Sabtu, 31 Juli 2010

1 Agustus - Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Mg Biasa XVIII: Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

 

"Kami bercita-cita mengumpulkan harta benda atau uang untuk tujuh turunan, demi anak, cucu, buyut, canggah dst... masa depan"  demikian motto beberapa orang yang serakah dan bersikap mental materialistis. Dalam terbitan majalah mingguan 'Tempo' akhir bulan Juni 2010, antara lain dihebohkan perihal jumlah simpanan atau rekening beberapa jendral polisi. Komentar atas tulisan itu, entah yang bersikap positif atau negatif, cukup meramaikan dalam pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak. Saat ini pun para penegak hukum sedang disibukkan oleh masalah korupsi yang telah dilakukan oleh para pejabat beserta kroni-kroninya. Tenaga dan dana cukup besar dibutuhkan untuk menangani aneka macam bentuk korupsi, termasuk mereka yang sedang berkuasa, yang mungkin terlibat dalam korupsi, harus berjuang demi pembersihan diri. Yang cukup menarik bulan lalu adalah bahwa penanganan kasus korupsi sementara 'di peti es kan' dengan dibesar-besarkannya kasus video porno Ariel-Luna Maya maupun kasus 'Gaza' perihal relawan-relawati yang konon diserang oleh tentara-tentara Israel. Mau tidak mau masyarakat disibukkan dengan dua kasus tersebut, dan lupa memperhatikan kasus-kasus korupsi. Berbagai macam peristiwa dan pemborosan waktu maupun tenaga tersebut hemat saya mencerminkan perhatian "orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri", sehingga suasana hidup bersama kurang damai dan selamat. Warta Gembira atau Injil hari ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi yang baik bagi kita semua, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.

 

"Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:20-21)

      

Aneka bentuk harta benda atau uang dapat musnah dalam sesaat atau waktu singkat, entah karena kebakaran, banjir bandang atau judi, dst.. namun keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan tidak akan mudah musnah atau berkurang karena aneka macam bentuk bencana alam maupun musibah, tetapi justru semakin bertambah, handal dan mendalam. Dalam rangka hidup beriman atau beragama memang mereka yang bersikap mental materialistis atau pengumpul harta benda/uang adalah orang bodoh, miskin di hadapan Allah. Maka marilah dalam hidup dan kerja atau pelayanan kita senantiasa lebih mengutamakan atau mengedepankan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan.

 

"Pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." (Luk 12:12), demikian sabda Yesus. Roh Kudus hidup dan berkarya terus menerus dalam hidup dan kerja kita maupun lingkungan hidup kita, dan mengajar kita apa yang harus kita lakukan. Maka marilah kita lihat, dengarkan, laksanakan pengajaran Roh Kudus, yang antara lain menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan ini kiranya ada dalam dan dihayati oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu, SARA, usia, jabatan, kedudukan atau fungsi. Marilah kita dengarkan apa yang dikatakan oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik maupun meneladan cara hidup dan cara bertindaknya.

 

Kepada mereka atau siapapun yang kaya akan harta benda atau uang kami harapkan hidup penuh syukur dan terima kasih serta menghayati maupun memfungsikan semua harta benda atau uang sebagai anugerah Tuhan. Harta benda atau uang pada dasarnya bersifat sosial, maka semakin memiliki harta benda atau uang hendaknya semakin sosial, antara lain semakin memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing. Dengan bertindak demikian, maka anda tidak hanya kaya akan harta benda atau uang, melainkan sekaligus kaya di hadapan Allah. Marilah kita jauhkan dan berantas sikap mental materialistis dalam diri kita masing-masing maupun dalam lingkungan hidup dan kerja atau pelayanan kita.

 

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi" (Kol 3:1-2)    

 

Apa yang akan kita lakukan atau kerjakan hari ini sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan begitu terjaga dari tidur di pagi hari. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah ciptaan Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika hidup kita di dunia ini berakhir. Kita berasal dari atas dan diharapkan kembali ke atas, maka baiklah kita senantiasa memikirkan perkara yang di atas. Dengan kata lain marilah kita berusaha melihat, memikirkan dan menghayati karya Allah di bumi ini melalui ciptaan-ciptaanNya, entah di dalam binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan maupun dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.

 

Marilah setiap pagi kita berdoa sebagaimana didoakan oleh raja Salomo,yang dikenal sebagai raja bijaksana:"Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"(1Raj 3:9). Yang dimaksudkan dengan perkara oleh Salomo adalah 'umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh'.  Perkara ini kiranya juga kita hadapi setiap hari dalam hidup, kerja atau pelayanan kita, maka marilah kita senantiasa mohon kepada Tuhan agar kita dianugerahi 'hati yang faham menimbang perkara', agar kita mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan kemudian memilih dan melaksanakan apa yang baik. Ingatlah dan sadarilah bahwa semakin tambah umur berarti semakin banyak perkara yang harus dihadapi, demikian juga semakin kaya akan harta benda maupun musuh alias apa atau siapa yang kurang disenangi atau tidak sesuai dengan selera pribadi.

 

Kami berharap kita semua berada 'di atas' harta benda atau uang atau aneka macam ciptaan Allah di bumi ini, sebagaimana kepada manusia yang pertama kali diciptakan, Adam, menerima tugas dari Allah "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Hendaknya kita jangan sampai berada ' di bawah' ciptaan lainnya maupun aneka jenis harta benda alias dijajah, sehingga kita berbakti kepada 'berhala'. Perkembangan dan pertumbuhan aneka jenis produksi elektronik maupun assesori sedikit banyak telah mempengaruhi banyak orang lebih dikuasai atau dirajai oleh produk-produk atau harta benda tersebut daripada oleh Allah. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa setia menjadi 'tuan' atas ciptaan-ciptaan Allah lainnya di dunia ini.

 

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu"

(Mzm 90:3-6)

 

Jakarta, 1 Agustus 2010


Jumat, 30 Juli 2010

31 Juli -Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?"

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26


"Ignatius lahir pada tahun 1491 di Guipuzooa di daerah Baskia, Sepanyol. Ia putera bungsu keluarga bangsawan Loyola. Di masa mudanya ia tinggal bersama dengan orang-orang istana dan tentara. Pada tahun 1521 dalam pertempuan untuk mempertahankan benteng Pamplona ia mengalami luka berat. Berbulan-bulan lamanya ia terikat pada tempat tidurnya. Namun masa itu penuh rahmat baginya. Ia mulai menyadari bahwa hatinya digerakkan kesana kemari oleh roh-roh yan berbeda-beda. Dengan menuruti gerakan roh yang baik diambilnya keputusan untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia. Maka seluruh sisa hidupnya dibaktikannya untuk mengabdi yang Mahaagung. Dalam ziarahnya ke Tanah Suci dan selama tahun-tahun pengembaraan-nya di Sepanyol, Perancis, Vlaanderen dan Italia, ia selalu mencari kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa,  baik dalam studi maupun dalam kerasulan, baik dalam percakapan-percakapan maupun dalam doanya.

