Sabtu, 27 April 2013

Minggu Paska V

Minggu Paska V : Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35

" Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Seorang tokoh atau pemimpin yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama ketika akan mengundurkan diri, pada umumnya pesan atau kata-katanya sungguh didengarkan dan diusahakan untuk dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari oleh mereka yang ditinggalkannya. Setelah bangkit dari mati Yesus sering menampakkan Diri kepada para muridNya dan tidak lama lagi Ia akan naik ke sorga, kembali ke Allah Bapa yang mengutusNya. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus menyampaikan pesan dan ajaran-ajaran khusus kepada para muridNya, Ia mengingatkan apa yang telah Ia ajarkan kepada mereka. Pesan ini kiranya juga terarah kepada kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh 13:34-35)

Ajaran saling mengasihi kiranya disampaikan oleh semua orang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, dan saya percaya bahwa para orangtua senantiasa mengajarkan kepada anak-anaknya untuk senantiasa hidup saling mengasihi satu sama lain. Jika kita semua sungguh hidup saling mengasihi maka hidup bersama dimana pun dan kapan pun akan enak dan nikmat adanya, menarik, mempesona dan mengundang banyak orang untuk mendekat dan bersahabat. Memang saya percaya bahwa semua orang berusaha untuk hidup saling mengasihi, namun sering ada keterbatasan atau ketidak-tahuan akan apa itu saling mengasihi; pedoman atau acuan kasih hanya berdasarkan selera atau keinginan pribadi.

"Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi", demikian pesan atau ajaran yang disampaikan oleh Yesus kepada para murid, kepada kita semua yang beriman kepadaNya. Kita dipanggil untuk saling mengasihi dengan acuan atau pedoman Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita antara lain telah menyerahkan Yang Terkasih atau Yang terbaik kepada kita semua, maka jika kita hendak saling mengasihi diharapkan saling memberikan apa yang terbaik di antara kita, tanpa syarat, atau apa yang paling berharga atau bernilai yang kita miliki. Dalam relasi antara suami-isteri hal itu antara lain menjadi nyata dengan saling memberikan yang paling bernilai atau berharga yaitu keperawanan dan keperjakaan dalam saling berhubungan seksual sebagai wujud saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati. Dengan kata lain para orangtua memiliki pengalaman handal perihal saling mengasihi, maka dengan ini kami harapkan pengalaman tersebut diwariskan kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepada anda berdua. Kami percaya bahwa kita tidak hidup sendirian, melainkan senantiasa bersama dengan orang lain baik dalam tugas belajar maupun bekerja. Pertama-tama kami ingatkan kepada anda semua yang sedang bertugas belajar alias kepada para murid, pelajar dan mahasiswa-mahasiswi.

Boroskan waktu dan tenaga anda untuk belajar, sebagai perwujudan kasih anda, dengan kata lain hendaknya tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian saja, sebagaimana dilakukan kebanyakan murid, pelajar atau mahasiswa masa kini. Demi keadilan hendaknya diusahakan setiap hari belajar selama kurang lebih 8 (delapan) jam secara efektif, efisien dan afektif. Konkretnya jika di sekolah pada umumnya telah 6(enam) jam belajar, maka di rumah hendaknya selama 2 (dua) jam belajar, jika di sekolah hanya 4 (empat) jam, maka di rumah juga 4 (empat) jam dst.. Demikian juga para pekerja kami harapkan bekerja selama 8 (delapan) jam secara efektif, efisien dan afektif. Tanda bahwa anda dalam dan oleh kasih dalam belajar atau bekerja adalah anda menjadi terampil dalam belajar atau bekerja.

Yesus juga berpesan kepada kita semua yang beriman kepadaNya bahwa tanda kita beriman kepadaNya adalah hidup saling mengasihi. Kasih hendaknya tidak hanya manis di mulut, hanya dalam wacana atau omongan saja, melainkan pertama-tama dan terutama dalam dan melalui tindakan atau perilaku. Kasih tanpa perilaku bagaikan tong kosong berbunyi nyaring alias kebohongan atau sandiwara. Pembohong yang tidak bertobat akan semakin besar kebohongannya, permainan sandiwara hanya tahan sesaat saja. Maka marilah kita jauhkan aneka kebohongan dan sandiwara kehidupan dalam cara hidup dan cara bertindak kita.  "Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman." (Kis 14:26-27)

"Menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah dengan rendah hati kita saling membagikan pengalaman akan Allah yang hidup dan berkarya dalam dan melalui kita yang lemah dan rapuh ini. Karya Allah atau Penyelenggaraan Ilahi dalam dan melalui diri kita tidak lain atau aneka perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di dalam diri kita. Kami percaya bahwa setiap hari mengalami perkembangan dan pertumbuhan, dan secara khusus mengalami apa yang baik, mulia, bermoral atau berbudi pekerti luhur. Apa yang baik, mulia, bermoral dan berbudi pekerti luhur yang ada dalam diri kita inilah yang kita ceriterakan kepada orang lain. Dalam menceriterakan hendaknya rendah hati dan jujur agar tidak memberi kesan sombong atau angkuh.

Dengan saling membagikan apa yang baik, mulia, bermoral atau berbudi pekerti luhur maka kehidupan bersama kita dapat menjadi pintu yang terbuka lebar bagi orang lain yang berkehendak untuk bertobat, semakin beriman atau semakin hidup baik dan berbudi pekerti luhur. "Ia (Allah) telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman", inilah yang hendaknya kita imani. Hal merupakan ajakan bagi kita semua umat beriman untuk saling terbuka satu sama lain dengan jujur dan rendah hati alias suatu ajakan atau panggilan untuk membangun, memperdalam dan mengembangkan persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Why 21;3-4). Kutipan ini kiranya sungguh menjadi peneguh atau penguat kita dalam membangun, memperdalam dan memperkembangkan persaudaraan atau persahabatan sejati kapan pun dan dimana pun.  "Allah ada di tengah-tengah manusia"  untuk menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian semua manusia dapat semakin besar, semakin bijak, semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya.

Marilah kita imani atau hayati bahwa aneka kecerdasan, kepandaian, kecantikan dan ketampanan, kesehatan dan aneka bentuk harta benda yang kita miliki dan kuasai pada saat ini sungguh merupakan anugerah dan karya Allah. Dengan kata lain sebagai umat beriman hendaknya kita semua senantiasa hidup bersyukur dan berterima kasih. Hidup dengan penuh syukur dan terima kasih akan sungguh membahagiakan dan menggembirakan.

