dapat membereskannya, sebagaimana Maria Magdalena berlari-lari mendapat Petrus dan murid yang lain perihal apa yang telah dilihatnya. Dengan kata lain kami merasa rekan-rekan perempuan lebih peka untuk melihat hal-hal atau perkara kecil yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka ketika apa yang dibutuhkan tersebut tidak ada hendaknya segera minta tolong kepada rekan-rekan lekaki yang mungkin dapat mengusahakannya. Kehadiran rekan-rekan perempuan pada umumnya menggairahkan rekan-rekan lelaki untuk kembali pada penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan pokok.      

 

Ada dua rasul yang menerima laporan Maria Magdalena perihal 'makam kosong', tempat Yesus dimakamkan. Mereka segera berlari juga menuju ke makam, namun murid yang lain lebih dahulu sampai ke makam, dan "masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya". Melihat dan kemudian percaya, itulah yang terjadi dalam diri murid yang lain atau Yohanes, murid yang terkasih. Begitu melihat dan langsung percaya dapat terjadi karena ia adalah yang terkasih. Maka dengan ini kami juga mengingatkan rekan-rekan lelaki untuk belajar 'melihat dan kemudian percaya'. Memang hal ini dapat terjadi jika kita sungguh merasa sebagai yang terkasih. Hendaknya dengan cekatan dan bergairah dalam membereskan apa yang tidak beres. Selanjutnya marilah kita semua merenungkan sapaan Paulus kepada umat di Kolose di bawah ini.

 

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." (Kol 3:1-3).          

 

Sebagai yang beriman kepada kebangkitan Tuhan Yesus dari mati kita dipanggil untuk "carilah perkara yang di atas dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi" . Ajakan ini berarti dalam sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Sebagai contoh: di sekolah-sekolah atau karya pendidikan hendaknya lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur, cerdas spiritual daripada pandai atau cerdas intelektual. Para pengusaha atau manajer hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia daripada kesuksesan perolehan harta benda atau uang. Memang mendidik anak untuk menjadi pribadi baik, berbudi pekerti luhur sarat dengan tantangan dan hambatan atau masalah., demikian juga lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia dalam aneka usaha.

 

"Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."(Kis 10:42-43) , demikian kesadaran dan kesaksian para rasul, yang hendaknya juga menjadi kesadaran dan kesaksian kita juga. "Barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya", inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Percaya kepada Tuhan berarti hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan dimanapun dan kapanpun, sedangkan 'mendapat pengampunan dosa' berarti menerima kasih karunia melimpah ruah dari Allah. Maka marilah dengan semangat Paskah, semangat kebangkitan Tuhan Yesus dari mati, kita tanpa takut dan gentar menghayati iman kepercayaan kepada Tuhan dimanapun dan  kapanpun; demikian juga karena kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah, maka baiklah kita juga menjadi saksi kasih pengampunan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun.

 

'SELAMAT PASKAH, selamat bangkit dan bergairah dalam beriman'

 

"Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita" (Mzm 118:16-17.22-23).

Jakarta, 24 April 2011


Jumat, 22 April 2011

Malam Paskah - Kej 1:1-2:2; Kel 14:15-15:1; Yes 55:1-11; Rm 6:3-11; Mat 28:1-10

"Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

MALAM PASKAH: Kej 1:1-2:2; Kel 14:15-15:1; Yes 55:1-11; Rm 6:3-11; Mat 28:1-10



Pertama-tama kami haturkan "SELAMAT PASKA", Selamat merayakan Hari Kemenangan atas dosa dan Menempuh Hidup Baru dengan semangat misteri kebangkitan Yesus. Pada malam ini kiranya tempat-tempat ibadat, gereja atau kapel, penuh meluber sampai di luar gedung umat Allah bersama-sama mengenangkan puncak iman kita, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Umat yang biasanya jarang hadir dalam Perayaan Ekaristi hari Minggu, kiranya pada malam ini terpanggil, bangkit kembali,  untuk hadir dalam Perayaan Ekaristi Malam Paskah, dan semoga kebangkitan kembali ini tidak berhenti pada malam ini saja, melainkan berjalan terus sampai mati, dipanggil Tuhan. Maka marilah kita renungkan sabda-sabda yang akan kita dengarkan dan dibacakan dalam Perayaan Ekaristi Malam Paskah ini.

