Minggu, 30 September 2012

2 Okt


"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga."
(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malam minggu pada umumnya merupakan kesempatan bagi remaja atau muda-mudi untuk berkumpul bersama atau berpacaran, saling bertermu dengan pacar masing-masing. Ada kisah, sebut saja namanya Tono dan Tini (nama samaran): malam minggu itu Tono mengunjungi Tini pacarnya yang cantik di rumahnya, dan orangtua Tini pun mengizinkannya. Tono dan Tini begitu mesra bercanda, dan tiba-tiba hujan deras dan hujan pun sangat lama sampai tengah malam belum reda. Orangtua Tini maupun adik-adiknya sudah tidur pulas, sedangkan Tono dan Tini masih bercengkerama. Suatu saat, dalam berduaan, Tono membisiki Tini, untuk membuktikan cintakasih mereka dengan hubungan seksual. Mendengar bisikan tersebut Tini tidak melawan, tetapi minta untuk mencek apakah orangtua, adik-adiknya maupu , tetangga, peronda dan penjaga malam sudah tertidur pulas, karena kalau belum tidur nanti ketahuan serta kemudian sungguh memalukan dan menjadi masalah. Dengan ceria Tono mencek satu-persatu sesuai permintaan Tini, dan hasilnya menggembirakan: semuanya telah tertidur pulas. Tono melaporkan semuanya itu kepada Tini dan membisikkannya untuk bermesraan dalam hubungan seksual. Namun Tini berkata: "Mas, Tuhan tidak pernah tidur dan melihat apa yang kita lakukan". Mendengar kata-kata Tini, Tono pun sadar akan kecerobohannya. Tuhan tidak pernah tidur dan senantiasa melihat dan mendampingi hidup dan kerja kita, yaitu melalui malaikat-malaikanya, yang disebut malaikat pelindung yang kita kenangkan hari ini. Masing-masing dari kita memiliki malaikat pelindung, maka hendaknya meskipun sendirian senantiasa melakukan apa yang baik, mulia dan berbudi pekerti luhur, tidak melakukan dosa atau perbuatan-perbuatan amoral melawan kehendak Tuhan.

·   "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam dia." (Kel 23:20-21). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua akan fungsi malaikat pelindung yang mendampingi perjalanan hidup kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Malaikat pelindung antara lain berjalan di depan kita sebagai penunjuk jalan yang harus kita lalui, sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, maka marilah dengan setia dan taat kita ikuti petunjuknya. Petunjuk malaikat pelindung itu antara lain menggejala dalam kehendak baik saudara-saudari kita, maka marilah kita dengarkan, resapkan dan kemudian kita lakukan kehendak baik saudara-saudari kita. Kami percaya bahwa kita semua memiliki kehendak baik, maka marilah kita sampaikan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita serta kita dengarkan dengan rendah hati kehendak baik saudara-saudari kita. Kita sinerjikan kehendak baik kita sehingga kita sama-sama melakukan apa yang baik dan dengan demikian kehidupan bersama senantiasa baik adanya. Malaikat sering digambarkan sebagai anak kecil telanjang yang bersayap, suatu cara untuk menghayati kesucian dan ketulusan malaikat, yang memang benarlah bahwa malaikat satu tingkat lebih tinggi dari manusia. Kita ikuti kesucian dan ketulusan malaikat pelindung, dengan kata lain marilah kita bersama-sama berusaha hidup suci dan tulus, tidak pernah melakukan kejahatan sekecil apapun, melainkan kita senantiasa saling berbuat baik satu sama lain. Kita juga dapat bercermin pada anak-anak kecil, yang polos, tulus dan ceria, menarik dan mempesona.
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)
Ign 2 Oktober 2012

1Okt

"Yesus memanggil seorang anak kecil"

(1Kor 12;31-13:13; Mat 18:1-5)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."(Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-Kanak Yesus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak-anak kecil atau bayi sedikit banyak bagaikan anak-anak binatang yang masih kecil atau baru lahir, antara lain diperlakukan apa saja pasti akan ikut alias taat. Salah satu cirikhas anak-anak adalah memiliki keterbukaan dan kerendahan hati luar biasa, itulah yang juga dihayati oleh St.Teresia yang kita kenangkan pada hari ini. Maka kita sebagai umat beriman, yang berarti senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, juga dipanggil untuk hidup taat dan rendah hati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang masih hidup dengan sombong untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan hidup rendah hati. Sekali lagi saya angkat apa itu rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" . Wujud atau penghayatan keutamaan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika harus menghadapi dan mengerjakan tugas berat, sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau mengalami kegagalan dan keterbatasan. Jika anda menghadapi atau mengalami hal itu hendaknya kemudian dihayati sebagai syukur dan terima kasih, karena Tuhan telah memperlihatkan atau menunjukkan bahwa kita adalah manusia lemah, rapuh dan penuh dengan dosa. Beriman sejati berarti menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatannya. Maka entah gagal atau sukses dalam hidup hendaknya senantiasa bersyukur dan berterima kasih.

·   "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna." (1Kor 13:1-3), demikian kesaksian iman Paulus. Cintakasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama maupun pengajar hidup baik dan bermoral. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu. Mungkin pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih atau korban cintakasih, dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih'. Jika masing-masing dari kita mampu secara mendalam menghayati diri sebagai 'yang terkasih' maka hidup saling mengasihi dapat kita lakukan dengan mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun, berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun dan kita dapat melaksanakan segala macam tugas baik yang diserahkan kepada kita. Tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun jika dihadapi dan disikapi dengan dan oleh cintakasih akan dapat kita selesaikan dengan baik. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua dan para guru/pendidik untuk mendidik dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Anak-anak ada dan diciptakan dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan sejati, maka juga akan dapat tumbuh berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan jika mereka dididik dan didampingi dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan Injili atau sejati. Wujud cintakasih antara antara lain dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 1 Oktober 2012

Note: bulan Oktober adalah bulan Rosario, maka diharapkan kita berdoa Rosario sendiri atau bersama-sama setiap hari.


