Sabtu, 28 Maret 2009

Yesus benar-benar bekerja saat Misa

Yesus benar-benar bekerja saat Misa

Kebenaran ini kusadari ketika aku mengikuti misa di luar, di suatu daerah pegunungan di Amerika Latin. Sangat banyak orang miskin menghadiri misa itu. Imam menggunakan meja yang sudah sangatjelek sebagai altar. Seorang anak keeil yang menderita luka bakar yang parah dibawa ikut dalam misa itu. Aku ingat waktu itu aku berpikir, "Ah, apa yang dapat dilakukan? Keadaannya begitu buruk. Tidak ada dokter, tidak ada obat." Aku kagum pada imam itu. Imannya akan Yesus mengajar aku bahwa aku harus membiarkan Yesus melakukan yang hanya dapat dilakukan oleh-Nya dalam dan melalui Ekaristi - mengubah hidup kita.

Kami berdoa dengan anak itu, lalu imam itu berkata kepada ibu tua yang membawa anak itu ke misa, "Biarkan anak itu di bawah meja altar ini dan mari kita lanjutkan perayaan Ekaristi kita." Ketika misa dilanjutkan, aku terpesona oleh keikutsertaan umat dalam misa itu. Aku sangat terkesan oleh imam yang tampak begitu sadar akan yang sedang ia lakukan dalam ibadah ini. Ia menjadikan misa ini sungguh-sungguh hidup bagi jemaatnya yang miskin.Jelas dari gerak-geriknya bahwa imam itu sungguh menghayati misa ini, bahwa ia mempunyai iman yang dalam dan pribadi akan Yesus. Ia menularkan iman seperti itu kepada umat yang ikut dalam misa di tempat terbuka ini. Ketika saat konsekrasi mendekat, aku menutup mataku. Ketika aku membuka mata, aku lihat seluruhjemaat sujud sampai ke tanah. Mereka lalu mengangkat mata mereka untuk menyembah Tuhan. Wajah-wajah mereka membuat aku berpikir, "Mereka sungguh pereaya bahwa ini adalah Yesus." Lalu ketika aku memandang Hosti Suci, dalam bayanganku sendiri aku melihat gambar Yesus yang paling indah dengan kedua tangan-Nya terulur. Ia tersenyum dan senyumannya menebarkan kasih dan bela rasa. Ia merangkul orang-orang miskin ini
dan berkata, "Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah dan berbeban berat, Kuberikan kepadamu kehidupan dan iman."

Saat itu aku merasakan kesadaran yang sangat mendalam dalam hatiku, 'Yesus terkasih, itu sungguh-sungguh diri-Mu. Wujudnya memang roti dan piala, tetapi hanya Engkaulah yang dapat memakai cara yang begitu istimewa untuk memberikan diri-Mu kepada umat-Mu."

Sesudah misa, aku maju ingin melihat apa yang terjadi dengan anak itu. Tadi ia ditempatkan di bawah meja yang dipakai sebagai altar. Namun ternyata ia tidak ada di situ lagi. Aku bertanya kepada ibu tua yang membawa anak itu ke misa, "Di mana dia?" Sambi! menunjuk sekelompok anak yang sedang bermain-main ia berkata, "Itu dia." Kulihat anak itu sembuh. Tidak tampak lagi luka-luka pada tubuhnya.

Aku berkata agak keras, tetapi lebih-lebih kepada diriku sendiri, "Apa yang teIjadi?" Ibu tua itu memandang aku dan berkata, "Apa yang teIjadi? Bukankah Yesus sungguh-sungguh Dalam misa itu dan dalam misa pada umumnya, imam menumpangkan tangan di atas roti dan anggur dan ia mohon kekuatan Roh Kudus untuk menjadikannya suci, sehingga 'menjadi tubuh dan darah' Yesus. Ketika imam mengucapkan doa ini, Roh Kudus datang, tetapi tentulah Ia tidak hanya mengerjakan yang dimohonkan oleh imam. Roh itu juga menaungi anak itu dengan kuasanya dan anak itu berubah. Ia disembuhkan dan dijadikan pulih kembali.

