Kamis, 31 Januari 2013

2Feb


"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah"
(Ibr 2:14-18; Luk 2:22-32)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Yesus dipersembahkan di Kenisah' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam bentuk dan kesempatan. Karena semuanya adalah anugerah Allah, maka selayaknya sebagai orang beriman atau beragama kita mempersembahkan diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai kepada Allah. Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah. Secara khusus kiranya kita semua juga diingatkan, terutama atau lebih-lebih bagi para murid Yesus Kristus, entah beragama Katolik maupun Kristen, untuk mempersembahkan anak laki-lakinya kepada Allah, misalnya menjadi imam/ pastor atau pendeta. Kepada anda semua yang hidup berkeluarga dan memiliki anak kami ajak untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak Allah, alias anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Ketika anak-anak anda tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka hemat saya pada masa tua anda dapat berkata seperti Simeon:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu"
·   "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani" (Ibr 2:14-16). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, umat beriman, untuk senantiasa saling memperhatikan dan mengasihi satu sama lain, karena kita sama-sama 'keturunan Abraham'. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk bersama-sama, bergotong-royong memerangi dan memberantas aneka kejahatan sebagai wujud penghayatan atas godaan Iblis. Kejahatan yang sampai kini masih marak dan sungguh memprihatinkan hemat saya adalah korupsi. Tindakan korupsi merupakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak sedap lagi. Sungguh memprihatinkan bahwa mereka yang seharusnya menegakkan kebenaran dan kejujuran sering malah melakukan korupsi atau kebohongan (misalnya ahli hukum atau polisi). Demikian juga dua departemen yang bertugas membina manusia, yaitu Departemen Pendidikan dan Departemen Agama, masih sarat dengan korupsi, atau boleh dikatakan di dua departemen ini korupsi paling banyak dilakukan. Kepada mereka yang masih menjadi hamba-hamba Iblis, kami harapkan segera bertobat. Kami berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dalam hal kejujuran dan kedisiplinan, serta kemudian diperkembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!"Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)
2 Februari 2013

Rabu, 30 Januari 2013

1Feb


"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"
(Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34)
" Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri" (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Apa yang hidup di bumi ini: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, bermula dari sel yang sangat kecil dan dalam waktu yang relatif tidak lama tumbuh berkembang menjadi besar serta dapat menghasilkan buah yang sangat bermanfaat demi kelangsungan kehidupan. Itulah karya penciptaan agung Allah yang luar biasa. Demikian juga kehidupan beragama, dimana bermula dari satu orang yang menerima tugas pengutusan dari Allah menyampaikan ajaran atau pesan dari Allah, dan tidak begitu lama telah banyak orang mengikutinya. Allah yang meraja dan berkuasa memang bekerja terus-menerus tiada henti: menciptakan dan menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan kepada apa yang telah diciptakanNya. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman, memiliki iman sekecil apapun, kami harapkan terus-menerus mengembangkan dan memperdalam imannya. Pengembangan dan pendalaman iman dapat dilakukan dengan saling bercuhat dengan rekan seiman lain atau membaca dan merenungkan serta mencecap dalam-dalam ajaran agama yang bersangkutan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Memang dari diri kita dituntut keterbukaan diri yang dijiwai oleh kerendahan hati, siap sedia dan rela berkorban untuk tumbuh dan berkembang terus-menerus. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah, tidak hanya beranak-cucu sebagaimana dihayati oleh mereka yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri, melainka mengembangkan dan memperdalam kehendak dan perintah Allah, sehingga seluruh dunia seisinya sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah, terutama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.
·   "Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian" (Ibr 10:32-33). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua untuk menghargai sejarah, memang cukup memprihatinkan bahwa di sekolah-sekolah mata pelajaran sejarah kurang memperoleh perhatian yang memadai. Sebagai warganegara Indonesia kami harapkan kita mengenal dengan baik sejarah kemerdekaan Negara kita tercinta ini, dimana para pejuang kemerdekaan yang sungguh cerdas beriman telah berkorban dan mencurahkan tenaga dan darahnya demi kemerdekaan. Kepada para orangtua kami harapkan mewariskan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang diketahui maupun telah dihayati kepada anak-anaknya, bukan hanya mewariskan uang atau harta benda saja, yang dalam waktu singkat dapat binasa. Untuk itu jika orangtua sendirian saja tak mampu, baiklah mengalokasikan dana yang memadai untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah. Dengan kata lain marilah kita lebih mengutamakan atau mengedepankan 'human investment' bukan 'material investment'. Di dalam dunia pendidikan kami harapkan lebih mengutamakan agar para peserta didik cerdas beriman atau memiliki kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika orang memiliki kecerdasan spiritual yang unggul, maka yang bersangkutan dengan mudah dan cepat mengusahakan kecerdasan-kecerdasan lainnya yang perlu untuk hidup dan bekerja.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 1 Februari 2013