Jumat, 28 September 2012

Minggu Biasa XXVI

Mg Biasa XXVI: Bil 11:25-29; Yak 5:1-8; Mrk 9:38-43.45.47-48
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku."
Ketika saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, saya sering bepergian cukup lama berhubungan dengan tugas tersebut, entah di dalam negeri atau ke luar negeri. Waktu itu saya bepergian ke luar negeri dan begitu pulang kembali ke tempat tinggal, wisma uskup, saya memperoleh informasi  bahwa salah seorang pegawai telah dipanggil Tuhan. Dalam hati saya bertanya-tanya: bagaimana urusan pemakaman dst.., tiba-tiba salah seorang pegawai yang bertugas dalam keuangan memberi laporan kepada saya bahwa telah mengeluarkan uang melebihi dari wewenang yang dimiliki guna urusan pemakaman pegawai yang dipanggil Tuhan tersebut. Yang bersangkutan minta maaf, namun sebaliknya saya sangat berterima kasih atau kebijakan dan tindakannya, karena ia telah melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugas atau pekerjaan saya. Dalam hidup sehari-hari hal itu dapat terjadi dalam diri siapa saja, dimana tugas pekerjaan utamanya dikerjakan orang lain: ada yang marah-marah karena merasa dilecehkan atau dilangkahi, sebagaimana dikatakan para rasul kepada Yesus, yang melaporkan bahwa ada orang yang mengusir setan atau mengadakan mujizat dalam nama Yesus. Yesus tidak marah, melainkan mengingatkan para rasul, sebagaimana saya kutipkan di atas. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku." (Mrk 9:39)
Semua yang dimaksudkan dengan mujizat atau perbuatan baik, mulia, luhur dan bermoral berasal dari Tuhan atau tindakan sebagai perwujudan kehendak Tuhan. Dengan kata lain sungguh dilakukan oleh orang yang sungguh beriman handal dan mendalam. Tuhan menghendaki apa yang diciptakan dalam keadaan baik adanya, maka jika terjadi dalam diri ciptaanNya tidak baik serta ada orang yang berusaha dengan kerja keras memperbaikinya, berarti orang yang bersangkutan tidak mengumpat atau melawan kehendak Tuhan. Maka ketika ada orang yang berbuat demikian hendaknya disyukuri dan diterimakasihi, bukan dicegah atau dilarang.
Dalam sabda hari ini kita semua juga diingatkan agar senantiasa memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, luhur dan bermoral. Dengan keras dan tegas Yesus bersabda bahwa jika ada anggota tubuh kita yang melakukan perbuatan tidak baik, tidak luhur dan tidak bermoral, lebih baik dipotong saja. Apa yang disabdakan oleh Yesus ini kiranya pada masa sekarang juga masih dilakukan oleh aliran agama Islam tertentu, sebagaimana kita ketahui akan adanya hukuman mati dengan dipancung atau dirajam sampai mati atau pemotongan anggota tubuh yang melakukan kejahatan. Maka kami harapkan kita semua memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, mulia, luhur dan bermoral.
Pelanggaran pemfungsian anggota mulai dari pikiran atau otak, yang kemudian menjadi nyata dalam omongan/mulut atau bahkan langsung ke tindakan konkret dengan kaki atau tangan. Melalui mulut misalnya dengan omongan keras atau marah-marah, bicara jorok atau porno, sedangkan dengan tangan atau kaki pada umumnya melukai orang lain. Masuknya pikiran jahat pada umumnya melalui mata atau telinga; apa yang dilihat dan didengarkan memotivasi pikiran untuk memikirkan sesuatu, yang selanjutnya menjadi nyata dalam tindakan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua agar memfungsikan mata dan telinga alias indera penglihatan dan pendengaran guna membina pikiran dan hati kita berpikir dan berperasaan jernih, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita akhirnya juga bersih dan jernih. Jika pikiran dan hati kita bersih dan jernih, maka kita juga tidak akan mudah marah ketika ada orang melakukan apa yang baik, sebagaimana kita lakukan alias tidak menjadi curiga atau bahkan melarangnya.
Kepada kita semua juga diingatkan bahwa lebih baik anggota tubuh kita tidak sempurna tetapi bersih dan suci daripada anggota tubuh lengkap dan sempurna  tetapi senantiasa digunakan untuk melakukan kejahatan. Dalam aneka pemberitaan, entah melalui TV atau youtube, kita sering melihat orang-orang cacat fisik namun sungguh unggul dalam suatu permainan olah raga atau sukses hidup berkeluarga. Semoga kita semua yang memiliki anggota tubuh utuh dan sehat suskses dalam aneka tugas dan kewajiban maupun penghayatan panggilan.
"Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir." (Yak 5:1-3).
Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini  kiranya merupakan peringatan jelas dan tegas bagi siapapun yang bersikap mental materialistis atau duniawi selama hidup di dunia ini. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk tidak bersikap mental materialistis, namun sungguh hidup sederhana dan tentu saja juga tidak materialistis, maklum ada orang yang terpaksa hidup sederhana karena kemiskinannya tetapi bersikap mental materialistis. Aneka bentuk harta benda dan uang ketika kita mati atau dipanggil Tuhan tiada gunanya lagi, atau bahkan ketika anda kaya raya akan harta benda dan uang tetapi kurang memperhatikan pendidikan anak-anak anda, maka harta benda dan uang yang anda tinggalkan pasti akan menjadi rebutan dan menimbulkan kericuhan dalam diri anak-anak yang anda tinggalkan.
Peringatan Yakobus di atas hendaknya sungguh menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi mereka yang kaya akan harta benda atau uang. Memang tidak salah anda menjadi kaya akan harta benda atau uang, namun hendaknya fungsikan harta benda atau uang anda sebagai bantuan atau pertolongan bagi anda untuk mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa. Semakin anda memiliki banyak harta benda dan uang kami harapkan anda juga semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia
"Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi." (Bil 11:25). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pertolongan bagi kita dalam mawas diri, terutama dalam rangka mengenali peringatan Tuhan melalui gejala-gejala alam yang terjadi dalam lingkungan hidup kita. Dalam hal ini kiranya para petani sungguh mahir, artinya mereka sungguh peka akan peringatan Tuhan melalui peristiwa alam. Secara konkret kami ingatkan perihal bencana banjir maupun kekeringan yang sering terjadi. Bukankah banjir maupun kekeringan terjadi karena keserakahan manusia dalam menggunakan hasil bumi,  seperti pembabatan hutan maupun pertambangan yang tak peduli terhadap lingkungan hidup. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang serakah menggunakan 'hasil bumi' untuk mengendalikan diri, dan ingatlah akan anak-cucu-cicit atau keturunan anda di masa depan.
"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar" (Mzm 19:10.12-14)
Ign 30 September 2012

29 sept


"Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat Allah"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Malaikat adalah ciptaan Allah yang berada 'di atas' manusia, artinya lebih tinggi daripada manusia. "Para malaikat dan manusia, ciptaan yang berakal budi dan bebas, harus menyongsong tujuan terakhir dengan kehendak bebas dan mengutamakan tujuan itu karena cinta" (Kamus Gereja Katolik no 311). Malaikat sebagai ciptaan Allah antara lain memiliki tugas untuk meneruskan kehendak Allah kepada manusia atau mendampingi manusia dalam mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu keselamatan jiwanya. Hari ini kita kenangkan para Malaikat Agung, yang diimani menjadi komandan para malaikat dalam fungsi khususnya, yaitu Mikael memimpin para malaikat dalam memerangi kejahatan, Gabriel memimpin para malaikat dalam mewartakan apa-apa yang baik, sedangkan Rafael memimpin para malaikat dalam karya penyembuhan orang sakit. Sebagai umat beriman kita diharapkan peka terhadap bisikan dan sentuhan malaikat, yang antara lain dapat menggejala dalam aneka kehendak atau pikiran baik, ajakan-ajakan untuk berbuat baik, entah itu memerangi kejahatan, menyembuhkan mereka yang sedang menderita sakit atau mewartakan apa-apa yang baik. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk memperdalam dan memperkembangkan kepekaan untuk melihat dan mendengarkan, agar kita juga mampu melihat dan mendengarkan apa yang bergejolak dalam hati kita sendiri maupun hati saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita perdalam kejernihan suara hati kita, dan untuk itu antara lain senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia.