Pada hari yang sama, pada awal misa aku juga melihat seorang anak yang wajahnya sangat rusak. Pada akhir misa, ibunya berlari menjumpai aku sambil membopong anaknya. Ia berkata, "Suster, lihat anakku ini." Wajah anak itu sudah sembuh Aku sendiri sangat heran, namun imam itu san gat pandai membawa jemaatnya kepada Yesus yang hidup. Seperti wanita dalam kisah Injil itu, mereka datang kepada Yesus dengan iman yang penuh pengharapan. Mereka datang tidak sekedar untuk melihat apa yang dikerjakan oleh imam atau mengkritik khotbah imam dan caranya merayakan Ekaristi. Perayaan itu adalah Ekaristi mereka. Mereka datang untuk ikut bersama Yesus dalam perayaan yang dipersembahkan kepada Bapa-Nya. Mereka menjadi bagian dari persembahan-Nya. Bagi mereka, perayaan Ekaristi ini adalah pengalaman yang nyata dan hidup bersama Yesus.

Aku meninggalkan pegunungan itu dengan pengertian yang sama sekali barn mengenai Ekaristi. Yang penting bukan apa yang dapat kulakukan untuk membawa orang ke misa sehingga mereka bersikap hormat dan mengatakan kepada Yesus bahwa mereka mencintai-Nya. Ini memang baik, namun yang lebih penting adalah mengalami apa yang dapat dan ingin dilakukan oleh Yesus bagi kita semua, bagi seluruh dunia. Bukannya Yesus membutuhkan kita datang ke misa, tetapi kita membutuhkan Yesus.

Malam itu aku tidak dapat tidur. Aku sangat gelisah. Aku me rasa Tuhan ingin menyatakan sesuatu kepadaku. Sampai pukul empat pagi, aku belum tidur. Lalu aku bangun dan berlutut di sisi tempat tidur dan berkata, "Yesus, apa yang ingin Kau- sampaikan kepadaku?"

Aku merasa Tuhan berkata kepadaku, "Engkau harus menyatakan diri-Ku dalarn Ekaristi. Orang-orang datang kepadamu. Orang akan datang dari mana-mana untuk mencari kesembuhan. Mereka akan berkata, 'Seandainya saja Suster Briege dapat menjamah kita', atau, 'Seandainya saja Suster Briege menumpangkan tangan atas kita, kita akan sembuh'.""Banyak orang menganggap pribadi-pribadi yang memberikan pelayanan penyembuhan sebagai ilah-ilah palsu. Mereka mencari orang, bukan mencari Aku. Setiap hari Aku datang dalarn Ekaristi. Aku berjanji untuk memberikan kehidupan dan memberikannya berkelimpahan dan memberikan kekuatan dalarn peziarahan hidupmu. Aku in gin agar engkau pergi ke dalam dunia dan menunjukkan Aku dalam Ekaristi kepada dunia. Aku ingin engkau mengatakan kepada orang-orang untuk tidak mengarahkan perhatian kepada Briege McKenna tetapi kepada Tuhan yang bersemayan dalarn Ekaristi, agar mereka beriman kepada-Ku. Engkau dapat mengecewakan mereka, dan engkau memang akan mengecewakan mereka. Tetapi kalau engkau menunjukkan Aku kepada mereka, mereka tidak akan pemah dikecewakan." Sekali lagi ini menyatakan kepadaku bahwa aku harus menjadi tanda yang menunjukkan arah kepada Yesus. Dari pengalaman doa ini, aku mulai memusatkan pengajaranku pada Ekaristi.

Orang mulai datang kepadaku dan mengatakan, "Saya tidak merasakan apa-apa dalarn Ekaristi. Menjemukan. Saya merasa mendapatkan lebih banyak dalarn persekutuan doa yang jauh lebih terasa hidup. Saya merasa senang ikut di dalarnnya" Aku selalu menjawab, "Iman dan perasaan adalah dua hal yang tidak sarna. Menurut Kitab Suci Yesus tidak pemah berkata, 'Perasaanmu menyelamatkan kamu' atau 'Oleh perasaanmu kamu akan disembuhkan'. Ia mau agar orang mengandalkan iman mereka. Iman berarti percaya akan yang tidak dapat kita lihat. Yesus berkata, 'Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya'."
Inilah tantangan yang besar bagi kita orang-orang Katolik.

