Rabu, 30 November 2011

1 des

"Ia akan menghasilkan banyak buah"

(Sir 51:1-8; Yoh 12:24-26)

" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menjadi biarawan berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesamanya yang disertai dengan doa-doa. Sedangkan martir kiranya sebagaimana disabdakan oleh Yesus, yaitu orang yang "tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal". Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kemartiran yang harus kita hayati dan sebarluaskan, maka marilah kita mawas diri apakah dalam hidup sehari-hari kita setia menghayati kemartiran kita. Nyawa adalah gairah, cita-cita, harapan atau dambaan, dan sebagai orang yang dipanggil untuk menghayati kemartiran kita diharapkan tidak mencintai atau hidup dan bertindak hanya mengikuti gairah, cita-cita, harapan dan dambaan pribadi, melainkan terutama dan pertama-tama adalah mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Kita dapat belajar dari atau meneladan Yesus yang telah menyerahkan nyawaNya sampai wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh umat manusia di dunia, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Mengikuti kehendak dan perintah Tuhan antara lain dapat kita wujudkan dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami berharap kesetiaan dan ketaatan untuk melaksanakan tata tertib ini dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga kita masing-masing, dengan teladan konkret dari  orangtua atau bapak-ibu. Kesetiaan dan ketaatan melaksanakan tata tertib hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran masa kini yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

·   "Dari segala pihak aku dikelilingi orang dan tidak ada penolong, aku memandang keliling mencari bantuan dari manusia, tapi tidak ada. Maka teringatlah aku akan belas kasihan-Mu, ya Tuhan, dan akan pekerjaan-Mu dari dahulu kala, bahwasanya Engkau melepaskan orang yang berharap kepada-Mu serta menyelamatkan mereka dari tangan para musuhnya" (Sir 51:7-8). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka mawas diri perihal kemartiran kita. Setia dan taat pada iman dalam segala situasi atau keadaan memang dengan mudah akan dimusuhi atau dibenci oleh orang lain, apalagi di Indonesia ini yang masih sarat dengan tindak korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Menghayati kemartiran memang berarti senantiasa mengandalkan diri pada belas kasihan atau rahmat Tuhan. Mereka yang membenci atau memusuhi orang yang setia dan taat pada imannya adalah orang yang mengandalkan diri pada setan atau roh jahat, maka jika kita mengandalkan diri para rahmat Tuhan, yang berarti bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan demikian kita akan mampu menghadapi orang-orang yang membenci dan memusuhi kita. Tuhan pasti akan melepaskan orang dari kebencian dan permusuhan, jika yang bersangkutan sungguh berharap atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hadapi aneka kebencian dan permusuhan dengan cintakasih, karena cintakasih mengatasi segalanya. Sejelek-jelek orang yang membenci dan memusuhi kiranya yang bersangkutan masih memiliki cintakasih, maka jika dihadapi dan disikapi dengan cintakasih, mereka pasti akan bertobat alias tidak akan membenci dan memusuhi lagi. Ingatlah bahwa cintakasih pasti menang atas kebencian dan balas dendam. Binatang-binatang buas yang kelihatan menakutkan dan mengancam pun ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan cintkasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini.

" Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan." (Mzm 118:1.8-9)

Ign 1 Desember 2011


Senin, 28 November 2011

Fwd: 30 Nov

"Kamu akan Kujadikan penjala manusia"

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)