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu" (Mzm 145:8-11)
Ign 28 April 2013

Jumat, 26 April 2013

26 april

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup"
(Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6)

 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•       Pada masa kini kiranya cukup banyak orang gelisah, misalnya sulit untuk tidur di waktu malam karena masih memikirkan sesuatu atau khawatir akan sesuatu. Orang yang demikian hemat saya hidup dan bertindak hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, dan kurang atau tidak menjadikan Allah sebagai "jalan, kebenaran dan hidup". Jika kita senantiasa hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri dan kurang atau tidak percaya kepada Allah maupun orang lain atau saudara-saudari kita, maka dengan mudah kita akan gelisah. Beriman berarti menjadikan cara berpikir Allah 'jalan, kebenaran dan hidup' kita, dan dengan demikian kita senantiasa berpikir sebagaimana dipikirkan oleh Allah. Allah senantiasa hanya memikirkan keselamatan dan kebahagiaan umat manusia dan untuk itu Ia hidup dan berkarya dalam diri orang yang beriman kepadaNya. Bukankah kita semua beriman kepadaNya, meskipun ada yang beriman dangkal atau mendalam. Berpikir sesuai dengan pikiran Allah berarti kita senantiasa berpikir bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri saudara-saudari kita dan lingkungan hidup kita. Maka dalam dalam keadaan dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun kita tak akan merasa sendirian, sehingga tak akan mudah gelisah meskpun kita memiliki masalah atau beban tugas/ pekerjaan berat. Kami berharap kepada kita semua umat beriman untuk senantiasa berpikir sebagaimana dipikirkan oleh Allah, dan hendaknya ingat serta sadar bahwa apa yang sedang kita pikirkan itulah yang akan kita lakukan. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada saudara-saudari kita, maka ketika kita pergi atau tidur hendaknya tidak gelisah akan apa yang kita tinggalkan, karena semuanya akan dikerjakan oleh saudara-saudari kita yang sungguh beriman. Nikmatilah apa yang sedang anda lakukan pada saat ini.

•       "Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita,telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini" (Kis 13:32-33). Apa yang dikatakan oleh rasul Yesus atau utusan Allah ini kiranya dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Marilah kita senantiasa 'memberitakan kabar kesukaan' kepada saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu. Apa yang kita lakukan dan katakan diharapkan senantiasa membuat orang lain suka kepada kita, dan tentu saja juga suka kepada kehendak dan perintah Allah, artinya akhirnya suka berbuat baik kepada orang lain dimana pun dan kapan pun. Semua orang mendambakan hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka marilah kita bekerjasama dan saling membantu dalam usaha menjadi orang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Masing-masing dari kita kami harapkan tumbuh-berkembang menjadi pribadi yang semakin disukai oleh Allah dan semua orang, sebagaimana terjadi dalam diri Yesus,  ketika kanak-kanak tumbuh berkembang semakin bijaksana, semakin disukai oleh Allah dan  sesama manusia. Semoga kita disukai orang bukan karena penampilan fisik atau diluar yang kelihatan cantik, ganteng/tampan, pandai/cerdas, tetapi terutama karena baik hati dan berperilaku baik juga. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua telah menerima kebaikan luar biasa dari Allah melalui sekian banyak saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita, maka selayaknya kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih, serta mewujudkan syukur dan terima kasih itu dengan senantiasa berbuat baik kepada orang lain, tanpa pandang bulu.

"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!"Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." (Mzm 2:6-9)
Ign 26 April 2013

25 april

"Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya"

(1Ptr 5:5b-14; Mrk 16:15-20)

"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Markus, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Injil adalah warta gembira atau kabar baik, maka memberitakan Injil berarti senantiasa memberitakan apa yang baik dan menggembirakan. Kami berharap kepada segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa memberitakan apa yang baik dan menggembirakan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari kapan pun dan dimana pun. Memang sekali lagi diri kita pertama-tama harus senantiasa baik dan gembira adanya, karena Allah senantiasa menyertai dan hidup serta bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Karena Allah hidup dan bekerja dalam diri kita maka dalam situasi dan kondisi apapun kita senantiasa ceria, gembira, dinamis, bergairah, tak pernah menggerutu atau mengeluh sedikitpun. Dengan cara hidup dan cara bertindak demikian kita sudah dapat menjadi pemberita apa yang baik dan menggembirakan. Apa yang kita lakukan dan katakan akan diwartakan atau diberitakan orang lain kepada teman-temannya. Tantangan, masalah dan hambatan untuk memberitakan apa yang baik dan menggembirakan rasanya pada masa kini sungguh banyak dan berat, mengingat dan memperhatikan gaya hidup kebanyakan orang masa kini begitu egois dan  kurang social alias kurang memperhatikan kepentingan orang lain, dan dengan demikian acuh dan tak acuh terhadap apa yang baik dan menggembirakan yang kita wartakan. Orang kurang mendengarkan apa yang terjadi di lingkungan hidupnya, dan cara hidup serta cara bertindaknya lebih dipengaruhi oleh apa yang dapat dilihat dengan mata atau indera fisik ini. Orang lebih melihat dan mengedepankan apa yang ada di luar atau yang nampak, dan kurang mampu melihat dan memperhatikan apa yang ada dalam hati dan pikiran orang lain. Sikap mental materialistis memang berlawanan dengan semangat Injil.

·    "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (1Ptr 5:5b-9). Iblis atau setan memang berkeliling, berkeliaran kemana-mana untuk merayu orang melakukan kejahatan. Gejala suara atau rayuan setan dapat sangat lembut dan sangat kasar atau keras. Rayuan lembut itu misalnya dalam aneka tawaran bentuk kenikmatan duniawi (makan, minum, seks dst..), yang mendatangi kita melalui teman-teman atau saudara-saudari kita yang setiap hari bertemu atau bekerja bersama kita. Rayuan kasar dan keras misalnya berupa gertakan atau teriakan keras yang memekakkan telinga dan menakutkan. Orang yang lemah atau rapuh imannya pada umumnya akan menjadi korban empuk rayuan setan. Kita diingatkan untuk menghadapi rayuan setan dengan iman yang teguh, yang berarti senantiasa mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi, rahmat Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengalahkan rayuan setan yang lembut maupun kasar. Salah satu bentuk penghayatan iman dalam menghadapi rayuan setan antara lain berdoa, maka ketika menghadapi rayuan setan berdoalah dengan menatap atau mengenangkan Yesus yang tergantung di kayu salib, atau dengan membuat tanda salib seraya berkata "Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus". Percayalah dengan penuh khidmat membuat tanda salib anda akan menerima rahmat atau kekuatan luar biasa dari Allah, maka anda akan mampu mengalahkan rayuan-rayuan setan.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit" (Mzm 89:2-3)

Ign 25 April 2013


24 April

"Aku datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya."

(Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50)

"Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yoh 12:44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya, seluruh  ciptaan yang ada di permukaan bumi atau di alam raya ini. Maka kita semua yang beriman kepadaNya memiliki panggilan yang sama, yaitu untuk hidup mendunia atau membumi guna menyelamatkan apa yang ada di permukaan bumi ini yang tidak selamat. Memang untuk itu pertama-tama dan terutama diri kita sendiri harus dalam keadaan selamat, agar dapat menyelamatkan yang lain.  Maka marilah jika ada sesuatu yang tidak selamat di lingkungan hidup kita segera kita selamatkan: tempat yang kotor kita bersihkan, yang tidak teratur segera kita atur, yang tidak disipilin kita disiplinkan, dst.. Namun kiranya yang perlu kita utamakan adalah manusia, misalnya yang bodoh kita ajar dengan tekun dan rendah hati agar pandai atau cerdas, yang malas kita ingatkan untuk rajin, yang korup kita tegor dan ingatkan untuk jujur dst.. Yang mendesak pada masa kini hemat saya adalah para koruptor, dan untuk itu perlu ditertibkan para peserta didik agar tidak menyontek baik dalam ulangan atau ujian, karena menyontek hemat saya merupakan pelatihan untuk korupsi. Membiarkan tindakan para peserta didik untuk menyontek berarti mendidik calon koruptor. Tindakan korupsi merupakan tindakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak enak dan tidak nikmat lagi. Marilah kita berantas tindakan korupsi  di bidang kehidupan atau pelayanan apapun. Kami sungguh prihatin bahwa dua departemen, yaitu departemen agama dan pendidikan, yang harus mendidik warganegara agar hidup baik, justru di dalamnya sarat dengan tindakan-tindakan korupsi.

·   "Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi." (Kis 13:4-5a). Apa yang dilakukan oleh Barnabas dan Saulus kiranya dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi kita semua, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Kudus guna mewartakan atau memberitakan firman Allah. Kami berharap kita tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan/suruhan Roh Kudus, yang berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dalam Tahun Iman ini kami harapkan kita semua giat memperbaharui dan memperdalam iman kita dengan bantuan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hendaknya pembacaan dan permenungan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci digiatkan dan didukung di lingkungan-lingkungan umat maupun dalam keluarga-keluarga. Tentu saja para pengkotbah di rumah-rumah atau tempat-tempat ibadat kami harapkan menyampaikan kotbah bersumber dari Kitab Suci, maka hendaknya apa yang tertulis didalam Kitab Suci direfleksikan secara mendalam, agar isi kotbah mengena dan sesuai dengan kebutuhan umat Allah. Dengan kata lain kebiasaan refleksi atas Kitab Suci kami harapkan menjadi kebiasaan para pengkotbah maupun pewarta Kabar Baik atau para katekis di lingkungan Gereja Katolik atau guru agama di masing-masing agamanya. Tanpa  refleksi mendalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci akan kurang mengena bagi umat Allah.

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,  supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. " (Mzm 67:2-3.5)

Ign 24 April 2013


23 April

"Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan?"

(Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30)

"Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin diragukan dan dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi yang kurang percaya kepadaNya, Yesus semakin menyatakan Jati DiriNya, yang berarti bagi mereka yang tidak percaya akan semakin bimbang dan ragu-ragu, sedangkan yang percaya semakin mendalam dan handal kepercayaan mereka kepada Yesus, dan dengan demikian semakin bersatu dengan Yesus, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. "Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka megikuti Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya", demikian penyataan atau pewahyuan Diri Yesus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa mengusahakan kesatuan denganNya dan secara konkret menghayati kesatuan atau persaudaraan sejati dengan rekan-rekan seiman. Hidup dalam persaudaraan sejati pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk permusuhan masih marak di sana-sini. Marilah kita hilangkan aneka kebimbangan dan keraguan terhadap rekan-rekan seiman, karena bimbang dan ragu dengan rekan-rekan seiman hemat saya berarti juga bimbang dan ragu terhadap Tuhan Allah. Kami berharap persaudaraan sejati pertama-tama dan terutama dihayati dalam keluarga kita masing-masing, yang dibangun dan diperkembangkan dalam dan dengan cintakasih. Kita dekati dengan rendah hati rekan-rekan kita yang mau menjauhkan atau memisahkan diri, untuk diajak bersaudara dan bersahabat lagi.

·   "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan" (Kis 11:23-24). Pengalaman Barnabas ini kiranya dapat menjadi inspirasi atau teladan bagi kita semua umat beriman. Marilah kita saling melihat kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada saudara-saudari kita, dengan kata lain melihat kesetiaan saudara-saudari kita terhadap kehendak Allah. Kami percaya lebih banyak saudara-saudari kita yang setia kepada kehendak Allah daripada yang tidak atau kurang setia kepada kehendak Allah. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan berpikir positif terhadap orang lain alias lebih melihat dan mengakui kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri saudara-saudari kita daripada kekurangan-kekurangan atau kejahatan-kejahatannya. Marilah kita saling membawa satu sama lain kepada Allah, Tuhan, agar kita semua semakin mendengarkan dan melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati senantiasa berkarya dan hadir dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Lebih banyak saudara-saudari kita yang baik daripada yang jahat. Bukti kesetiaan orang kepada Tuhan antara lain menjadi nyata atau dapat kita saksikan dalam kesetiaannya pada panggilan dan tugas pengutusan. Sebagai contoh imam, bruder, suster atau suami-isteri yang lansia, bertahun-tahun lamanya menghayati panggilan dengan baik meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Masing-masing dari kita kiranya dapat belajar dari orangtua kita masing-masing yang setia sebagai suami-isteri sampai mati. Kepada generasi tua kami harapkan dengan besar hati dan kerelaan tinggi bersedia membagikan pengalaman kesetiaannya kepada generasi muda, dan kepada generasi muda kami harapkan dengan rendah hati meneladan kesetiaan generasi tua.

"Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah." (Mzm 87:1-3)

Ign 23 April 2013


Fwd: mpg

Minggu Paskah IV/Panggilan: Kis 13:14.43-52; Why 7:9.14b-17; Yoh 10:27-30

"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku"
Kehidupan terpanggil pada masa kini sungguh mengalami kemerosotan yang memprihatinkan. Panggilan hidup imamat, bruder atau suster mengalami kemerosotan baik dalam hal jumlah/ kwantitas maupun mutu/kwalitas, panggilan hidup berkeluarga mungkin dalam jumlah mengalami kenaikan namun dalam hal kwalitas atau mutu juga mengalami kemerosotan. Penghayatan atau pelaksanaan tugas, kewajiban atau pekerjaan pun juga mengalami kemerosotan. Hal itu semua kiranya disebabkan oleh kemerosotan hidup beriman yang marak dalam aneka bidang kehidupan masa kini. Perkembangan dan pertumbuhan sarana komunikasi seperti HP, IPad dan Internet telah menggerogoroti jati diri manusia sebagai makhluk social menjadi egois, yang seharusnya bersikap mental produktif menjadi konsumptif. Budaya instant tak terbendung begitu menguasai atau menjiwai banyak orang, sehingga ada kecenderungan banyak orang hidup dan bertindak lebih mengikuti instink biologis, meninggalkan akal sehat maupun budi pekerti atau moral. Keutamaan `mendengarkan' juga mengalami kemerosotan, dan orang lebih mengutamakan penglihatan, dan yang dilihat pun apa yang sesuai dengan keinginan atau selera pribadi. Maka pada Minggu Paskah IV atau Minggu Panggilan hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri sejauh mana kita memiliki kepekaan mendengarkan Panggilan Tuhan.