Kita tidak dapat menjelaskan Ekaristi karena Ekaristi adalah mukjizat dan misteri. Yang penting bukanlah pikiran kita mengerti, melainkan hati kita percaya. Perasaan tidak membuat Kristus hadir dalam Ekaristi. Yang bekerja adalah kekuatan Roh Kudus. Kekuatan Roh Kudus ini membuat Kristus hadir bagi kita dalam Ekaristi. Mungkin kita tidak merasakan apa-apa, tetapi Yesus sungguh hadir di sana. Dari lain pihak, kita dapat saja ikut dalarn persekutuan doa dan mengambil sepotong roti dan mencoba berbagai macam hal untuk membuat Kristus hadir. Namun segala usaha itu tidak akan membuat Kristus hadir. Kehadiran-Nya membutuhkan daya sakramen. Kadang-kadang aku sendiri bertanya-tanya, apakah aku sungguh percaya bahwa Yesus hadir dalam Ekaristi. Apakah aku percaya bahwa Ekaristi adalah anugerah yang dibicarakan dalam Yoh 6? Ingat, bahwa banyak murid dan pengikut Yesus tidak dapat percaya kepada-Nya ketika Ia berkata bahwa agar selamat mereka harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Rasanya mudah menerima Yesus kalau Ia membuat mukjizat dan kalau Ia mengerjakan berbagai karya agung dan menakjubkan. Narnun tidak mudah percaya kalau kita tidak dapat mengerti dan tidak melihat dengan mata kepala kita sendiri.

Persis inilah tantangan bagi orang-orang Kristen. Kita dipanggil untuk percaya bahwa Yesus hadir di sana, dalarn Ekaristi dan bahwa Ia mencintai kita. Tantangan ini juga dialami oleh murid-murid yang per-
tama. Bahkan tantangan mereka lebih berat. Mereka tidak mempunyai kemudahan seperti yang kita punyai, yaitu pengetahuan bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati, rasul-rasul sebagai saksi sesudah Pentekosta dan tradisi yang panjangnya dua ribu tahun.

Bayangkanlah saja peristiwa ini. Yesus hadir, berdiri mengenakan jubah putih-Nya. Ia berbicara kepada semua murid-Nya sesudah mempergandakan roti dan ikan untuk memuaskan rasa lapar mereka. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Ia mencintai mereka. Ia adalah Roti Hidup. Ia akan memberikan diri-Nya bagi mereka sebagai makanan. Mereka harus makan tubuhNya dan minum darah-Nya. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka mengikuti-Nya hanya karena Ia telah mengenyangkan mereka dengan membuat mukjizat; bahwa Ia adalah Roti sejati yang turun dari surga. Bukan manna yang diberikan oleh Musa yang menyelarnatkan mereka. Manna itu tidak memberikan kehidupan abadi kepada mereka, namun roti yang Ia berikan datang dari Bapa dan memberikan kehidupan abadi. Ia katakan kepada mereka diri-Nya sendirilah Roti itu. Ia katakan kepada mereka lagi bahwa mereka harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Silakan membacanya. Semua dikisahkan dalam Yoh 6.

Lalu tibalah saatnya para murid mulai berpikir ten tang diriNya. Mereka merasa sulit untuk percaya akan yang Ia katakan. Bagaimana mungkin mereka dapat makan daging-Nya dan minum darah-Nya? Pengajaran macarn apa ini? Kedengarannya mengerikan. Mereka melihat Yesus dan Ia mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan memberikan diri-Nya sebagai makanan kepada mereka. Silakan mengingat, ini semua terjadi sebelum kebangkitan. Mereka hidup bersarna Yesus yang mempunyai tubuhjasmani. Ia kelihatan sarna seperti orang lain, karena Ia sungguh manusia. Ia minta agar mereka percaya akan sesuatu yang sangat sulit. Banyak yang mengatakan, "Memang sarnpai sekarang Ia sangat baik. Tetapi coba dengar apa yang Ia katakan kepada kita. Kita harus makan tubuh-Nya dan kata-Nya inilah caranya kita akan memperoleh kehidupan!" Banyak yang tidak percaya dan pergi meninggalkan Yesus.

Apa yang dilakukan oleh Yesus? Apakah Ia mengikuti mereka dan berkata, 'Hai,jangan pergi. Kamu tidak mengerti Aku. Akan Kujelaskan kemudian'? Apakah Ia berkata, 'Aku akan membuatnya lebih mudah agar karnu percaya'? Ia tidak berkata demikian. Ternyata Ia membiarkan mereka pergi. Ia menjadi sedih karena begitu banyak orang mempersoalkan diri-Nya dan tidak akan lagi berjalan bersarna-Nya. Lalu Ia berpaling kepada orang-orang yang akan diberi kuasa untuk menjadikan diri-Nya makanan bagi Gereja. Ia menan tang mereka, "Apakah karnu juga akan pergi?"