 

"Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10)

 

Setelah peristiwa penyaliban Yesus di kayu salib, kiranya para murid berada di dalam ketakutan sambil berdoa; mereka takut jangan-jangan nanti akan diperlakukan seperti Yesus. Dalam suasana yang menakutkan ini pada umumnya mereka yang dipandang kuat dalam percaturan hidup bersama tidak berani tampil di permukaan, sementara itu mereka yang dipandang lemah tidak ada ketakutan sedikitpun. Itulah kiranya yang terjadi di malam Paskah, yang menjadi saksi kebangkitan pertama kali adalah wanita, yang sering dipandang lemah, bukan laki-laki, yang sering dipandang kuat. "Tiada rotan akar pun berguna", begitulah kata sebuah pepatah. Memang di dalam keadaan genting dan menakutkan pada umumnya yang maju, menjadi ujung tombak adalah mereka yang dipandang lemah dan tidak kuat secara social-organisatoris

 

"Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.", demikian sabda Yesus yang telah bangkit dari mati kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain. Pesan "Jangan takut"  juga disampaikan kepada Bunda Maria, teladan umat beriman serta para nabi, yang merasa kecil dan hina. Maria Magdalema bersama teman-temannya dipesan jangan takut dan diutus untuk mengatakan kepada para murid/rasul (catatan: para lelaki yang ketakutan) agar mereka menemui Yesus yang bangkit di Galilea. Galilea adalah tempat tinggal sehari-hari para murid sebelum mengikuti Yesus. Bagi kita semua 'Galilea' berarti tempat tinggal atau tempat kerja kita sehari-hari, dimana setiap hari kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Maka kita semua yang beriman kepada Yesus yang bangkit dipanggil untuk menemuiNya di dalam tempat tinggal atau keluarga kita masing-masing maupun tempat kerja atau kesibukan kita setiap hari.

 

Menemui Yesus yang bangkit berarti melihat dan mengakui aneka keutamaan sebagai buah Roh Kudus yang kita hayati sendiri maupun dihayati oleh saudara-saudari kita. Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus tersebut antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), maka marilah kita lihat, akui dan imani keutamaan-keutamaan tersebut dalam diri saudara-saudari kita. Dengan kata lain kita dipanggil untuk tidak takut senantiasa berpikiran positif terhadap saudara-saudari kita, dalam keadaan atau situasi apapun. Maka marilah lebih-lebih atau terutama kita lihat dan perhatikan saudara-saudari kita terutama yang berada dalam ketakutan; kita kuatkan dan besarkan hati mereka agar tidak takut menghayati dan menyebarluaskan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus tersebut. Marilah selanjutnya kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Roma di bawah ini.

"Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus."(Rm 6:10-11)

'Mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus', inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam rangka menghayati misteri Paskah, kebangkitan Kristus Yesus, dalam hidup sehari-hari. Kita dipanggil untuk melakukan dosa sekecil apapun, sebaliknya senantiasa hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus, yang berarti senantiasa menghayati sabda-sabda Yesus serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya setiap hari dimanapun dan kapanpun. Kita dipanggil untuk menghayati apa yang difirmankan Allah melalui nabi Yesaya ini: "Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:10-11)

 

