Selasa, 30 Maret 2010

1Apr - Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26 ; Yoh 13:1-15

"Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu"

 Kamis Putih : Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26 ; Yoh 13:1-15

Di dalam perjamuan-perjamuan pada umumnya tuan rumah atau yang mengundang berpakaian rapi dan menarik sambil menerima dan menyapa para undangan dengan senyuman. Selama perjamuan tuan rumah pada umumnya juga tidak bekerja keras atau melayani makanan dan minuman secara langsung kepada para tamu undangan. Yang sibuk melayani makanan dan minuman adalah para pelayan, entah sosial atau pekerja dari usaha 'catering' tertentu. Dengan kata lain aneka urusan kebutuhan selama pesta pada umumnya tidak ditangani langsung oleh si pemilik pesta/pengundang, tetapi oleh para pekerja khusus. Hari ini kita kenangkan perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Yesus bagi para rasul atau murid-muridNya; Yesus sebagai pemimpin pesta atau pengundang. Ia sendiri yang melayani secara langsung dalam hal makanan dan minuman, bahkan Ia membasuh kaki para rasul satu persatu dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Setelah selesai melayani para rasul Ia berpesan: "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:14-15) . Pesan ini kiranya juga terarah bagi kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita renungkan, kenangkan dan hayati dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun.

 

"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:14-15)  

 

Kaki adalah anggota tubuh yang paling bawah, jika tanpa alas kaki berarti langsung bersentuhan dengan tanah, maka boleh dikatakan sebagai anggota tubuh yang paling kotor. Kaki juga harus menanggung beban seluruh tubuh serta membuat orang bermalas-malasan alias kaki tak mau bergerak atau dinamis alias kaki senantiasa bergerak dengan cepat dan cekatan. "Membasuh kaki" berarti memperhatikan saudara-saudari kita yang berada paling bawah: pemimpin kepada rakyat, orangtua kepada anak-anak, guru kepada para peserta didik, tuan rumah kepada para pembantu, manajer perusahaan kepada para pekerja dst.. ; memperhatikan dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati.

 

Melayani berarti membahagiakan yang dilayani. Seorang pelayan yang baik pada umumnya memiliki cirikhas: rendah hati, ceria, gembira, cekatan, tidak mengeluh/menggerutu ketika sedang melayani, siap-sedia menerima tugas apapun, dst.. Pelayan baik senantiasa berusaha secara optimal jangan sampai mengecewakan atau membuat marah yang dilayani. Kita semua dipanggil untuk saling melayani dan membahagiakan, lebih-lebih atau terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang kurang memperoleh perhatian. Hemat saya hal ini perlu dihayati atau dilakukan dalam komunitas basis seperti dalam keluarga, komunitas biara, kantor atau tempat kerja, dimana setiap hari kita memboroskan waktu, tenaga dan perhatian kita.  Para pemimpin, orangtua, atasan, manajer, dst..hendaknya memberi teladan seperti Yesus telah memberi teladan kepada para rasul. Di dalam keluarga hemat saya para ibu pada umumnya telah berusaha melayani semua anggota keluarganya, maka baiklah anggota keluarga yang lain melakukan yang sama.

 

"Membasuh kaki" berarti membersihkan, maka dipanggil untuk saling membasuh kaki juga berarti saling membersihkan satu sama lain, meneladan Tuhan yang "menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27). Dengan kata lain kita dipanggil untuk senantiasa saling berpikir positif, saling mengutamakan apa yang baik, luhur, mulia dan benar yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebagaimana seorang pelayan senantiasa bersikap baik, penuh hormat dan kasih terhadap yang dilayani, demikian juga kita dipanggil untuk saling berbuat baik, saling menghormati dan mengasihi. Sikap yang demikian ini kiranya juga terjadi dalam suatu perjamuan atau pesta dimana masing-masing orang berusaha menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga menarik, mempesona dan memikat orang lain. Marilah kita saling menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga kita saling mempesona, manarik dan memikat.

 

"Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang " (1Kor 11:26) 

 

Pada hari ini kita kenangkan juga Perayaan Ekaristi, yang pada pertama kali kita imani diselenggarakan oleh Yesus dalam perjamuan terakhir bersama para rasul. Dalam perjamuan tersebut Yesus 'memberikan tubuh dan darahNya sendiri' berupa roti dan anggur kepada para rasul. Setiap menghadiri Perayaan Ekaristi, kita semua yang telah boleh menerimanya, kita juga menerima 'Tubuh dan Darah" Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur alias menerima komuni kudus. Paulus mengingatkan kita semua bahwa "setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang". Apa arti peringatan Paulus ini kepada kita semua?

 

Dengan menerima Tubuh Kristus atau komuni kudus kita dipanggil untuk 'memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang', artinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita demi kebahagiaan dan keselamatan mereka. Kematian Tuhan adalah pengorbanan Diri Yesus di kayu salib, dimana Ia menjadi pengorban sekaligus korban demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Maka kita diharapkan tidak mengorbankan orang lain demi keuntungan atau kebahagiaan diri kita sendiri, tetapi siap sedia untuk berkorban bagi keselamatan dan kebahagiaan sesama atau saudara-saudari kita. Marilah kita hayati motto "solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan"  dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun. Berpihak pada yang miskin dan berkekurangan hemat saya pasti harus berkorban dengan rendah hati dan semangat melayani.

 

Entah berapa kali kita telah menerima Tubuh Kristus atau menerima komuni kudus, mungkin tak ada seorangpun dari kita sempat menghitung. Maka saya mengajak kita semua mawas diri: dampak atau pengaruh apa dalam cara hidup dan cara bertindak kita setelah sekian kali menerima komuni kudus? Karena kita telah 'makan dan minum Tubuh dan Darah Kristus', maka diharapkan cara hidup dan cara bertindak kita meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang datang untuk melayani bukan dilayani dengan menyerahkan Diri seutuhnya bagi keselamatan seluruh dunia/bangsa. Karena yang kita sambut atau terima adalah sama, yaitu Tubuh dan Darah Kristus, maka terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita; kita hidup penuh dengan persaudaraan dan persahabatan. Pada malam hari ini pada umumnya juga diselenggarakan 'tuguran', devosi kepada Sakramen Mahakudus, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam 'tuguran' ini sambil mengenangkan pemberian Diri Yesus bagi kita semua. Baiklah jika seluruh keluarga dapat bersama-sama berpartisipasi dalam 'tuguran' ini.