Ia tidak menjadikan halnya lebih mudah bagi mereka. Dapatkah kita membayangkan murid-murid itu? Mereka sungguh mencintai-Nya. Tetapi kiranya mereka berpikir, "Hal ini sulit untuk diterima." Petrus yang dipilih oleh Yesus untuk menjadi pemimpin umat-Nya, atas nama yang lain berbicara. Dalarn Yoh 6 dikatakan bahwa ia berkata, meskipun mungkin ia tidak mengerti yang dimaksudkan oleh Yesus, "Kepada siapakah kami akan pergi? Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Anak Allah." Mereka menerima. Mereka menerima Yesus dan sangatmencintai-Nya sehingga mereka dapat percaya akan yang Ia katakan, juga kalau mereka tidak dapat mengerti bagaimana hal itu akan terjadi.

Sesuai dengan iman Gereja Katolik dan ajaran Gereja, setiap orang Katolik harus dapat mengucapkan kata-kata Petrus, "Kepada siapakah aku akan pergi? Aku yakin dan percaya bahwa Engkau adalah Anak Allah." Sebagai seorang Katolik aku percaya bahwa Wakil Kristus sungguh mengejawantahkan pikiran Kristus. Mungkin ada banyak hal yang ia ajarkan dan tidak kita mengerti atau sulit kita terima. Ada beberapa hal yang sebagai orang-orang Katolik tidak dapat kita terima karena terlalu keras. Aku bersyukur kepada Tuhan karena menganugerahkan kepadaku iman sehingga aku dapat melihat Paus Yohanes Paulus dan berkata, "¥a aku percaya bahwa ia adalah orang yang dipilih oleh Yesus Kristus.

Aku mencintai Gereja Katolik dan aku percaya." Aku yakin bahwa Tuhan akan menghargai iman kita, seperti haInya Ia menghargai iman para rasul. Ia akan menghargai ketaatan kita akan sabda-sabda-Nya yangg disampaikan melalui magisterium Gereja. Ia menghargai kesetiaan kita kepada tradisi, pengajaran dan dogma-dogma iman kita. Kita perlu melihat apa yang dilakukan oleh Yesus sesudah Petrus menyatakan imannya. Ia tidak hanya berbicara dan tidak melakukan apa-apa. pengajaranNya adalah profetis. Kalau kita membaca Yoh 6, kita akan melihat bahwa Yesus tidak berkata, "Kelihatannya ini adalah roti yang suci", atau "Roti ini akan diberkati". Ia berkata, "Ini adalah roti yang hidup yang turun dari surga. Barangsiapa makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku akan memperoleh kehidupan abadi." Dan dalam kisah Paskah menurut Matius, Markus dan Lukas, Yesus berkata, "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa."

Misa dan iman akan Ekaristi tidak berhubungan dengan perasaan. Aku yakin para rasul tidak mengalami hal yang mempesonakan ketika iman mereka ditantang untuk percaya akan sesuatu yang belum pernah mereka lihat dan mungkin tidak mereka mengerti. Demikian juga halnya dengan kita kalau kita pergi ke misa. Kita merayakan Ekaristi setiap hari Minggu dengan iman yang dimiliki Petrus: "Aku percaya bahwa ini adalah Kristus yang hidup yang turun ke altar hari ini. Aku akan sungguh-sungguh menerima-Nya." Pemahaman lain membantu aku untuk merangkul misteri Ekaristi. Ambillah televisi sebagai contoh. Kita dapat melihat suatu peristiwa, misalnya pertandingan oleh raga, berbulan-bulan sesudah peristiwa itu sendiri terjadi, dan pada waktu itu kita tertegun seolah-olah kita hadir dalam pertandingan itu. Kita ikut bertepuk atau bersorak bersama para penonton. Aku yakin bahwa melalui misa, melalui kekuatan Roh Kudus, kita sungguh menghidupkan kembali kurban di Kalvari, sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.

Yesus hanya sekali saja menderita. Ia mengalami sengsara, wafat dan kebangkitan sekali saja. Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan, para imam Yahudi terus-menerus membawa persembahan untuk pembersihan dosa mereka dan untuk silih. Namun Yesus mempersembahkan satu kurban, dan ini cukup untuk membersihkan dosa dan membawa keselamatan kepada dunia bagi semua orang sepanjang waktu. Kurban satu-satunya itu kita alami setiap hari bersama dengan Yesus dalam mukjizat Ekaristi. Kalau aku sungguh percaya bahwa aku berjumpa dengan Yesus yang hidup dalam misa, aku sadar bahwa aku berjumpa dengan-Nya dalam dua cara yang sangat konkret dan berdaya guna. Aku berjumpa dengan Yesus dalam pewartaan sabda Tuhan. Diakon atau imam yang mewartakan Injil bagiku, sesungguhnya menyampaikan sabda yang hidup yang akan membersihkan, menyembuhkan dan membebaskan diriku. Kalau aku menyambut Ekaristi, aku menerima makanan bagi jiwaku.