"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tugas utama seorang rasul adalah menjadi 'penjala manusia', artinya berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, terutama keselamatan jiwa manusia. Kebanyakan dari dua belas rasul yang mengikuti Yesus berasal dari para penjala ikan, dengan kata lain panggilan menjadi penjala manusia merupakan pengembangan dan pendalaman anugerah yang telah diterimanya. Sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan rasuli, tugas untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, maka marilah dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita mawas diri perihal panggilan rasuli kita masing-masing. Salah satu bentuk usaha karya penyelamatan dunia adalah perbuatan baik, maka hendaknya kapan pun dan dimana pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Tanda bahwa kita semua saling berbuat baik satu sama lain antara lain adalah kita semua senantiasa dalam keadaan baik, sehat wal'afiat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Maka baiklah kita lihat, perhatikan dan cermati apakah di lingkungan hidup dan kerja kita ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa sakit akal budi atau sakit phisik, dan kemudian kita tolong penyembuhannya. Rasanya di antara kita cukup banyak yang menderita sakit hati atau sakit jiwa, meskipun belum begitu parah dan baru sedikit saja, misalnya mereka yang suka marah, menggerutu atau mengeluh terhadap aneka macam peristiwa atau kejadian.

·   "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Mendengarkan hemat saya merupakan anugerah Tuhan dari pancaindera yang pertama-tama dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Ketika kita masih berada di rahim ibu kita masing-masing, kita telah dapat mendengarkan aneka suara di lingkungan hidup kita dan apa yang kita dengarkan membekas dalam diri kita, membentuk pribadi kita sebagaimana adanya saat ini. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk memperdengarkan atau menyuarakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan manusia, terutama keselamatan jiwa manusia. Secara khusus sebagai orang beragama kita diharapkan mewartakan atau menyebarluaskan firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hemat saya seluruh isi firman sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci apapun dapat dipadatkan ke dalam firman Tuhan atau perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, sebagaiman Tuhan telah mengasihi kita sampai kini. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun, sehingga yang terdengar atau terwartakan dari cara hidup dan cara bertindak kita, entah secara pribadi atau bersama adalah perihal saling mengasihi. Panggilan atau tugas saling mengasihi hemat saya mudah kita hayati atau lakukan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', diciptakan dan dibesarkan dalam  dan oleh kasih. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban hidup bersama bapak-kita yang saling mengasihi, saling bekerjasama atau bergotong-royong. Hendaknya jangan mengingkari diri bahwa kita adalah buah kasih dan gotong-royong, maka selayaknya kita menghayati diri sebagai yang terkasih dan dengan demikian bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"

 (Mzm 19:2-5)

Ign 30 November 2011


29 Nov


"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil"

(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)

"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang yang disebut bijak pada umumnya berfungsi sebagai pimpinan dan dengan demikian perhatiannya lebih terarah pada apa-apa yang bersifat umum dan besar serta kurang memperhatikan hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana. Yang memperhatikan hal-hal atau perkara kecil dan sederhana pada umumnya adalah orang-orang kecil seperti para pembantu atau pelayan rumah tangga dan kantor. Yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana seperti makan dan minum, pakaian bersih, kamar dan tempat kerja bersih, halaman bersih dst.., dan yang mengurus semuanya itu adalah para pembantu atau pelayan alias orang-orang kecil. Para pelayan atau pembantu rumah tangga dan kantor pada umumnya juga tahu selera pribadi orang-orang yang harus dilayani alias semua anggota rumah tangga atau kantor. Para pelayan harus melayani semua orang sedemikian rupa sehingga mereka yang dilayani senang, bahagia dan sejahtera. Para pelayan atau pembantu rumah tangga atau kantor yang baik mampu 'melihat' dengan baik, cermat dan tepat apa yang harus dikerjakan sehingga semua yang dikerjakan berkenan bagi semuanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk dengan rendah hati 'melihat' perkara-perkara atau hal-hal kecil yang kita butuhkan dalam hidup dan kerja kita setiap hari. Selain perkara atau hal kecil dan sederhana hendaknya juga diperhatikan anak-anak kecil, orang-orang miskin dan berkekurangan yang ada di lingkungan hidup maupun kerja kita masing-masing. "Small is beautiful" = kecil itu indah, demikian kata sebuah pepatah. Bukankah anak kecil atau bayi lebih menarik dan mempesona daripada  anak-anak besar atau orang-orang dewasa?