"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yoh 10:27-28)

Tak kenal maka tidak sayang, demikian kata sebuah pepatah, dan orang yang saling mengenal serta menyayangi pada umumnya agar tergerak untuk saling memberikan diri. Namun pertama-tama dan terutama saya mengingatkan para gembala (uskup dan rekan-rekan imam/pastor) untuk sungguh-sungguh memberikan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada umat Allah yang harus dilayani. Ketika para gembala sungguh membaktikan diri kepada umat, maka kiranya umat dengan senang hati akan mendengarkan aneka saran, ajakan, pengajaran dari para gembala. Tentu saja agar dapat membaktikan diri sepenuhnya kepada umat serta pembaktian mengena atau tepat, pertama-tama para gembala diharapkan sungguh mendengarkan suka-duka umat Allah, dengan kata lain para gembala diharapkan dapat menjadi teladan dalam hal mendengarkan.

Saling mendengarkan antara para gembala dan domba, uskup/pastor dan umat Allah, hendaknya sungguh diperdalam dan diperkembangkan. Selanjutnya kami mengajak semuanya untuk memperdalam dan memperkembangkan dalam mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, secara khusus kami mendambakan semoga generasi muda atau anak-anak sungguh mendengarkan bisikan dan panggilan Allah, siapa tahu di antara anda akhirnya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Kepada para orangtua kami harapkan ketika ada salah satu anaknya tergerak menjadi imam, bruder atau suster mendukungnya bukan mempersulit atau melarangnya. Imam. bruder atau suster berasal dari keluarga dan akhirnya melayani keluarga-keluarga juga.
Dalam rangka berpartisipasi dalam Minggu Panggilan hari ini kami mengajak pentingnya perhatian terhadap keluarga-keluarga, dengan kata lain pelayanan pastoral bagi keluarga-keluarga hendaknya mendapat perhatian yang memadai. Rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak untuk mawas diri bahwa masing-masing dari kita sungguh berasal dari keluarga yang baik, sehingga orangtua dan saudara-saudari kita mendukung panggilan kita. Maka selanjutnya dalam pelayanan karya pastoral apapun kami mengajak rekan-rekan imam, bruder dan suster untuk memperhatikan keluarga-keluarga, yang berpartisipasi dalam pelayanan pastoral anda, maupun mereka yang mempercayakan anak-anaknya kepada kita, misalnya di sekolah-sekolah katolik. Pelayanan pastoral di sekolah-sekolah hendaknya tidak terbatas pada para peserta didik saja, tetapi juga orangtua atau keluarga para peserta didik. Ingatlah dan sadari bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, maka pengelola dan penyelenggara maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah kami harapkan bekerjasama dengan para orangtua peserta didik.

"Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13;46-47)

Kutipan di atas ini adalah kata-kata Paulus dan Barnabas, rasul agung. Setelah bertobat dari Saulus menjadi Paulus, Paulus memang giat dan bekerja keras mewartakan firman Allah, pewartaannya lebih terarah kepada `bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah'. Maka dengan ini kami mengajak segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus pada umumnya dan secara khusus bagi mereka yang memiliki tugas sebagai pewarta, misalnya para pastor dan katekis/guru agama, untuk setia mewartakan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci serta promosi panggilan untuk menjadi imam/pastor maupun katekis. Cara atau metode promosi yang utama dan pertama-tama adalah kesaksian sebagai yang terpanggil. Untuk itu hendaknya bangga menjadi pastor/imam atau katekis.

Kepada segenap umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus kami ajak juga untuk mewartakan firman Allah kepada rekan hidup di masyarakat maupun di tempat kerja. Dan cara atau metode yang utama dan pertama-tama tidak lain juga kesaksian hidup. Maka jika anda sebagai pelajar atau mahasiswa kami harapkan bangsa sebagai pelajar atau mahasiswa dan dengan demikian belajar dengan giat dan sukses. Kepada mereka yang bekerja di bidang pekerjaan apapun kami harapkan menjadi pekerja yang baik dan sukses. Tanda kesuksesan sebagai pelajar berarti semakin terampil belajar dan sebagai pekerja berarti terampil sebagai pekerja. Kami juga mengingatkan panggilan anda masing-masing, entah sebagai suami-isteri, bruder atau suster, hendaknya dapat menjadi saksi atau teladan sebagai suami-isteri, bruder atau suster, sehingga generasi muda tak takut menanggapi panggilan berkeluarga maupun hidup membiara.
Kepada semuanya kami berharap untuk mendukung panggilan para imam/pastor, entah itu berupa dukungan hidup terpanggil para imam/pastor atau senantiasa mewartakan apa yang baik perihal hidup imam/pastor. Jika ada imam atau pastor yang kelihatan menyeleweng hendaknya ditegor dengan rendah hati atau didoakan. Seluruh umat Allah kami harapkan sering mendoakan para imam/pastor agar setia pada panggilannya. Kerasulan doa pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Marilah kita saling mendoakan satu sama lain agar kita semua setia pada panggilan kita masing-masing.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mzm 100:2.3.5)
Ign 21 April 2013


Fwd: 20april

"PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal"

(Kis 9:31-42; Yoh 6:60-69)

"Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." (Yoh 6:60-69), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para rasul pun ikut bingung dan gusar juga hatinya ketika Yesus mengajarkan bahwa 'roti yang Ia berikan adalah dagingNya'. Mereka bersungut-sungut, maju kena mundur kena, artinya tidak percaya dan kemudian meninggalkan Yesus kembali ke pekerjaan sebagai nelayan malu, sebaliknya maju terus mempercayai perkataanNya yang sulit difahami dan berat juga tidak mudah. Maka ketika Yesus bertanya kepada mereka perihal kebingungan mereka, Petrus akhirnya atas nama para rasul menjawab :"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkatan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah". Dengan kata lain para rasul 'menyerah' alias mengimaninya dengan mantap. Beriman memang berarti mempercayai pada sesuatu yang tidak jelas, yang tak mungkin difahami atau dimengerti secara tuntas dengan akal sehat. Kita semua mengaku diri sebagai orang beriman, sejauh mana kita setia pada pengakuan ini. Dalam keragu-raguan atau kebingungan hendaknya kita mengarahkan diri pada Tuhan, pada Penyelenggaraan Ilahi. Ingatlah dan sadari bahwa dalam diri kita sendiri juga ada sesuatu yang tak dapat kita lihat dengan indera tubuh kita ini namun kita mempercayainya, demikian juga kita sering percaya begitu saja kepada orang lain, yaitu ketika disuguhi makanan tidak mempertanyakan melainkan langsung disantap. Dengan kata lain kita memiliki pengalaman mendalam perihal beriman, maka hendaknya pengalaman itu terus diperkembangkan dan diperdalam dalam hal-hal lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Ingat dan sadari kita juga begitu percaya akan apa yang dikatakan oleh para guru kita di sekolah-sekolah, maka jika kepada orang saja kita mudah percaya, hendaknya kita juga percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi dalam kehidupan ini.