31Jan


"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(Flp 4:4-9; Mat 18:1-5)
"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St. Yohanes Bosco dikenal sebagai pecinta generasi muda, anak-anak dan remaja, maka para pengikut-nya pada umumnya berkarya dalam pelayanan pastoral pendidikan. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus bersabda :"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga". Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, dan hemat saya anak-anak atau remaja yang sedang bertugas belajar di sekolah-sekolah senantiasa memperbaharui diri dengan bantuan para guru atau pendidik yang mengajar atau mendidik mereka. Maka memiliki semangat pertobatan hemat saya berarti bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati, yang berarti orang terus berubah, dan tentu saja diharapkan berubah lebih baik, lebih bermoral atau lebih berbudi pekerti luhur. Belajar hemat saya tidak hanya selama menjadi murid, siswa atau mahasiswa di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi selama kita masih hidup dan bekerja kita dapat belajar. Kita dapat belajar melalui aneka pemberitaan atau informasi yang disebarluaskan melalui aneka media massa, belajar dari lingkungan hidup, maupun belajar melalui tugas dan pekerjaan yang harus kita laksanakan. Maka secara khusus kami berharap kepada siapapun yang telah selesai belajar di pendidikan formal, selama bekerja hendaknya tetap bersemangat belajar. Bekerja dihayati sebagai belajar akan semakin terampil dan cekatan dalam bekerja. Secara khusus kami berharap kepada para guru atau pendidik untuk lebih menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak atau peserta didik, karena mereka lebih suci dari pada anda.
·   "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Flp 4:4-6). Kita diharapkan tidak menyembunyikan kebaikan yang kita miliki serta tidak kuatir tentang apa pun juga, termasuk masa depan kita. Pertama-tama kami ajak dan ingatkan bahwa ketika anda akan berbuat baik hendaknya tidak takut melakukannya, dan semoga apa yang terwartakan dari diri kita juga apa-apa yang baik. Kepada para guru atau pendidik kami harapkan lebih memperhatikan apa yang baik dalam diri peserta didik atau murid: kecakapan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan kemudian guru atau pendidik membantu pengembangan dan pendalaman apa yang baik dalam diri peserta didik. Sebagai orang beriman kami harapkan kita tidak memiliki kekuatiran perihal masa depan kita, kuatir akan apa yang dapat kita makan dan minum besok, kuatir akan apa yang kita pakai dst.. Orang yang kuatir atau takut pada umumnya lalu mengurung diri atau menutup diri, dan dengan demikian tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Mengapa kita tidak perlu kuatir, karena Tuhan telah menyertai dan menghidupi kita serta akan terus-menerus menyertai dan menghidupi kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada kekuatiran sedikitpun. Kita juga dapat belajar dari dan bercermin pada anak-anak yang kiranya tidak memiliki kekuatiran sedikitpun. Kita juga diingatkan untuk senantiasa mohon apa yang kita inginkan kepada Allah dengan penuh syukur; dan memang berhadapan dengan Allah dalam doa pertama-tama dan terutama kita harus bersyukur atas aneka karunia yang telah kita terima secara melimpah ruah. Kebahagiaan sejati memang ada dalam bersyukur, maka hendaknya entah sukses atau gagal dalam hidup senantiasa tetap bersyukur. Gagal pun bersyukur, karena dengan atau melalui kegagalan kita diingatkan akan kerapuhan dan keterbatasan kita.
"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil." (Mzm 112:1-4)
Ign 31 Januari 2013

Selasa, 29 Januari 2013

30 Jan


"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!"
(Ibr 10:11-18; Mrk 4:1-20)
"Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Mrk 4:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Telinga atau indera pendengaran merupakan salah satu dari kelima indera kita yang cukup penting, bahkan ada informasi yang pernah saya dengarkan bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berfungsi, karena anak dalam rahim atau janin pun konon sudah dapat mendengarkan. Apa yang didengarkan pada umumnya akan membentuk kwalitas pribadi yang bersangkutan. Saya percaya kita semua telah banyak mendengar namun belum tentu mendengarkan dengan baik, karena jika kita sungguh pendengar yang baik dan dalam kenyataan kiranya lebih banyak hal-hal baik, mulia dan luhur yang disampaikan atau diinformasikan kepada kita, maka kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap keutamaan mendengarkan ini sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa orang yang sungguh menjadi pendengar yang baik dan tentu saja orangnya juga berkehendak baik, maka yang bersangkutan sukses dalam segala hal yang harus ia kerjakan. Ia bagaikan 'tanah baik dan subur' ketika ditaburi benih tanaman apapun akan menghasilkan buah yang melimpah. Para peserta didik maupun mahasiswa-mahasiswi yang dapat menjadi pendengar yang baik, pada umumnya mereka sukses dalam belajar, selesai pada waktunya dan hasilnya pun memuaskan dan membahagiakan banyak orang, tidak hanya orang yang bersangkutan saja.
·   "Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa" (Ibr 10:16-18). Hukum Allah telah ditaruh dalam hati kita dan dituliskan dalam akal budi kita, jika kita sungguh beriman kepadaNya. Maka orang yang sungguh beriman kepada Allah pada umumnya yang dirasakan dan dipikirkan adalah perintah atau kehendak Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa akan melaksanakan perintah dan kehendak Allah. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sedikit banyak tergantung pada apa yang kita rasakan dan pikirkan. Semoga kita yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki perasaan dan pikiran yang ada dalam Diri Yesus Kristus, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa memikirkan keselamatan jiwa, entah jiwa saya sendiri maupun jiwa orang lain, dengan kata lain tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup dan kerja kita adalah keselamatan jiwa. Dalam hal memilih dan mengerjakan tugas atau pekerjaan hendaknya senantiasa yang lebih menghasilkan keselamatan jiwa manusia. Dimana jiwa manusia semakin banyak dapat diselamatkan ke situlah kita melangkahkan kaki untuk hidup dan bekerja. Kami berharap kepada kita semua tidak 'bermain api' alias menyerempet bahaya dengan sengaja, misalnya pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dimana dengan mudah kita jatuh ke dalam dosa.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Ign 30 Januari 2013