 

"Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya," (Mzm 116:15-18)

        

Jakarta, 1 April 2010


31 Mar - Yes 50:4-9ac; Mat 26:14-25

"Apa yang hendak kamu berikan kepadaku supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?"

(Yes 50:4-9ac; Mat 26:14-25)

"Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya." (Mat 26:14-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Secara manusiawi Yudas Iskariot sungguh mengkhianati Yesus dengan 'menyerahkan Yesus kepada para imam', namun secara spiritual atau rencana Ilahi kiranya apa yang akan dilakukan oleh Yudas Iskariot harus terjadi, sebagaimana disabdakan oleh Yesus:"Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan". Hari ini hari terakhir sebelum kita memasuki Trihari Suci; sebelum 'pergi' alias wafat di kayu salib Yesus mengadakan jamuan bersama dengan para murid, jamuan perpisahan. Maka mungkin baik kalau hari ini kita mawas diri perihal kesiap-sediaan kita untuk sewaktu-waktu 'pergi' alias meninggal dunia: baiklah kita senantiasa membangun persaudaraan atau persahabatan dengan mereka yang hidup dan bekerja bersama dengan kita, agar sewaktu-waktu kita merasa akan dipanggil Tuhan memperoleh dukungan dari saudara-saudari kita. Sebaliknya apa yang akan dilakukan oleh Yudas Iskariot kiranya juga dapat menjadi permenungan atau refleksi kita: jangan-jangan cara hidup dan cara bertindak kita tanpa kita sadari mencelakakan orang lain atau membuat orang lain menderita sengsara. Yudas Iskariot boleh dikatakan bersikap mental materialistis, dan hemat saya siapapun yang bersikap mental materialistis dengan mudah mencelakakan orang lain, maka marilah kita jauhi sikap materialistis dalam diri kita masing-masing.

·   "Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi" (Yes 50:5-6), demikian sharing iman nabi Yesaya. Nabi adalah pembawa dan pewarta kebenaran, dan sebagai orang beriman kita semua juga memiliki tugas kenabian alias mewartakan kebenaran melaui cara hidup dan bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Di tengah-tengah kehidupan bersama yang masih diwarnai atau dijiwai aneka bentuk kebohongan, kepalsuan, manipulasi dst.. masa kini kiranya untuk menjadi pembawa atau pewarta kebenaran pasti harus menghadapi aneka tantangan, cemoohan, ejekan, caci maki, pelecehan dst..  Baiklah ketika kita diperlakukan demikian tidak perlu memberontak, melawan atau balas dendam, melainkan pasrah dan menyerah saja. Percayalah dan imanilah jika kita tidak melawan, memberontak atau balas dendam, maka mereka pasti akan berhenti sendiri dan pada suatu saat menyesali diri. Marilah bersikap ksatria, maju terus pantang mundur dalam menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan masalah. Berbagai macam tantangan, hambatan dan masalah hemat saya merupakan wahana untuk semakin memurnikan dan memperteguh iman kita atau mendewasakan iman kita. Sebagaimana untuk mendapatkan logam emas murni harus dibakar dan digembleng, demikian juga agar iman kita semakin bersih dan kuat harus berani menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, yang muncul atau lahir dari kesetiaan dan ketaatan kita kepada kehendak Tuhan.

 

"Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur;Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan." (Mzm 69:31.33-34)

Jakarta, 31 Maret 2010


Senin, 29 Maret 2010

30 Mar - Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33.36-38

"Tuhan mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang?"

(Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33.36-38)

 

"Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku." Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."(Yoh 13:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini ditampilkan dua rasul: Yudas Iskariot  dan Petrus yang akan mengkhianati Yesus. Meskipun mereka telah kurang lebih tiga tahun dibina oleh Yesus, hidup bersama dengan Yesus, ternyata dapat jatuh juga alias mengingkari Yesus. Mungkinkah kita juga berkhianat seperti mereka? Mungkin kita tidak seperti Yudas Iskariot, tetapi seperti Petrus, maka marilah kita mawas diri. Hendaknya kita tidak sombong seperti Petrus, yang berkata "Aku akan memberikan nyawaku bagiMu". Memberikan nyawa bagi Yesus berarti siap sedia untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun. Marilah kita renungkan sabda Yesus kepada  Petrus :"Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali". Sebelum ayam berkokok berarti pagi-pagi buta, dimana kebanyakan orang masih tidur nyenyak. Di daerah kita, di Indonesia, pagi-pagi buta, sebelum ayam berkokok, kita dengar suara 'adzan' dari masjid, surau atau langgar, ajakan untuk berdoa dan memuliakan Tuhan. Di antara kita kiranya ada yang merasa terganggu dan terbangun dari tidur serta kemudian mengeluh, menggerutu atau marah-marah. Jika kita berbuat demikian, hemat saya kita sama seperti Petrus. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menyadari dan menghayati kelemahan dan kerapuhan masing-masing. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak kita semua, jika di pagi hari mendengar suara 'adzan', marilah dengan rendah hati kita menyatukan diri dengan saudara-saudari kita, umat Islam, berdoa pagi bersama-sama.  Lebih baik pagi hari itu bersyukur dan berdoa daripada mengeluh, marah-marah atau menggerutu.