Aku menerima tuntunan dan bimbingan dari meja Tuhan untuk menapakijalan hidupku. Dalam Ekaristi, aku menerima makanan yang menguatkan diriku untuk menghayati sabda yang aku dengarkan dalam pewartaan Injil.

Menjamah Yesus dalam Ekaristi

Menjamah Yesus dalam Ekaristi

Aku berjumpa dengan Yesus melalui dua cara itu. Dan aku ingat sekali lagi akan kisah wanita yang menyentuh jumbai jubah Yesus. Sekarang aku ingin menceritakan beberapa peristiwa yang dapat menjelaskan gagasan Injil ini.

Salah satunya ialah kisah mengenai seorang imam muda. Ia menelepon aku. Dari nadanya tampak bahwa ia sangat cemas dan takut. Ia baru saja tahu bahwa selaput suaranya kena kanker dan dalam tiga minggu ia harus menjalani operasi mengangkat selaput itu. Ia berkata bahwa ia putus asa. Baru enam tahun yang lalu ia ditahbiskan.

Ketika aku berdoa bersamanya, aku merasa Tuhan mau agar aku berbicara dengannya mengenai Ekaristi. Aku berkata, "Pastor, aku dapat berdoa bersama Pastor sekarang melalui telepon. Tetapi tadi pagi bukankah Pastor berjumpa dengan Yesus?
Bukankah Pastor berjumpa dengan-Nya setiap pagi?" Waktu itu aku tidak tahu bahwa pastor itu tidak merayakan Ekaristi setiap hari.
Kukatakan kepadanya, "Pastor, setiap hari kalau Pastor merayakan Ekaristi, kalau Pastor mengambil Hosti Suci, memakannya, Pastor berjumpa dengan Yesus. Wanita dalam Injil hanya menyentuh jumbai jubah-Nya. Pastor menjamah Yesus dan menerima-Nya masuk ke dalam tubuh. Pastor menerima-Nya Kukatakan kepadanya, "Pergilah dan temuilah Yesus dalam Ekaristi. Aku tidak dapat mengatakan kepada siapa pun bahwa seseorang akan disembuhkan seperti harapannya, karena aku bukan Tuhan. Namun Yesus akan memberikan kekuatan kepada Ibu untuk menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidup Ibu. Kalau Ia mau membawa Ibu melalui pintu kematian, Ia akan memberikan rahmat sehingga jalan itu akan ibu tempuh tanpa ketakutan. Dan kalau Ia menghendaki Ibu terus hidup, Ia akan menganugerahkan rahmat untuk hidup." Tanpa sepengetahuanku, iajuga mencari Pastor Kevin dan pastor itu mengatakan hal yang sarna kepadanya.

Kutanyakan kepadanya, "Apa yang teIjadi?" Dan ia berkata, "Lihat. Pagi tadi saya mencari Suster. Saya pergi ke misa seperti Suster katakan. Ketika saya maju untuk menyambut komuni, saya berkata kepada diriku sendiri, 'Sebentar lagi aku akan berjumpa dengan Yesus. Saya akan menerima-Nya dalarn tanganku dan saya akan mohon pertolongan kepada-Nya."

Ibu itu adalah seorang Katolik yang sering menyarnbut komuni. Namun kali ini ia memandang Hosti Suci dan berkata, "Saya tahu bahwa Engkau sungguh hadir. Hari ini ambillah ketakutan ini dari diriku. Kalau Engkau berkenan, sembuhkanlah saya. Lakukanlah sesuatu bagiku." Lalu ia menceritakan kepada-ku, "Ketika saya meletakkan Hosti itu pada lidah dan menelannya, ;aya merasa ada sesuatu yang membakar tenggorakanku dan turun ke dalam perut. Saya melihat perutku dan bengkak-nya hilang."