·   "Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup" (Kis 9:40-41). Para murid yang telah mendengarkan perkataan atau pengajaran para rasul percaya bahwa para rasul, utusan Allah, dapat melakukan sesuatu yang luar biasa atau mujizat. Dalam kisah ini diceriterakan bahwa Petrus membangkitkan orang yang telah mati. Percaya kepada utusan Allah itulah yang membangkitkan. Mungkin kita belum mati secara fisik, melainkan mengalami kelesuan hati, jiwa atau pikiran, dan dengan demikian tidak atau kurang bergairah dalam hidup dan bekerja. Jika kita mengalami demikian marilah dengan rendah hati kita minta bantuan pada utusan-utusan Allah, dan sebagai orang Katolik dalam hal ini pada umumnya umat minta bantuan kepada para imam atau pastor. Kehadiran imam atau pastor di tengah-tengah umat pada umumnya menggairahkan dan membangkitkan hidup umat.  Maka dengan ini kami mengharapkan rekan-rekan imam atau pastor untuk dengan murah hati dan jiwa besar suka mendatangi atau mengunjungi umat. Misalnya setelah mempersembahkan Perayaan Ekaristi, entah didalam gereja/kapel atau lingkungan/stasi segera menyapa dan memberi salam kasih/sentuhan kasih kepada umat, sebagaimana juga sering dilakukan dengan memberi berkat pada anak-anak setelah penerimaan komuni kudus. Kepada anda sekalian kami ingatkan untuk saling memberi sentuhan dan sapaan kasih, agar kita semua hidup dengan bergairah, gembira dan dinamis.

"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya."

 (Mzm 116:12-15)

Ign 20 April 2013


Kamis, 18 April 2013

19 April

"Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

" Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat." (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin belajar berarti memang semakin pandai atau cerdas sekaligus semakin merasa diri semakin banyak yang tak diketahui, dengan kata lain semakin belajar akan semakin menemukan banyak misteri kehidupan yang tak terfahami oleh akal sehat ini. Itulah yang juga terjadi di lingkungan orang-orang Yahudi ketika Yesus dengan terang-terangan menyingkapkan Jati DiriNya, misteri bahwa siapapun yang makan 'roti yang Ia berikan berarti makan dagingNya'. Sungguh misteri agung bahwa kita mengimani menerima sekeping kecil roti tak beragi berarti menerima Tubuh Kristus. Memang hanya orang yang mengimani akan memahami dalam dan melalui hati maupun jiwanya, dan akhirnya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias setia dalam penghayatan iman. Setia menghayati iman pada masa kini memang tak akan terlepas dari aneka macam ketegangan dengan orang lain, mengingat dan memperhatikan banyak orang kurang atau tidak beriman. Ketegangan seperti terjadi di lingkungan orang-orang Yahudi perihal Yesus Kristus, kiranya juga terjadi masa kini di antara umat beragama. Beragama memang tidak identik dengan beriman, orang yang terlalu memutlakkan ajaran agamanya pada orang lain pada umumnya akan menimbulkan ketegangan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian marilah kita berdialog dalam hal iman, artinya penghayatan iman. Berdialog berarti saling memberi dan menerima serta kemudian saling menghargai dengan rendah hati. Marilah kita saling menghargai dan menghormati penghayatan iman kita.

·   "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku" (Kis 9:15-16), demikian firman Tuhan kepada Ananias. Mendengarkan firman ini Ananias dalam ketegangan, karena ia harus bertemu dengan Saulus yang pada waktu itu dikenal sebagai orang yang begitu kejam menganiaya umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Namun karena firman Tuhan Ananias akhirnya pergi, berangkat melaksanakan firman Tuhan. Dan memang akhirnya ia menemukan Saulus yang berbeda sama sekali, karena Saulus ingin bertobat. Pengalaman ini kiranya menjadi pelajaran bagi kita semua: dalam aneka ketegangan pada umumnya ada firman atau kehendak Tuhan, maka marilah kita temukan dan hayati. Firman atau kehendakNya antara lain menggejala dalam kehendak baik orang, maka lihat dan cermati dalam ketegangan tersebut pasti ada kehendak baik. Tanggapi dengan rendah hati dan dengan berkat atau rahmat Tuhan kehendak baik tersebut, karena dengan demikian anda akan menemukan sesuatu yang di luar dugaan atau pikiran kita. Apa yang kita pikirkan sering berbeda dengan apa yang dipikirkan Tuhan, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk senantiasa menghayati dan melaksanakan apa yang dipikirkan oleh Tuhan. Yang dipikirkan Tuhan adalah keselamatan jiwa manusia, maka ketika kita senantiasa memikirkan keselamatan jiwa manusia, kita pasti akan menemukan jalan atau cara mengatasi dan menyelesaikan aneka ketegangan dalam kehidupan ini.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 19 April 2013


18 April

"Roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu"

(Kis 8: 26-40; Yoh 6:44-51)

"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup.Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:44-51), demikian kutipan warta gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam dialog atau percakapan dengan orang-orang Yahudi Yesus semakin terbuka menyingkapkan DiriNya. Ia menyingkapkan bahwa roti yang membuat hidup kekal tidak lain adalah 'daging atau tubuh'Nya sendiri. Bagi kita yang beriman kepadaNya berarti setiap kali menerima komuni kudus berarti kita menerima 'Tubuh Kristus', dan dengan demikian diharapkan hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus atau menghayati sabda-sabdaNya dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Menerima komuni kudus berarti menghayati iman akan Yesus yang wafat di kayu salib dan bangkit dari mati, artinya mematikan dosa-dosa atau perilaku jahat dalam diri kita dan kemudian hidup baru sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Maka dengan ini kami mengharapkan kepada siapapun yang masih berdosa untuk bertobat, memperbaharui cara hidup dan cara bertindak. Untuk itu hendaknya dalam hidup dan bertindak senantiasa menghayati nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menghidupkan dan menyelamatkan jiwa manusia. Dengan kata lain keselamatan jiwa manusia senantiasa menjadi pedoman atau acuan kesuksesan atau keberhasilan dalam segala usaha dan kerja. Bagi mereka yang mengelola dan menjalankan karya pendidikan berarti senantiasa mengusahakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual, bukan sekedar sukses dalam mata pelajaran atau ulangan dan ujian yang mengutamakan kecerdasan intelektual.