·   "Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya."(Yes 49:1-2). Seruan Yesaya ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita bersama. Sejak dalam kandungan ibu kita masing-masing kita diharapkan menjadi pribadi manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga "mulutku sebagai pedang yang tajam serta diri kita menjadi anak panah yang runcing". Mulut bagaikan pedang yang tajam tidak berarti setiap berkata senantiasa menyakiti atau melukai yang mendengarkan, melainkan membuka atau menyingkapkan kebenaran-kebenaran atau kebaikan-kebaikan. Hal ini mengandaikan hati kita suci, bersih dan jernih. Sedangkan diri kita bagaikan anak panah yang runcing berarti kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa efisien, efektif dan afektif, artinya tidak sia-sia atau tanpa arti sedikitpun. Maka marilah kita mawas diri: sejauh maka kata-kata atau omongan kita senantiasa menyingkapkan kebenaran dan kebaikan, dan kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa membuat hidup bersama sejuk, nyaman dan enak. Seruan Yesaya ini kiranya juga mengingatkan kita semua bahwa anak-anak lebih suci dan bersih daripada orangtua, yang muda lebih suci dan berbudi pekerti luhur daripada yang tua, maka baiklah kita tidak melecehkan atau merendahkan anak-anak atau mereka yang lebih muda daripada kita. Seruan Yesaya ini juga mengingatkan kita semua untuk saling menyebut nama kita masing-masing, nama yang akrab dan mesra yang senantiasa digunakan dalam pergaulan biasa. Dengan menyebut nama berarti kenal dan mengasihi. Hendaknya masing-masing dari kita juga mawas diri perihal nama yang dianugerahkan kepada kita oleh orangtua kita masing-masing maupun nama baptis yang dikenakan pada diri kita.

 

"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam." (Mzm 71:1-4)

 

Jakarta, 30 Maret 2010


Minggu, 28 Maret 2010

29 Mar - Yes 42:1-7: Yoh 12:1-11

"Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu."

(Yes 42:1-7: Yoh 12:1-11)

"Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus." (Yoh 12:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika ada orang akan meninggal dunia, atau gejala-gejala hendak dipanggil Tuhan, pada umumnya mereka yang merasa dekat atau dikasihi oleh yang bersangkutan akan melakukan 'pemborosan waktu dan tenaga serta dana' bagi yang akan dipanggil Tuhan tersebut, sebagai wujud terima kasih. Begitulah yang dilakukan oleh Maria yang "mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu". Sementara itu Yudas Eskariot menegornya dan mengatakan bahwa lebih baik uang yang senilai untuk pembelian minyak tersebut diberikan kepada orang-orang miskin. Kasih memang sering tidak masuk akal sehat atau sebenarnya mengatasi akal sehat. Maka marilah kita mawas diri: sejauh mana kita hidup saling mengasihi satu sama lain, saling memboroskan waktu dan tenaga serta harta benda bagi yang terkasih. Setelah mawas diri selama kurang lebih empat puluh hari kiranya kita tergerak untuk semakin berterima kasih dan bersyukur kepada Tuhan serta tergerak untuk membalas kasihNya yang melimpah ruah. Baiklah jika hal itu juga kita wujudkan secara konkret dengan mengasihi mereka yang dekat dengan kita, yang setiap hari saling memboroskan waktu dan tenaga, entah di dalam keluarga/rumah maupun tempat kerja dan masyarakat. Jauhkan semangat mental materialistis atau bisnis terhadap sesama dan saudara-saudari kita.

·   "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara" (Yes 42 :6-7). Kita semua, orang beriman, dipanggil untuk maksud penyelamatan, antara lain menjadi terang untuk bangsa-bangsa, atau secara konkret "membuka mata orang buta, mengeluarkan orang dari hukuman dan yang duduk dalam gelap dari penjara." Cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun atau sepak terjang kita hendaknya senantiasa dapat menjadi terang, fasilitator atau berita baik bagi siapapun. Marilah kita tidak menyia-nyiakan aneka usaha, pengorbanan dan perjuangan dari orangtua, pendidik/guru,dst..yang telah membentuk atau membina kita sehingga kita menjadi manusia sebagaimana adanya pada saat ini. Hendaknya cara hidup atau cara bertindak kita tidak membuat malu atau kecewa pada mereka itu semua, melainkan kegembiraan dan kebanggaan karena kita telah mampu menjadi 'terang bagi bangsa-bangsa'. Memang untuk menjadi 'terang' di tengah-tengah hidup bersama pada masa kini sungguh berat dan mulia,  harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan godaan. Kita berada dalam Pekan Suci, maka baiklah kita sungguh menyucikan diri artinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kita persembahkan apa yang terbaik, termulai, paling bernilai dst. yang ada pada kita atau kita miliki bagi saudara-saudari kita; hendaknya jangan menjadikan orang lain 'tempat sampah' alias tempat membuang sisa-sisa atau kelebihan.

 

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya." (Mzm 27:1-3)

Jakarta, 29 Maret 2010

 

 


Jumat, 26 Maret 2010

28 Mar - Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

"Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".

MINGGU PALMA : Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

Ketika ada seorang pemimpin atau kepala Negara berkunjung ke tempat tertentu, entah dinegaranya sendiri atau Negara lain, pada umumnya jauh sebelumnya dipersiapkan lebih-lebih dalam hal pengamanan. Kendaraan atau mobil yang digunakan sang pemimpin pada umumnya mewah serta anti peluru. Jalan-jalan yang akan dilalui disterilkan dari berbagai macam gangguan, pada saat sang pemimpin melintas semua kendaraan lain harus menyingkir atau berhenti. Pengawalan pada saat dalam perjalanan pun sangat ketat. Semuanya itu dilakukan demi keselamatan sang pemimpin, yang mungkin sedang dalam ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh orang atau oknum yang tidak suka kepadanya. Pada hari ini kita mengenangkan Yesus, Sang Raja, memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai dan di dalam perjalananNya dielu-elukan oleh rakyat/orang banyak secara spontan. Tidak ada sterilisasi jalan yang akan dilewatiNya, bahkan orang kebanyakan atau rakyat merapat di samping dan dibelakang Yesus, sambil mengelu-elukan Yesus apa adanya. Hari ini kita masuki Pekan Suci, untuk 'menyertai perjalanan Yesus menuju Kalvari, mempersembahkan diri dengan wafat di kayu salib, dan kemudian pada hari ketiga dibangkitkan dari mati', maka baiklah kita juga mawas diri 'sejauh mana kita siap sedia mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesama' demi kebahagiaan dan keselamatan bersama.