Wanita itu sembuh. Aku tidak tahu berapa banyak dari antara kita yang merayakan Ekaristi hanya hadir secara jasmani, tanpa iman yang penuh harapan, tanpa sadar akan yang sedang kita lakukan. Mungkin kita pergi ke misa sekedar karena ingin mendapatkan sesuatu dan kita tidak berterima kasih kepada Tuhan atau memuji-Nya karena Ia telah memberikan diri kepada kita.

Iman adalah keputusan. Kita harus berjuang. Mungkin orang berkata, "Saya tidak mengerti misa. Saya tidak merasakan apa-apa, tetapi saya percaya." sebagai makanan. Tidak ada yang lebih baik daripada pergi kepada-Nya. Silakan mohon kepada Yesus agar Ia menyembuhkan Pastor." Aku dengar ia menangis. Ia terus berkata kepadaku, "Suster, terima kasih, terima kasih."

Tiga minggu kemudian, ia pergi ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Beberapa hari kemudian ia menelepon aku, memberitahukan bahwa ia tidak jadi menjalani operasi. Para dokter tidak menemukan lagi kankemya dan selaput suaranya bersih.

Bahkan aku tidak pernah tahu namanya. Sekitar setahun kemudian aku mendengar ten tang dia melalui seorang kawan-nya. Sebelum ia menderita sakit, pastor ini tidak lagi merayakan Ekaristi kecuali pada hari Minggu. Dalam hal ini ia sangat sembrono. Tuhan memakai pengalaman ini untuk mengubah hidupnya. Ia sarna sekali sembuh namun tidak hanya secara jasmani. Ia menjadi imam yang hidupnya terpusat pada Ekaristi. Baginya Ekaristi menjadi kesempatan untuk berjumpa dengan Yesus yang hidup, seperti wanita di sumur yang dikisahkan dalam Yoh 4. Ia berjumpa dengan Yesus pada sumur yang paling melimpah. Di situ kita dapat minum dan tidak akan mengalami kehausan. Memang, mukjizat masih terus terjadi, Kisah penyembuhan lain yang berkaitan dengan Ekaristi terjadi di Sydney, Australia. Seorang wanita datang ke tempat Pastor Kevin dan aku berbicara. Ia menjumpai aku dan minta agar aku berdoa bersamanya. Ia putus asa karena menderita kanker dalam perut. Perutnya menjadi sangat besar karena bengkak. Para dokter mengatakan bahwa tidak ada gunanya dioperasi, karena kanker itu sudah menjalar ke mana-mana.

Aku tahu bahwa sore nanti ada misa, maka kukatakan kepadanya bahwa aku akan berdoa bersarnanya. Kukatakan juga agar ia pergi ke misa dan mohon agar Yesus memberikan kesem- buhan kepadanya. Yang menguasai dirinya adalah ketakutan akan kematian.

Ia berkata, "Suster, saya sangat takut mati. Semoga Tuhan mengambil ketakutan ini dari diriku!" Kalau kita ikut misa dengan sikap yang benar, hidup kita akan berubah. Gereja-gereja sering dipenuhi dengan orang yang datang dan kemudian pulang masih sarna saja, Lalu orang bertanya, "Apakah memang Yesus yang datang? Apakah Ia memenuhi janji-Nya?" Atau mungkin kita tidak mempunyai iman yang penuh pengharapan yang membiarkan Dia menyentuh hidup kita dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita? Yesus adalah sama, kemarin, sekarang dan selama-lamanya. Dia adalah Yesus yang memberikan kesembuhan dalam Injil. Maka Ia pasti memenuhi janji-Nya untuk memenuhi kebutuhan umat-Nya. Kita dapat menyalahkan pastor kalau iman kita kurang. Kita berkata pastor menjemukan, tidak karismatis, terlalu keras, terlalu takut. Namun sebenarnya soalnya tidak di situ. Soal yang sebenarnya ialah iman kita. Memang benar, kalau pastor mempunyai iman yang kuat, ini merupakan hal yang sangat menguntungkan dalam ibadah. Itulah sebabnya dalam pelayananku bagi para imam, aku selalu menan tang para pastor untuk beriman lebih kuat. Kita harus melihat lebih jauh daripada diri kita sendiri dan kemanusiaan pastor. Kalau demikian kita dapat melihat dan mengerti apa yang dikerjakan oleh imam dalam misa. Sebagai seorang Katolik aku tabu bahwa aku tidak boleh menempatkan pastor an tara diriku dan diri Yesus dalam Ekaristi.