Senin, 28 Januari 2013

29 Jan


"Siapa ibuKu dan siapa saudaraKu?"
(Ibr 10:1-10;Mrk 3:31-35)
"Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk 3:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup persaudaraan sejati pada masa ini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, mengingat dan memperhatikan ketegangan, tawuran, kebencian dan balas dendam maupun permusuhan masih marak di sana-sini. "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?", demikian tanggapan Yesus atas orang-orang yang berkata kepadaNya bahwa 'ibu dan saudara-saudaraNya' ada di dekatNya. "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku", demikian penjelasan lebih lanjut dari Yesus. Pelaksana kehendak Allah itulah saudara atau sahabat sejati. Kehendak Allah yang utama dan pertama-tama tidak lain adalah perintah bagi kita semua agar hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita kiranya antara lain diusahakan dengan nyanyian "Kasih Ibu",  yaitu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Kasih Allah kepada kita memang tak terhingga, sepanjang masa, bagaikan sang surya menyinari dunia, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengasihi tanpa syarat sampai mati. Salah satu wujud kasih yang mudah dilakukan dan murah meriah, namun sungguh memprihatinkan bahwa kurang diperhatikan pada masa kini, yaitu "boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih", sebagaimana terjadi dan dialami oleh mereka yang sedang berpacaran. Dalam masa pacaran kiranya semuanya dihayati dengan baik dan enak, sehingga dua insan yang saling berbeda satu sama lain semakin bersahabat dan bersatu.
·   "Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." (Ibr 10:7-10). Kutipan ini kiranya semakin meneguhkan dan menguatkan ajakan kami bahwa yang utama dan pertama-tama kita hayati sebagai orang beriman atau beragama adalah 'melakukan kehendak Allah' bukan aneka bentuk ibadat, doa atau upacara-upacara. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan yang telah dibaptis, entah katolik atau Kristen, bahwa ketika dibaptis kita disucikan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain keadaan kita waktu itu suci adanya. Kami berharap kita semua menjaga dan merawat kesucian tersebut, tidak menjadi luntur dalam hal kesucian, melainkan dalam hal kesucian semakin mantap dan handal. Orang yang sungguh suci pada umumnya menarik dan memikat serta mempesona bagi orang lain, sehingga orang lain yang bergaul dengannya atau melihatnya akhirnya juga tergerak untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah yang unggul dan handal. Kami berharap dalam hal kesucian ini saling membantu dan mengingatkan, maka hendaknya ketika ada rekan kita yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan memperdalam kesucian hidup segera kita bantu atau damping. Dengan kata lain marilah kita bekerjasama atau bergotong-royong dalam berusaha hidup suci maupun memperdalam dan mengembangkan kesucian hidup.
"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar" (Mzm 40:7-11)
Ign 29 Januari 2013

Minggu, 27 Januari 2013

28 Jan


"Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara"
(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12)
" Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Mat 12:8-12), demikian kutipan Warta gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu tugas atau panggilan seorang imam adalah menjadi pewarta Injil atau fungsi sebagai guru atau pengajar. Tentu saja apa yang diwartakan atau diajarkan adalah apa-apa yang membuat para pendengarnya semakin bijak serta menghayati ajaran demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam khususnya serta rekan-rekan guru atau pengajar pada umumnya untuk meneladan semangat St.Tomas Aquino dalam melaksanakan tugas atau menghayati panggilan, tentu saja juga dengan rendah hati, tidak sombong, karena aneka pengetahuan atau ajaran yang telah diterimanya dan kemudian diteruskan kepada orang lain merupakan anugerah Allah yang diterima melalui sekian banyak orang yang telah mendidik dan mengajarnya. Memang orang bijak sejati pada umumnya juga rendah hati, melaksanakan tugas dengan semangat melayani. Cirikhas melayani antara lain senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, serta tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi kesulitan, tantangan maupun masalah dan hambatan. Melayani dengan rendah hati sendiri hemat saya sudah merupakan bentuk pewartaan atau pengajaran yang handal. Pengajar atau guru yang baik dan handal kiranya selama menjalankan tugasnya juga dijiwai semangat belajar, yaitu belajar dari mereka yang mendengarkan pengajarannya. Dengan kata lain hendaknya antar guru dan murid, pengajar dan yang diajar, terjadi saling belajar dan mengajar. Percayalah juga bahwa ketika pengetahuan diteruskan atau diajarkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin berkembang dan handal.
·   "Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya." (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan memang penting dan perlu sekali bagi kehidupan dan tugas pekerjaan kita. Bukankah kita belajar sejakTaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta bergelar sarjana atau doktor maupun professor tidak lain untuk mencari dan memperdalam pengertian dan kebijaksanaan, demikian pula ketika kita membaca surat kabar maupun menyaksikan berita-berita melalui media elektronik. Kami berharap pengertian atau kebijaksanaan yang telah diperoleh atau diterima segera secara langsung disumbangkan kepada orang lain, karena dengan demikian pengertian atau kebijaksanaan tersebut akan semakin mantap dan handal kita miliki. Kepada kita semua kami harapkan meningkatkan dan memperdalam budaya atau kebiasaan membaca, entah membaca buku atau majalah/surat kabar. Seandainya tidak mungkin membaca, baiklah menyaksikan apa yang disiarkan melalui TV, karena juga ada cukup banyak pengertian dan kebijaksanaan yang disiarkan melalui aneka cara, demikian aneka warta berita akan memperkaya pengertian dan kebijaksanaan kita. Siaran berita atau informasi juga dapat disaksikan oleh mereka yang berada dalam perjalanan: nikmati, lihat dan cermati apa yang terjadi di perjalanan, di tempat atau lingkungan yang kita lewati. Aneka peristiwa terjadi dijalanan dan hemat saya dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik dan murah, maka jangan dilewatkan. Marilah kita perkembangkan dan perdalam semangat belajar terus-menerus sampai mati.
"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta." (Mzm 119:8-12)
Ign 28 Januari 2013