 

"Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:6-8) 

 

KedatanganNya di dunia ini dijiwai oleh kerendahan hati, Ia "menjadi sama dengan manusia", dan tugas pengutusanNya juga dimahkotai dengan kerendahan hati, "Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".  Maka baiklah dalam memasuki Pekan Suci ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dengan mengumpulkan atau mengenangkan aneka pengalaman selama bermatiraga sejak Rabu Abu: sejauh mana kita telah belajar rendah hati dan kemudian tergerak untuk memperdalam, memperkuat dan memperteguh penghayatan kerendahan hati dalam hidup sehari-hari.

 

Dalam perjalanan memahkotai tugas pengutusanNya, Yesus harus menghadapi aneka tantangan yang datang dari aneka kelompok masyarakat, termasuk petinggi wilayah, seperti Pilatus. Orang-orang Yahudi menghadapkan Yesus kepada Pilatus dengan tuduhan bahwa Yesus menghasut rakyat untuk tidak membayar pajak dan menyatakan DiriNya sebagai Raja. Yesus juga dihadapkan pada raja Herodes. Baik Pilatus maupun Herodes merasa tidak menemukan kesalahan apa-apa yang dilakukan oleh Yesus, tetapi orang-orang Yahudi tetap terus dengan gencar menghendaki agar Yesus dihukum mati. Ia menjadi 'kambing hitam', harus mati demi keselamatan seluruh bangsa/dunia. Orang baik dan benar di dalam hidup bersama di masyarakat memang dapat menjadi 'kambing hitam', mengemban tanggungjawab dan beban sangat besar demi keselamatan atau kebahagiaan umum, siap menderita dan mati bagi sesamanya.

 

Marilah kita meneladan Yesus yang rendah hati sampai mati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap mereka atau siapapun yang menjadi tokoh atau berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan dalam penghayatan kerendahan hati. Semakin tambah usia/tua, semakin kaya akan berbagai hal, semakin pandai/cerdas, semakin memiliki aneka jabatan dan fungsi dst.. hendaknya juga semakin rendah hati, sebagaimana dikatakan oleh sebuah pepatah "bulir-bulir padi atau keladi semakin berisi membuat batangnya semakin menunduk".

 

"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu" (Luk 23:28)   

 

Jika ada orang akan meninggal dunia, pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih terasa penderitaan-nya dan jika yang akan meninggal dunia adalah yang terkasih, maka meledaklah tangisan mereka. Para perempuan atau puteri Yerusalem menangisi Yesus, yang menderita sambil memanggul salib menuju puncak Kalvari untuk disalibkan atau dihukum mati, namun dalam penderitaanNya Yesus berkata kepada mereka :"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu". Apa maksud perkataan Yesus ini? Baiklah sabda Yesus ini kita renungkan atau refleksikan bersama dalam rangka memasuki Pekan Suci ini.

 

"Tangisilah dirimu dan anak-anakmu"; perintah ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para orangtua atau bapak-ibu. Suatu ajakan untuk melihat diri sendiri maupun anak-anak dengan benar dan jujur serta untuk bersama-sama berjuang dan berkorban demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama. Pertama-tama marilah kita, seluruh anggota keluarga, bersama-sama merenungkan kisah sengsara Yesus, dan kiranya baik diselenggarakan atau diadakan sharing pengalaman perihal perjuangan dan pengorbanan masing-masing dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan.

 

Marilah kita bersama-sama menghayati iman, sebagaimana dihayati oleh Yesaya ini : "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi" (Yes 50:4-6). Kita meneladan Yesus, yang tidak mengeluh, menggerutu atau marah ketika harus memanggul salib ke puncak Kalvari. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa siap sedia untuk 'dikasihi'. Ingat dikasihi berarti juga dikritik, diberi saran, dituntun, diberi nasihat, diejek, dst..alias direndahkan atau dilecehkan. Hemat saya pada masa kini banyak orang sulit untuk dikasihi, maunya hanya mengasihi saja. Marilah kita sadari dan hayati bahwa ketika kita masih kanak-kanak/bayi, kita sungguh siap sedia untuk dikasihi, dan hendaknya pengalaman tersebut dikenangkan dan diteguhkan kembali dalam perjalanan mengarungi samodera kehidupan masa kini.

 

"Anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku "

(Mzm 22:17-20)

 

Jakarta, 28 Maret 2010


27 Mar - Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."

(Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)

 

"Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa,dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini hari terakhir sebelum kita memasuki Pekan/Minggu Suci, untuk mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus dari mati, puncak iman kepercayaan kita. Dalam warta gembira hari ini seorang imam besar berkata: "Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.". Secara sosio-politis apa yang dikatakan imam besar ini memang  benar, karena kalau Yesus dibiarkan terus berpengaruh terhadap orang-orang Yahudi dan ada kemungkinan orang-orang Yahudi tidak mau membayar pajak yang tidak wajar itu, maka tentara Roma /kaisar Roma akan menghancurkan para tokoh Yahudi tersebut; sedangkan secara iman kristiani, yang kiranya tidak disadari oleh sang imam besar tersebut, hal itu meneguhkan tugas pengutusan Yesus. Yesus akan mati, mempersembahkan Diri seutuhnya demi keselamatan seluruh bangsa, Ia menjadi pengorban dan korban sekaligus demi keselamatan seluruh bangsa. Kiranya hal ini baik menjadi inspirasi bagi kita semua: bersediakah kita berkorban demi keselamatan diri kita sendiri maupun orang lain? Atau berkorban demi kesejahteraan umum? Selama kurang lebih empat puluh hari kita diajak mawas diri perihal panggilan untuk 'melawan kemiskinan', tema APP tahun ini, maka baiklah kita bertanya pada diri sendiri: sejauh mana saya telah siap sedia untuk berkorban dalam melawan dan memberantas aneka macam bentuk kemiskinan?