·   "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia" (Yes 11:9-10), demikian penglihatan nabi Yesaya akan masa depan yang dijanjikan oleh Tuhan. "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk" itulah dambaan, harapan dan kerinduan kita dalam hidup dan kerja bersama. Dambaan, harapan dan kerinduan itu akan menjadi kenyataan atau terwujud jika kita usahakan bersama dengan kerja keras serta bantuan rahmat Tuhan. Saya merasa dambaan, harapan dan kerinduan tersebut hendaknya pertama-tama diusahakan dan menjadi nyata dalam keluarga kita masing-masing. Dengan kata lain anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kejahatan atau kebusukan sekecil apapun, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dengan teladan konkret dari para orangtua atau bapak-ibu. Hendaknya antar kakak-adik dilatih dan dibina saling berbuat baik dan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga. Pengalaman relasi yang baik antar orangtua dan anak akan menjadi modal masa depan untuk relasi antara bawahan dan atasan, pengalaman relasi yang baik antar kakak-adik akan menjadi modal masa depan dalam berrelasi antar rekan belajar atau bekerja , pengalaman relasi antar anggota rumah tangga dan pembantu atau pelayan rumah tangga akan menjadi modal masa depan dalam relasi kita dengan orang-orang kecil, sederhana, miskin dan berkekurangan. Apa yang dialami dan ditterima dalam keluarga akan dikembangkan dalam kehidupan bersama yang lebih besar dan kompleks.

"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin."

(Mzm 72:7-8.12-13)

Ign 29 November 2011


Minggu, 27 November 2011

28 Nov

"Aku akan datang menyembuhkannya."
(Yes 2:1-5; Mat 8:5-11)
" Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 8:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penyelamat Dunia yang akan datang serta kita nantikan akan menyelamatkan dunia atau menyembuhkan orang-orang sakit atau mengampuni dan menebus orang-orang berdosa. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk meneladan perwira yang dengan rendah hati mohon kepada Yesus untuk datang ke rumahnya guna menyembuhkan hambanya yang sedang menderita sakit. Atau ada kemungkinan kita sendiri juga sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakitt tubuh; jika demikian adanya marilah dengan rendah hati pula mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Tuhan. "Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai", demikian sabda Yesus. Kesadaran dan penghayatan beriman hemat saya identik dengan kesadaran dan penghayatan berdosa; semakin beriman berarti semakin menyadari dan menghayati kedosaan, kehinaan dan kelemahannya. Kita sambut atau songsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan mawas diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh yang membutuhkan pengampunan dan peneguhan, sehingga kita juga layak untuk berpartisipasi dalam kedatanganNya sebagai Penyelamat Dunia. Marilah belajar dari sang perwira yang menghadap Yesus dengan penuh harapan mohon penyembuhan. Maka hendaknya dengan penuh harapan kita hayati hidup iman kita, yaitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan mentaati dan melaksanakan perintah-perintahNya. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita, maka marilah dengan gairah dan cekatan kita laksanakan tata tertib tersebut, jika kita mendambakan terbebas dari dosa, sehat wal'afiat baik secara phisik maupun spiritual.
·    "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yes 2;3), demikian tanggapn suku bangsa, umat terpilih setelah mendengar firman Tuhan melalui nabi Yesaya. Yang dimaksudkan dengan 'gunung Tuhan' adalah tempat suci, dan memang puncak gunung sering menjadi tempat suci, dimana orang dapat menimba macam-macam pengajaran yang baik guna menempuh perjalanan hidup menuju ke Tuhan. Maaf kalau sedikit porno: buah dada perempuan atau ibu sering juga dikatakan sebagai yang suci, darimana air susu mengalir yang menghidupi dan menyehatkan anak yang sedang menyusui, demikian juga laki-laki ketika melihat buah dada perempuan yang montok juga menjadi hidup dan bergairah. Pada masa adven ini kita diajak dan diingatkan untuk sering ke tempat suci, entah itu gereja, masjid, candi atau tempat-tempat peziarahan, untuk menimba aneka pengajaran yang berguna bagi keselamatan dan kesejahteraan jiwa kita sebagai orang beriman atau beragama. Atau mungkin juga kita dapat membaca Kitab Suci setiap hari guna menyegarkan dan memperbaharui iman kita, sehingga kita semakin beriman, berharap dan berkasih-kasihan. Jalan yang terbaik menuju Tuhan adalah hidup dengan penuh iman, harapan dan cintakasih alias kita sungguh melaksanakan tugas pengutusan kita dengan kerja keras dan bergairah; melaksanakan tugas sebesar atau sekecil apapun dengan cintakasih yang besar. Hidup saling mengasihi satu sama lain merupakan tanda bahwa kita hidup di jalan Tuhan.
" Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel.Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)
Ign 28 November 2011