Apa yang dikehendaki oleh Allah dalam diri kita masing-masing harus berhasil alias menghasilkan buah sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Kehendak Allah antara lain keadaan atau kondisi semua ciptaanNya ini baik adanya sebagaimana ketika baru saja diciptakan (lihat Kej 1:1-2:2). Semua ciptaan Allah dibumi ini ketika diciptakan baik adanya, maka ketika tidak ada yang baik berarti dirusak oleh manusia berdosa, karena manusia sebagai ciptaan terluhur di bumi ini dan berkuasa atas ciptaan-ciptaan lainnya. Segala macam penyakit, musibah dan bencana alam hemat saya terjadi karena dosa manusia, yang terwujud dalam aneka bentuk keserakahan dalam mengkomsumsi atau memanfaatkan ciptaan-ciptaan lainnya. Maka karena dalam kenyataan cukup banyak ciptaan yang tidak baik lagi alias tidak sebagaimana adanya ketika diciptakan berarti kita dipanggil untuk memberantas aneka bentuk keserakahan manusia.

 

Marilah masing-masing dari kita berusaha untuk menjaga dan mengelola hidup kita sendiri masing-masing senantiasa dalam keadaan dan kondisi yang baik, dan kemudian bersama-sama di dalam keluarga kita masing-masing kita bergotong-royong untuk membuat keluarga senantiasa dalam keadaan baik. Jika semua keluarga baik adanya, maka berarti hidup bersama kapanpun dan dimanapun akan baik adanya pula. Dengan kata lain masing-masing dari kita diharapkan mengerjakan sebaik mungkin aneka pekerjaan atau tugas yang ada di hadapan kita masing-masing atau diserahkan kepada kita. Hendaknya jangan membuang waktu dan tenaga untuk melihat dan memikirkan kesuksesan orang lain, melainkan jadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi atau dorongan agar kita mengerjakan sebaik mungkin apa yang menjadi tugas dan pekerjaan kita.

 

'SELAMAT PASKAH, SEMANGAT MERAYAKAN KEMENANGAN ATAS DOSA-DOSA"

 

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu"

 (Mzm 51:12-15)

              

Jakarta, 23 April 2011


22 April - Jumat Agung: Yes 52:13- 53:12; Ibr 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1-19:42

"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."

 Jumat Agung: Yes 52:13- 53:12; Ibr 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1-19:42


Pada hari Jumat Agung ini kita diajak untuk merenungkan kisah sengsara Yesus, menelusuri 'jalan salib' sampai wafatNya di kayu salib. Hari ini juga hari berpuasa dan berpantang alias hari untuk mawas diri perihal keutamaan matiraga, yang juga menjadi salah satu cirikhas hidup beriman atau beragama. Setiap kali akan berdoa kita senantiasa membuat tanda salib, maka baiklah di hari Jumat Agung ini saya mengajak anda sekalian untuk merenungkan sabda-sabda terakhir Yesus selama tergantung di kayu salib di bawah ini:  

 

"Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"(Mat: 27:46)

 

Tergantung di kayu salib, kaki dan tangan dipaku serta kepala bermahkota duri, sebagai manusia kiranya Yesus sungguh sangat menderita atau berada dalam puncak penderitaan. Penderitaan lebih terasa lebih berat lagi karena Ia sendirian, ditinggalkan oleh sahabat-sahabatNya. Namun demikian Allah yang mengutusNya tak pernah meninggalkanNya, maka Ia berseru dan mengeluh kepada Yang mengutus: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?".  Baiklah saya mengajak anda sekalian yang beriman kepada Yesus untuk menyatukan diri dengan penderitaanNya.

 

Ada kemungkinan kita juga sedang merasa kesepian atau ditinggalkan atau kurang diperhatikan orang lain atau saudara-saudari kita, tentu saja bukan karena kita jahat atau tak bermoral, melainkan karena kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita, sedangkan saudara-saudari kita hidup seenaknya, sibuk sendiri sesuai dengan hobby atau nafsu pribadinya. Ingatlah dan hayati meskipun saudara-sauadari kita tidak memperhatikan kita atau meninggalkan kita, tetapi Allah tak pernah meninggalkan kita. Maka baiklah jika anda dalam keadaan atau kondisi demikian itu, hendaknya dihayati sebagai 'kesempatan emas' untuk berdoa secara pribadi, mempersembahkan atau menghaturkan apa yang kita rasakan dan alami kepada Allah, yang telah menciptakan dan mengutus kita.      