Sabtu, 26 Januari 2013

Mg Biasa III


Mg Biasa III: Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Yesus pergi ke Nazaret berarti 'pulang kampung' atau 'mudik' sebagaimana terjadi di lingkungan masyarakat kita di hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru. Ketika pulang kampung atau mudik macam itu pada umumnya ada dorongan dari 'dalam hati', selain memang merupakan adat kebiasaan. Yesus sendiri ke Nazaret karena dorongan Roh Kudus. Hemat saya setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat kerja atau tugas juga merupakan dorongan Roh Kudus, yaitu menghayati panggilan hidup yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita masing-masing. Maka marilah kita mawas diri apakah setiap kali kita pulang ke rumah atau pergi ke tempat tugas atau pekerjaan juga hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus dan bukan hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi saja. Jika kita sungguh hidup dan bertindak atas dorongan Roh Kudus, maka apa yang dialami oleh Yesus juga terjadi dalam diri kita.
            "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Luk 4:21)
Satu dalam kata dan tindakan itulah yang diharapkan dari kita semua dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun, maka hendaknya kita sungguh konsekwen bahwa apa yang kita katakana atau janjikan juga segera menjadi kenyataan alias terwujud. Secara khusus saya mendambakan bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam satu dalam kata dan tindakan, karena cintakasih yang mengikat anda berdua, dan cintakasih itu pertama-tama dan terutama harus terwujud dalam tindakan atau perilaku. Selanjutnya hendaknya mendidik anak-anak anda demikian juga.
Di dalam hidup bersama senantiasa pasti ada tata tertib atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan siapapun yang terkait dalam hidup bersama tersebut, maka dengan ini kami mengharapkan anda semua untuk unggul dalam hal pelaksanaan atau penghayatan tata tertib atau aturan. Untuk itu hendaknya saling  membantu dan mengingatkan satu sama lain, sehingga tidak satu orang pun dibiarkan tidak mentaati atau melaksanakan tata tertib atau aturan yang  ada. Mungkin baik juga sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam hidup bersama, misalnya di dalam keluarga atau tempat kerja sering dibacakan Kitab Suci, dan sebaiknya dipilih ayat-ayat atau perikop yang sesuai dengan lingkungan hidup maupun panggilan atau tugas pekerjaan masing-masing. Sabda dibacakan, direnungkan dan dicecap dalam-dalam serta kemudian dihayati atau dilaksanakan.
Yesus datang ke dunia untuk 'menggenapi' atau melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Taurat, maka baiklah kita yang beriman kepadaNya senantiasa berusaha untuk meneladanNya, entah secara pribadi atau bersama-sama. Kiranya di lingkungan-lingkungan umat atau kelompok basis juga sering diselenggarakan pendalaman iman, dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, semoga kegiatan ini diikuti seluruh warga umat lingkungan setempat, dan tentu saja kemudian bersama-sama menghayatinya. Dan moga-moga kegiatan pendalaman iman di lingkungan tidak hanya bersifat liturgis atau formal belaka. Jika di tiap lingkungan sungguh diselenggarakan kegiatan pendalaman iman yang baik dan benar, maka kehidupan paroki akan semarak dan menghasilkan buah keselamatan yang membahagiakan. Untuk itu kami berharap kepada rekan-rekan pastor paroki untuk menggiatkan kegiatan pendalaman iman, entah di lingkungan territorial maupun kelompok-kelompok kategorial serta professional di wilayah paroki yang menjadi tanggungjawabnya.
"Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?" (1Kor 12:27-30)
Melalui suratnya kepada umat di Korintus, Paulus mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus, bahwa kita semua adalah 'satu tubuh'. Dalam kenyataan di dunia ini ada begitu banyak kelompok atau peguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus, yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan maaf di lingkungan umat Kristen Protestan sungguh begitu banyak sekte. Usaha untuk menggalang dan memperkuat kesatuan umat kiranya sudah dan akan terus dilakukan. Di Indonesia ada KWI bagi umat Katolik, sedangkan di lingkungan Protestan ada PGI dan Pentekosta. Kami dengar di kalangan Protestan masih banyak sekte yang tak tergabung dalam paguyuban. Keragaman memang baik, namun demikian kami berharap hendaknya kesatuan umat Kristen atau murid-murid Yesus Kristus senantiasa digalang dan diperdalam.
Keragaman fungsi, jabatan, kedudukan atau tugas panggilan sungguh luar biasa, marilah apa yang dianugerahkan kepada kita masing-masing kita fungsikan untuk kesejahteraan umum, tidak untuk pribadi atau kelompoknya sendiri saja. Apa yang menjadi kecakapan, keterampilan, keahlian atau bakat dan kemampuan anda? Kami berharap kepada anda semua untuk memfungsikan apa yang anda miliki bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umum. Kiranya anda yang bekerja dalam satu pabrik, perusahaan atau kantor tertentu juga memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, dan diharapkan dengan imbal jasa yang anda terima, anda pun membaktikan diri sepenuhnya dengan kecakapan, keterampilan, keahlian, bakat dan kemampuan anda demi kemajuan usaha atau kinerja tempat anda bekerja.
Dalam hal hidup bermasyarakat di tingkat RT, RW, desa atau kelurahan kami harapkan anda semua juga tidak pasif atau tinggal diam, melainkan menyumbangkan apa yang anda miliki demi kesejahteraan umum atau bersama. Jiwa gotong-royong atau bekerjasama hendaknya menjiwai seluruh warga masyarakat, sebagaimana hemat saya juga masih terjadi di desa-desa atau pelosok tanah air atau Negara tercinta kita ini. Dalam kegotong-royongan hidup bersama tidak kenal besar-kecil, tua-muda, pandai-bodoh, dst., semuanya membaktikan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kemungkinan yang ada. Semoga para ketua RT, RW atau lurah menggiatkan semangat gotong-royong bagi warganya, sehingga tiada satu warga pun yang berpangku tangan dan hidup dalam kekurangan.
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)
Ign 27 Januari 2013

Jumat, 25 Januari 2013

26 Jan


"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya"
(Tim 1:1-18; Luk 10:1-9)
"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefelksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Timotius dan Titus adalah pembantu Paulus yang setia mengikutinya dalam rangka mewartakan Kabar Baik, dan hari ini kita rayakan bersama-sama. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus mengutus murid-muridNya untuk pergi berdua-dua mendahului perjalananNya, ke tempat-tempat yang akan dikunjungi-Nya. Kiranya perintah ini juga terarah bagi kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita hayati. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kabar Gembira kita dipanggil untuk bekerjasama, tidak sendiri-sendiri, saling membantu dan masing-masing berfungsi sesuai dengan tugas dan pekerjaannya. Maka kami harapkan terjadi kolegialitas antar kita: antar para uskup, antar para pastor, antar anggota dewan paroki, yang tidak kalah pentingnya adalah antar hirarki dan lembaga hidup bakti. Segala sesuatu dikerjakan bersama-sama dalam gotong-royong pasti akan berhasil dengan baik, sebagaimana dilakukan oleh Tim Sepak Bola Portugal yang menjadi juara dunia sepak bola terakhir ini. Kami percaya anda sebagai suami-isteri senantiasa bekerjasama, maka hendaknya kerjasama anda berdua terus diperdalam dan diperkembangkan serta kemudian disharingkan dan dididikkan kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah bagi anda berdua. Pengalaman kerjasama dalam keluarga akan menjadi modal atau kekuatan untuk selanjutnya diperkembangkan dan diperdalam dalam komunitas yang lebih luas, di tempat kerja atau di tempat tugas masing-masing. Maka kami harapkan di antara kita tidak ada orang yang bersikap mental egois, hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kurang memperhatikan orang lain atau sesamanya.
·   "Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya." (2Tim 2:11-14). Dari kutipan ini kiranya yang baik kita renungkan adalah peringatan agar kita tidak bersilat kata alias berdebat yang tidak ada gunanya. Memang sering kita saksikan para wakil rakyat yang duduk di dewan perwakilan rakyat entah tingkat nasional maupun daerah hanya bersilat lidah tanpa memperhatikan kepetingan rakyat yang diwakilinya. Kami harapkan kita tidak meniru mereka itu, karena hanya bersilat lidah, dan memang begitulah cirikhas orang pandai atau cerdas otaknya tetapi tumpul hatinya atau suara hatinya. Sebagai orang beriman hendaknya menjadi pendengar dan pelaksana sabda atau perintah Allah, serta kemudian menyebarluaskannya lebih-lebih atau terutama dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak, dalam perilaku bukan dengan wacana atau omongan, apalagi bersilat lidah atau berdebat yang melelahkan tidak berguna. Orang yang suka bersilat lidah pada umumnya juga kurang saling mengasihi, sedangkan orang yang saling mengasihi pada umumya sedikit bicara dan banyak tindakan. Yang lebih berkenan pada Allah adalah perilaku atau tindakan, bukan wacana atau omongan.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
Ign 26 Januari 2013