Sabtu, 26 November 2011

Mg Adven I

"Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta"
Ketika saya mendapat berita bahwa ibu/simbok saya yang telah lansia tidak mau makan dan sulit minum lagi, maka saya sering menengoknya dan pada suatu haripun kami, anak-anak, berempat, berkumpul untuk berdoa serta memberi sakramen minyak suci. Kami sadar bahwa simbok saya tidak lama lagi akan segera dipanggil Tuhan, maka kepada kakak saya yang ada di rumah saya berharap dapat menemani simbok. Sepanjang malam sampai pagi hari, pada saat simbok dipanggil Tuhan,  kakak saya perempuan dan adik saya menunggui atau menemani simbok. Mereka berdua katanya menemani sampai kurnang lebih pukul 04.30 pagi, pada jam ini kakak perempuan saya pergi ke dapur untuk memasak dan adik saya nonton TV, dengan kata lain simbok sendirian saja. Kurang lebih pk 05.40 adik saya menengok simbok dan ternyata telah dipanggil Tuhan. Sepanjang malam berjaga-jaga dengan harapan dapat menemani simbok ketika dipanggil Tuhan, ternyata meleset, itulah yang terjadi. Tugas berjaga-jaga memang diharapkan senantiasa berada dalam kesiap-siagaan. Memasuki tahun baru liturgy, masa adven, ini kita diajak untuk mawas diri perihal 'berjaga-jaga', maka marilah kita renungkan sabda hari ini. Secara kebetulan juga hari Minggu Adven I/taun baru liturgy ini juga Tahun Baru  Hijriah (1 Suro)
"Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta" (Mrk 13:35)
Orang yang berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat wal'afiat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Seorang yang bertugas sebagai penjaga malam untuk menjaga keamanan kantor, wilayah/perumahan dst.. harus dalam keadaan sehat wal'afiat agar dapat berjaga semalam suntuk. Selama kurang lebih empat minggu kita diajak untuk mempersiapkan diri atau berjaga-jaga dalam rangka  menyambut kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia, hari Natal. Pada umumnya di lingkungan Gereja Katolik (di paroki, di wilayah/stasi, lingkungan) diselenggarakan pendalaman iman Adven, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan-lingkungan selama masa Adven ini. Sekiranya tidak mungkin berpartisipasi dalam lingkungan karena berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, baiklah di dalam keluarga diselenggarakan pendalaman iman atau doa bersama.
Berjaga-jaga di sini kiranya lebih diharapkan secara spiritual daripada material, rohani daripada jasmani. Dengan kata lain kita diharapkan mengusahakan kebersihan atau kesucian jiwa, hati dan pikiran kita, sehingga layak menyambut kelahiran Penyelamat Dunia. "Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!" (Mrk 13:37), demikian sabda Yesus. Memang sabda ini kiranya juga dapat ditafsirkan agar kita semua siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kemudian hidup mulia dan berbahagia selama di sorga. Kami percaya kita semua mendambakan setelah meninggal dunia nanti segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga, maka marilah kita wujudkan dambaan kita dengan penuh harapan.