 

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

 (Luk 23:34)

 

"Tibo kebrukan ondho" (= Jatuh tertimpa tangga), demikian kata pepatah Jawa, yang hemat saya kena pada apa yang sedang dialami Yesus. Di dalam puncak penderitaan Ia diejek dan dihina oleh musuh-musuhNya, yang menyalibkan Dia atau membuat Dia menderita. Jika kita mengalami yang demikian itu  pada umumnya kita akan marah besar, namun tidaklah demikian yang terjadi dalam diri Yesus. Yesus berdoa mohon kasih pengampunan bagi mereka yang mengejek dan melecehkanNya. Hati yang sungguh mulia dan doa sejati yang tidak ada bandingnya, doa 'pahlawan keselamatan'.  Yesus tahu bahwa mereka tidak bersalah, melainkan mereka tidak tahu atas apa yang mereka perbuat.

 

Dalam hidup sehari-hari ada kemungkinan kita mengalami sebagaimana dialami Yesus, 'jatuh tertimpa tangga', atau mudah marah terhadap mereka yang mengganggu diri kita atau harta kekayaan kita. Sebagai contoh konkret: anak kecil yang lincah berlari-lari kesana-kemari pada suatu saat menabrak meja dan gelas-gelas yang berada di atas meja jatuh, pecah, berantakan. Pada umumnya para ibu segera memarahi anak-anak tersebut, yang berarti yang jatuh tertimpa tangga adalah anak-anak. Tentu saja anak-anak dimarahi ibunya tak akan membalas kemarahannya. Baiklah kami mengingatkan para ibu jika menghadapi kasus macam itu hendaknya bersikap seperti Yesus dan berdoa "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".  Kami juga mengajak dan mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus juga meneladan sikapNya.          

 

"Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya"

(Yoh 19:26-27)

 

Ternyata masih ada dua pribadi yang menemani Yesus dalam perjalanan penderitaan dan yang tergantung di kayu salib, yaitu murid yang terkasih, Yohanes, dan Bunda Maria, ibuNya. Mereka menemani Yesus  dalam menit-menit atau detik-detik terakhir hidupNya. Menemani mereka yang akan dipanggil Tuhan itulah yang terjadi, dan pada umumnya mereka yang menemani adalah yang sungguh ada ikatan kasih sejati. Di puncak kayu salib menjelang wafatNya Yesus menyerahkan murid terkasih kepada ibuNya dan sebaliknya. Sebagai murid-murid, orang yang beriman kepada Yesus, kita semua juga menerima penyerahan yang sama, yaitu menjadi Bunda Maria, teladan umat beriman, Bunda kita.

 

Sebagai putra-putri Bunda Maria kita semua dipanggil untuk meneladannya, antara lain menemani mereka yang berada di puncak penderitaan atau saat-saat terakhir, menjelang dipanggil Tuhan. Ada kemungkinan jarang terjadi mereka yang sungguh menderita seperti Yesus atau yang segera dipanggil Tuhan, maka baiklah saya mengajak anda semua untuk menemani mereka yang berada dalam ketakutan atau kecemasan, misalnya dalam menghadapi operasi, ujian, mau bepergian sendirian, berangkat kerja atau ke sekolah dst.. Hendaknya berani mengorbankan waktu dan tenaga sejenak untuk menemani mereka pada saat-saat 'menjelang' tersebut: menjelang pergi disalami, menjelang ujian didukung dan dimotivasi, dst..   