Kamis, 24 Januari 2013

25Jan

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk"
(Kis 9:1-22; Mrk 16:15-18)
"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'Bertobatnya St.Paulus' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Paulus dikenal sebagai rasul agung; ia yang semula mengejar dan menyiksa para murid atau pengikut Yesus Kristus menerima rahmat Allah dan kemudian bertobat menjadi murid Yesus Kristus yang unggul dan handal. Memang rahmat Allah ketika diimani dan dihayati akan merubah orang secara total, dan mau tak mau akhirnya harus hidup dan bertindak sesuai dengan rahmat Allah alias melaksanakan kehendak dan perintah Allah atau sabda Yesus. Setelah bertobat Paulus menghayati sabda Yesus ini: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk". Paulus berkeliling ke 'seluruh dunia' untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira, dan buah pewartaanya sungguh luar biasa, sekian banyak orang telah bertobat dan ajaran Yesus Kristus menyebar ke seluruh dunia sampai kini. Kita yang berada di Indonesia dan percaya kepada Yesus Kristus hemat saya tak terlepas dari atau karena jasa pelayanan Paulus, rasul agung, yang tak kenal lelah, siang malam mewartakan Injil atau Kabar Gembira. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan rasuli juga, maka marilah dimana pun berada dan kemana pun kita pergi senantiasa mewartakan apa yang baik, atau ketika menghadapi sesuatu yang tidak atau kurang baik segera kita perbaiki. Percaya kepada Allah tidak perlu takut menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam rangka berbuat baik atau mewartakan apa yang baik, karena kebaikan pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Sentuhan kasih orang beriman akan mampu menyembuhkan orang sakit, entah itu sakit hati, sakit jiwa atau sakit tubuh. Marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dalam nama Tuhan.
·    "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias, utusan Allah, kepada Paulus. Sentuhan dan kata-kata Ananias telah membuat Saulus yang buta kemdian dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan Saulus pun menerima anugerah Roh Kudus. Hal ini kiranya mengingatkan kita semua, orang-orang Katolik, yang telah menerima Sakramen Penguatan, dimana kita menerima sentuhan dari tangan Uskup sekaligus anugerah Roh Kudus. Roh Kudus senantiasa menggerakkan dan menggairahkan orang yang menerimanya, bergerak dan bergairah dalam mewartakan Kabar Baik, apa yang baik dan menyelamat-kan serta membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang telah menerima Sakramen Penguatan untuk tidak tinggal diam, melainkan bergerak secara  dinamis untuk mewartakan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus tidak pernah  merasa lelah dalam melakukan apa yang baik dan membahagiakan, meskipun kurang tidur atau kurang makan dan minum pasti akan tetap bergairah dan dinamis. Yang bersangkutan juga tak akan pernah jatuh sakit, karena kegembiraan dan kegairahan merupakan senjata yang handal dalam rangka menangkal serangan aneka virus penyakit. Bergembira dan bergairah dalam dan karena iman juga tak mungkin kena 'santet', yang dilakukan oleh para dukun atau paranormal yang tak bermoral. Memang bagi siapapun yang beriman kepada Allah tidak ada alasan untuk sedih atau murung, melainkan senantiasa bergembira dan dinamis. Kegembiraan dan kegairahan membuat metabolism darah dan kinerja syaraf kita sungguh prima dan dengan demikian dapat menangkal aneka serangan penyakit. Sebaliknya orang pemurung dan putus asa akan mudah jatuh sakit.
"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)
Ign 25 Januari 2013