Keutamaan harapan itulah yang hendaknya kita refleksikan, usahakan dan perdalam selama masa Adven ini. Cirikhas orang yang berpengharapan antara lain: ceria/gembira, dinamis, cekatan, kerja keras serta melakukan lakutapa atau matiraga. Kita semua mengharapkan rahmat kegembiraan dan kebahagiaan sejati, hidup selamat dan damai sejahtera; dan itulah inti rahmat Natal yang kita nantikan atau harapkan. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur dengan penuh harapan. Perkenankan saya mengangkat masalah lakutapa atau matiraga sebagai salah satu nilai yang harus dihayati orang yang berpengharapan. Salah satu tujuan lakutpa atau matiraga adalah untuk memperoleh rahmat yang didambakan dari Tuhan, dan rahmat yang kita dambakan adalah damai sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani. Matiraga berarti mengendalikan gerak seluruh anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak pernah melakukan dosa atau mengurangi apa yang biasa. Dengan kata lain wujud matiraga dapat berupa tindakan-tindakan baik atau pengumpulan harta benda atau uang sebagai pengurangan keperluan atau kebutuhan biasa kita, yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Aksi Adven secara nyata itulah yang hendaknya kita lakukan.
"Kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." (1Kor 1:7-9)
Kita semua telah menerima karunia dari Tuhan secara melimpah ruah: hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah karunia Tuhan yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan aneka cara dan bentuk. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus bahwa "kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya".  Maka kami harapkan kita tidak mensia-siakan aneka karunia Tuhan yang telah kita terima sampai kini.
Marilah kita fungsikan  aneka karunia untuk mengusahakan dan menjaga agar kita 'tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus'. Marilah kita mawas diri perihal relasi kita dengan Tuhan, sesama manusia, aneka ciptaan lainnya maupun dengan lingkungan hidup kita. Apakah kita tetap berrelasi baik dan benar, sehingga cara hidup dan  cara bertindak kita tidak pernah mengecewakan atau menyakiti Tuhan, sesama,  ciptaan lainnya maupun lingkungan hidup kita? Apakah cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berkenan di hati Tuhan dan saudara-saudari kita sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan saudara-saudari kita, apakah kita menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang baik?
Kita semua menyongsong atau menantikan hari-hari pesta atau kenangan yang sarat dengan persaudaraan atau perdamaian sejati, antara lain Hari Solidaritas Nasional tgl 20 Des, Hari Natal tgl 25 Des dan Hari Perdamaian Sedunia tgl 1 Januari, maka marilah kita siapkan diri kita sebaik mungkin sehingga kita layak berpartisipasi dalam perayaan-perayaan  atau kenangan-kenangan tersebut. Kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup sehari-hari kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita saling meneguhkan dalama usaha membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Kita renungkan sapaan Yesaya ini: " Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!" (Yes 63:16-17)
" Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu" (Mzm 80:15-16.18-19)
Ign 27 November 2011