·   "Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita." (Kis 8:38-39). Pembaptisan memang membuat orang bersuka cita, sehingga dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan senantiasa dalam keadaan suka cita, ceria dan bergairah. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang telah dibaptis untuk senantiasa hidup dalam suka cita, gembira dan bergairah, karena dengan demikian anda akan senantiasa dapat menemukan cara-cara atau jalan penyelesaian masalah-masalah kehidupan yang marak pada masa kini. Dalam keceriaan dan kegairahan otak atau pikiran kita akan encer dan tenang sehingga dengan enak memikirkan segala sesuatu, demikian juga kinerja syaraf dan metabolism darah berjalan normal, sehingga mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan benar. Orang yang bersuka cita, bergembira dan bergairah pada umumnya juga mempesona, memikat dan menarik orang lain untuk mendekat dan bersahabat, sehingga semakin banyak memiliki sahabat. Jika kita memiliki banyak sahabat, maka setiap kali harus menghadapi masalah atau persoalan pasti akan ada orang yang membantu, tidak akan merasa kesepian dan sendirian. Marilah kita meneladan sida-sida yang telah menerima baptisa 'meneruskan perjalanannya dengan suka cita'.  Secara khusus kami mengajak anda sekalian yang sedang menjalani tugas belajar untuk belajar dengan suka cita; hadapi dan sikapi semua mata pelajaran dengan suka cita, karena dengan demikian anda akan memahami dan menguasainya, dan akhirnya sukses dalam belajar dan cita-cita.

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian" (Mzm 66:8-9.16-17)

Ign 18 April 2013


17 April

"Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."

(Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40)

"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:35-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus datang dari sorga ke dunia untuk melakukan kehendak Allah Bapa, yaitu agar semua umat manusia selamat dan kelak ketika meninggal dunia langsung naik/kembali ke sorga untuk hidup bahagia dan mulia selama-lamanya. Maka kita yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk bersama-sama agar kita semua selamat dan damai sejahtera, baik selama hidup di dunia ini maupun kelak setelah meninggal dunia. Untuk itu kita bersama-sama hendaknya senantiasa berusaha agar melaksanakan kehendak dan perintah Allah, dan kehendak maupun perintahNya antara lain dapat kita temukan di dalam Kitab Suci. Dalam rangka menghayati Tahun Iman ini marilah kita bersama-sama memperdalam iman kita, dengan membaca dan merenungkan bersama sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Baiklah jika di dalam keluarga kita masing-masing disediakan waktu khusus setiap hari untuk bersama-sama berdoa seraya mengadakan pendalaman iman atau Kitab Suci. Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, maka yang bertugas membacakan kami harapkan sungguh mempersiapkan diri, sedang yang mendengarkan sungguh membuka telinga, hati dan jiwa terhadap sabda Tuhan. Jika ada ayat yang mengesan hendaknya dicecap dalam-dalam, sehingga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita saling berbuat baik satu sama lain, sehingga kehidupan bersama senantiasa baik adanya. Biasakan anak-anak anda untuk dapat mendengarkan dengan baik, karena apa yang mereka dengarkan akan mempengaruhi pribadinya, dan untuk itu hendaknya senantiasa diperdengarkan apa-apa yang baik.

·   "Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu" (Kis 8:5-8). Dari kutipan di atas ini kami pertama-tama mengingatkan mereka yang bertugas sebagai pewarta, para ketekis maupun rekan-rekan pastor/imam untuk setia "memberitakan Mesias", memberitakan karya penyelamatan, dan tentu saja hendaknya bersumber pada Kitab Suci. Sebagai pewarta kami harapkan juga dapat menjadi teladan dalam penghayatan sabda Tuhan. Kita semua dipanggil untuk mengusir roh jahat, yang berarti memberantas dan memusnahkan aneka kejahatan di lingkungan hidup kita masing-masing, perilaku yang amoral dan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, dan kita tolong mereka dalam penyembuhannya, entah itu dengan mendoakan atau memberi bantuan berupa dana atau beaya sekiranya dibutuhkan dalam rangka penyembuhan. Salah satu 'penyakit' yang sungguh memprihatinkan adalah tiadanya kepekaan social di antara generasi muda masa kini, yang disebabkan oleh pengaruh sarana-prasarana tehnologi seperti HP, Ipad, dst.., dimana orang asyik dengan alat-alat tersebut, dan tidak memperhatikan orang lain. Hemat saya hal ini pertama-tama harus dimulai di dalam keluarga. Orangtua hendaknya tidak memanjakan anak-anak dengan sarana-prasarana komunikasi elektronik yang membuat orang kurang komunikatif.

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu;..Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." 66:5 Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia"

 (Mzm 66:1-3a-5)

Ign 17 April 2013


16 April

"Akulah roti hidup"

(Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35)

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:30-35), demikian kutipan warta gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan senantiasa akan berbahagia dan damai sejahtera, tidak akan pernah sedih, frustrasi atau lesu, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi", demikian sabda Yesus. Maksud dari sabda ini antara lain adalah bahwa siapapun yang dengan rendah hati berani mempercayakan diri pada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, ia akan terus-menerus nikmat, bahagia dan damai sejahtera dalam hidup di dunia ini. Kita semua kiranya mendambakan keadaan yang demikian itu, maka marilah dalam situasi dan kondisi macam apapun kita senantiasa mempercayakan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi. "Roti" adalah makanan utama dan sehari-hari orang-orang Yahudi/zaman Yesus, maka sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita setiap hari diharapkan menikmati sabda-sabdaNya sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dengan rendah hati kami relakan jika apa yang saya kutipkan dan refleksikan secara sederhana dari Kitab Suci, sesuai dengan Kalendarium Liturgi, dibacakan dan dicecap dalam-dalam entah secara pribadi atau bersama-sama di dalam keluarga/komunitas. Kami harapkan akhirnya kita yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak Yesus, menjadi sahabat-sahabat Yesus atau 'alter Christi'.

·    "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka" (Kis 7:60), demikian kata-kata terakhir atau doa Stefanus, martir pertama dalam Gereja sebelum meninggal dunia. Apa yang dikatakan oleh orang yang akan meninggal dunia, sebagai kata-kata akhir, pada umumnya mengesan dan dihayati oleh mereka yang mendengarnya atau mengasihi orang yang akan meninggal dunia tersebut. Kami percaya bahwa kita mengimani dan mengasihi Stefanus, maka marilah kita hayati doa Stefanus tersebut dalam hidup dan kerja kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Kasih pengampunan itulah yang dimohonkan oleh Stefanus bagi mereka yang membunuhnya. Hemat saya doa ini meneladan Yesus yang akan wafat di kayu salib, dimana Ia juga mendoakan dan mohonkan kasih pengampunan bagi mereka yang telah menganiaya dan menyalibkanNya. Kiranya dalam hidup sehari-hari kita juga sering merasa disakiti atau dilecehkan oleh orang lain, padahal yang bersangkutan belum tentu bermaksud menyakiti atau melecehkan kita, bahkan mereka merasa berjasa dan menjadi pahlawan. Dengan kata lain mereka belum tentu bersalah, melainkan tidak tahu. Maka hendaknya kita jangan terlalu mudah membalas dendam atau memarahi mereka yang menyakiti dan melecehkan kita. Marilah kita sikapi perlakuan mereka sebagai perhatian alias kasih mereka kepada kita, maka hendaknya ditanggapi dengan kata singkat 'terima kasih'. Jika mereka tidak mengasihi kita, maka kita akan didiamkan saja, tetapi karena mereka mengasihi kita maka memberi komentar atau perlakuan tertentu yang menurut kata hatinya merupakan perbuatan baik. Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya kita hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni dimana pun dan kapan pun. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan dari Tuhan secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya kita hidup saling mengampuni dan mengasihi.

"Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." (Mzm 31:3c-4)

Ign 16 April 2013

  


15 April

"Bekerjalah untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal"

(Kis 6:8-15; Yoh 6: 22-29)

" Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "P4" = Pergi Pagi Pulang Petang, demikian sindirian bagi sementara orang yang harus bekerja keras, sejak bangun pagi sampai istirahat malam sibuk terus, entah termasuk dalam perjalanan atau tidak. Memang ada orang-orang yang tidak pernah melihat matahari di sekitar rumahnya atau tempat tinggalnya karena harus berangkat kerja pagi-pagi benar dan baru pulang kembali ke rumah larut malam. Ada orang yang memang harus berbuat demikian karena tempat tinggal dan tempat kerjanya jauh, dan ada orang yang memang sejak pagi-pagi benar sudah bekerja tanpa istirahat sampai larut malam. Apa yang mereka cari? Uang atau harta benda guna memenuhi kebutuhan hidup berkeluarga, itulah jawaban umum atas pertanyaan tersebut. Kiranya tidak salah jika orang bekerja keras guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga, akan menjadi salah jika dengan demikian orang bersikap mental materialistis. Karena kita semua setiap hari pada umumnya sibuk, entah bekerja atau belajar, maka hendaknya dengan bekerja atau belajar kita juga semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Maka hayatilah, entah belajar atau bekerja, bagaikan sedang beribadat, merupakan panggilan Tuhan. Dengan kata lain marilah kita temukan dan hayati Tuhan yang senantiasa hidup dan bekerja dalam kesibukan kita belajar atau bekerja. Ketika sedang beristirahat, entah rekreasi atau tidur, hendaknya dihayati dalam Tuhan. Segala sesuatu hendaknya dihayati dan dilaksanakan dalam Tuhan, karena dengan demikian kita sungguh bekerja untuk hidup mulia dan bahagia bersama Tuhan selamanya.

·    "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita." (Kis 6:13-14), demikian kesaksian palsu yang dituduhkan kepada para rasul. Berjuang dan bekerja untuk kehidupan kekal atau nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan jiwa manusia memang akan menghadapi tuduhan-tuduhan palsu dari orang-orang yang bersikap mental materialistis, yang merasa diserang atau dipojokkan oleh perjuangan dan kerja kita. Jika anda harus menghadapi tuduhan atau kesaksian palsu yang demikian itu hendaknya tetap tenang dan tegar. Berjuang demi kebenaran dan keselamatan jiwa memang tak akan pernah terlepas dari aneka tantangan, hambatan dan masalah. Mengimani Yesus yang telah wafat di kayu salib serta dibangkitkan dari mati memang berarti mati bagi dosa dan kemudian hidup bagi Tuhan, dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa mengabdi dan membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Percayalah bahwa jika kita hidup dan berjuang dalam dan demi Tuhan kita pasti akan mampu mengalahkan aneka kebohongan dan kepalsuan yang dilakukan oleh orang-orang yang bersikap mental materialistis di lingkungan hidup dan kerja kita. Kita semua juga dipanggil untuk menjernihkan dan membersihkan adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, dan tentu saja yang baik tetap kita abadikan. Adat-istiadat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, yang tidak mengusahakan keselamatan jiwa manusia hendaknya ditinggalkan.

"Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib " (Mzm 119:23-24.26-27)

Ign 15 April 2013

 


Minggu Paska III

Mg Paskah III: Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-19

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."

"Kerasulan semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat" (KHK kan 673). Sebagai imam dan biarawan saya pribadi sungguh terkesan dengan kutipan dari KHK di atas. Kurang lebih dua puluh lima tahun lalu untuk pertama kali kutipan di atas ini sungguh saya refleksikan dan kemudian saya sampaikan dalam kesempatan memberi rekoleksi biarawan-biarawati. Kesan atas teks di atas sungguh mendalam bagi saya pribadi, lebih-lebih karena dampak dari rekoleksi tersebut ada beberapa biarawati/suster senior marah terhadap saya (mereka merasa diserang, maklum memang dalam kehidupan dan karya pelayanan sehari-hari mereka merasa sombong karena bergelar sarjana, dengan kata lain dalam pelayanan lebih mengedepankan gelar sarjana daripada kebiarawanan atau kesaksian hidup yang telah dibaktikan). Isi utama dari Warta Gembira hari ini kiranya merupakan ajakan dan peringatan bagi kita semua: hendaknya dalam dan dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)

Para rasul sebelum menggabungkan diri pada Yesus adalah nelayan-nelayan yang handal dan kompeten dalam proffesinya.Setelah Yesus meninggalkan mereka dengan wafat di kayu salib, maka mereka merasa sungguh kehilangan pegangan hidup dan frustrasi, kesepian. Untuk mengobati frustrasi atau mengisi kesepian, mereka tergerak untuk kembali mencari ikan, ke proffesi sebagai nelayan. Kebijakan yang muncul dalam frustrasi atau putus-asa pada umumnya tidak atau kurang bijak dan buah kebijakan yang telah diambil tidak lain adalah semakin bertambah frustrasi atau putus-asa. Dalam frustrasi dan kebersamaan itulah tiba-tiba Yesus yang telah bangkit dari mati menampakkan Diri kepada mereka.

Ketika anda sedang mengalami frustrasi atau kesepian  hendaknya tidak menyendiri, melainkan tetap menyatukan diri dengan saudara-saudari yang setiap hari hidup dan bekerja bersama. Siapa tahu dalam kebersamaan dengan saudara-saudari kita menerima pencerahan atas frustrasi dan kesepian kita. Atau jika tak mungkin menyatukan diri dengan saudara-saudari karena situasi atau kondisi, baiklah berusaha 'back to basic', kembali ke semangat awal. Kami percaya kita semua ketika mengawali proffesi, panggilan maupun tugas baru pasti dengan semangat yang begitu luhur, mulia, baik dan benar. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh lingkungan semangat tersebut mengalami erosi atau kemunduran atau bahkan telah ditinggalkan.  

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.", demikian sabda atau perintah Yesus yang telah bangkit dari mati kepada para rasul yang sedang frustrasi karena samalaman bekerja keras untuk menangkap ikan tak seekor ikan pun dapat ditangkap. Atas perintah Yesus mereka menebarkan jala dan akhirnya diperoleh ikan banyak sekali alias dalam waktu singkat berhasil baik dan sukses besar. Pengalaman ini kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan iman, charisma atau spiritualitas, atau visi-misi, tidak seenaknya sendiri mengikuti selera pribadi atau kemauan diri sendiri.