Rabu, 23 Januari 2013

24Jan

"Kasihilah seorang akan yang lain"
(Ef 3:8-12; Yoh 15:9-17)
 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yoh 15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu tugas utama Uskup adalah sebagai pemersatu umat Allah yang harus digembalakan, maka mereka yang layak dipilih sebagai uskup pada umumnya memiliki sikap mental pemersatu atau pendamai. "Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah 'buah kasih' dan hanya dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya sampai sekarang ini kiranya hanya karena dan oleh kasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah dari sekian banyak orang yang telah mengasihi kita, maka marilah kita teruskan kasih yang telah kita terima kepada saudara-saudari kita. Para  bapak-ibu atau orangtua hendaknya menjadi teladan dalam saling mengasihi bagi anak-anaknya, mengingat dan memperhatikan anda sebagai suami-isteri diikat dalam dan oleh kasih, serta dipertemukan oleh kasih juga. Agar kita dapat saling mengasihi dengan baik maka hendaknya pertama-tama dan terutama kita hayati apa yang sama di antara kita, karena dengan demikian apa yang berbeda akan berfungsi saling melengkapi serta meneguhkan kasih. Kita juga dapat berpedoman pada kasih Allah kepada kita dalam rangka saling mengasihi. Kasih Allah kepada kita semua sungguh tak terbayangkan dalam, tinggi, luas dan lebarnya alias tanpa batas. Kasih sejati memang bebas, tak terbatas oleh suku, agama atau ras, maka kami berharap dimana saja dan kapan saja bertemu dengan orang hendaknya senantiasa saling mengasihi.
·   "Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga," (Ef 3:8-10). Paulus, rasul agung, menghayati diri sebagai "yang paling hina di antara segala orang kudus", dan yang dimaksudkan sebagai 'orang kudus' di sini tidak lain adalah orang yang telah dipilih dan dipersembahkan kepada Allah, sehingga senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kita semua yang sungguh beriman kepada Allah kiranya juga boleh disebut sebagai 'orang kudus', maka marilah kita meneladan Paulus  dalam hal kerendahan hati. Memang dalam kenyataan orang semakin suci pada umumnya juga semakin rendah hati, sedangkan orang sombong pada umumnya kurang atau tidak suci. Apa yang dimaksudkan dengan 'kekayaan Kristus' tidak lain adalah ajaran, cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang hemat saya dapat dipadatkan dalam ajaran atau penghayatan cintakasih. Maka dapat difahami dengan mudah bahwa Paulus tidak membatasi diri dalam hal pewartaan tentang 'kekayaan Kristus', melainkan terbuka kepada siapa saja dan tanpa pandang bulu, karena begitulah cirikhas cintakasih. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk tidak terjebak ke dalam fanatisme sempit, yang terlalu mengangkat perbedaan serta menyatakan diri sebagai yang paling benar serta merendahkan yang lain. Jika kita mengaku sebagai orang beragama atau beriman, yang berarti percaya kepada Allah dan Allah hanya satu, maka mau tidak mau kita semua harus mengusahakan persatuan atau persaudaraan sejati antar kita. Kami berharap kepada semua pemimpin agama di tingkat apapun untuk senantiasa menyebarluaskan dan mengobarkan persaudaraan sejati dalam pewartaan atau ajarannya., dan tentu saja juga dapat menjadi teladan dalam persaudaraan sejati.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 24 Januari 2013

Selasa, 22 Januari 2013

23Jan


"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat"
(Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6)
"Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia." (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari Sabat dimaksudkan sebagai hari untuk memboroskan waktu dan tenaga bagi Allah alias mengarahkan sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, maka dalam tradisi bangsa Yahudi mereka tak bekerja, melainkan beristirahat atau berrekreasi bersama segenap anggota keluarga, dan rekreasi pun diselenggarakan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan kata lain tujuan hari Sabat tidak lain adalah agar orang senantiasa lebih mengutamakan kehendak Allah atau perbuatan-perbuatan baik, yang menyelamatkan jiwa manusia. Maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat dan diamat-amati oleh orang-orang Farisi guna mencari kesalahanNya, Ia berkata: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang itulah yang menjadi tujuan utama aneka tata tertib atau aturan, maka ketika kita melihat bahwa tata tertib atau aturan menghambat usaha untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang, hendaknya tidak takut 'melanggar' tata tertib atau aturan yang ada. Dengan kata lain segala bentuk pelanggaran aturan atau tata tertib dimungkinkan, asal tindakan yang dikerjakan lebih bernilai daripada hanya mentaati tata tertib atau aturan, meskipun untuk itu harus berhadapan dengan yang berwajib untuk mempertanggungjawabkan 'pelanggarannya'. Nilai moral atau cintakasih mengatasi atau  mendasari semua aturan dan tata tertib, maka tindakan yang berdasarkan moral yang baik atau cintakasih dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa baik adanya.
·   "Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya." (Ibr 7:1-3). "Raja kebenaran dan damai sejahtera..harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan" bagi kita semua kiranya tidak lain adalah jiwa kita, yang pada dasarnya mendambakan kebenaran dan damai sejahtera. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa mengusaha-kan jiwa kita bersih dan suci adanya, agar dambaan kebenaran dan damai sejahtera menjadi kenyataan alias terwujud. Hemat saya aneka tata tertib atau aturan juga memiliki tujuan agar mereka yang melaksanakannya senantiasa berjalan dalam kebenaran serta damai sejahtera. Maka marilah kita saling bertukar gagasan dan harapan perihal kebenaran dan damai sejahtera yang kita dambakan, agar dengan demikian kita dapat bekerja sama dan satu dalam langkah mengusahakan kebenaran dan damai sejahtera. Apa yang disebut benar dan damai sejahtera sejati senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan tidak berlaku secara individual maupun regional. Dalam hal ini kiranya secara mondial ada 'Hak-hak azasi manusia' , yang dicanangkan oleh PBB, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan hendaknya semua tata tertib dan aturan tidak bertentangan dengan 'Hak-hak azasi manusia'. Hak azasi manusia hendaknya menjiwai semua tata tertib dan aturan maupun dalam pelaksanaannya. Segala bentuk pelanggaran hak azasi manusia berarti melawan perintah atau kehendak Allah.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Ign 23 Januari 2013        