 

"Aku haus!"(Yoh 19:28)

 

Sepanjang hari sejak pagi sampai sore bekerja keras, tanpa makan dan minum, tentu akhirnya akan merasa kelaparan atau kehausan. Begitulah yang dialami Yesus secara manusia Ia merasa haus dan butuh minuman. Baiklah sabda Yesus ini kita fahami dan hayati tidak hanya sampai secara manusia belaka, tetapi lebih-lebih dan terutama secara spiritual atau rohani. Maka marilah kita tanggapi sabda Yesus dengan 'memberi minum' atau 'memberi kelegaan' kepada saudara-saudari kita, entah yang harus secara phisik, social maupun spiritual. Marilah kita hayati keutamaan 'murah hati'. Kepada mereka yang haus secara phisik kita beri minuman sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan mereka yang haus secara social atau spiritual kita persembahkan waktu dan tenaga kita untuk melegakan atau menghiburnya, alias memberi perhatian sedemikian rupa sehingga mereka sungguh merasa diperhatikan atau dikasihi.      

 

"Sudah selesai." (Yoh 19:29)

 

Yesus merasa sudah paripurna melaksanakan tugas pengutusanNya. Dia yang datang atau lahir di dunia ini dalam kegelapan atau penderitaan dan akhirnya akan mengakhiri perjalanan pelaksanaan pengutusan-Nya dalam penderitaan juga. Kita semua dipanggil untuk meneladanNya. Maka baiklah kita dalam menghayati panggilan atau tugas pengutusan hendaknya dengan penuh kesetiaan dan penyerahan diri seutuhnya sampai selesai, sampai mati, sampai lulus dengan baik dan memuaskan. Hari-hari ini kiranya para mahasiswa, pelajar atau murid tingkat atau klas terahhir sedang dan akan menempuh ujian akhir, maka kami berharap kepada mereka: semoga sukses dalam menghadapi ujian. Untuk itu kami berharap ketika akan menghadapi ujian atau tugas berat hendaknya tetap dalam keceriaan dan kerja keras, dalam keceriaan dan kerja kerasa anda pasti akan sukses dalam ujian atau tugas berat.

     

 

"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku"(Luk 23:46)

 

Menjelang wafatNya Yesus menyerahkan nyawaNya kepada Bapa yang mengutusNya. Nyawa adalah yang memberi hidup, yang menggairahkan. Bagi kita semua yang menggairahkan antara lain adalah cita-cita, harapan atau dambaan. Maka marilah kita persembahkan cita-cita, dambaan atau harapan kita kepada Tuhan, sehingga mengusahakan tercapainya cita-cita, dambaan dan harapan dalam dan bersama dengan Tuhan alias melaksanakan aneka tatanan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

 

"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa"(Ibr. 4:14-15). Imam adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesamanya; ia adalah penyalur doa dan berkat, bagaikan 'leher' dalam tubuh kita: siap menderita bagi sesama, tidak pernah menyakiti yang lain, tidak pernah mengeluh atau menggerutu. Kita semua dipanggil untuk menghayati imamat umum kaum beriman, maka semoga melalui penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan kita masing-masing, kita juga dapat menjadi penyalur doa dan berkat.   

 

 

"Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga-tetanggaku, dan menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalanku; mereka yang melihat aku di jalan lari dari padaku. Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang pecah. Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku! Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu "

(Mzm 31;12-13.15-17)

 

Jakarta, 22 April 2011


Rabu, 20 April 2011

21 April - Kamis Putih: Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15

"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu"

 Kamis Putih: Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15




Pertama-tama kami ucapkan "Proficiat" kepada rekan-rekan imam yang pada hari ini memperbaharui janji imamat bersama Bapak Uskup, imam sejati. Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa imamat kita, para imam, adalah partisipasi atau ambil bagian dalam imamat Bapak Uskup. Para Bapak Uskup kita senantiasa berusaha dengan rendah hati menghayati imamat sebagai hamba yang hina dina, yang antara lain senantiasa diikrarkan kembali dalam Doa Syukur Agung setiap kali mempersembahkan Perayaan Ekaristi. Terpanggil menjadi imam memang harus meneladan Yesus, yang datang dengan rendah hati untuk melayani bukan dilayani. Semangat pelayanan Yesus kita kenangkan hari ini dengan membasuh kaki para murid/rasul dalam perjamuan pesta bersama, meskipun Ia juga menjadi tuan rumah atau pemimpin pesta. Hemat saya yang terpanggil untuk meneladan Yesus tidak hanya para imam saja, melainkan kita semua yang beriman atau percaya kepadaNya, maka marilah kita renungkan secara mendalam sabdaNya hari ini.