·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku" (Yeh 37:26-27). Janji Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel ini kiranya baik kita renungkan. Janji tersebut juga terarah kepada kita semua, umat beriman. Benarkah masing-masing dari kita menjadi 'tempat kediaman Tuhan'? benarkah kita menjadi umat Tuhan, orang-orang yang sungguh melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan? Jika kita sungguh beriman serta menjadi 'tempat kediaman Tuhan', maka kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada akan menjadi berkat bagi sesama, dan dengan demikian kita saling memberkati, saling berdamai dan saling mengasihi. Marilah kita masuki Pekan Suci dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh yang bersih, agar kita layak menggabungkan diri dalam perjalanan Yesus menuju 'Kalvari', untuk menjadi berkat dan rahmat bagi seluruh dunia atau bangsa.  Marilah siap sedia dan rela untuk menjadi 'penyalur-penyalur rahmat dan berkat Tuhan bagi sesama', lebih-lebih bagi mereka yang sungguh membutuhkan, yang miskin dan berkekurangan. Kami berharap kepada mereka yang saling bermusuhan untuk berdamai dan berjabatan tangan, lebih dengan mereka yang dekat dengan kita, yang setiap hari hidup dan bekerja dengan kita.

 

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!  Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." (Yer. 31:10-11)

Jakarta, 27 Maret 2010       

 


Kamis, 25 Maret 2010

26 Mar - Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42

"Semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."

(Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)


"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Lihatlah Anak domba Allah!" (Yoh 1:36), demikian kata Yohanes Pembaptis kepada para murid, di tepi sungai Yordan. Yohanes mengatakan kepada mereka bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Beberapa tokoh orang-orang Yahudi tidak percaya akan hal itu, maka ketika Ia menyatakan diri sebagai Allah, mereka ingin melempari Yesus sampai mati alias membunuhNya. Tetapi banyak orang semakin percaya kepadaNya, yaitu rakyat biasa yang memang lebih terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi daripada para tokoh. Maka marilah kita mawas diri: melalui aneka pengalaman perjalanan hidup iman kita sampai kini, apakah saya semakin beriman, semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, ataukah semakin menjauh dari Tuhan alias semakin kafir. Kami berharap kita semua melalui berbagai pengalaman semakin beriman, semakin mempercayakan diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap kita siap sedia untuk memasuki Pekan atau Minggu Suci untuk mengenangkan kisah puncak iman kita, kisah Sengsara dan Wafat serta Kebangkitan Yesus. Kami berharap kita semua semakin siap sedia untuk menjadi pelaksana-pelaksana kehendak atau  perintah Tuhan dalam dan melalui hidup dan sepak terjang kita sehari-hari. Semoga melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin banyak orang tergerak untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan.

·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan" (Yer 20:11), demikian keyakinan iman Yeremia yang sedang diancam oleh musuh-musuh atau lawan-lawannya. Mungkin saat ini anda juga sedang mengalami atau menghadapi ancaman dalam penghayatan iman; jika memang demikian marilah menyatukan diri pada sikap Yeremia.  Percayalah dan imanilah bahwa jika kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan pasti akan mampu mengalahkan atau mengatasi aneka ancaman, godaan dan hambatan, yang lahir dari 'setan'. Tuhan adalah mahasegalanya, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup baik dan berbudi-pekerti luhur kita pasti akan mampu mengatasi berbagai rintangan, ancaman, godaan dan rayuan yang ingin merongrong kesetiaan kita pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah kita juga meningkatkan dan memperdalam hidup rohani atau hidup doa kita masing-masing, serentak menghayati bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan (kita dapat hidup dan tumbuh berkembang seperti saat ini karena Tuhan). Tanpa Tuhan kita tak mungkin hidup, tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini. Marilah hidup dan bertindak dijiwai syukur dan terima kasih atas segala anugerah dan kasih karunia Tuhan, yang telah dilimpahkan kepada kita melalui mereka yang telah berbuat baik dan mengasihi kita.

 

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya." (Mzm 18:2-7)

Jakarta, 26 Maret 2010     

 


Rabu, 24 Maret 2010

25 mar - Yes 7: 10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

HR KABAR SUKACITA : Yes 7: 10-14; 8:10; Ibr 10:4-10;  Luk 1:26-38

 

Dalam berbagai kesempatan menilpon beberapa orang, ada satu dua orang yang dengan spontan menjawab tilpon saya sungguh mengesan dan menyentuh hati saja. Begitu mendengarkan suara panggilan saya via tilpon orang tersebut menanggapi: "Matur nuwun Romo, wonten dhawuh" (Terima kasih Romo, ada perintah). Orang tersebut begitu siap sedia untuk dimintai tolong apapun atau secara kasar diperintah apapun. Bukankah hal itu sungguh menggembirakan, dan jawaban macam itu senada dengan tanggapan atau jawaban Bunda Maria atas sapaan dan penjelasan malaikat dengan berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.". Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah sebagai umat beriman kita mawas diri dengn bantuan tanggapan Bunda Maria atas sapaan malaikat tersebut.

 

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."(Luk 1:38)

 

 Tanggapan Maria atas sapaan Tuhan melalui malaikatNya ini kiranya merupakan bentuk penghayatan keutamaan 'ketaatan', dan memang hemat saya siapapun yang unggul dalam penghayatan ketaatan juga merupakan kabar sukacita, kabar baik atau kabar gembira. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal penghayatan ketaatan, yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan masih begitu marak aneka macam bentuk pelanggaran peraturan alias ketidak-taatan terhadap aneka aturan dan tatanan hidup bersama. Jika kita mencermati apa yang terjadi di jalanan nampak sekali bahwa masih cukup banyak para pengendara atau sopir maupun pejalan kaki yang tidak mentaati aneka aturan atau rambu-rambu lalu lintas. Apa yang terjadi di jalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas masyarakat atau bangsa.