22Jan


"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28)
" Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mrk 2:23-28),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jika diperhatikan dan dicermati dalam hidup bersama: semakin banyak peraturan hemat saya berarti menunjukkan bahwa warganya semakin kurang bermoral atau berbudi pekerti luhur. Dari aneka pemberitaan melalui mass media dapat kita lihat bahwa kesibukan para anggota DPR RI lebih pada membuat atau merubah peraturan daripada melayani rakyat, yang telah memilihnya. Hal itu kiranya menunjukkan bahwa manusia untuk peraturan bukan peraturan untuk manusia. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama, untuk menghayati bahwa manusia bukan untuk peraturan, melainkan peraturan untuk manusia. Memang hal ini tidak mudah kita hayati, mengingat dan memperhatikan bahwa di Indonesia ini kelihatan lebih mengedepankan manusia demi hukum atau peraturan alias mencari dan mengusahakan uang dengan memainkan aneka peraturan dan hukum, dimana manusia dibuat sibuk dan pusing oleh peraturan atau hukum.  Manusia demi atau untuk peraturan atau hukum berarti senantiasa mengedepankan cintakasih dalam menghadapi dan melaksanakan peraturan, karena peraturan dibuat dan diberlakukan demi dan untuk cintakasih. Dengan kata lain ketika dalam kenyataan peraturan melanggar atau melawan cintakasih, maka kita harus berani melawannya atau memperbaikinya segera. Hendaknya manusia, keselamatan jiwa manusia lebih diutamakan daripada peraturan atau hukum. Memang, meneladan Yesus, kita dapat melanggar peraturan ketika dalam segala hal kita setia dan taat pada peraturan yang berlaku, sehingga tahu persis dimana peraturan tersebut tidak memadai lagi dalam kenyataan. Pendek kata hendaknya cintakasih sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
·   "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibr 6:19-20). Kita diingatkan dan diajak untuk memiliki pengharapan akan Penyelenggaraan Ilahi/Allah, maka ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan kehidupan hendaknya senantiasa tetap ceria dan gembira, karena dengan demikian akan mampu menghadapi atau mengatasinya. Memang apa yang kita harapkan untuk dapat menjadi kenyataan atau terwujud tergantung 100% dari anugerah atau Penyelenggaraan Ilahi dan 100% dari kerja keras atau usaha kita. Kiranya yang perlu kita perhatikan adalah usaha atau kerja keras kita, karena Penyelenggaraan Ilahi tak diragukan lagi, sebaliknya tidak semua dari kita siap sedia untuk bekerja keras. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal pengharapan sejati: 100% tergantung dari Allah dan 100% dari usaha pribadi, sebagaimana juga pernah dicanangkan oleh Mgr.Soegijapranata SJ dengan mottonya 100% katolik dan 100% warganegara. Pengharapan akan Yang Ilahi sungguh menjadi 'sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita'. Tanda atau bukti bahwa kita berpengharapan kepada Yang Ilahi adalah secara rutin kita berkomunikasi denganNya alias berdoa. Maka hendaknya jangan melupakan doa harian yang menjadi sauh dan kekuatan langkah-langkah hidup kita sehari-hari. Kepada mereka yang sedang mengalami frustrasi atau putus asa kami ajak untuk mengarahkan diri kepada Yang Ilahi, secara khusus kepada yang beriman kepada Yesus Kristus, silahkan memandang Dia yang tergantung di kayu salib. Bukankah setiap hari kita membuat tanda salib, mengawali hari, pekerjaan atau tugas, maka semoga senantiasa hidup dan bertindak dengan semangat Yang tersalib.
"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya." (Mzm 111:1-2.4-5)
Ign 22 Januari 2013

21Jan


"Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
(1Kor 1;26-31; Mat 13:44-46)
 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Keperawanan bagi gadis atau perempuan merupakan hal yang sangat berharga atau bernilai, dan boleh dikatakan merupakan  harga dirinya, maka ketika ada gadis 'menjual keperawanan' dengan berhubung-an seks dengan seorang lelaki yang membayarnya sering disebut 'menjual diri'. Keperawanan seorang gadis akan dipersembahkan kepada orang yang paling dikasihi, yaitu orang yang menjadi suaminya, itulah yang benar dan baik. Namun sering dikatakan lebih baik lagi adalah gadis yang mempersembah-kan kepada Allah yang telah menciptakan dan mengasihinya, itulah yang dihayati atau terjadi pada diri St.Agnes, yang kita kenangkan pada hari ini. Ia adalah seorang gadis yang masih perawan, sangat cantik, mempesona dan menarik. Ia baru berumur 13 tahun ketika terjadi penganiaayaan terhadap orang-orang Kristus, para murid Yesus Kristus, dimana orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dibunuh. Agnes pernah ditawari menikah dengan seorang pemuda tampan asal meninggalkan imannya, namun Agnes tetap teguh dalam iman, meskipun untuk itu ia harus mengalami penganiaayaan yang akhirnya harus mati karena imannya. Kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, memiliki rahmat atau panggilan kemartiran, maka kami harapkan kita setia menghayati panggilan itu. Pertama-tama dan terutama, meneladan St.Agnes, kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan gadis, remaja putrid, untuk tidak menjual keperawanannya, melainkan persembahkan keperawanan anda kepada yang paling dikasihi, bukan sembarang orang asal membayar mahal. Kepada kita semua kami ajak untuk mengusahakan diri senantiasa hidup suci, artinya membaktikan diri sepenuhnya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari kepada Penyelenggaraan Ilahi, kehendak dan perintah Allah. Dengan kata lain kami mengajak kita semua untuk menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat atau hak-hak azasi manusia.  
·    "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1Kor 1:25-29). Kutipan ini kiranya sampai saat ini isinya masih up to date, antara lain dapat kita lihat dan cermati munculnya tokoh-tokoh Gereja, masyarakat, bangsa dan Negara, dari kalangan bawah. Contoh konkret dalam pemerintahan misalnya Jokowi, yang terplih sebagai Gubernur DKI, sedangkan di dalam Gereja Katolik kiranya yang terpilih menjadi imam maupun uskup pada umumnya juga berasal dari kalangan bawah, pedesaan. Kerajaan Allah memang berbeda dengan Kerajaan dunia, Kerajaan Allah lebih mengutamakan hati, sedangkan kerajaan dunia kiranya lebih mengutamakan pikiran dan kekayaan/harta benda. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang menyatakan atau mengakui diri sebagai Umat Allah untuk senantiasa mengutamakan hati dalam hidup dan bertindak setiap hari, yang kami maksudkan adalah mendengarkan suara hati yang bersih dan jernih, yang tidak lain adalah suara Allah sendiri yang menggema dalam lubuk hati kita yang terdalam. Ingat akan peribahasa "Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu". Kiranya hanya mereka yang memiliki hati yang tahu kedalaman hati seseorang. Hemat saya hanya orang yang hidup sungguh saling mengasihi akan mampu menduga kedalaman hati orang, atau orang-orang bijak, seperti guru-guru rohani atau spiritual yang sering didatangi oleh banyak orang guna minta nasihat dan pertolongan atau  pencerahan.
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)
Ign 21 Januari 2013