Sebagai mahasiswa di Paris ia berhasil mengumpulkan sekelompok sahabat-sahabat dan pada tahun 1534 mereka bersama-sama mengucapkan kaul di kapel Santo Dionysius di Montmarte dengan maksud  mengabdikan diri kepada Paus sebagai wakil Kristus. Enam tahun kemudian kelompok mereka yang telah memilih nama "Serikat Yesus" mendapat pengakuan resmi dari Paus. Sampai wafatnya, 31 Juli 1556, Ignatius berkarya terus untuk menyusun konstitusi Serikatnya. Seperti Latihan Rohani mencerminkan pengalaman pribadinya dalam pergaulan dengan Tuhan, demikian konstitusi  mengungkapkan pengalaman-pengalaman Serikat Yesus yang masih muda itu. Pengaruh timbale balik antara aksi dan kontemplasi, kepercayaan bahwa manusia terpanggil untuk memainkan peranan dalam rencana keselamatan Tuhan, cintakasih yang seluas dunia yang tidak mau terikat pada satu tempat saja melainkan membuat orang tetap dinamis, pencarian kehendak Allah dengan mempelajari tanda-tanda zaman: itu semua merupakan tanda-tanda pengenal spiritualitas Santo Ignatius" (dari Buku Misa Seriikat Yesus, Provinsialat SJ, Semarang  1 Maret 1996,  hal 85-86)

 

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Luk 9:25)

Kutipan di atas ini kiranya juga menjadi inspirasi bagi Ignatius ketika ia mengambil keputusan "untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia". Sabda Yesus di atas ini kiranya juga bagi kita semua yang percaya atau beriman kepadaNya, maka marilah kita jadikan motto atau motivasi dan inspirasi hidup, kerja dan pelayanan kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Memang hidup dan bertindak sesuai dengan sabda tersebut pada masa kini akan menghadapi banyak tantangan, masalah dan hambatan, mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis menjiwai hampir semua orang, termasuk mereka yang disebut sebagai pemuka-pemuka agama. Masih maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pegawai maupun pejabat menunjukkan bahwa sikap mental materialistis begitu kuat pada mereka, dan tentu saja cara hidup dan cara bertindak mereka mempengaruhi masyarakat atau rakyat pada umumnya.

 

"Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal 5:16-17), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Galatia, kepada kita semua, yang orang beriman. Kita semua dipanggil hidup oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa berusaha menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di dalam hidup kita sehari-hari demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Jauhkan aneka macam bentuk sikap materialistis atau 'keinginan daging' seperti ": percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21). St.Ignatius Loyola juga dikenal dengan kemahirannya dalam pembedaan roh atau 'spiritual discernment' , maka baiklah kita refleksikan apa itu pembedaan roh.

 

"Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16).

Setiap hari kita menghadapi 'kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan'  alias tawaran atau ajakan untuk mengikuti roh baik atau roh jahat, berbuat baik atau berbuat jahat. Sebagai orang-orang beriman kiranya kita semua mendambakan hidup baik alias senantiasa mengikuti dan melaksanakan aneka ajakan, sapaan atau sentuhan untuk berbuat baik. Agar kita mahir dalam membedakan apa yang baik dan jahat hendaknya setiap melakukan pemeriksaan batin setiap hari, yang menjadi bagian dari doa harian, yaitu doa malam. Pemeriksaan batin bukan mencari kesalahan atau dosa-dosa saja, melainkan mencari dan mengenali apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri kita dan sebaliknya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing pasti lebih banyak apa yang baik daripada apa yang jahat.

 

Untuk dapat melihat dengan teliti, benar dan tepat kiranya kita butuh 'penerangan' yang baik dan memadai. Jika kita berada di dalam kegelapan kiranya kita tak mungkin membedakan mana yang baik dan yang jahat, mana yang membawa ke kehidupan dan mana yang membawa ke kematian. Maka dinamika pemeriksaan batin kurang lebih secara berurutan atau kronologis terjadi demikian:

1). Mohon terang atau rahmat Roh Kudus

2). Memutar 'film kehidupan kita sendiri' sambil mengenali pengalaman kecenderungan hati untuk berbuat baik maupun aneka perbuatan baik serta kecenderungan hati untuk berbuat jahat dan aneka perbuatan jahat.

3). Bersyukur dan berterima kasih atas kecenderungan untuk berbuat baik serta aneka kebaikan yang telah kita lakukan.

4). Mohon rahmat dan kekuatan untuk pertobatan, memperbaiki apa yang jahat serta menyesali segala perbuatan jahat yang telah kita lakukan artinya niat untuk tidak melakukan kejahatan yang sama.

5). Bersyukur dan berterima kasih atas segala anugerah atau rahmat Tuhan yang telah kita nikmati.

 

Salah satu cara konkret agar kita semakin trampil dan mahir dalam pembedaan roh adalah seantiasa berusaha hidup dan bertindak 'berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya', artinya dengan rendah hati, pengorbanan dan perjuangan berusaha mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka marilah kita baca, renungkan, refleksikan dan hayati aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita terbiasa mentaati dan melaksanakan aturan dan tatanan hidup yang berlaku, maka kita akan terbantu untuk mendengarkan, mentaati dan melaksanakan bisikan roh baik atau Roh Kudus. Marilah kepada anak-anak di dalam keluarga dibiasakan untuk mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau kesepakatan atau kebijakan yang telah dibuat.

"Ambillah ya Tuhan kebebasanku, kehendakku budi ingatanku . Pimpinlah diriku dan Kau kuasai. Perintahlah akan kutaati. Hanya rahmat dan kasih dariMu,  yang kumohon menjadi milikku. Berikanlah menjadi milikku. Lihatlah semua yang ada padaku,  kuhaturkan menjadi milikMu.  Pimpinlah diriku dan Kau kuasai,  perintahlah akan kutaati" (St. Ignatius Loyola)

Jakarta, 31 Juli 2010            

 


Kamis, 29 Juli 2010

30 Juli - Yer 26:1-9; Mat 13:54-58

"Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri"

(Yer 26:1-9; Mat 13:54-58)

 

"Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang nabi pada umumnya adalah suci serta bertugas menyebarluaskan kebenaran-kebenaran atau suara/ kehendak Allah; ia adalah utusan Allah, maka selayaknya dihormati dimana-mana, lebh-lebih oleh orang-orang beriman. Kebanyakan dari kita memiliki sikap mental bahwa apa-apa yang  berasal dari luar negeri/daerah lebih baik daripada apa yang ada di dalam negeri/daerah, padahal secara obyektif apa yang ada di dalam negeri/daerah sebenarnya lebih baik dan berkwalitas daripda yang berasal dari luar negeri/daerah. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan dirumahnya". Sabda Yesus ini memperingatkan dan mengajak kita semua untuk lebih memperhatikan apa-apa yang baik, indah, luhur, mulia di tempat asal kita sendiri, di rumah atau lingkungan hidup kita sendiri. Untuk itu memang kita sering harus berani mengambil jarak dari tempat asal atau rumah kita sendiri untuk melihat lebih teliti, cermat, tepat dan benar apa-apa yang ada di dalam tempat asal atau rumah kita sendiri. Sebagaimana para pemain sepak bola tak mungkin merefleksi permainan mereka sendiri dengan baik, melainkan pengamat atau penonton akan lebih baik dalam merefleksi permainan, demikian juga perihal kebersamaan hidup kita. Maka silahkan sekali waktu anda 'keluar' dari rumah dan tempat asal untuk melihat dalam terang Tuhan apa yang ada di dalam tempat asal atau rumah kita. Marilah kita hormati, junjung tinggi apa-apa yang baik, benar, mulia dan indah di tempat asal atau rumah kita sendiri. Marilah kita kenakan pakaian produksi dalam negeri, kita konsumsi aneka jenis makanan dan minuman yang sehat yang berasal dari tempat asal atau rumah sendiri.

·   "Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan -- maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi." (Yer 26:4-6). Marilah kita dengarkan dan laksanakan perkataan para nabi, para pengkotbah, para guru agama, para pembawa kebenaran di dalam hidup dan kerja kita bersama setiap hari. Perkataan mereka mungkin jarang kita dengarkan, maka baiklah kita baca, renungkan dan hayati tulisan-tulisan mereka atau aneka aturan dan tatanan hidup sebagai terjemahan kehendak Tuhan melalui orang-orang baik dan benar. Ada aneka macam aturan dan tatanan hidup yang tertulis dimana-mana, misalnya di jalanan ada rambu-rambu lalu lintas atau petunjuk jalan, dalam aneka kemasan makanan, minuman, obat dan sarana-prasarana ada aturan pakai, dalam hidup dan kerja bersama ada aturan atau tatanan demi kesuksesan dan kebahagiaan hidup maupun kerja, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika warga kota tidak mentaati atau melaksanakan aturan atau tatanan hidup bersama, maka apa yang terjadi di dalam kota adalah kutuk atau musibah bagi warga kota sendiri, misalnya perilaku warga membuang sampah seenaknya sehingga menyumbat saluran-saluran maupun sungai yang mengakibatkan banjir bandang, penyambungan kabel listrik seenaknya menyebabkan kebakaran, berkendara seenaknya menyebabkan kecelakaan dan korban manusia, dst..  Jika terhadap aturan atau tatanan hidup bersama yang sederhana itu saja orang tak mampu mentaati dan melaksanakannya, apalagi aturan atau tatanan lain yang lebih berat dan rumit. Marilah kita biasakan mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan hidup sehari-sehari di rumah kita sendiri, di lingkungan hidup kita sendiri, di tempat kerja atau belajar kita, dst…

 

"Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku "

(Mzm 69:5.8-10)

Jakarta, 30 Juli 2010


Rabu, 28 Juli 2010

29 juli - 1Yoh 4:7-16; Yoh 11:19-27

"Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."

(1Yoh 4:7-16; Yoh 11:19-27)

 

"Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (Yoh 11:19-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Marta, St.Maria dan St.Lazarus, Sabahat Tuhan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sahabat dalam bahasa Latin adalah 'socius' yang dapat berarti sekutu, teman, sahabat, kawan, peserta, yang ambil bagian, maka menjadi sahabat Tuhan antara berarti ambil bagian dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah, sedangkan sahabat Yesus, Tuhan, berarti ambil bagian karya dalam tugas pengutusanNya sebagai Penyelamat Dunia. Kita semua orang beriman juga menjadi sahabat Tuhan, dan kita yang percaya kepada Yesus Kristus dapat berkata dan menghayati apa yang dikatakan oleh Marta kepada Yesus :"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Pada masa kini rasanya sedang terjadi krisis kepercayaan yang sungguh memprihatinkan, apalagi dengan maraknya kepemilikan dan penggunaan HP (hand-phone). Dengan memiliki dan menggunakan HP maksudnya dapat dengan mudah berkomukasi dengan anggota keluarga, rekan kerja, sahabat, dst.., namun ada dampak negatif yaitu kurang atau tidak percaya satu sama lain, tandanya adalah sebentar-sebentar menilpon sambil menanyakan keberadaan mereka. Dengan kata lain ada kecurigaan besar. Hal yang senada adalah pemanfaatan CCTV, tujuannya adalah mengawasi secara efisien, tetapi di balik itu adalah adanya ketidak-percayaan. Jika kita dengan sesama dan saudara-saudari kita sulit percaya satu sama lain, maka akan lebih sulit lagi untuk percaya kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita tingkatkan dan perdalam kepercayaan antar kita agar kita dengan mudah percaya kepada Tuhan, yang senantiasa menyertai dan mendampingi kita sendiri maupun saudara-saudari kita.

·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih"(1Yoh 4:7-8). Menjadi sahabat Tuhan Allah berarti saling mengasihi dan percaya satu sama lain. Marilah 'saling mengasihi dan percaya' ini pertama-tama dan terutama kita hayati atau laksanakan di dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing, yang dibangun atas dasar kasih Allah. Jika kita mampu saling mengasihi dan percaya dengan mereka yang setiap hari hidup bersama dengan kita, maka akan dengan mudah kita untuk mengasihi dan percaya kepada orang lain,dan kepada orang lain kita akan bersikap melayani. Sebaliknya jika kita tak mampu saling mengasihi dan percaya dengan mereka yang setiap hari  hidup dengan kita, maka terhadap yang lain pasti akan menindas atau melecehkan. Maka baiklah saya angkat kembali ajaran kasih dari Paulus untuk kita hayati dalam hidup sehari-hari, yaitu "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7). Kami berharap para orangtua atau bapak itu maupun pemimpin komunitas dapat menjadi contoh atau teladan dalam hidup saling mengasihi. Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', sehingga saling bertemu berarti 'yang terkasih bertemu dengan yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi.

 

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu"

 (Mzm 34:2-6).