 

Di dalam etika dikenal adanya tiga tingkatan norma atau nilai, yaitu: norma sopan santun, norma hukum dan norma moral. Yang pertama-tama kita kenal dan hayati rasanya adalah norma sopan santun, yang kita terima melalui orangtua kita masing-masing. Norma sopan santun berlaku bagi wilayah atau kelompok tertentu dan tidak jelas seberapa jauh dan lebarnya wilayah alias tidak ada batas jelas. Sedangkan norma hukum dikenal kemudian ketika kita mulai hidup bersama dengan orang lain, di luar keluarga. Norma hukum berlaku untuk wilayah atau daerah tertentu dan terbatas untuk wilayah atau daerah tersebut. Norma moral, yaitu baik atau buruk, berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja. Mentaati atau melaksanakan norma-norma tersebut dengan baik sungguh merupakan kabar baik, kabar gembira bagi orang lain.

 

Ketaatan Maria kepada kehendak atau panggilan Tuhan bersifat moral atau spiritual, dan menurut kami merupakan keutamaan tertinggi, karena mengandaikan yang bersangkutan sungguh berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual. Pribadi yang bersangkutan telah sampai pada penghayatan 'contemplativus in actione', menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. .Ia akrab dengan sabda-sabda Tuhan, bergaul mesra dengan Tuhan, yang mahasegalanya, sehingga mau tidak mau yang bersangkutan akan dikuasai atau dirajai alias senantiasa melaksanakan atau menghayati perintah-perintah Tuhan. Taat kepada kehendak atau perintah Tuhan berarti juga rendah hati serta senantiasa bersikap melayani yang lain, siapapun juga. Di mana ia berada atau kemana ia pergi senantiasa berusaha melayani dan membahagiakan atau menggembirakan yang lain, maka dirinya sendiri sungguh merupakan kabar baik atau kabar gembira. Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, maka marilah kita saling melayani dan membahagiakan, sehingga kebersamaan hidup kita otomatis merupakan kabar gembira.

 

"Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." (Ibr 10:9-10)

Kutipan dari surat Ibrani di atas ini menunjuk pada ketaatan Yesus, sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada umat di Filipi :" Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Fil 2:5-7). Marilah kita meneladan Yesus, sebagaimana dikatakan dalam surat Ibrani di atas : "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendakMu".

 

Marilah kemanapun pergi atau dimanapun berada kita senantiasa melakukan kehendak Tuhan, dan hal ini secara konkret berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tatanan yang berlaku dan terkait dengan hidup dan kesibukan kita masing-masing, sehingga kita bersih dan bebas serta tidak melakukan pelanggaran apapun. Hari Raya Kabar Sukacita ini kita rayakan di hari-hari terakhir dalam rangka mawas diri selama Masa Prapaskah, maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri apakah setelah berpartisipasi dalam kegiatan Prapaskah, pantang dan puasa atau matiraga kita mampu semakin mengenali diri, sebagai yang terpanggil dan telah dibaptis. Sejauh mana kita merasa telah atau tergerak untuk mempersembahkan seluruh tubuh kita kepada Tuhan. Mentaati sepenuhnya aturan atau tatanan hidup memang juga berarti mempersembahkan tubuh kita, mengerahkan seluruh tenaga, waktu, perhatian dst.. pada pelaksanaan aturan atau tatatan hidup, sehingga kita akan menjadi pribadi yang terbiasa untuk taat dan melayani.

 

"Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yes 7: 14). Hidup taat dan melayani akan melahirkan keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Sebagaimana melalui lambung Yesus, yang tergantung di kayu, yang ditusuk tombak dan dari HatiNya keluar darah dan air segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan, kami berharap melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga 'lahir' atau keluar keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal ketaatan dan melayani, sehingga mereka yang terpengaruh juga tergerak untuk taat dan melayani. Semoga kebersamaan hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun melahirkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, sehingga kita semua terus tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas spiritual, menjadi pewarta-pewarta kabar baik dimana saja dan kapan saja.

 

"Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"

(Mzm 46:9-11)

Jakarta, 25 Maret 2010  

 

 


24 Mar - Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)

"Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu"

(Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)


"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh 8:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Percaya kepada Yesus berarti juga menjadi 'anak-anak atau keturunan Abraham', dan dengan demikian senantiasa 'tetap dalam FirmanNya", artinya melaksanakan kehendak Tuhan di dalam hidup sehari-hari dan juga tidak pernah melakukan atau berbuat dosa apapun. Maka marilah kita yang percaya kepada Yesus mawas diri: sejauh mana kita senantiasa melaksanakan perintah atau ajaran-ajaran Yesus, terutama ajaran dan pertintahNya yang utama dan pertama, yaitu 'saling mengasihi satu sama lain'? Atau sebagai anak-anak atau keturunan Abraham: sejauh mana kita meneladan Bapa Abraham, yang senantiasa taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan. Secara konkret bagi kita antara lain berarti kita senantiasa melaksanakan tugas, pekerjaan dan kewajiban dengan baik selesai pada waktunya serta memuaskan semua orang. Di tempat kerja atau kantor kita senantiasa mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan atau yang menjadi tanggungjawab dan tugas utama, sebagai pelajar di sekolah berarti senantiasa dengan rendah hati, tekun dan rajin mendengarkan semua ajaran atau informasi yang disampaikan oleh para guru; para pengendara kendaraan jenis apapun atau pejalan kaki tertib dan taat terhadap peraturan lalu lintas, tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas dst…

·    "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" (Dan 3:16-18), demikian jawaban  Sadrakh, Mesakh dan Abednego terhadap raja Nebukadnezar. Keberanian tiga orang ini kiranya baik menjadi teladan kita dalam penghayatan iman di dalam hidup sehari-hari. Berbagai macam jenis harta benda dan kekayaan pada masa kini telah menjadi 'sembahan atau andalan sepenuhnya' bagi sementara orang alias menjadi 'berhala-berhala'. Dengan kata lain rasanya cukup banyak orang yang bersikap mental materialistis, tidak memberi tempat atau peran Tuhan dalam hidup sehari-hari, dalam aneka pelayanan dan kesibukan. Dengan kami kami mengharapkan kepada kita semua umat beriman: marilah kita setia pada iman kita, artinya mengandalkan dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup sehari-hari alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Memang dengan hidup baik dan berbudi pekerti luhur pada masa kini ada kemungkinan harus menghadapi tekanan dan ancaman dari para penguasa yang serakah akan harta benda, uang atau kehormatan duniawi, sebagaimana dihadapi oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Percayalah dan hayatilah bahwa jika kita tetap setia pada kebenaran dan iman, kita pasti akan menang terhadap aneka kejahatan, kebohongan dan keserakahan serta ancaman. Marilah kita berani berkata seperti tiga orang tersebut dan menghayati kata-kata ini "kami tidakakan memuja dewa dan tidak akan menyembah patung emas".