Sabtu, 19 Januari 2013

MgBiasa II


Mg Biasa II: Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11
"Pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur"
Warta Gembira dari perikop Injil Yohanes hari ini sering dipilih dalam bacaan Injil dalam Misa Penerimaan Sakramen Perkawinan di lingkungan Gereja Katolik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus mengadakan mujizat, merubah air menjadi anggur, dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Sebagaimana terjadi pada umumnya dalam perjamuan perkawinan menyediakan jamuan makan bagi para tamu sebaik dan senikmat mungkin, sehingga para tamu sangat terkesan. Kiranya dapat dibayangkan betapa malu pemilik perjamuan ketika tahu bahwa jamuan makan yang disediakan mengalami kekurangan atau kurang enak dan kurang nikmat. Begitulah yang terjadi dalam pesta perkawinan di Kana, dan kehadiran SP Maria beserta Yesus sungguh menyelamatkan keluarga yang bersangkutan maupun mempelai yang sedang berbahagia. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian yang percaya kepada SP Maria dan Yesus untuk mawas diri sejauh mana SP Maria dan Yesus berperan dalam hidup keluarga kita.
"Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki" (Yoh 2:8-9)
Air menjadi anggur, yang segar menjadi nikmat, itulah kiranya yang terjadi dalam peristiwa perjamuan perkawinan di Kana. Hal itu terjadi karena kehadiran dan peran SP Maria serta Yesus. SP Maria adalah Bunda kita, sedangkan Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita, maka secara khusus kami mendambakan segenap anggota keluarga menghayati kehadiran dan peran SP Maria dan Yesus di dalam keluarga. Pertama-tama marilah meneladan SP Maria yang peduli dan peka akan kebutuhan orang lain, sehingga menghindarkan nama baik orang lain terganggu. Memang hemat saya di dalam keluarga yang cukup kepada akan kebutuhan orang lain atau anggota keluarganya pada umumnya ialah para ibu. Maka dengan ini kami mengajak para ibu untuk mendidik dan mengajak segenap anggota keluarganya dalam hal kepekaan dan kepedulian kepada yang lain.
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil meneladanNya antara lain dengan mengubah yang tidak enak menjadi enak, yang tidak segar menjadi segar, yang loyo menjadi bergairah, yang putus asa menjadi berpengharapan, atau dengan kata lain mengubah lingkungan hidup yang kurang baik menjadi baik, sehingga mempesona, menarik dan memotivasi orang lain untuk mendekat dan menggabungkan diri. Hadapi dan sikapi segala sesuatu dalam dan dengan cintakasih, karena dengan demikian segala sesuatu akan enak dan nikmat adanya. Ingat dan sadari, terutama bagi anda yang sedang berpacaran atau bertunangan, dengan kata lain silahkan kenangkan masa pacaran dan tunangan: bukankah apa-apa yang tidak enak dari calon pasangan hidupnya, pacarnya atau tunangannya senantiasa dihadapi dan disikapi dalam dan dengan cinta kasih, sehingga  semuanya baik adanya? Kami berharap baik kepada suami maupun isteri untuk melanjutkan pengalaman masa pacaran atau tunangan tersebut dalam hidup bersama sebagai suami-isteri.
Hidup berkeluarga didasari dan diikat oleh cintakasih, maka baiklah dihayati ajaran atau sharing perihal kasih dari Paulus ini, yaitu: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7). Maka kami berharap kepada segenap anggota keluarga untuk menghayati ajaran kasih Paulus di atas ini dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ketika orang menerima dan mengalami pengalaman mendalam dalam hal saling mengasihi di dalam keluarga, maka kelak ketika mereka hidup di luar keluarga akan saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu.
"Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama " (1Kor 12:4-7)
Jutaan atau milyardan manusia di bumi ini berbeda satu sama lain, tidak ada yang sama persis atau identik, meskipun kembar, sebagaimana anggota tubuh kita yang begitu banyak jumlahnya juga berbeda satu sama lain, beda tempat maupun fungsi. Yang paling kentara antar manusia adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, namun meskipun berbeda atau karena berbeda satu sama lain laki-laki dan perempuan saling tertarik, saling ingin mendekat dan bersaudara atau bersahabat sampai ada yang menjadi satu sebagai suami-isteri sampai mati. Yang berbeda antara laki-laki dan perempuan menjadi daya tarik dan daya pemersatu, itulah yang terjadi, maka kiranya seruan atau peringatan Paulus di atas sungguh merupakan kebenaran ilahi.
"Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama", demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita fungsikan bakat, kemampuan dan keterampilan yang kita miliki demi kepentingan atau kesejahteraan bersama/umum. Bakat, kemampuan dan keterampilan semakin disumbangkan demi kepentingan umum/bersama atau orang lain tidak akan habis, melainkan justru akan semakin handal, mantab dan akurat serta berkembang. Marilah kita bercermin pada atau belajar dari anggota tubuh kita, yang saling bekerjasama sangat luar biasa, masing-masing anggota di tempatnya masing-masing fungsional bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Tidak ada yang iri, saling membenci atau melecehkan. Maka dengan ini kami mengharap kita semua untuk saling memberi dan menerima, mengajar dan belajar: yang kaya akan harta benda mungkin memberikan sebagian harta bendanya kepada mereka yang miskin seraya belajar keutamaan-keutamaan hidup dari mereka yang miskin akan harta benda namun kaya akan nilai dan keutamaan hidup, dst..
Kerjasama atau gotong-royong dalam melaksanakan segala sesuatu pasti akan sukses. Ingat yang menjadi juara dunia sepak bola yang lalu bukan kesebelasan dari Ameka Latin yang bertebaran bintang-bintang sepak bola dan juga senior, tetapi kesebelasan dari Eropa yang memiliki kerjasama team luar biasa. Kami berharap dalam tugas pekerjaan atau kewajiban apapun hendaknya senantiasa dikerjakan dalam kerjasama atau gotong-royong. Sekali lagi kami angkat atau ingatkan bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama atau gotong-royong kasih total, yaitu kerjasama bapak dan ibu kita sebagai pekerjasama karya penciptaan Allah. Maka jika kita tidak bekerjasama atau bergotong-royong berarti kita ingkar diri atau tidak tahu terima kasih dan syukur.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
 
Ign 20 Januari 2013