Dalam hidup dan bekerja bersama senantiasa ada spiritualitas atau visi-misi yang selanjutnya dijabarkan kedalam pedoman atau tata tertib hidup dan bekerja bersama . Jika kita mendambakan sukses dalam hidup dan kerja sebagaimana kita cita-citakan atau impikan, hendaknya setia dan taat pada pedoman atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Marilah meneladan Yesus yang datang ke dunia ini untuk 'menggenapi' alias melaksanakan apa yang tertulis dalam Hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. Keunggulan pengikut Yesus khususnya atau umat beriman pada umumnya hemat saya dalam penghayatan iman, pelaksanaan sabda atau perintah Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Maka marilah kita saling membantu dan berlomba dalam penghayatan iman atau pelaksanaan tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia" (Kis 5:29-32)

Kutipan di atas merupakan jawaban atau tanggapan para rasul terhadap larangan para pemuka Yahudi, agar para rasul berhenti mewartakan Kabar Baik, berita tentang Yesus yang wafat di  kayu salib dan dibangkitkan dari mati. Keberanian dan ketegaran para rasul merupakan wujud iman mereka kepada Yesus yang telah bangkit dari mati. Mereka akan tetap taat kepada Allah daripada kepada manusia, apalagi perintah dari manusia yang gila akan kuasa, kedudukan dan harta benda. Tanda bahwa orang hidup dan bertindak taat kepada Allah antara lain adalah buah tindakan atau dampak hidupnya adalah keselamatan jiwa, entah jiwa orang yang bersangkutan maupun jiwa orang lain. Maka kami berharap kepada mereka yang belum mentaati Allah kami harapkan segera bertobat atau memperbaharui diri.

Hendaknya kita semua sebagai umat beriman meneladan Bapa Abraham yang begitu taat kepada Allah, atau bagi yang percaya kepada Bunda Maria meneladan ketaatan Maria kepada Allah. Bapa Abraham maupun Bunda Maria adalah teladan hidup umat beriman. Gejala permusuhan yang masih terjadi di sana-sini maupun tindakan korupsi yang masih dilakukan banyak orang menunjukkan bahwa orang masih mengikuti selera atau gairah nafsu pribadi dan tidak mentaati Allah. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan ketaatan kepada Allah, secara khusus kami berharap kepada para tokoh dan pemuka agama dapat menjadi teladan dan penggerak ketaatan kepada Allah.

Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk menjadi saksi-saksi iman dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dan dengan demikian siapapun yang berjumpa dengan kita atau melihat kita akan tergerak untuk semakin beriman pula. Marilah kita ikuti dorongan dan bisikan Roh Kudus, yang berarti senantiasa membuka diri terhadap aneka kehendak baik yang berasal dari saudara-saudari kita, tanpa pandang agama atau pandang bulu. Kami ingatkan juga bahwa anda sekalian  segenap kaum awam memiliki tugas kerasulan utama dengan menjadi saksi iman dalam hidup 'mendunia', berpartisipasi dalam seluk beluk kehidupan dunia. Maka hendaknya saling mengingatkan dan meneguhkan dalam tugas pengutusan sebagai saksi iman ini.

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai"

(Mzm 30:2.4-6)

Ign 14 April 2013


13 april

"Aku ini jangan takut!"

(Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui" (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup pada masa kini memang bagaikan berada di tengah-tengah danau dalam perahu dan diombang-ambingkan ombak besar. Dalam situasi demikian pada umumnya orang menjadi takut. Memang aneka tantangan maupun masalah kehidupan dapat membuat orang takut hidup, takut membuat sesuatu yang baru yang sungguh dibutuhkan. Beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati berarti menghayati pendampinganNya melalui RohNya, sehingga tak ada alasan sedikitpun untuk takut ketika harus menghadapi kesulitan, hambatan, tantangan dan masalah. Ingatlah dan sadari bahwa ketika kita takut berarti daya tahan kita lemah, dan mudah kena penyakit atau jatuh sakit, karena kinerja syaraf dan metabolism darah tidak prima. Maka hendaknya jangan takut menghadapi masalah atau perkara kehidupan, tidak berarti kita lalu sombong, melainkan tetap rendah hati karena Roh Kudus menyertai dan mendampingi perjalanan hidup kita. Ketika kita tidak takut maka hati, jiwa dan pikiran maupun fisik kita tetap segar, dan dengan demikian akan menerima pencerahan dari Allah untuk menemukan cara-cara mengatasi masalah dan perkara kehidupan. Ketika anda merasa akan takut segeralah membuat tanda salib seraya berkata "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus" alias 'Dalam atau atas nama Allah' kita akan maju terus dan melangkah. Tidak takut berarti hidup dalam dan oleh kasih, maka menghadapi segala sesuatu dalam dan oleh kasih pasti akan dapat berhasil dengan baik dan sukses. Ingatlah dan sadari binatang buas dan galak pun ketika dihadapi dan diperlakukan dalam dan oleh kasih menjadi sahabat, demikian juga tugas dan pekerjaan seberat apapun dihadapi dan dikerjakan dalam dan oleh kasih menjadi ringan adanya.

·   "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata para rasul kepada segenap umat Allah. Di antara umat Allah perlu dipilih orang-orang "yang dikenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat" guna membantu para gembala dalam rangka menggembalakan umat Allah. Secara konkret hal ini terjadi pada masa kini: para pastor membutuhkan bantuan dan kerjasama rekan-rekan awam yang baik dan berhikmat. Tenaga relawan ini masa kini tidak lain adalah para anggota dewan paroki, para pengurus lingkungan atau wilayah. Kami berharap kepada rekan-rekan awam yang terpilih untuk berpartisipasi dalam penggembalaan umat Allah menerimanya dengan rela dan jiwa besar serta kemudian melaksanakan pilihan tersebut sebaik mungkin. Ada kemungkinan orang-orang yang terpilih adalah orang-orang yang telah sibuk dalam tugas dan pekerjaan hariannya guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, namun pengalaman menunjukkan meskipun mereka banyak tugas dan pekerjaan senantiasa tetap sukses dan berhasil dengan baik. Orang yang merasa tidak memiliki banyak waktu memang akan secara efisien, efektif dan afektif menggunakan waktu, dengan kata lain tidak pernah bermalas-malas dan berpangku tangan, sebaliknya orang yang merasa memiliki banyak waktu akan dengan mudah memboroskan waktu alias bermalas-malas. Kami berharap anak-anak dan generasi muda sedini mungkin dibiasakan untuk menggunakan waktu secara efisien, efektif dan afektif, jauhkan dari aneka bentuk kemalasan dan pemborosan waktu. Tentu saja kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan atau inspirator bagi anak-anaknya dalam penggunaan waktu yang baik. Kita semua sebagai umat beriman hendaknya berusaha untuk menjadi orang yang dikenal baik, penuh Roh dan berhikmat, sehingga kehidupan bersama umat beriman sungguh mempesona, menarik dan memikat, membuat orang semakin bergairah dalam hidup, bekerja, saling memperhatikan dan membantu.

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)

Ign 13 April 2013