·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut" (Why 12:10-11), demikian suara dari sorga, yang kiranya baik kita renungkan dan refleksikan. Para malaikat memang antara lain menjadi penyalur "keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" bagi manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Situasi hidup bersama pada masa kini kiranya membutuhkan keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah, karena masih cukup orang-orang yang berpengaruh dalam hidup bersama hidup dan bertindak seenaknya sendiri, demi kepentingan sendiri atau kelompok/organisasinya. "Bonum commune" (= kepentingan umum), itulah yang dikehendaki oleh Allah melalui hidup dan kerja kita apapun dan dimana pun. Secara khusus kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang ada dalam jajaran kuasa dan pemerintahan untuk senantiasa berfungsi sebagai utusan-utusan Allah sehingga dalam menjalankan kuasa atau pemerintahannya sesuai dengan kehendak Allah, demi kepentingan atau kesejahteraan umum. Maka selama masih ada warga masyarakat yang miskin dan menderita berarti mereka yang berada di jajaran kuasa dan pemerintahan hanya mementingkan kebutuhan pribadi atau kelompoknya. Ingatlah bahwa anda sebagai yang pegang kuasa dan pemerintahan harus menjadi 'abdi/pelayan rakyat', berarti yang menjadi tuan atau atasan anda adalah rakyat, maka bahagiakan dan sejahterakan rakyat. Perhatikan dan tiru para kepala daerah yang sungguh memperhatikan dan mensejahterakan rakyat kecil.

" Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN"
(Mzm 138:1-5)
Ign 29 September 2012

Kamis, 27 September 2012

28 sept


"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan"
(Pkh 3:1-11; Luk 9:19-22)
"Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Luk 9:19-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setia pada iman atau ajaran agama yang benar kiranya tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan, hambatan dan tantangan. Semua agama maupun ajaran perihal iman kiranya memuncak atau berpusat pada ajaran cintakasih, dan cintakasih sejati tak akan terlepas dari penderitaan sebagaimana dihayati oleh Yesus yang harus menderita dan wafat di kayu salib karena cintakasihNya kepada umat manusia di bumi ini. Saya percaya bahwa anda sebagai suami-isteri yang saling mengasihi juga tak pernah lepas dari penderitaan, demikian juga cintakasih orangtua terhadap anak-anaknya. Maka sabda hari ini hemat saya tidak terlalu asing bagi mereka yang hidup saling mengasihi satu sama lain di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, khususnya para suami-isteri yang baik, saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau tubuh. Maka tak henti-hentinya kami mengajak dan mengingatkan para orangtua/bapak-ibu untuk mewariskan penderitaan dan pengorbanan sebagai konsekwensi hidup saling mengasihi kepada anak-anaknya. Maka jauhkan aneka bentuk pemanjaan pada anak-anak dalam mendidik dan mendampinginya. Anak-anak sedini mungkin secara bertahap sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pribadinya hendaknya diperkenalkan akan kerja keras dan penderitaan sebagai konsekwensi dari kesetiaan hidup beriman. Marilah kita hayati motto "jer basuki mowo beyo" (untuk hidup mulia dan berbahagia harus berjuang dan menderita). Jika anda tidak mendidik dan membina anak-anak dalam hal kerja keras dan penderitaan sebagaimana saya maksudkan di atas, maka pada masa depan anda sendiri yang akan kecewa serta menderita di masa lansia anda.
·   "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai." (Pkh 3:1-8). Saya sengaja mengutipkan hampir lengkap karena hemat saya sungguh cukup jelas dan baik. Kita diingatkan akan hal waktu: hendaknya kita tidak cemas dalam hal waktu, karena masing-masing kegiatan pasti akan memiliki waktu. Tentu saja kita semua diharapkan memanfaatkan atau mengisi waktu untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa. Kita semua diharapkan untuk tertib dalam hal waktu, jika kita mendambakan hidup bahagia dan sejahtera baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual. Memperhatikan kutipan di atas marilah kita fungsikan waktu untuk menyembuhkan, membangun, mengumpulkan dan mengasihi, gerakan-gerakan, usaha-usaha atau tindakan yang positif, baik dan menyelamatkan. Pengrusakan, perceraian atau perpisahan dan kebencian masih marak di sana-sini, yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak atau kurang beriman, misalnya perusakan hutan,  perceraian suami-isteri atau permusuhan antar suku, ras dan agama. Negara kita senantiasa mencanangkan program pembangunan, semoga apa yang dicanangkan tidak berhenti dalam wacana atau tulisan, tetapi menjadi kenyataan, terutama pembangunan manusia seuttuh melalui pelayanan jajaran Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama.
"Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku! Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya? Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat." (Mzm 144:1-4)
Ign 28 September 2012