 

"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yoh 13:14-15)

 

Kita yang beriman kepada Yesus percaya bahwa Ia adalah "Tuhan dan Guru" kita yang sejati dan utama, dengan demikian kita semua adalah umat dan muridNya, yang mau tak mau sebagai umat dan murid yang baik senantiasa mentaati aneka perintahNya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. "Kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu", demikian sabda Yesus yang harus kita taati dan laksanakan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

 

"Kaki" adalah anggota tubuh paling bawah, yang harus menanggung beban seluruh tubuh agar tubuh dapat berdiri dengan tegar dan tak tergoyahkan. Kaki adalah anggota tubuh yang menapak atau menyentuh tanah, dan dengan demikian ketika tanpa alas kaki berarti kaki siap untuk menjadi anggota tubuh yang paling kotor. Maka juga ada kebiasaan beberapa orang untuk membasuh kaki sebelum naik ke tempat tidur untuk beristirahat, menikmati hidup. Tugas atau panggilan untuk 'saling membasuh kaki' antara lain berarti saling memperhatikan saudara-saudari kita yang berada di bagian bawah atau yang dipandang/dinilai kotor dalam percaturan sosial bersama, seperti para gelandangan, preman, pengemis, anak jalanan, pelacur, serta mereka yang miskin dan berkekurangan yang sering tinggal dan hidup di area terlarang seperti di kolong jembatan, pinggir rel kereta api, kolong jalan layang dst.. Kami berharap kepada para wakil rakyat atau mereka yang berpengaruh dalam kehidupan dan kerja bersama  dapat menjadi teladan dalam memperhatikan mereka yang berada di bawah dan kotor tersebut. Memang sungguh memprihatinkan apa yang sedang menyita waktu dan tenaga para wakil rakyat akhir-akhir ini, yaitu tidak memperhatikan rakyat yang diwakilinya melainkan sibuk dengan usaha untuk memanjakan diri sendiri, antara lain dengan rencana gedung DPR yang megah dan mahal. Semoga para wakil rakyat menyadari dan menghayati dirinya sebagai wakil rakyat yang berada di bawah dan kotor tersebut, dan kemudian berjuang dan berkorban bagi mereka.

 

Secara khusus kami ingin mengingatkan dan mengajak para orangtua atau pemimpin komunitas: hendaknya menjadi teladan dalam melayani dengan rendah hati, sebagaimana seorang ibu mengasihi bayi atau anaknya yang masih kecil. Memang sayang ada sementara ibu menyerahkan perawatan bayinya kepada para pembantu atau 'baby sitter', sehingga tidak memiliki pengalaman membasuh dan membersihkan anggota tubuh bayinya yang kotor. Kami percaya kepada rekan-rekan perempuan atau para ibu lebih memiliki kepekaan dalam memperhatikan yang berada di bawah dan kotor daripada rekan-rekan laki-laki atau para bapak. Maka kami berharap kepada rekan-rekan perempuan untuk memperdalam dan memperkuat semangat melayani dengan rendah hati tersebut dalam kehidupan dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun. Semoga rekan-rekan imam juga memiliki kepedulian dan perhatian yang memadai terhadap mereka yang berada di bawah dan kotor. Marilah kita renungkan juga peringatan Paulus di bawah ini.