 

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya" (Dan 3:52-56)

 

Jakarta, 24 Maret 2010


Senin, 22 Maret 2010

23 Mar - Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30

"Setelah Yesus mengatakan semuanya itu banyak orang percaya kepadaNya".

(Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30)

 

"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya."(Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bagi siapapun yang percaya kepada Yesus, ketika semakin mengenalNya maka juga semakin percaya kepadaNya, sebaliknya bagi yang tidak percaya pasti akan semakin tidak mengerti dan tidak percaya kepadaNya. Kita kiranya termasuk dalam jajaran orang yang percaya kepada  Yesus, maka kami harapkan setelah sekian lama kita mawas diri , sejak hari Rabu Abu, berarti kita semakin percaya kepadaNya, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Tentu saja secara konkret juga semakin giat, rajin, tekun, cekatan dan cermat dalam melaksanakan aneka macam tugas dan pekerjaan, sehingga mereka yang menyaksikan cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Hendaknya kita juga semakin menyadari dan menghayati bahwa diri kita 'berasal dari atas', gambar dan citra Allah di dunia ini. Kita juga meneladan Yesus, yang mendengarkan perintah, ajaran, petunjuk 'dari atas' dan kemudian meneruskannya ke dunia, kepada sesama manusia. Kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas, yang telah kita pelajari dan coba hayati, dan kemudian menyebarluaskan spiritualitas tersebut kepada sesama, entah melalui cara bertindak maupun kata-kata atau wacana. Melalui dan dengan cara hidup dan cara bertindak kita kami berharap semakin membuat banyak orang percaya kepada Tuhan, semakin beriman.

·   "Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." (Bil 21:7-8). Kutipan ini kiranya mengarah pada Yang Tersalib, Yesus yang mempersembahkan diri dan wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan dunia. Marilah kita meneladan Musa, yang berdoa untuk seluruh bangsa, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Kita semua juga masih berada di perjalananan dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan dan pekerjaan, dan di perjalanan kiranya kita harus menghadapi aneka godaan dan rayuan setan dalam berbagai bentuk. Marilah kita saling mendoakan dan mengarahkan diri kepada Yang Tersalib: pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib. Mohonlah kekuatan dari Yang Tersalib dalam rangka mengatasi dan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, godaan dan rayuan untuk berbuat jahat, dst..  Kami juga mengingatkan kita semua akan pentingnya hidup doa sebagai orang beriman atau beragama; hendaknya jangan melupakan berdoa setiap hari dalam dan melalui berbagai kesempatan. Secara khusus kepada mereka yang akan mengadakan perjalanan, kami harapkan sebelum melangkah atau berjalan berdoa lebih dahulu, mohon perlindungan dan pendampingan Tuhan agar selamat sampai tujuan. Entah pengemudi maupun penumpang kami harapkan berdoa, entah sendiri maupun bersama, sebelum mengadakan perjalanan.

 

"Bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi,"

(Mzm 102:16-20)

 

Jakarta, 23 Maret 2010 


Minggu, 21 Maret 2010

22 Mar - Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:12-20

"Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku kamu mengenal juga BapaKu."

(Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:12-20)

 

"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar." Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku." Maka kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku." Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba" (Yoh 8:12-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketegangan antara Yesus dan orang-orang Farisi yang tidak percaya kepadanya semakin panas, dan mereka ingin menangkapNya tetapi tak mungkin "karena saatNya belum tiba". Mereka tidak percaya dan mengenal Yesus sebagai Mesias, maka semakin Yesus menyatakan jati DiriNya mereka semakin tidak tahu. Maka baiklah kita mawas diri "apakah kita mengenal Yesus dan Bapa di sorga". Mengenal Yesus berarti bergaul akrab denganNya, dan karena Dia Allah maka bagaimanapun juga kita akan dikuasaiNya, serta mau tidak mau harus mentaati sabda-sabdaNya dan meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Dengan mengenalNya kita hidup dan berjalan di dalam terang, sehingga melalui cara hidup dan cara bertindak kita dapat menerangi mereka yang barada di dalam kegelapan. Kita adalah saksi-saksi Yesus, Sang Terang Dunia sejati. Menjadi saksi terang berarti senantiasa mewartakan kebenaran-kebenaran, maka untuk itu mau tidak mau pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah dari mereka yang kurang atau tidak beriman. Kita diharapkan menyikapi segala sesuatu tidak menurut ukuran manusia, melainkan menurut ukuran Tuhan, tidak hanya berhenti pada ukuran manusia, melainkan sampai ke yang ilahi/spiritual. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri oorganisasi atau paguyuban kita, entah sebagai imam, bruder, suster atau awam. Secara umum, sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus diharapkan semakin kristiani, sehingga dengan dan dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

·   "Maka berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya"(Dan 13:60-61). Dengan cerdas dan berani Daniel berhasil membongkar kedok dan kebohongan 'kedua orang tua-tua', yang tidak lain adalah tokoh-tokoh hidup bermasyarakat pada zamannya. Daniel berhasil mendobrak kesaksian palsu. Pada masa kini kiranya kita butuh 'Danel-Daniel', orang-orang cerdas dan berani membongkar aneka kepalsuan dan kebohongan yang masih marak di dalam kehidupan bersama. Memang keberanian dan kecerdasan macam itu pada umumnya ada dalam diri para mahasiswa-mahasiswi yang baik, cerdas, jujur dan berani, maka kami berharap rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi atau generasi muda hendaknya tetap cerdas, berani dan rendah hati menyuarakan kebenaran-kebenaran dalam rangka mendobrak kebohongan dan kepalsuan. Secara khusus kami juga berharap semoga di dalam berbagai proses pengadilan yang terjadi sungguh diperjuangkan kebenaran-kebenaran; semoga kebenaran memang atas uang dan kedudukan. Entah para hakim, jaksa maupun pembela kami dambakan sungguh menjadi pejuang dan pembela kebenaran-kebenaran; demikian juga rekan-rekan yang berada di jajaran POLRI. Semoga mereka yang kaya akan uang atau harta benda juga tidak mudah  memberi uang pelicin atau sogokan demi keuntungan diri sendiri.