Gereja mewajibkan kita menghadiri rnisa bukan karena Yesus membutuhkan kita. Tetapi sebagaimana seorang ibu yang baik, Gereja melihat bahwa kita mernbutuhkan Roti Kehidupan agar kita rnampu hidup di dunia yang rnenurut Yesus sendiri membenci kita karena dunia yang sarna telah membenci-Nya. Kita perlu dikuatkan dalam perjalanan kita. Makan bagi jiwa kita dan badan kita: inilah yang diberikan oleh Yesus kepada kita dalam misa.

Kekuatan Penyembuhan Ekaristi

Kekuatan Penyembuhan Ekaristi

Luk 8:40-48 berkisah mengenai seorang wanita di antara orang banyak yang dengan penuh harapan in gin berjumpa dengan Yesus. Sudah bertahun-tahun ia mengharapkan kesembuhan. Tidak ada orang yang dapat menyembuhkan dia. Ia mendengar tentang Yesus dan ia percaya. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus, saya yakin pasti akan sembuh."

Wanita itu berada di antara kerumunan orang, berusaha maju dan menjamah jumbai jubah Yesus. Menurut Kitab Suci banyak orang berdesak-desakan di sekeliling Yesus. Semua orang ingin melihat Dia dan menyentuh-Nya. Namun wanita ini mempunyai sesuatu dalam pikirannya. Ia percaya, kalau dapat menjamah-Nya ia akan sembuh. Wanita itu menjamah-Nya, lalu Yesus segera berpaling dan bertanya, "Siapa yang menjamah AIm?" Para rasul bertanya, "Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau dan Engkau bertanyasiapa menjamahAku?' Namun Yesus tahu bahwa ada orang yang tidak hanya menjamah secarajasmani. Ada seseorang yang menyimpan harapan, menyimpan keinginan hati yang kita semua punyai kalau kita pergi kepada Yesus - iman yang penuh harapan. Lalu Yesus memandang wanita itu dan berkata kepadanya, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kalau membaca kisah dari Kitab Suci ini, banyak orang akan berkata, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus! Sungguh akan sangat membahagiakan seandainya dapat berkontak dengan Yesus." Orang lain akan berkata, "Alangkah bahagianya seandainya kita hidup pada zaman Yesus hidup; dapat berjumpa dengan Dia! Kalau demikian saya akan menjamah-Nya dengan iman seperti wanita itu!"

Kita sebagai orang Katolik sering Iupa bahwa kita dapat berbuat lebih daripada sekedar menjamah Yesus. Sebagai orang Katolik kita percaya bahwa kita sungguh menerima Yesus. Kita menguiurkan tangan untuk menerima tubuh Yesus. Tuhan datang dengan perantaraan imam dalam wujud roti dan anggur. Lalu sesuai dengan ajakan Tuhan untuk 'mengambil dan makan', kita menerima Ekaristi dan kita dirasuki oleh Tuhan. Sering kali kita memakai kata 'kerasukan' dalam hubungan dengan setan. Namun sebagai orang Kristen kita harus merasa diri kita sebagai anak-anak yang dirasuki Tuhan dengan kasih-Nya yang besar.
Kalau aku mengenang kembali masa laluku di Irlandia, seharusnya aku lebih menghargai Ekaristi. Selama berabad-abad orang-orang Irlandia telah banyak berkorban demi iman mereka. Di Irlandia ada banyak bukti yang menunjukkan bagaimana nenek moyang kami harus menderita demi Ekaristi. Selama masa penganiayaan yang hebat, para imam dilarang merayakan misa. Dipasang harga untuk kepala seorang imam. Di Irlandia ada banyak 'karang misa'. Para imam harus pergi ke gunung-gunung untuk merayakan misa secara rahasia, kadang-kadang di tengah malam buta. Mereka mencari karang yang datar yang pantas untuk altar dan di situlah misa dirayakan. ltulah sebabnya karang itu disebut 'karang misa' dan dengan cara itulah umat dapat merayakan misa pada masa penganiayaan yang mengerikan. Karang-karang misa itu sampai hari ini masih dipertahankan. Setiap tahun ada perayaan di tempat-tempat itu dan dipersembahkan pula Ekaristi. Ada banyak kisah dalam tradisi suku dan bangsa kami yang dulu pernah menderita untuk melindungi dan mempertahankan Ekaristi. Kita menerima anugerah Roh pada saat baptis. Kita menerima Roh Kudus sepanjang hidup kita - melalui komuni dan semua sakramen.