Jakarta, 29 Juli 2010

          


Selasa, 27 Juli 2010

28 Juli - Yer 15:10.16-21; Mat 13:44-46

"Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

(Yer 15:10.16-21; Mat 13:44-46)

 

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Isi Warta Gembira singkat di atas ini kiranya senada dengan kisah Werkudoro dalam pewayangan. 'Pendowo Limo'/lima bersaudara waktu itu memperoleh info dari orang bijak bahwa 'air kehidupan sejati' ada di dalam kedalaman samudera ('ing telenging samodra'), dan untuk menuju tempat tersebut harus melintasi hutan belantara yang sarat dengan ancaman dan tantangan.  Mendengar info tersebut Werkudoro, meskipun dilarang oleh saudara-saudaranya, pergi meninggalkan saudara-saudaranya untuk mencari 'air kehidupan sejati' tersebut. Semangat ksatria Werkudoro yang tak takut ancaman dan rela meninggalkan segalanya tersebut kiranya baik kita tiru. Apakah hidup anda, keluarga anda, kebersamaan anda di tempat kerja atau di masyarakat  sedang mengalami kekacauan atau ketidak damaian? Ada kemungkinan anda harus mencari dan menemukan 'mutiara' yang terpendam dalam diri anda atau kebersamaan anda. "Mutiara" tersebut antara lain karisma, spiritualitas, jiwa atau visi yang harus anda fahami dan hayati. Maka tinggalkan dambaan, cita-cita, kerinduan, harapan atau impian pribadi guna mencari, menggeluti dan melaksanakan 'jiwa kehidupan sejati' seperti karisma, spiritualitas atau visi. Kita semua dipanggil untuk tidak hidup dan tidak bertindak mengikuti selera atau keinginan diri pribadi, melainkan hidup dan bertindak sesuai spiritualitas atau visi hidup atau kerja bersama. Sebagai contoh perkenankan saya mengangkat hidup berkeluarga, hidup suami-isteri, yang menjadi dasar hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Para suam-isteri yang telah saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati kami harapkan hidup dan bertindak berdasarkan atau dijiwai oleh kasih. Maka hendaknya dihayati ajaran kasih dari Paulus ini " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7)

·

·   "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam. Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram." (Yer 15:16-17). Marilah kutipan dari kitab Yeremia di atas ini kita renungkan dan hayati. Sabda Tuhan kita nikmati karena menjadi kegirangan dan kesukaanku. Maka marilah kita baca, renungkan dan hayati sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Jika anda tidak memiliki Kitab Suci, baiklah cukup membaca dan merenungkan kembali apa yang saya coba kutipkan dan refleksikan setiap hari; apa yang saya kutip dan coba refleksikan sesuai dengan kelendarium liturgy, maka jika setiap hari mengikuti selama dua atau tiga tahun kita akan mengetahui isi-isi pokok seluruh kitab suci.  Sabda-sabda Tuhan memang sungguh nikmat, menggirangkan dan menggairahkan, maka ketika anda merasa lesu, tak bergairah, frustrasi dst.. baiklah sejenak membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Ingatlah dan sadarilah bahwa aneka tuntunan kehidupan, entah berupa peraturan atau kebijakan sedikit banyak bersumber dari sabda Tuhan, maka sikapi aneka peraturan dan kebijakan dengan sabda Tuhan. Sabda Tuhan yang utama dan petama adalah perintah untuk saling mengasihi, maka sikapi aneka peraturan dan kebijakan dalam dan oleh cintakasih, dengan demikian akan nikmat, menggirangkan dan menggairahkan adanya, peraturan atau kebijakan tidak lagi menjadi beban melainkan menjadi santapan yang nikmat dan menggairahkan. Aneka peraturan dan kebijakan dibuat dan diberlakukan untuk membantu kita dalam rangka mencari dan menemukan 'mutiara kehidupan'.

 

"Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap-sia" (Mzm 59:2-5a)

 

Jakarta, 28 Juli 2010


Senin, 26 Juli 2010

27 Juli - Yer 14:17-22; Mat 13:36-43

"Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia"

(Yer 14:17-22; Mat 13:36-43)

 

"Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat 13:36-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Pewarta Kabar Baik, mewartakan apa-apa yang baik entah melalui sabda-sabda/kata-kataNya maupun perilaku atau cara hidup dan cara bertindakNya. Panggilan atau tugas pengutusan tersebut kini dilanjutkan atau dilaksaanakan oleh para murid atau pengikutNya, antara lain oleh para Gembala, pastor/ pendeta, guru agama, orangtua dst.. Setiap kali kita mengikuti atau partisipasi di dalam ibadat bersama pada umumnya diwartakan Sabda Tuhan, entah melalui pembacaan, renungan atau refleksi atau kotbah/homili. Isi pewartaan tersebut adalah tuntunan dan tuntutan bagi kita semua untuk dilaksanakan jika kita mendambakan hidup baik, damai sejahtera, bahagia dan selamat lahir batin, jasmani maupun rohani. Kebanyakan dari kita adalah pendengar, maka pertanyaan penting bagi kita semua "apakah kita dapat mendengarkan dengan baik apa yang dibacakan, direnungkan, direfleksikan atau dikotbahkan". Jika kita dapat menjadi pendengar baik maka berarti kita tanah baik yang ditaburi benih baik dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun berbuah kebaikan-kebaikan, apa-apa yang baik dan menyelamatkan, lebih-lebih dan terutama menyelamatkan jiwa manusia. Cara hidup dan cara bertindak kita 'bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa/Allah'.  Marilah kita menjadi pendengar baik, dengan rendah hati sambil membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh terhadap aneka sapaan dan sentuhan Allah melalui para pewarta kabar baik masa kini, seperti uskup, pastor/pendeta/kyai/biksu, dst..maupun guru-guru agama. Kami berharap para orangtua mendidik dan membina anak-anaknya untuk menjadi pendengar baik sedini mungkin.

·   "Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu. Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya! Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu" (Yer 14:20-22). Kutipan doa ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan, lebih-lebih ayat terakhir yang berbunyi "Bukankan hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu". Semuanya, apa yang baik, indah, luhur dan mulia adalah karya Allah, dan itu semua kiranya dapat kita lihat dan nikmati saat ini juga, karena semuanya itu ada di sekitar kita, di lingkungan hidup kita. Memang di sekitar atau di lingkungan hidup kita juga ada yang buruk/jahat, amburadul, remeh dan amoral, sebagai buah karya setan melalui orang-orang fasik atau jahat. Hendaknya harapan, dambaan, kerinduan dan impian kita terarah pada apa yang biak, indah, luhur dan mulia, dengan kata lain hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu marilah pertama-tama kita kenangkan orangtua kita masing-masing, yang dengan penuh kasih, pengorbanan dan perjuangan menaburkan apa yang baik, indah, luhur dan mulia pada diri kita masing-masing. Memang ada sedikit perbedaan kwalitas  benih yang ditaburkan, tergantung dengan anugerah Allah yang diterima dan dihayati oleh orangtua kita masing-masing. Maka ketika di dalam hidup bersama dan kerja bersama kita menghadapi aneka perbedaan kwalitas maupun bentuk, hendaknya saling dibagikan dan kemudian disinerjikan., sehingga kita bersama-sama berjalan dalam pengharapan akan Allah Yang Esa, yang menganugerahkan segala sesuatu yang kita butuhkan.