Rabu, 26 September 2012

27sept


"Mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala"
(1Kor 1:26-31; Mat 9:35-38)
"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Vinsensius a Paulo, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St.Vinsensius yang kita kenangkan pada hari ini dikenal sebagai pencinta kaum miskin dan penghibur para penderita. Jika kita cermati info atau data di Indonesia ini kiranya mereka yang tergolong miskin dan menderita masih cukup banyak, tidak hanya mereka yang berada di panti-panti asuhan saja, tetapi juga di desa-desa, pegunungan maupun di jalanan. Salah satu cirikhas hidup beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, adalah memiliki motto "preferential for/with the poor" (=keberpihakan pada/bersama yang miskin dan menderita), maka marilah kita hayati motto ini dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Jika mungkin kami harapkan anda menyisihkan waktu dan tenaga untuk mendatangi atau mengunjungi mereka yang miskin dan menderita seraya menyapa dan juga membawa sumbangan bagi mereka, tetapi jika tidak mungkin kiranya anda dapat menyisihkan sebagai uang atau harta benda anda serta kemudian, entah secara pribadi atau organisatoris disumbangkan bagi mereka yang miskin dan menderita melalui yayasan-yayasan yang bergerak dalam pelayanan mereka yang miskin dan menderita. Memang jika dicermati mereka yang bekerja secara langsung dalam pelayanan bagi mereka yang miskin dan menderita ini tidak banyak, maka kami berharap, entah melalui keluarga maupun sekolah, anak-anak dididik dan dibina dalam hal kepekaan social sedini mungkin. Didiklah dan binalah anak-anak anda untuk tumbuh berkembang "to be man/woman for/with others". Marilah kita sadari dan hayati juga bahwa pada dasarnya harta benda dan uang itu memiliki cirikhas social, maka semakin memiliki harta benda atau uang hendaknya juga semakin social.
·   "Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah"(1Kor 1:27-29). Apa yang dikatakan oleh Paulus ini kiranya sangat bagus bagi kita semua pada masa kini, dimana semangat atau sikap mental materialistis begitu menjiwai banyak orang. Segala usaha dan kesuksesan hanya diukur secara material, sebagaimana juga terjadi dalam sebagian kalau tak boleh dikatakan mayoritas dari orang-orang kota seperti Jakarta, dimana harga dirinya terletak pada 'dapat membeli'. Apapun produk baru segera menarik perhatian untuk berlomba membeli dan memilikinya, padahal belum tentu fungsional bagi dirinya sendiri, hidup maupun kerjanya. Paradigma atau cara berpikir Allah memang berbeda atau bahkan bertolak belakang dengan cara berpikir manusia. Sebagai umat beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk memiliki cara berpikir Allah, apalagi karena kita diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Salah satu cara berpikir Allah perihal ciptaan-ciptaan selain manusia adalah diciptakan untuk membantu manusia dalam rangka  memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah demi keselamatan jiwanya, maka jika tidak membantu hendaknya disingkirkan atau dimusnahkan. Dalam rangka mengenangkan pesta St.Vinsensius hari ini kita juga diingatkan agar senantiasa hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya dan  memboroskan waktu, tenaga dan uang tiada guna. Tentu saja kami berharap kepada mereka yang  berpengaruh dalam hidup bersama, para pemimpin masyarakat maupun agama, dapat menjadi teladan dalam hidup sederhana serta keperpihakan bagi mereka yang miskin dan menderita.
"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm 111:1-4)
Ign 27 September 2012

Selasa, 25 September 2012

26 Sept


"Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang"
(Ams 30:5-9; Luk 9:1-6)

"Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat." (Luk 9:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai umat beragama atau beriman kita memiliki tugas merasul atau pewartaan, yaitu mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang meraja. Tentu saja pertama-tama dan terutama kita sendiri senantiasa dirajai atau dikuasai oleh Allah, sehingga kita sungguh menjadi gambar atau citra Allah. Sesuai dengan sabda Yesus hari ini hendaknya dalam melaksanakan tugas merasul atau mewartakan Kerajaan Allah kita lebih mengandalkan pribadi kita, bukan aneka macam jenis sarana-prasarana atau peralatan maupun bekal berupa makanan atau uang. Dengan kata lain kehadiran, cara hidup dan cara bertindak kapan pun dan dimana pun hendaknya memikat, mempesona dan menarik orang lain untuk semakin beriman, semakin suci, semakin tergerak untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Aneka bentuk penyakit social telah menguasai banyak orang masa kini, karena kemajuan dan perkembangan aneka jenis teknologi, antara lain sarana-prasarana komunikasi, seperti HP atau internet. Karena HP orang merasa tidak perlu lagi bertatap muka dalam berkomunikasi atau curhat. HP juga dapat disalahgunakan untuk penipuan atau melakukan kejahatan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kit semua pentingnya tatap muka, silaturahmi, antar kita, saudara, sesama umat beriman atau warga masyarakat. Tentu saja sekali lagi saya mengingatkan orangtua atau bapak-ibu: hendaknya tatap muka atau curhat secara langsung setiap hari tidak dilupakan, didiklah anak-anak anda untuk tidak menggantungkan diri atau dikuasai oleh HP atau internet dalam berkomunikasi. Hemat saya anda sebagai suami-isteri memiliki pengalaman yang mendalam perihal tatap muka dan curhat secara fisik atau langsung, maka teruskan pengalaman tersebut kepada anak-anak anda. Secara khusus juga kami mengingatkan para pewarta, pastor/kyai/pendeta dst.. untuk melupakaan sapaan langsung kepada umat yang harus dilayani,. Datangi dan sapa dengan rendah hati dan kasih umat anda.

·   "Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku" (Ams  30:8-9). Kutipan ini kiranya sangat bagus untuk kita renungkan dan refleksikan serta kemudian kita hayati. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk menjauhkan diri dari tindak curang atau bohong. Kecurangan dan  kebohongan pada masa ini masih marak dan memprihatinkan, lebih-lebih yang terjadi di lingkungan Departemen Pendidikan dan Departemen Agama. Di lingkungan dua departemen yang seharusnya membina warga agar semakin beriman dan berbudi pekerti luhur, ternyata terjadi sebaliknya. Aneka bentuk korupsi melalui aneka proyek masih berlangsung terus, entah itu berupa mark-up anggaran atau kebohongan dalam pelaporan. Sebagai contoh proyek BOS di lingkungan pendidikan dikorupsi seenaknya oleh para pegawai atau pelayan pendidikan. Kalau mereka yang bekerja di jajaran pendidikan korupsi dan berbohong, lalu bagaimana nasib para peserta didik. Sudah dapat diduga bahwa para peserta didik pun belajar korupsi antara lain dengan menyontek dalam ulangan atau ujian, dan hal ini dibiarkan oleh para pendidik/guru atau pengawas. Manipulasi dan kebohongan pembangunan rumah ibadat dan sarana-prasarana ibadat juga masih marak terjadi. Jika dalam hal urusan yang suci saja orang masih korupsi, apalagi dalam hal urusan duniawi. Marilah  sedini mungkin anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kecurangan dan kebohongan, dan tentu saja orangtua dapat menjadi teladan dalam tindakan baik dan jujur.

"Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga." (Mzm 119:72.89)
Ign 26 September 2012

Senin, 24 September 2012

25 sept

"IbuKu dan saudara-saudaraKu"
(Ams 21:1-6.10-13; Luk 8:19-21)

" Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   KKN = Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, itu kata-kata yang kiranya pada masa kini jarang dikatakan, namun masih terus dilakukan atau dihayati. Hemat saya kolusi dan nepotisme tidak apa-apa, asal tidak korupsi. Yang paling memprihatinkan pada masa kini adalah korupsi. "IbuKu dan saudara-saudaraKU ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya", demikian sabda Yesus menanggapi seruan orang banyak perihal kedatangan Ibu dan saudara-saudara Yesus. Keutamaan atau keunggulan hidup beragama memang terletak pada 'mendengarkan dan melakukan firman Allah' dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari kapan pun dan dimana pun. Hari-hari ini kita masih berada di bulan Kitab Suci, semoga anda semua semakin terampil mendengarkan dan melakukan firman Allah, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci anda masing-masing. Dan tentu saja pertama-tama kita semakin terampil menjadi pelaku-pelaku atau pelaksana-pelaksana firman Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Hemat saya tidak perlu semua ayat dari Kitab Suci harus kita hafalkan dan usahakan untuk dilakukan, tetapi satu dua ayat cukuplah, sebagaimana dihayati oleh para kudus, santo-santa atau juga para gembala atau uskup yang memakai ayat Kitab Suci sebagai motto pelayanannya. Mungkin kita dapat belajar atau bercermin pada tentara, dimana ketika ada perintah, tanpa diskusi atau membantah, segera dilakukan: mereka sungguh taat dan setia para perintah atasan, semoga juga taat dan setia kepada kehendak dan perintah Allah. Melakukan firman atau perintah Allah hemat saya antara lain dapat dihayati dengan mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup dan panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk tertib berlalu-lintas, karena tertib di jalanan hemat saya merupakan cermin bangsa yang baik dan berbudi pekerti luhur.