26 Nov

"Berjagalah senantiasa sambil berdoa"
(Dan 7:15-27; Luk 21:34-36)
 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Luk 21:34-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St.Yohanes Berchmans, biarawan Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Tiga benda inilah yang paling kusayangi: dengan tiga benda ini aku mati dengan rela hati", demikian kata Yohanes Berchmans di akhir hidupnya seraya memegang salib, rosario dan aturan-aturan Serikat Yesus. Ia adalah pengikut St.Ignatius Loyola yang kerja keras dalam melaksanakan tugas belajarnya, sehingga senantiasa sukses dalam belajar, dan dipanggil Tuhan dalam usia muda karena penyakit. Memegang salib berarti berbakti kepada Yesus, menjadi sahabat Yesus, memegang rosario berarti berbakti kepada Bunda Maria alias meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, sedangkan memegang aturan Serikat Yesus berarti taat dan setia melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan hidupnya. Dengan kata lain Yohanes Berchmans sungguh menghayati sabda Yesus juga, yaitu "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi, dan supaya kamu tahan di hadapan Anak Manusia". Maka di akhir tahun liturgy ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah kita senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa dalam hidup dan bertindak kita setiap hari. Berjaga-jaga berarti senantiasa siap sedia atas segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan sambil berdoa berarti kesiap-siagaan bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan kata lain dalam keadaan dan situasi apapun senantiasa setia pada iman, setia pada kehendak dan perintah Tuhan, senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Marilah setiap hari kita renungkan sabda Tuhan dan kita hayati, kita berdoa rosario serta membaca dan merefleksikan tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing.
·   "Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaan akan dicabut dari padanya untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap. Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka" (Dan 7:26-27), demikian penglihatan Daniel. 'Pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus' inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Orang kudus berarti orang baik dan berbudi pekerti luhur, membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari kapan pun dan dimana pun. Tuhan hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, terutama dalam diri maanusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan secara konkret berarti membaktikan diri kepada sesama manusia demi keselamatan atau kesejahteraan mereka, terutama jiwa manusia. Kami berharap kepada para pemimpin maupun pebisnis atau mereka yang berada di dalam poros bisnis dan poros badan publik untuk senantiasa berpihak pada dan bersama dengan rakyat. Ingatlah dan sadari bahwa anda dapat duduk di badan publik di tingkat apapun kiranya karena dukungan rakyat, demikian pula anda sukses dalam bisnis karena dukungan rakyat juga. Maka jika anda yang berada di poros bisnis maupun poros badan publik tidak memihak dan bersama rakyat berarti anda bunuh diri pelan-pelan dan pada waktunya akan segera hancur berantakan. Para pengelola, pengurus maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah hendaknya senantiasa berpihak pada peserta didik, maka boroskan waktu, tenaga dan harta benda atau uang anda bagi para peserta didik. Para kepala daerah beserta para pembantunya kami harapkan sungguh berpihak pada dan bersama rakyat yang harus dilayani. Kepada semua saja yang berpengaruh dalam hidup bersama kami harapkan hidup dengan rendah hati dan melayani.
"Pujilah Tuhan, hai anak-anak manusia, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai Israel, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para hamba Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai roh dan jiwa orang-orang benar, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai semua yang mursid dan rendah hati, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:82-87)
Ign 26 November 2011

Kamis, 24 November 2011

25 Nov


"Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."

(Dan 7:2-14; Luk 21:29-33)

" Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Luk 21:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit atau di bumi ini memang tidak abadi, sementara sifatnya, termasuk manusia sebagai ciptaan terluhur atau termulia di bumi ini. Namun  sabda Tuhan tidak akan berlalu begitu saja. Kita semua tahu bahwa sabda Tuhan yang tertulis sekian abad yang lalu sampai kini masih berlaku dan up to date, tak pernah dilupakan orang, sementara itu manusia serta karya-karyanya dengan mudah berlalu dan dilupakan orang. Kita semua kiranya mendambakan apa yang tahan lama atau tidak akan mudah berlalu atau dilupakan, maka marilah kita miliki dan hayati sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kiranya tidak perlu seluruh isi Kitab Suci dikuasai dan dihayati, tetapi cukuplah ada ayat-ayat yang mengesan bagi kita masing-masing sungguh kita miliki dan hayati. Sebagai contoh kiranya adalah ajaran perihal kasih, karena kasih juga bersifat tak terbatas, maka perkenankan saya mengangkat ajaran kasih Yesus untuk kita refleksikan dan hayati. " Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu" (Luk 6:27).  Perihal saling mengasihi kiranya kita semua tahu bahwa kapan kita mulai dan mengakhiri dalam saling mengasihi kita tidak tahu sama sekali. Ambil contoh: apakah anda sebagai suami-isteri tahu persis kapan mulai mengasihi pasangan anda dan akan berakhir dalam mengasihi? Kiranya tak ada yang tahu. Maka marilah kita perdalam dan perkuat penghayatan sabda Yesus di atas ini: saling mengasihi dan berbuat baik dengan dan kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Ingatlah dan sadari bahwa jika selama hidup di dunia ini sungguh saling mengasihi dan berbuat baik, maka ketika kita telah mati dan menjadi tanah kembali kita pasti terus dikasihi dan dibaiki oleh orang lain, saudara-saudari kita yang telah kita kasihi dan kepada mereka kita senantiasa berbuat baik.