 

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh!" (Mzm 79:8-9.11)

Jakarta, 27 Juli 2010          


Minggu, 25 Juli 2010

26 Juli - Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17

"Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar"

(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17)

 

"Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya" (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yoakim dan St.Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   SP Maria kita imani sebagai 'yang terkandung tiada bernoda', maka selayaknya jika orangtuanya suci atau kudus adanya alias setiap hari dimanapun dan kapanpun senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, Yang Ilahi.  Baik Yoakim maupun Anna senantiasa melihat dan mendengarkan karya dan kehendak Allah serta melaksanakan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari. Dalam rangka mengenangkan St.Yoakim dan St.Anna ini, baiklah kita kenangkan juga orangtua kita masing-masing, bapak-ibu kita yang telah bekerjasama dengan Allah menciptakan kita, mendidik dan mengasihi kita dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga/tubuh. Lebih-lebih ibu kita masing-masing yang kasihnya luar biasa sebagaimana sering dikidungkan atau dinyanyikan "kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Siapapun yang tak mampu menghayati kasih ibu kiranya akan menjadi orang yang kurangajar dan kurang bermoral. Kepada para orangtua atau bapak-ibu kami harapkan meneladan Yoakim dan Anna, orangtua SP Maria,  sehingga anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepada anda berdua hidup dan bertindak meneladan Bunda Maria, yang senantiasa mendengarkan dan meresapkan dalam hati sabda atau kehendak Allah alias menjadi pelaksana-pelaksana kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari. Yoakim dan Anna kiranya pendoa yang unggul serta sungguh saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Maka kami berharap para bapak-ibu hendaknya membiasakan diri berdoa bersama setiap hari, misalnya menjelang istirahat atau tidur bersama di malam hari, biarlah dapat tidur atau istirahat dalam Allah, sehingga terhindar dari segala aneka bahaya.  Doa bersama di dalam keluarga hendaknya juga dibiasakan setiap hari, mungkin ketika semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama, misalnya pada makan sore/malam.

·   "Dan sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya." (Sir 44:1). Kutipan ini kiranya merupakan ajakan atau seruan bagi kita semua untuk mengenangkan nenek moyang atau leluhur kita baik secara darah maupun iman; secara darah berarti kita kenangkan orangtua, kakek-nenek, buyut dst…, sedang secara iman berarti kita kenangkan para santo dan santa yang menjadi pelindung kita masing-masing atau yang menandai nama kita. Para orangtua kami harapkan untuk mengingatkan anak-anaknya perihal leluhur mereka, misalnya pada waktu tertentu sambil berziarah ke makam leluhur seraya menceriterakan siapa saja leluhur kita. Dengan cara ini kami harapkan terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati di antara saudara sedarah. Sebagai orang beriman kiranya kita juga dipanggil untuk mengenangkan para santa-santa, pendahulu yang kita imani telah hidup mulia kembali bersama Allah di sorga untuk selama-lamanya, dan ada kemungkinan di antara mereka adalah leluhur kita secara darah. Untuk itu baiklah kita kenali santo atau santa yang menjadi pelindung kita masing-masing, jika tidak memiliki buku riwayat santo-santa, buka dan carilah di 'google' pasti ada. Tidak kenal tidak sayang, begitulah kata orang, sementara dengan kenal diharapkan menyayanginya. Marilah kita meneladan keutamaan-keutamaan yang telah dihayati oleh santo atau santa pelindung kita masing-masing, kita imani juga bahwa santo atau santa pelindung kita senantiasa mendoakan kita agar kita tetap setia pada kehendak Allah, setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Dalam kesempatan ini kami juga mengajak kita semua untuk mengenangkan, entah pastor, bruder, suster atau awam yang telah membina, mendidik dan mendampingi hidup kita dan telah dipanggil Allah, hidup mulia kembali bersama Allah di sorga untuk selamanya. Kita kenangkan aneka macam nasihat, saran, petuah, ajaran, bimbingan, dst.. yang telah mereka berikan kepada kita.

 

"Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud, Aku akan menyediakan sebuah pelita bagi orang yang Kuurapi. Musuh-musuhnya akan Kukenakan pakaian penuh malu, tetapi di atas kepalanya akan bersemarak mahkotanya."

(Mzm 132:13-14.17-18)

   Jakarta, 26 Juli 2010


Sabtu, 24 Juli 2010

Minggu Biasa XVII/C

"Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?"

Mg Biasa XVII : Kej 18:20-32; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13

"Apa gunanya berdoa? Berdoa tidak ada gunanya sama sekali, maka tak usah berdoa lagi tidak apa-apa. Saya sudah mengikuti novena tanpa henti, berdoa di gereja, di tempat ziarah dll, tetapi semua permohonan saya tiada satupun yang dikabulkan", demikian keluh kesah seseorang yang pernah saya dengar sendiri. Jika mendengarkan ujud-ujud doa permohonan dalam novena-novena memang sering menimbulkan pertanyaan pada diri saya atau membuat saya tertawa, maklum ada permohonan kepada Allah agar segera menjadi kaya, naik pangkat, ada juga yang mohon agar teman atau tetangganya yang menjengkelkan atau merepotkan segera dipanggil Allah alias meninggal dunia, dst…Mereka kiranya salah dalam berdoa atau mengajukan permohonan kepada Allah, mereka memproyeksikan keinginan atau nafsunya kepada Allah alias Allah dipaksa memenuhi keinginan atau nafsu mereka. Allah akan mengabulkan doa atau permohonan kita yang baik dan benar, yaitu demi keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa sesama atau saudara-saudari kita. Allah, Bapa yang baik tahu apa yang kita butuhkan, maka marilah kita berdoa  antara lain sebagaimana diajarkan oleh Yesus ini: .

 

"Dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu" (Luk 11:2).

 

Di dalam berdoa hendaknya pertama-tama dan terutama mohon kedatangan atau kehadiran Allah dalam diri kita maupun lingkungan hidup kita; namun sebenarnya Allah senantiasa telah hadir dan berkarya dalam diri kita masing-masing maupun lingkungan hidup kita. Maka awal doa hendaknya menjadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh maupun lingkungan hidup kita. Agar kita dapat menyadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah maka kita harus bersikap rendah hati, dengan rendah hati kita melihat dan mendengarkan kehadiran dan karya Allah, yang antara lain "dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang, memberi daya rasa, dalam manusia, memberi pikiraan; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan  serupa dan menurut citra yang Mahaagung" (St. Ignatius Loyola: Latihan Rohani no 235). Setelah melihat dan  mendengarkan kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya termasuk dalam diri kita sendiri, marilah kita laksanakan ajakan, sentuhan atau sapaanNya.

 

Di dalam doa kita hendaknya juga mohon agar dapat menguduskan nama Allah di dalam hidup kita sehari-hari, yang berarti menghormati, mengabdi, memuji dan memuliakan Allah dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Kita harus melakukan hal itu "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib" (Kol 2:12-14). Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada atau mengasihi kita, maka selayaknya di dalam hidup sehari-hari kita senantiasa mengutamakan peran, kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.       