·   "Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini. Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati. Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban." (Ams  21:1-3). Kita semua kiranya adalah 'raja' di tempat tugas atau pekerjaan kita masing-masing, kita adalah 'raja' atas pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepada kita. Marilah kita lakukan semua pekerjaan atau tugas sesuai dengan yang diinginkan oleh Tuhan, antara lain kita senantiasa diharapkan bertindak benar dan adil. Bertindak adil antara lain dapat kita wujudkan dengan senantiasa menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak azasi manusia, harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan. Segala macam bentuk pelecehan terhadap harkat martabat manusia atau anggota tubuh manusia hemat saya merupakan perbuatan tidak adil. Fungsikan dan perlakukan semua anggota tubuh anda sesuai dengan kehendak Tuhan, artinya segala tindakan atau gerak-gerik kita hendaknya semakin membuat diri kita semakin suci, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada kita, dimana kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan saudara-saudari kita. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan kebenaran sejati ada pada Tuhan. Salah satu tindakan benar adalah senantiasa 'berjalan lurus', artinya hidup dan bertindak sesuai tata tertib, mengkuti jalan yang benar, sebagaimana kereta api senantiasa melangkah maju mengikuti rel, tidak seenaknya sendiri. Jika anda mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, hendaknya anda senantiasa 'berjalan lurus' dan untuk itu memang butuh kejernihan dan ketulusan hati, maka marilah kita usahakan agar hati kita tetap jernih dan tulus. Untuk mengusahakan dan memperdalam kejernihan dan ketulusan hati, antara lain tidak pernah melupakan doa setiap hari, terutama pemeriksaan batin atau hati.

"Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya"
(Mzm 119:30.34-35)
Ign 25 September 2012

Minggu, 23 September 2012

24 Sept

 orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan"
(Ams 3:27-34; Luk 8:16-18)

 "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat, hobby dst.. semakin difungsikan dan disumbangkan kepada orang lain pasti akan semakin bertambah dan handal, sebaliknya jika tak difungsikan akan segera musnah atau hilang. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk bermurah hati menyalurkan atau memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby kepada saudara-saudarinya. Memang pertama-tama dan terutama kita sendiri harus sungguh mencintai ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby yang kita miliki serta kemudian mewujudkan atau memfungsikannya, entah dibayar atau tidak dibayar, dipuji atau tidak dipuji. Marilah kita sadari dan cermati bahwa mereka yang sukses dalam kerja atau usaha adalah orang-orang yang pertama-tama sungguh mencintai kerja atau usahanya, tanpa kenal lelah mengerjakannya. Berbagai komisi pastoral di dalam lingkungan Gereja Katolik berawal dari seseorang yang begitu tekun dan kerja keras mengembangkan bakatnya. Demikian juga anda yang saat ini menjadi suami-isteri, bukankah pada masa pacaran sungguh tekun dan kerja keras memperkembangkan benih-benih cintakasih, sehingga kemudian terampil dalam saling mengasihi sebagai suami-isteri? Kami berharap kepada kita semua: sekecil atau sesederhana apapun ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby yang kita miliki, hendaknya difungsikan dan jika mungkin disumbangkan kepada orang lain. Jangan pelit untuk membagikan apa yang kita miliki kepada saudara-saudari kita.

·   "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu" (Ams 3:27-28).  Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak menunda-nunda memberikan sesuatu kepada orang lain, yang berhak menerimanya. Secara khusus kami ingatkan pertama-tama kepada para pemberi kerja dalam memberikan imbal jasa, hendaknya diberikan pada waktunya. Yang tak ketinggalan perlu saya ingatkan adalah mereka yang harus menyalurkan sumbangan atau dana bagi para korban bencana alam: kami percaya aneka barang dan uang yang anda kumpulkan berasal dari orang-orang yang baik hati dan tulus hati memberikan sebagian miliknya bagi mereka yang sungguh membutuhkan, maka hendaknya ketika menerima sumbangan tersebut segera disalurkan. Memang hal ini hemat saya perlu dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua, antara lain anak-anak dididik untuk segera mengerjakan atau menanggapi tugas atau kebutuhan. Mungkin secara konkret anak-anak perlu dididik dalam hal disiplin: disiplin diri pada saat bangun pagi, disiplin diri dalam tugas belajar dst… Tentu saja hal ini harus ada teladan konkret dalam relasi antar bapak dan ibu, suami dan isteri: hendaknya saling tanggap akan kebutuhan masing-masing. Hendaknya cermati dan perhatikan sungguh-sungguh bahasa tubuh saudara-saudari anda, dan tanggapi sebaik mungkin. Dalam hal bahasa tubuh hemat saya para suami-isteri lebih berpengalaman dan mahir, maka hendaknya disalurkan atau diteruskan kepada anak-anaknya. Marilah kita belajar dari  atau bercermin pada anggota-anggota tubuh kita, yang saling tanggap satu sama lain setiap kali harus melakukan sesuatu. Misalnya dalam hal makan: mata melihat, tangan mengambil dan kemudian memasukkannya ke mulut dan mulut mengunyah seperlunya untuk seterusnya disalurkan ke perut melalui leher dst…

"Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya"
 (Mzm 15:2-5)
Ign 24 September 2012

Sabtu, 22 September 2012

Minggu Biasa XXV


Mg Biasa XXV: Keb 2:12.17-20; Yak 3:16-4:3; Mrk 9:30-37
"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Dalam rangka mempersiapkan kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, antara lain di Yogyakarta, tepat di lapangan Angkatan Udara, Maguwo-Yogyakarta, kami, panitia, harus mempersiapkan 20 (duapuluh) tamu VVIP. Mendengar hal itu, kami, panitia, bertanya-tanya: siapa yang selayaknya diundang sebagai tamu VVIP? Dalam kebingungan dan pertanyaan tersebut, tiba-tiba kami menerima info bahwa yang dimaksudkan dengan tamu VVIP adalah bayi/anak balita, lansia, pasien yang sakit berat/keras, anak-anak cacat, dan hendaknya juga diusahakan agar mereka itu terdiri dari aneka cara hidup atau panggilan. Mendengar hal itu, memang kami merasa ada kejelasan, tetapi juga harus menghadapi banyak tantangan, masalah dan hambatan, karena yang mencari tamu dimaksudkan memang harus dipersiapkan sedini mungkin (ditanyakan kesanggupannya) dan pada hari H yang bersangkutan, khusus pasien berpenyakit keras, masih hidup. Para tamu VVIP ini ditempatkan berjajar di pinggir 'jalan' di mana Paus akan mengawali Perayaan Ekaristis bersama: Paus memberkati dan menciumi mereka satu per satu. Apa yang dilakukan oleh Paus, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, ini kiranya meneladan Yesus yang memeluk anak-anak kecil seraya bersabda : "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Mrk 9:37). Maka marilah kita renungkan sabda Yesus ini, lebih-lebih bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus, entah secara formal maupun informal.