 

"Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang"(1Kor 11:26)

 

Kamis Putih juga merupakan hari untuk mengenangkan Perayaan Ekaristi yang dilayani oleh para imam, dimana dalam Perayaan tersebut kita diberi kesempatan untuk menerima komuni Kudus atau Tubuh Kristus dalam rupa roti. Maka hari ini juga merupakan kesempatan bagi kita semua untuk mawas diri perihal 'setiap kali kita menerima komuni kudus atau Tubuh Kristus'. Kita diingatkan oleh Paulus bahwa 'setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang' . Apa arti dan makna peringatan ini?

 

"Memberitakan kematian Tuhan"  berarti menyebarkan luaskan persembahan diri kita secara total kepada Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita demi kebahagiaan atau keselamatan mereka, terutama jiwanya. Dengan kata lain kita harus meninggalkan segala perbuatan jahat atau dosa, dan tidak melakukan kejahatan atau dosa lagi dimanapun dan kapanpun. Sekali lagi kalau saya mendengar kata 'mempersembahkan diri' senantiasa teringat kepada para suami dan isteri yang saling mempersembah-kan diri tanpa syarat antara lain terjadi dalam saling mengasihi ketika saling berhubungan seksual satu sama lain. Maka kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling mempersembahkan diri, dan tentu saja kepada anak-anak hendaknya dengan rendah hati mengikuti teladan orangtua masing-masing. Jauhkan aneka bentuk pemanjaan diri atau orang lain yang dapat mencelakakan hidup masa depan.

 

"Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya.Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau." (Kej 12;11-13), demikian kata Abram kepada Sara, isterinya.  Apa yang dikatakan Abram ini hemat saya merupakan usaha untuk melindungi mereka sebagai suami-isteri, melindungi dirinya sendiri maupun isterinya. Dengan kata lain hemat saya hal itu dapat menjadi teladan bagi para suami. Maka perkenankan secara khusus kami mengingatkan para suami atau bapak, maaf yang pada umumnya lebih mudah selingkuh daripada isterinya, untuk tetap setia pada isterinya dalam keadaan atau situasi apapun. Suami atau bapak pada umumnya juga menjadi kepala keluarga, maka hendaknya sungguh menghayati fungsi kepala keluarga tersebut dengan melindungi seluruh anggota keluarga agar tetap setia pada panggilan dan tugas pengutusannya masing-masing.

 

"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku!Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN" (Mzm 116:12-13.15-17)

Jakarta, 21 April 2011

Note: selamat merayakan Hari Kartini, semoga rekan-rekan perempuan meneladan semangat RA.Kartini.               

 


Senin, 18 April 2011

20 April - Yes 50:4-9a; Mat 26:14-25

"Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

(Yes 50:4-9a; Mat  26:14-25)

 

"Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya." (Mat 26:14-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Secara manusiawi kiranya sangat berat bagi Yesus bahwa Ia harus mempersembahkan diri dengan wafat di kayu salib, maka tentang Yudas Ia bersabda "Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan"  dan Ia mengajak makan bersama-sama dengan para rasul sebagai 'perpisahan'. "Ilang-ilangan endhog siji" (=kehilangan satu telor), demikian ungkapan kekecewaan yang sering muncul dari orangtua ketika salah satu anaknya terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster. Marilah kisah dalam Warta Gembira hari ini kita sikapi secara positif dengan merenungkan "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia". Ia datang dan lahir sebagai manusia untuk melaksanakan tugas pengutusan, karya penyelamatan dunia dan untuk itu Ia harus menderita dan wafat di kayu salib. Kami berharap kita semua setia menghayati panggilan kita masing-masing, entah panggilan hidup berkeluarga atau membujang dengan menjadi imam, bruder atau suster, dan untuk itu meskipun berat harus siap sedia untuk menderita dan berkorban demi keselamatan orang lain. Kiranya juga tidak salah jika sewaktu-waktu kita merasa kesal seperti Yesus secara manusiawi.