  

"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya" (Luk 11:3)

 

Permohonan agara kita setiap hari dapat makan secukupnya, sesuai norma atau aturan hidup sehat kiranya menjadi harapan dan dambaan kita semua. Makanan secukupnya bukan sebanyak-banyaknya dan apa yang dimaksudkan dengan makanan disini kiranya semua kebutuhan hidup sehat seperti sandang/pakaian, papan/tempat tinggal dan pangan/makanan. Maka kami mengingatkan kita semua: hendaknya menjauhkan diri dari aneka bentuk keserakahan atau yang berlebihan, dengan kata lain menjadi orang yang bersikap mental 'pengumpul'. Marilah kita mohon agar kita dapat hidup sederhana, dan ketika kita semua dapat hidup sederhana kiranya tidak ada orang yang kelaparan atau kehausan, kurang gizi alias menderita karena tidak dapat menikmati 'sandang, papan dan pangan' selayaknya.

 

Dalam hal makan dan minum hendaknya berpedoman pada hidup sehat, bukan suka atau tidak suka, nikmat atau tidak nikmat. Marilah kita berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna' (nasi/jagung/ubi dst, sayur, daging, buah-buahan dan susu). Jika hendak melakukan diet hendaknya berpedoman pada norma kesehatan sebagaimana disarankan oleh para dokter, bukan berpedoman pada keinginan sendiri, sehingga kurang gizi. Kami berharap kepada para orangtua untuk memperhatikan anak-anaknya, lebih-lebih pada usia balita, agar makan dan minum yang bergizi. Kepada para ibu kami harapkan untuk memberi ASI alias menyusui anaknya sedapat mungkin sampai satu tahun atau lebih, jangan hanya satu sampai tiga bulan saja, sebagaimana dilakukan oleh sebagian ibu muda pada masa kini.     

 

"Ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami" (Luk 11:4)

          

Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian hari ini dikisahkan dialog antara Abraham dengan Allah, doa permohonan kasih pengampunan Allah kepada umatNya. Demi sedikit orang baik dan benar, yang sungguh beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah,  Allah tidak akan memusnahkan sebagian besar umatNya yang berdosa., Allah mengampuni mereka melalui orang-orang benar dan baik atau berbudi pekerti luhur. Di dalam doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus dan kiranya setiap hari kita doakan, kita berdoa dan mohon "ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami".  Hendaknya doa ini tidak hanya manis di mulut tetapi juga manis di dalam tindakan kita, dengan kata lain marilah kita saling mengampuni satu sama lain di dalam hidup sehari-hari.

 

Para ibu kiranya memiliki pengalaman banyak dan mendalam perihal "mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami", antara lain pengampunan yang diberikan kepada anak-anaknya, lebih-lebih ketika mereka masih bayi atau selama usia balita. Anaknya di tengah malam rewel, mengganggu tidur atau istirahat, sang ibu pasti mengampuninya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan. Maka kami berharap para ibu untuk terus memperdalam dan memperkuat keutamaan mengampuni orang yang bersalah tersebut, dan dengan rendah hati menyebarluaskan kepada sesamanya. Memang itu jati diri para ibu/perempuan, yang memiliki rahim, dimana di dalam rahim tumbuh berkembang 'buah kasih/anak' dalam kasih pengampunan atau kerahiman, maka hendaknya para ibu/perempuan sungguh dapat menjadi saksi 'kerahiman' bagi sesamanya. Refleksikan pengalaman anda ketika sedang mengandung, keutamaan-keutamaan macam apa yang anda hayati ketika sedang mengandung? Hendaknya pengalaman tersebut terus dihayati, diperdalam dan disebarluaskan.

 

Di dalam doa kita juga mohon kasih pengampunan Allah. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah melalui saudara-saudari kita, terutama melalui ibu kita masing-masing yang telah mengandung dan melahirkan kita.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Jakarta, 25 Juli 2010


Jumat, 23 Juli 2010

24 Juli - Yer 7:1-11; Mat 13:24-30

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai".

(Yer 7:1-11; Mat 13:24-30)

 

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat 13:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dunia ini ada dua unsur/hal yang berbeda satu sama lain, misalnya laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, pandai/cerdas dan bodoh, kaya dan miskin, berbudi pekerti luhur dan amoral, sehat dan sakit, dst.. , sebagaimana digambarkan dalam Warta Gembira hari ini ada benih gandum dan benih lalang. Ada kecenderungan umum pada diri kita untuk dengan mudah menyingkirkan atau memusnahkan yang buruk, bodoh, miskin, amoral dst.., namun Tuhan menghendaki sebaliknya yaitu "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai". Kehendak Tuhan ini kiranya dapat kita tanggapi dengan positif dengan hidup dan bekerja bersama, saling membantu dan mengasihi antar yang berbeda dan saling bertolak-belakang tersebut. Maka secara khusus perkenankan saya mengingatkan mereka yang berkecimpung di dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan dan pendampingan anak-anak dan generasi muda, entah di sekolah-sekolah maupun di berbagai tempat pembinaan. Hendaknya senantiasa diusahakan kerjasama antar anak-anak yang miskin dan yang kaya, yang pandai dan yang bodoh, yang rajin dan yang malas, dst.. Berilah kesempatan kepada yang kaya untuk mensharingkan kekayaannya kepada yang miskin, yang pandai mensharingkan kepandaiannya kepada yang bodoh, yang rajin mensharingkan kerajinannya kepada yang malas, dan sebaliknya yang miskin belajar dari yang kaya, yang bodoh belajar dari yang pandai, yang malas belajar dari yang rajin. Dengan saling memberi dan menerima satu sama lain pasti akan menghasilkan buah/panenan yang memuaskan, membahagiakan dan menyelamatkan.

·   "Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini" (Yer 7:3), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeremia. Firman ini juga terarah bagi kita semua umat beriman, lebih-lebih kita yang miskin, bodoh atau malas diharapkan segera memperbaiki diri. Memang bagi yang miskin, bodoh dan malas tentu sulit untuk memperbaiki diri tanpa bantuan dari kita yang kaya, pandai dan rajin. Maka dengan ini kami mengharapkan mereka yang kaya, pandai dan rajin untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban membantu perbaikan mereka yang miskin, bodoh dan malas, antara lain dengan memberi kesempatan dan kemungkinan yang miskin membebaskan diri dari kemiskinannya, yang bodoh.membebaskan diri dari kebodohannya, yang malas membebaskan diri dari kemalasannya. Kepada yang miskin, bodoh dan malas kami harapkan untuk senantiasa siap sedia untuk dibebaskan, yang berarti siap sedia untuk berjuang, bekerja keras dan berkorban. Dari yang kaya, pandai dan rajin membutuhkan keutamaan kesabaran dalam rangka membantu pembebasan mereka yang miskin, bodoh dan malas. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penamanan Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Terhadap yang miskin, bodoh dan malas ada kecenderungan atau rangsangan untuk marah atau bertindak kasar dan keras, ada kecenderungan untuk memproyeksikan diri pada mereka alias memaksa mereka. Selain dengan kesabaran, sikapi dan perlakukan mereka yang miskin, bodoh dan malas dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili', sebagaimana setiap dari kita diciptakaan, diadakan, dikandung, dilahirkan dan dididik dengan semangat cintakasih dan kebebasan.