"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."(Mrk 9:37)

Menyambut serta memperlakukan anak kecil tanpa kasih pasti anak yang  bersangkutan akan menolak dan menangis, demikian juga dalam menyambut dan memperlakukan mereka yang sudah lanjut usia, menderita sakit keras dst.. Anak-anak pada umumnya juga lebih suci daripada orangtua atau orang dewasa, karena semakin tambah umur atau pengalaman pada umumnya juga semakin bertambah dosa-dosanya. Dengan kata lain Tuhan lebih hadir dan hidup serta menjiwai anak-anak daripada orang dewasa atau orangtua. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa cara menyambut anak-anak kurang lebih sama atau bahkan identik dengan cara menyambut Tuhan.

Secara khusus kami mengharapkan para orangtua yang memiliki anak-anak balita untuk sungguh membaktikan diri pada anak-anak, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya selama masa balita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masa balita anak-anak sungguh rawan dan rentan, dimana anak-anak lebih receptif terhadap aneka informasi yang mendatangi, apa yang dilihat dan didengarkan. Hendaknya orangtua menghadirkan diri di hadapan anak-anak dalam dan oleh kasih sejati, sehingga anak-anak sungguh merasa lebih dikasihi oleh orangtuanya daripada pembantu/baby-sitter atau neneknya. Maklum karena demi karir, maka sering terjadi anak-anak balita lebih diasuh dan dididik oleh pembantu atau neneknya, tiada waktu dan tenaga lagi bagi anak-anak balitanya.

Yesus mengangkat dan memeluk anak kecil sebagai tanggapan atau reaksi atas pertanyaan di antara murid-muridNya atau para rasul perihal siapa yang terbesar di antara mereka jika Yesus meninggalkan mereka. Yesus mengingatkan dan mengajar mereka bahwa 'yang terbesar' hendaknya rendah hati dan bersikap hidup melayani. Ajaran ini kiranya sampai kini terus diusahakan oleh para pembesar atau petinggi Umat Katolik. Ada pepatah yang berbunyi "batang pada semakin bulir-bulirnya berisi akan semakin menunduk, sedangkan yang tak berisi akan menengadah". Maksud pepatah ini kiranya sama dengan yang dikehendaki oleh Yesus, yaitu: semakin tua, tambah usia dan pengalaman, semakin kaya akan harta benda dan ilmu, semakin tinggi kedudukan dan jabatan, dst.. hendaknya semakin rendah hati, tidak sombong. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai kini adalah anugerah Tuhan, bukan semata-mata hasil usaha atau keringat kita, orang yang lemah dan rapuh ini. Kami berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina perihal hal di atas ini dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua.

"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai" (Yak 3:16-18)

Dengan jelas sekali kita diingatkan oleh Yakobus agar tidak iri hati dan tidak mementingkan diri sendiri dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Sebagai orang beriman kita diingatkan dan diajak untuk menghayati 'hikmat yang dari atas', yaitu "pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak dan tidak munafik". Hidup dan bertindak demikian itu hemat saya perlu dijiwai oleh kerendahan hati.

Dalam hal panggilan menjadi pendamai, baiklah saya angkat kembali apa yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam memasuki Millenium Ketiga pada hari Perdamaian Sedunia, yaitu "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (=Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan). Orang yang menghayati kasih pengampunan hemat saya juga akan menjadi peramah dan penuh belas kasihan. Maka pertama-tama dan terutama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah dari Tuhan melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita, tentu saja terutama orangtua kita masing-masing. Jika kita menyadari dan menghayati kasih pengampunan ini, maka panggilan untuk mengasihi dan mengampuni orang lain dengan mudah dapat kita lakukan.

Kita juga diingatkan untuk 'tidak memihak dan tidak munafik'. Peringatan atau ajakan ini kiranya pertama-tama dan terutama harus dilakukan oleh mereka yang memiliki kuasa untuk membagi atau memberi imbal jasa: hendaknya dilakukan secara obyektif, sehingga jauh dari pemihakan dan kemunafikan. Para pengusaha dan pemberi kerja kami harapkan dengan adil dan obyektif dalam memberi imbal jasa kepada para pegawai atau buruhnya, paling tidak sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, dan syukur lebih. Ingatlah dan sadari bahwa usaha anda sangat tergantung dari para pegawai atau buruh; jika para pegawai atau buruh menerima imbal jasa yang memadai maka mereka akan tergerak untuk memajukan dan mengembangkan usaha anda, sebaliknya jika imbal saja tidak memadai, maka pegawai dan buruh akan bekerja seenaknya dan tidak lama lagi usaha anda akan gulung tikar.

Kami berharap ajakan untuk 'tidak memihak dan tidak munafik' juga ditanggapi oleh para guru atau pendidik di sekolah-sekolah dalam memperlakukan para murid atau peserta didik, entah itu dalam memberi nilai ulangan maupu peringatan  atau tegoran harian. Pemihakan dan kemunafikan yang ada, baik dalam diri orangtua maupun guru/pendidik akan menular pada anak-anak atau peserta didik. "Kacang mongso tinggalo lanjaran", yang berarti anak-anak pasti akan mengikuti apa yang dilakukan orangtua, para peserta didik akan mengikuti apa yang dilakukan pendidik/guru.

"Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah." (Mzm 54:3-5)
Ign 23 September 2012

Kamis, 20 September 2012

22 Sept


"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!"
(1Kor 15:35-37.42-49; Luk 8:4-15)

"Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Luk 8:4-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kiranya hanya segelintir orang yang berpenyakit tuli alias tidak dapat mendengar, apalagi mendengarkan, dan kebanyakan dari kita memiliki telinga atau indera pendengar yang baik dan sehat. Namun apakah kita sungguh dapat dan mau mendengarkan sungguh-sungguh aneka macam suara, informasi atau ajaran dst.. kiranya boleh  dipertanyakan. Jika kita semua sungguh dapat menjadi pendengar yang baik kiranya hidup bersama akan sungguh nikmat, nyaman dan mempesona serta menarik, karena kebanyakan yang diberitakan, diajarkan dan diperdengarkan adalah apa-apa yang baik. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman, untuk memperdalam kepekaan mendengarkan, dan tentu saja tidak hanya dengan telinga fisik, melainkan juga dengan telinga spiritual atau rohani. Jika kita mendambakan diri tumbuh berkembang dengan baik sebagai umat beriman yang bermoral dan berbudi pekerti luhur, hendaknya kita dengarkan dan cccap dalam-dalam sabda Tuhan, sebagaimana tertulis didalam kitab suci, yang senantiasa oleh saudara-saudari kita dicoba untuk menguraikan dan merefleksikan serta kemudian disampaikan kepada kita, entah berupa sharing atau pemberitahuan perihal nilai-nilai atau keutamaan-keutaman yang bersumber dari sabda Tuhan. Mereka yang sungguh tekun dan rendah hati mendengarkan telah menghasilkan buah melimpah, entah berupa karangan/tulisan atau buku, yang kemudian sangat berguna bagi banyak orang. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal mendengarkan, dan tentu saja orangtua dapat menjadi teladan dalam hal mendengarkan dengan baik dan benar.
·   "Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi" (1Kor 15:47-49), demikian sharing iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Sharing Paulus ini kiranya diwarnai oleh ajaran perihal duniawi dan sorgawi, fisik dan spiritual, tubuh dan roh/jiwa. Kita diingatakan bahwa tubuh kita yang fisik dan duniawi ini berasal dari debu tanah dan dalam waktu singkat akan kembali menjadi debu tanah kembali, setelah meninggal dunia dan dimakamkan nanti. Roh atau jiwa yang bersifat spiritual berasal dari sorga, dari Allah, dengan kata lain hidup kita berasal dari Allah, maka jika kita mendambakan hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, hendaknya senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau kehendak Allah. Kehendak atau perintah Allah antara lain tertulis di dalam Kitab Suci, dan oleh para pemimpin agama atau pengkotbah apa yang tertulis dalam Kitab Suci tersebut diusahakan untuk diteruskan kepada kita semua melalui aneka cara dan bentuk. Maka baiklah dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua: ketika sedang dalam ibadat pengotbah menyampaikan kotbahnya, hendaknya sungguh didengarkan, direnungkan dalam hati dan dicecap dalam-dalam. Bukalah telinga fisik dan hati anda ketika pengkotbah sedang menyampaikan kotbah-kotbahnya. Sebagai umat Allah marilah kita bekerjasama dalam menghayati aneka ajaran yang disampaikan melalui pengkotbah. Ada kemungkinan bagi kita semua untuk setiap hari membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, entah secara pribadi atau bersama-sama dalam komunitas atau keluarga. Maka usahakan, sediakan waktu dan tenaga setiap hari untuk membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Marilah kita hayati dengan sungguh-sungguh bahwa kita adalah umat Allah, yang berarti umat yang senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.
"Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku" (Mzm 56:10-12)
Ign 22 September 2012

21 Sept


"Ikutlah Aku."
(Ef 4:1-7.11-13; Mat 9:9-13)

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matius, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang yang menyadari dan menghayati dosa-dosanya pada umumnya memiliki keterbukaan untuk menerima kasih pengampunan, demikian orang yang sedang menderita sakit serta menyadari dan menghayati sakitnya akan memiliki keterbukaan dan kesiapsediaan untuk disembuhkan atau diobati. Sebenarnya beriman sungguh handal dan mendalam juga berarti menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang diampuni dan dikasihi oleh Tuhan serta dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati karena telah menerima kasih pengampunan Tuhan serta dipanggil berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Untuk itu antara lain kita dapat meneladan Yesus yang tidak jijik dan tidak takut makan dan minum bersama dengan para pendosa, atau meneladanNya dengan senantiasa mencari orang-orang berdosa untuk disembuhkannya, orang-orang bodoh untuk dididik dan dibina lebih lanjut, orang-orang malas untuk dibina menjadi rajin dst.. Secara khusus kami mengharapkan mereka yang bekerja di pelayanan pastoral pendidikan, kesehatan maupun social. Di dalam pendidikan atau sekolah hendaknya para peserta didik yang bodoh, kurangajar, dst.. diberi perhatian khusus, di dalam rumah sakit para pasien hendaknya dilayani dengan penuh belas kasih dan perhatian, sedangkan di dalam pelayanan atau kerja social hendaknya mereka yang miskin, terlantar, tersingkir atau terpinggirkan sungguh dilayani dan diperhatikan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan.

·   "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua." (Ef 4:2-6), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Kita semua umat beriman diharapkan membentuk dan memperdalam paguyuban umat beriman yang penuh dengan persaudaraan atau persahabatan sejati. Marilah kita sadari bahwa di Indonesia ini cukup banyak aliran keyakinan iman, dan semuanya mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera di dunia ini maupun di akhirat nanti setelah meninggal dunia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua, yang berbeda satu sama lain ini, berasal dari Allah yang satu dan kelak juga harus kembali kepada Allah, bersatu dengan Allah kembali setelah meninggal dunia. Karena asal dan dambaan kita adalah satu, maka selayaknya dalam perjalanan hidup di dunia ini kita juga senantiasa dalam persatuan atau persaudaraan sejati. Tidak membangun dan memperdalam hidup persaudaraan atau persahabatan hemat saya berarti tidak beriman, meskipun yang bersangkutan beragama. Beriman tidak identik dengan beragama, beriman belum tentu beragama dan beragama belum tentu beriman. Hemat saya yang penting dan utama dalam kehidupan didunia ini adalah beriman bukan beragama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa agama merupakan jalan atau wahana untuk mendidik dan membantu kita agar semakin beriman secara handal dan mendalam. Maka kami berharap kepada para pemimpin agama untuk mendidik dan membina umatnya agar semakin beriman, serta menghayati imannya dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari. Marilah sebagai umat beriman kita menyadari dan menghayati sebagai umat Allah dan dengan demikian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"
(Mzm 19:2-5)
Ign 21 September 2012

20 Sept

"Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
(1Kor 15:1-11; Luk 7:36-50)