Ini seperti menerima hadiah ulang tahun. Kalau aku menerima hadiah ulang tahun, hanya tertarik pada bungkus yang indah dan tidak pernah membuka hadiahnya, aku tidak pernah dapat menggunakan isinya. Isinyalah yang berharga, bukan bungkusnya, bukan bagian luarnya. Demikian pula dengan anugerah Roh Kudus. Roh Kudus dianugerahkan kepada kita oleh Yesus sendiri. Yesus berkata,"Aku akan mengutus Roh-Ku dan Ia akan mengajarkan kepadamu segala sesuatu dan menolong kamu untuk mengerti." Di baptis dalam Roh berarti diberi kemungkinan untuk menerima anugerah-anugerah Roh yang diberikan melalui pembaptisan dan terbuka terhadap kekuatan Roh untuk memahami sakramen-sakramen dan daya-dayanya. Baptis dalam Roh memungkinkan kita mengerti semua anugerah yang diberikan kepada kita agar kita berkembang menuju kesucian, Melalui baptis dalam Roh, sakramen-sakramen menjadi lebih bermakna. Sakramen-sakramen diberikan kepada kita tidak sekedar untuk kita bicarakan atau kita sombongkan. Sakramen-sakramen itu harus menjadi berdaya guna dalam kehidupan kita. Kita harus mengalami kekuatan sakramen. Misalnya kalau aku menerima Yesus dalam Ekaristi, aku mencerminkan Tuhan yang telah kuterima itu dalam kehidupanku sehari-hari. Kalau aku berjumpa dengan Yesus dalam sakramen tobat, hidupku harus mencerminkan tobat dan pengampunan. Kalau aku menerima Roh Kudus dalam sakramen penguatan yang memberikan kekuatan kepadaku menjadi seorang Kristen yang kuat, pastilah aku harus berpaling kepada Roh Kudus pada saat aku berhadapan dengan tantangan hidup rohani. Kalau suami-istri menerima Roh Kudus dalam sakramen pernikahan, mereka menerima sakramen yang seperti sungai terus mengalir. Pada saat-saat tertentu mereka dapat berhenti dan menimba kekuatan dari Roh
dalam sakramen yang mereka terima, seperti seseorang yang berhenti pada sungai jernih yang mengalirkan air untuk memuaskan rasa hausnya. Keluarga-keluarga harus menyadari bahwa sakramen yang mereka terima adalah sumber kekuatan yang tidak pernah kering, yang membantu mereka untuk tetap setia dalam janji dan perutusan mereka di dunia ini.

Sakramen tahbisan membuat seorang imam mampu menyatakan kehadiran Kristus melalui pelayanan mereka dan membawa Kristus kepada umat melalui sakramen-sakramen. Juga karena kekuatan Roh Kudus, sakramen ini membuat imam mampu menghayati sepenuhnya panggilan imamat dalam kehidupannya sehari-hari, Sakramen imamat membantu imam atau diakon untuk setiap hari membarui janji-janji yang mereka ucapkan dalam penahbisan.

Sakramen pengurapan orang sakit adalah lebih daripada sekedar upacara. Dengan perantaraan Roh, sakramen ini adalah tempat perjumpaan dengan Yesus Sang Penyembuh. Kekuatan sakramen ini memberikan kesembuhan baik rohani maupun jasmani. Dengan sakramen ini Yesus memberikan pengampunan atas segala dosa. Baptisan dalam Roh meskipun bukan sakramen, membuat kita mampu memahami dan mengalami semua anugerah Roh. Semua anugerah ini, termasuk yang dibicarakan oleh Santo Paulus dalam 1 Kor 12, bekerja dalam kehidupan kita kalau dibutuhkan. Menurut pengalamanku sendiri, dalam pembaptisan dalam Roh yang kuterima ketika aku disembuhkan, Ekaristi mempunyai arti baru. Sebelum itu, yang paling kuperhatikan ialah bagaimana aku menerima Yesus dan apa yang akan kulakukan. Baru beberapa tahun kemudian aku sadar bahwa yang penting dalam Ekaristi bukanlah apa yang kulakukan tetapi yang dilakukan Yesus dan bagaimana aku memberi kemungkinan agar Yesus dapat melakukan sesuatu dalam diriku. Aku harus membiarkan Yesus yang mencintai itu menyembuhkan dan mengubah diriku melalui tubuh dan darah-Nya, Bukan usahaku sendiri, tetapi karya-Nyalah yang mengubah diriku