 

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau"

(Mzm 84:3-5).

Jakarta, 24 Juli 2010


23 Juli - Yer 3:14-17; Mat 13:18-23

"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti"

(Yer 3:14-17; Mat 13:18-23)

 

"Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua diharapkan menjadi tanah yang baik, yaitu dapat mendengarkan firman atau kehendak Tuhan serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Firman atau kehendak Tuhan antara menjadi nyata dalam aneka ajaran, nasihat, petuah, saran, kritik dst..dari orangtua, guru/pendidik, pastor/pendeta/kyai/biksu, pimpinan atau atasan, dst., maka marilah semuanya itu kita dengarkan, mengerti dan laksanakan. Apapun yang mendatangi kita, entah berupa kata-kata, sentuhan, tindakan dst.. hemat saya merupakan perwujudan kasih atau kehendak Tuhan kepada kita. Memang ada yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, namun demikian marilah kita hayati semuanya itu sebagai kata-kata atau tindakan yang diilhamkan oleh Allah, yang "memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"(2Tim 3:16). Kita semua membutuhkan aneka pengajaran terus menerus yang menuntun kita menuju ke kebenaran atau kesematan sejati. Dalam pelaksanaan atau penghayatan kehendak Tuhan kita sering kurang sunggguh, seenaknya alias bertindak salah, maka selayaknya untuk menerima peringatan, tegoran atau perbaikan. Memang pada masa kini untuk setia pada kehendak dan firman Tuhan harus menghadapi aneka macam tantangan dan ancaman, tetapi percayalah dan imanilah bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam menghadapi aneka tantangan dan ancaman kita pasti mampu mengatasinya, dan dengan demikian dari cara hidup dan cara bertindak kita berbuah aneka keutamaan dan nilai-nilai kehidupan.

·   "Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian" (Yer 3:14-15). Firman Tuhan melalui nabi Yeremia bagi umat Allah ini kiranya layak menjadi permenungan atau refleksi kita bersama, lebih bagi kita yang kurang setia kepada kehendak Tuhan serta hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Kita diingatkan untuk mendengarkan aneka bentuk penggembalaan dari para gembala kita yang "menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian". Marilah kita sadari dan hayati kebodohan, kelemahan dan kedosaan kita serta kemudian dengan rendah hati mendengarkan aneka pengetahuan dan pengertian yang disampaikan oleh para gembala kita. Yang dimaksudkan dengan gembala disini antara lain orangtua, guru/pendidik, atasan/ pemimpin dalam hidup beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kita percayai atau imani bahwa para gembala senantiasa berkehendak baik, berusaha keras dan dengan rendah hati melayani kita semua di dalam Tuhan. Kami ingatkan bahwa semakin kita memiliki banyak pengetahuan dan pengertian sekaligus semakin banyak hal yang kurang kita ketahui dan mengerti, dengan kata lain semakian tambah usia/tua, semakin suci, semakin pandai, semakin kaya, semakin terampil, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Marilah kita dekati dan perlakukan saudara-saudari kita yang murtad dengan rendah hati dan dalam kasih, agar mereka kembali ke cara hidup dan panggilan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam kasih dan kerendahan hati kita pasti mampu mengajak dan menuntun mereka yang murtad untuk bertobat.

 

"TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya."

(Mzm 126:3-6)

Jakarta, 23 Juli 2010    .      .


Rabu, 21 Juli 2010

22 Juli - Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18)

"Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya"(Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta  St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah sering diceritakan bahwa Maria Magdalena adalah perempuan yang cantik, pelacur klas tinggi yang menerima kasih pengampunan Yesus. Dengan kasih pengampunanNya itu ia merasa sungguh dikasihi oleh Yesus, dan konon ia juga kemudian menjadi murid terkasih Yesus, maka ia juga menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Dalam tata kehidupan sosial di kebanyakan bangsa pada umum kaum perempuan dipandang lebih lemah daripada laki-laki; kaum perempuan bahkan sering menjadi 'obyek', entah sebagai obyek pemuas nafsu laki-laki hidung belang atau obyek komersial bagi beberapa perusahaan dalam rangka mengiklankan perusahaannya atau hasil usahanya. Mereka yang dipandang lemah di tengah masyarakat pada umumnya memiliki kepekaan hati yang kuat dan mendalam, sehingga peka terhadap hal-hal kecil; yang dipandang lemah pada umumnya juga tidak takut dalam suasana genting. Memang mereka yang dipandang lemah juga menjadi ujung tombak,  misalnya tentara atau polisi yang masih prajurit biasa senantiasa ditempatkan di garis depan dalam peperangan mau mengatasi kerusuhan, di dalam keluarga ketika ada yang tidak beres maka mereka yang lemah (pembantu rumah tangga) yang diminta membereskan, dst.. Dengan kata lain hemat saya yang lemah menjadi penyelamat bagi sesamanya, dan lebih peka terhadap ajakan untuk berbuat baik alias lebih melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesamanya. Di dalam keluarga pada umumnya perempuan atau ibu menjadi penyelamat kebutuhan hidup berkeluarga,  misalnya dengan segala upaya mencukupkan apa yang dibutuhkan anggota keluarga dengan dana atau anggaran yang ada, dst..

·    "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya" (Yer 2:2). Kasih selama menjadi penganten atau selama bulan madu memang mengesan, mempesona dan membahagiakan. Mereka yang pernah atau sedang menjalani bulan madu kiranya dapat mensharingkan pengalaman saling mengasihi yang begitu indah, mempesona, nikmat dan membahagiakan. Firman Tuhan melalui Yeremia diatas mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenangkan dan mengangkat kembali pengalaman 'fascinosum', pengalaman yang mempesona di dalam kehidupan kita masing-masing, pengalaman hiburan, dimana orang merasa diteguhkan dan dikuat iman, harapan dan kasihnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika kita merasa kurang bahagia, berat dalam hidup dan kerja, baiklah kita kenangkan pengalaman yang mempesona tersebut, kita kenangkan dan angkat kembali kasih yang telah kita nikmati untuk memberi kekuatan. Biarlah dalam keadaan susah, berat dan kurang bahagia kita tetap mampu melihat dan menghayati kehadiran Tuhan yang senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita. Marilah kita saling mengingatkan pengalaman-pengalaman indah yang pernah kita alami atau hayati. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk senantiasa melihat dan menghayati kehadiran Roh dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita.