"Terlahir di tengah keluarga terpandang masyarakat Korea saat itu (yangban), orang tua Kim Taegon berubah memeluk agama Katolik dan ayahnya kemudian dihukum mati karena menjadi Kristiani - suatu tindakan terlarang di Korea yang sangat kental Konfusianisme-nya saat itu. Kim Taegon belajar di sebuah seminari di Makau dan ditahbiskan menjadi seorang imam di Shanghai setelah enam tahun. Ia kemudian kembali ke Korea untuk berkhotbah dan menyebarkan Injil. Selama masa Dinasti Joseon, agama Kristiani ditindas keras dan banyak umat Kristiani yang disiksa dan dibunuh. Umat Katolik harus secara tertutup mempraktekkan iman mereka. Kim Taegon adalah salah satu dari beberapa ribu umat Kristiani yang dihukum mati selama masa ini. Pada tahun 1846, dalam usia 25 tahun, ia disiksa dan dihukum pancung. Kata-kata terakhirnya adalah:"ini adalah waktu terakhir dari hidupku, dengarkan aku baik-baik: bila aku pernah berkomunikasi dengan orang asing, maka hal ini terjadi untuk agama dan Tuhan-ku. Adalah untuk-Nya aku ini mati. Kehidupan abadiku baru mulai. Jadilah orang Kristiani bila engkau berharap untuk bahagia setelah meninggal dunia, karena Tuhan memiliki hukuman abadi bagi mereka yang menolak untuk mengenal-Nya."[Pada tanggal 6 Mei 1984 Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasi Andrew Kim Taegon bersama dengan 102 orang martir Korea lainnya, termasuk diantaranya Paulus Chong Hasang. Hari raya penghormatan kepada mereka adalah tanggal 20 September." (sumber: www.google.co.id), demikian riwayat singkat St.Andreas Kim Taegon.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Kim Taegon, imam dan Paulus Chang Haesang dkk, para martir Korea, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:
·   Hidup dalam iman memang sungguh menyelamatkan, demikian dalam iman kita tidak perlu takut dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, sebagaimana dihayati oleh para martir Korea yang kita kenangkan hari ini. Maka kami mengajak kita semua, umat beriman, untuk sungguh-sungguh setia pada iman kita serta menghayati iman dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan seorang perempuan berdosa yang tidak takut terhadap orang-orang Farisi menghadap Yesus mohon kasih pengampunanNya dengan mengurapi dan menciumi kaki Yesus, sebagai wujud bakti kepadaNya. Jika kita jujur dan benar mawas diri kiranya kita akan mengakui dan menyadari bahwa diri kita adalah orang-orang berdosa, maka meskipun berdosa marilah kita menghadap Tuhan untuk mohon kasih pengampunanNya, dan serta kemudian tanpa takut dan gentar mewartakan kasih pengampunan atau menjadi saksi iman dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Menjadi saksi iman pada masa kini memang sungguh mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan banyak orang tidak atau kurang setia pada imannya, yang menggejala dalam aneka perilaku amoral atau jahat. Marilah kita berantas aneka pelanggaran hidup moral atau aneka kejahatan dalam lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing, sebagai wujud kesaksian iman kita. Kesaksian atau penghayatan iman merupakan wujud utama dan terutama penghayatan tugas merasul, yang tak tergantikan oleh cara atau bentuk apapun.

·   "Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya." (1Kor 15:9-11), demikian kesaksian iman Paulus. Paulus tidak takut dan tidak gentar mewartakan kabar baik dan mereka yang mendengarkannya pun menjadi percaya. Memang kesaksian iman yang mendalam dan handal sungguh memikat, mempesona dan menawan, sehingga mereka yang menyaksikannya tergerak untuk semakin percaya atau beriman kepada Tuhan, dengan mempersembah-kan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari yang baik dan bermoral. Kita semua telah menerima kasih karunia Tuhan secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita, maka marilah kita usahakan agar kasih karunia Tuhan tersebut tidak menjadi sia-sia dalam diri kita. Kita teruskan kasih karunia Tuhan kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Kasih karunia Tuhan merupakan kekuatan bagi kita semua untuk tidak takut dan tidak gentar menjadi saksi iman. Hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada ketakutan dan kekhawatiran sedikitpun. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibiasakan sedini mungkin dalam penghayatan iman, dan tentu saja para orangtua dapat menjadi teladan dalam penghayatan iman bagi anak-anaknya. Salah satu wujud penghayatan iman adalah saling menyalurkan kasih karunia Tuhan, maka marilah kita saling mengasihi satu sama lain. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa dapat menjadi wujud kasih karunia Tuhan kepada saudara-saudari kita. Dimana pun berada atau kemana pun pergi hendaknya kita sungguh menjadi kasih karunia Tuhan bagi orang lain.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (Mzm 118:1-2)
Ign 20 September 2012

19 Sept


Ia kerasukan setan"
(1Kor 12:31-13:13; Luk 7:31-35)
"Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya." (Luk 7:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Ada orang suka sekali mengomentari apapun yang dilihat dan didengar, sebaliknya juga ada orang yang sungguh menutup dirinya alias tidak pernah memperhatikan sungguh-sungguh apa yang dilihat atau didengarnya (segala sesuatu lewat begitu saja). Baik yang suka mengomentari maupun menutup diri  adalah orang-orang yang tidak mau tumbuh berkembang pribadinya baik dalam hal intelektual, emosional, social maupun spiritual. Mereka dapat diumpamakan bagaikan 'katak berada di dalam tempurung'. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk dengan rendah hati dan kesiap-siagaan menerima aneka macam informasi, ajaran maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk memiliki keterbukaan diri, antara lain dengan rendah hati mendengarkan aneka informasi serta melihat dengan cermat dan benar aneka peristiwa yang ada di lingkungan hidup kita; dan selanjutnya kami harapkan apa yang dilihat dan didengarkan direfleksikan dengan baik dan benar untuk mengambil  aneka hikmat yang terkandung di dalamnya serta kemudian dijadikan pegangan hidup. Tentu saja secara khusus kami harapkan kita sungguh mendengarkan dan mencecap dalam-dalam sabda Tuhan, entah itu ketika sedang dibacakan sabda Tuhan atau secara pribadi sedang membaca sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Ingatlah dan sadari bahwa kita masih berada di bulan Kitab Suci, dimana kita diajak untuk membacakan dan mendengarkan serta mencecap dalam-dalam sabda Tuhan.
·   "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." (1Kor 13:4-8), demikian refleksi iman Paulus perihal kasih. Apa yang dikatakan oleh Paulus, sebagaimana saya kutipkan di atas ini sungguh merupakan ajaran atau refleksi perihal kasih yang tiada duanya, dan sering juga dipilih oleh mereka yang akan saling menerimakan Sakramen Perkawinan serta diharapkan menjadi pegangan hidup sebagai suami-isteri. Dan hemat saya kasih memang sangat kentara dan konkret dapat dihayati dalam pasangan suami-isteri yang saling mengasihi satu sama lain dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain memuncak dalam hubungan seksual sebagai wujud konkret saling mengasihi. Maka dengan ini kami mengharapkan para suami-isteri atau bapak-ibu sungguh dapat menjadi teladan dalam hal penghayatan kasih sebagaimana dikatakan Paulus di atas. Jika para orangtua dapat menjadi teladan bagi serta membiasakan atau mendidik anak-anaknya dalam hal kasih di atas, maka hidup bersama di dunia ini akan sungguh dalam keadaan damai sejahtera. Dari refleksi kasih yang dikatakan oleh Paulus di atas hemat saya yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", yang secara konkret dapat kita hayati dengan menjunjung tinggi harkat martabat manusia serta tidak pernah melecehkan sesama manusia sekecil apapun.
"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:2-5)
Ign 19 September 2012