·   "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang" (Yes 50:4-5), demikian kesaksian iman nabi Yesaya. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk meneladan Yesaya. Hendaknya kata-kata yang keluar dari mulut kita senantiasa 'memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu'  dan untuk itu antara lain kita harus 'mempertajam pendengaran-ku untuk mendengar seperti seorang murid Tuhan Allah'. Kita dengarkan, tanam dalam hati dan hayati kehendak dan firman Tuhan Allah, sehingga kita dikuasai atau dirajai oleh Allah, hidup bersama dan bersatu dengan Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah kita tak akan 'berpaling ke belakang'  dalam menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan, maju terus pantang mundur, dan siap sedia untuk menjadi pahlawan penyelamatan jiwa manusia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa tubuh kita terus berkembang tiada henti sampai mati, dan semoga demikian pula dengan hati, jiwa dan akal budi kita. Dengan kata lain marilah kita senantiasa siap sedia untuk berubah, tentu saja berubah menjadi lebih baik, mulia, luhur, suci, beriman, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Marilah kita siapkan hati, budi, jiwa dan tubuh kita untuk memasuki Tri Hari Suci dalam rangka mengenangkan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus, puncak iman kita. Marilah kita sungguh siap sedia memperbaharui janji-janji kita di hari Kamis Putih (bagi para imam dalam Perayaan Ekaristi Krisma bersama Uskup) dan malam Paskah (bagi  kita semua yang telah dibaptis).

 

"Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku. Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan"

 (Mzm 69:9-10.31.33-34)   

Jakarta, 20 April 2011    .

      

19 April - Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33.36-38

"Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."

(Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33.36-38)

 

"Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu."(Yoh 13:21-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rencana Allah untuk penyelamatan dunia harus terjadi dan untuk itu Yesus harus meninggalkan para rasul/murid/'pergi' guna mempersembahkan Diri dengan wafat di kayu salib. Kiranya juga sudah menjadi kehendak Allah bahwa salah seorang rasul membantu penyerahan Diri Yesus untuk disalibkan: secara social mungkin hal itu berarti Yudas mengingkari diri sebagai murid Yesus, tetapi secara spiritual begitulah yang harus terjadi. Baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri: apakah kita juga siap sedia untuk mempersembahkan diri demi keselamatan atau kebahagiaan semua orang, dan untuk itu ada kemungkinan kita juga harus siap sedia meninggalkan sanak-saudara kita yang setiap hari hidup dan bekerjasama dengan kita. "Pergi" untuk melakukan apa yang lebih besar dan mulia hemat saya bagus, maka dengan ini kami berharap kepada kita semua: seandainya saya sendiri atau orang lain harus pergi untuk suatu tugas yang lebih besar dan mulia, hendaknya dengan jiwa besar dan hati rela berkorban menyerahkan diri.

·   "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:8), demikian firman Allah kepada nabi Yesaya. "Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi", itulah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi 'terang' bagi orang lain dimanapun dan kapanpun. Menjadi 'terang' berarti sepak terjang, kehadiran dan kesibukan kita dimanapun dan kapanpun senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, terutama keselamatan jiwa. Kehadiran kita dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat orang lain semakin bergairah dan dinamis dalam penghayatan iman dan ajaran-ajaran agamanya. Baiklah dengan ini secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama untuk sungguh menjadi 'terang' bagi sesamanya. 'Ing madyo ambangun karso", demikian salah satu moto Ki Hajar Dewantoro yang hemat saya dekat dengan semangat untuk menjadi 'terang bagi orang lain'. Memang untuk itu hendaknya kita bersikap rendah hati, agar kehadiran dan sepak terjang kita dapat membangun dan menggerakkan kehendak orang lain, sehingga mereka semakin kreatif dan proaktif menghadapi segala sesuatu, meskipun untuk itu harus berkorban atau berjuang. Allah menghendaki bumi dan seluruh isi bumi atau yang ada di permukaan bumi ini baik adanya sebagaimana ketika diciptakan, semua manusia selamat dan damai sejahtera secara lahir dan batin, phisik dan spiritual.

 

"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu.Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam." (Mzm 71:1-4)

Jakarta, 19 April 2011