 

"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." (Mzm 36:6-10)

        

Jakarta, 22 Juli 2010


22 Juli - Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18)

"Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya"(Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta  St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah sering diceritakan bahwa Maria Magdalena adalah perempuan yang cantik, pelacur klas tinggi yang menerima kasih pengampunan Yesus. Dengan kasih pengampunanNya itu ia merasa sungguh dikasihi oleh Yesus, dan konon ia juga kemudian menjadi murid terkasih Yesus, maka ia juga menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Dalam tata kehidupan sosial di kebanyakan bangsa pada umum kaum perempuan dipandang lebih lemah daripada laki-laki; kaum perempuan bahkan sering menjadi 'obyek', entah sebagai obyek pemuas nafsu laki-laki hidung belang atau obyek komersial bagi beberapa perusahaan dalam rangka mengiklankan perusahaannya atau hasil usahanya. Mereka yang dipandang lemah di tengah masyarakat pada umumnya memiliki kepekaan hati yang kuat dan mendalam, sehingga peka terhadap hal-hal kecil; yang dipandang lemah pada umumnya juga tidak takut dalam suasana genting. Memang mereka yang dipandang lemah juga menjadi ujung tombak,  misalnya tentara atau polisi yang masih prajurit biasa senantiasa ditempatkan di garis depan dalam peperangan mau mengatasi kerusuhan, di dalam keluarga ketika ada yang tidak beres maka mereka yang lemah (pembantu rumah tangga) yang diminta membereskan, dst.. Dengan kata lain hemat saya yang lemah menjadi penyelamat bagi sesamanya, dan lebih peka terhadap ajakan untuk berbuat baik alias lebih melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesamanya. Di dalam keluarga pada umumnya perempuan atau ibu menjadi penyelamat kebutuhan hidup berkeluarga,  misalnya dengan segala upaya mencukupkan apa yang dibutuhkan anggota keluarga dengan dana atau anggaran yang ada, dst..

·    "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya" (Yer 2:2). Kasih selama menjadi penganten atau selama bulan madu memang mengesan, mempesona dan membahagiakan. Mereka yang pernah atau sedang menjalani bulan madu kiranya dapat mensharingkan pengalaman saling mengasihi yang begitu indah, mempesona, nikmat dan membahagiakan. Firman Tuhan melalui Yeremia diatas mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenangkan dan mengangkat kembali pengalaman 'fascinosum', pengalaman yang mempesona di dalam kehidupan kita masing-masing, pengalaman hiburan, dimana orang merasa diteguhkan dan dikuat iman, harapan dan kasihnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika kita merasa kurang bahagia, berat dalam hidup dan kerja, baiklah kita kenangkan pengalaman yang mempesona tersebut, kita kenangkan dan angkat kembali kasih yang telah kita nikmati untuk memberi kekuatan. Biarlah dalam keadaan susah, berat dan kurang bahagia kita tetap mampu melihat dan menghayati kehadiran Tuhan yang senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita. Marilah kita saling mengingatkan pengalaman-pengalaman indah yang pernah kita alami atau hayati. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk senantiasa melihat dan menghayati kehadiran Roh dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita.

 

"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." (Mzm 36:6-10)

        

Jakarta, 22 Juli 2010


Selasa, 20 Juli 2010

21 Juli - Yer 1:1.4-10; Mat 13:1-9

"Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!"

(Yer 1:1.4-10; Mat 13:1-9)


"Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"(Mat 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini,

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Indera pendengaran hemat saya merupakan indera pertama kali yang berfungsi, bahkan anak yang masih ada di dalam rahim ibu sudah dapat mendengarkan aneka macam suara di lingkungan hidupnya, terutama suara dari sang ibu yang sedang mengandungnya. Di dalam perjalanan hidup kita hemat saya indera pendengaran juga merupakan yang paling utama berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan kepribadian kita masing-masing, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memperhatikan keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan pekerjaan kita. Mendengarkan (to listen) berbeda dengan mendengar (to hear), mendengarkan butuh kerendahan hati, keutamaan dasar dan utama. Kegiatan berdoa yang utama adalah mendengarkan, para pelajar/murid/mahasiswa jika mendambakan sukses dalam belajar harus dapat mendengarkan dengan baik, entah ketika sedang menerima pengajaran maupun sedang belajar sendiri atau membaca. Dapat mendengarkan dengan baik juga penting bagi para pemilik kendaraan bermotor atau sopir, artinya jika anda tidak mampu memperbaiki kerusakan kendaraan sendiri, silahkan mendengarkan suara mesin dan jika ada suatu suara yang kurang beres hendaknya kendaraan segera diperiksakan ke bengkel. Tantangan untuk mendengarkan dengan baik pada masa kini memang sungguh berat, apalagi dengan maraknya kecanduan HP (hand  phone) bagi sementara orang, misalnya dalam rapat dengan seenaknya orang meninggalkan rapat karena HP-nya berbunyi alias ada panggilan. Kami berharap pembinaan mendengarkan dengan baik ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan dari para orangtua atau bapak-ibu. Barangsiapa dapat menjadi pendengar yang baik, maka ia akan menghasilkan buah berkelimpahan yang berguna bagi keselamatan jiwa.


·   "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."(Yer 1:5), demikian firman Tuhan kepada Yeremia. Baiklah firman ini juga kita kenakan pada diri kita masing-masing. Selama di dalam rahim ibu kita semua kudus atau suci adanya, dan diharapkan kita menjaga, merawat dan memperdalam atau memperteguh kesucian hidup itu di dalam perjalanan hidup dan tugas pekerjaan setiap hari dimanapun dan kapanpun. Dalam kesucian hidup kita semua dipanggil untuk "menjadi nabi bagi bangsa-bangsa". Nabi adalah 'corong Tuhan', pembawa dan pewarta kebenaran yang diangurahkan oleh Tuhan. Marilah kita hayati dimensi kenabian hidup iman dan keagamaan kita! Masing-masing dari kita hendaknya tetap suci dan benar; suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian mau tak mau harus melaksanakan atau menghayati perintah-perintah Tuhan alias senantiasa berbuat baik kepada orang lain dan berbudi pekerti luhur. Kutipan di atas kiranya juga menyadarkan kita semua bahwa dalam kenyataan ternyata semakin tambah usia dan pengalaman juga bertambah dosa-dosanya, dengan kata lain kita kurang setia pada kesucian kita masing-masing. Mengingat bertambah usia dan pengalaman berarti juga bertambah dosanya, maka mereka yang lebih tua hendaknya menghormati mereka yang lebih muda, orangtua menghormati anak-anak, guru menghormati para peserta didik, senior menghormati yunior. Mengapa? Di dalam hidup beriman atau beragama hemat saya yang layak untuk lebih dihormati adalah mereka yang lebih muda karena  yang lebih muda lebih suci dan yang selayakanya dihormati adalah mereka yang suci. Kami berharap kepada para orangtua maupun pendidik untuk menjaga dan memperdalam kesucian anak-anak atau para peserta didik.


"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam." (Mzm 71:1-4)

Jakarta, 21 Juli 2010

   .