 

"Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa" (Mzm 23:3b-6)

Jakarta, 22 Maret 2010


Sabtu, 20 Maret 2010

21 Mar - Yes 43:16-21; Flp 3:8-14; Yoh 8:1-11

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Mg Prapaskah V : Yes 43:16-21; Flp 3:8-14; Yoh 8:1-11


Pagi-pagi benar, dimana kebanyakan orang pada umumnya masih tidur nyenyak, dikumandangkan adzan, suatu panggilan atau ajakan bagi umat Islam untuk berdoa. Mendengar suara adzan tersebut ada beberapa atau sementara orang merasa terganggu dan marah, serta mungkin sambil mengeluh "mengganggu orang tidur". Yang lain berdoa dan ada yang marah-marah juga, itulah yang terjadi. Bagi saya yang menarik adalah bahwa pagi-pagi terbangun langsung marah-marah, dan rasanya hal ini mirip dengan apa yang terjadi dalam kisah, kutipan Injil Yohanes hari ini : "Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" (Yoh 8:2-5)  Pagi-pagi  benar di depan bait Allah/tempat beribadat Yesus harus menghadapi serangan fajar dari musuh-musuhNya, suatu pertanyaan yang memang sulit dijawab. Jika Yesus menyetujui usul mereka berarti Yesus sama dengan mereka, sebaliknya jika Yesus melawan usul mereka berarti Ia tidak taat pada hukum Taurat, maka Yesus menjawab :"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" (Yoh 8:7). Mendengarkan jawaban Yesus ini "pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua" (8:9b). Maka baiklah kita renungkan sabda atau jawaban Yesus tersebut.

 

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yoh 8:7)

 

Cukup menarik reaksi orang-orang Farisi setelah mendengarkan sabda ini, yaitu mereka meninggalkan Yesus mulai dari yang tertua, dengan kata lain semakin tua, tambah usia, tambah pengalaman dst.. berarti juga bertambah dosa-dosanya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa kita adalah orang-orang berdosa, terutama yang lebih tua hendaknya semakin menyadari dosa-dosanya. Tentu saja kita tidak berhenti pada kesadaran saja, tetapi kemudian bertobat dan memperbaharui diri. Semakin tua, tambah usia, pandai, cerdas, kaya dst. hendaknya juga semakin rendah hati, sebagaimana dikatakan oleh pepatah "tua-tua keladi/padi, makin tua dan berisi semakin menunduk'.

 

"Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap kita tidak saling 'melemparkan batu', artinya saling melecehkan dan merendahkan. Hendaknya juga disadari dan dihayati bahwa yang lebih muda berarti pada umumnya juga lebih suci, lebih-lebih anak-anak balita. Maka kami berharap kepada anak-anak kita beri penghormatan selayaknya dengan semangat pelayanan. Tanda bahwa kita, orangtua, sungguh melayani anak-anak antara lain anak-anak kelak tumbuh berkembang menjadi lebih baik atau bermutu daripada orangtuanya, demikian juga generasi tua terhadap generasi muda. Dengan ini kami angkat rumor tahun tujuh-puluhan dari para mahasiswa, yaitu "Kera Kentot" (=Kenakalan remaja terjadi karena kenakalan orangtua). Sebagai anggota Gereja, kami berharap kepada kita semua untuk mendukung dan meneladan para gembala kita, yang senantiasa berusaha dan menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina.

 

"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Flp 3:13-14)

 

Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Filipi di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Marilah kita bersama-sama mengarahkan diri kita ke masa depan untuk semakin menghayati panggilan Allah, dengan kata lain marilah berlomba dalam kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/ edit.: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997 hal 24). Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua, guru, pemimpin, atasan dan pejabat dapat menjadi teladan dalam kegairahan menghayati kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan.

 

Selain mengarahkan diri ke depan, kita juga diajak untuk 'melupakan apa yang telah di belakangku'. Hal ini tidak berarti apa yang telah kita alami atau kita lalui musnah, lenyap, melainkan tetap ada serta menjadi bahan mawas diri agar kita dapat mengarahkan diri ke masa depan dengan tepat atau lebih memadai. Pengalaman akan menjadi pelajaran yang bermanfaat jika sungguh direfleksikan. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua pentingnya kebiasaan berrefleksi di dalam hidup sehari-hari. Baiklah secara konkret kami mengajak anda sekalian untuk selama kurang lebih 15 menit setiap hari mawas diri, misalnya tiap menjelang istirahat malam. Tinggalkan aneka sarana-parasarana alat alat-alat media dan berdiamlah selama kurang lebih lima belas menit sambil memutar film kehidupan sejak pagi hari sampai saat ini menjelang istirahat malam. Lihat dan cermati cara hidup dan cara bertindak macam apa saja yang baik atau buruk, kecenderungan hati yang baik dan buruk, dst.., kemudian mohon kasih pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan serta membuat niat bahwa besok pagi akan memperbaiki apa yang salah dan buruk serta meningkatkan dan memperdalam apa yang benar dan baik.

 

"Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku" (Yes 43:18-21). Seruan Tuhan melalui nabi Yesaya ini hendaknya menjadi pedoman atau pegangan jalan hidup kita dalam rangka memperbaiki apa yang salah dan buruh serta meningkatkan dan memperdalam apa yang baik dan benar, sehingga sebagai umat Allah kita "akan memberitakan kemasyhuran Tuhan", mewartakan kebaikan-kebaikan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Marilah kita saling memuliakan dan berbuat baik, saling menghormati dan melayani, bukan saling melecehkan dan merendahkan.

 

"Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!"TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya"

 (Mzm 126:2-6) .

 

Jakarta, 21 Maret 2010