·   "Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan 7:13-14), demikian penglihatan Daniel, orang yang setia pada imannya, setia pada kehendak dan perintah Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun. Kiranya kita semua mendambakan sebagaimana dilihat oleh Daniel tersebut, yaitu nama baik kita tak akan musnah alias nama kita senantiasa dikenang atau diabadikan seperti para santo-santa atau pahlawan, yang namanya diabadikan untuk nama baptis atau nama bangunan dan jalan. Bukankah para santo-santa atau pahlawan menghayati cara hidup dan cara bertindak tidak untuk kepentingan pribadi atau golongan, melainkan demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama? Hidup mengasihi dan berbuat baik memang berarti hidup dan bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum. Kami berharap kepada para pemimpin di tingkat dan bidang kehidupan apapun dapat menjadi teladan dalam cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama. Maka secara konkret kami ingatkan lagi para orangtua atau bapak-ibu: hendaknya orangtua dapat menjadi teladan cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum bagi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka. Ketika anak-anak menerima teladan macam itu dan juga dididik untuk itu, maka kami yakin kita semua akan hidup saling mengasihi dan berbuat baik. Para orangtua jika mendambakan namanya senantiasa dikenang oleh anak-cucu, cicit dan canggah atau keturunannya hendaknya mendidik dan membina anak-anaknya untuk hidup saling mengasihi dan berbuat baik dengan teladan konkret setiap hari.

"Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala apa yang bergerak di dalam air, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai unggas di udara, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya." (Dan 3:75-81)

Ign 25 November 2011

 


24 Nov


"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."
(Dan 6:12-28; Luk 21:20-28)
 "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, martir Vietnam hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Menghadapi atau berada di dalam saat-saat akhir pada umumnya harus menghadapi aneka masalah serta ketegangan maupun godaan, serta tawaran yang dapat melumpuhkan atau mengaburkan jati diri kita sebagai orang beriman. Demikian juga ketika ada aneka macam musibah dan bencana alam pada umumnya orang bertanya-tanya: tanda apa ini, mengapa semuanya itu terjadi. Terhadap aneka musibah atau bencana orang sering menyikapi sebagai suatu peringatan dari Tuhan kepada umat manusia. Dengan kata lain aneka masalah, ketegangan, musibah dan bencana alam disikapi sebagai ajakan untuk 'bangkit dan mengangkat muka'. "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian sabda Yesus. Marilah di hari-hari terakhir tahun liturgy, menjelang tahun baru liturgy, kita mawas diri: apakah kita telah bangkit dan mengangkat muka ke atas, artinya mengarahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita kepada Allah, kepada Penyelenggaraan Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita semakin baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Apakah kita telah siap meninggalkan cara-cara hidup lama atau kebiasaan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta kemudian menghayati hidup baru sesuai kehendak dan perintah Tuhan dalam hidup dan kerja kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun.
·   "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (Dan 6:23), demikian kata Daniel, yang dituduh bersalah atau melakukan kejahatan oleh beberapa oriang, kepada raja yang berusaha mencari kebenaran. "Malaikat Allah telah mengatupkan mulut singa-singa' yang diharapkan menerkam dan mencabik-cabik tubuh Daniel. Suatu keajaiban atau mujizat terjadi: orang benar tak akan dimusnahkan. Kita semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa berada dalam kebenaran atau selalu melakukan apa yang benar dan tidak pernah melakukan kejahatan sedikitpun, entah yang melukai diri sendiri maupun orang lain. Jika kita senantiasa berada di dalam kebenaran hendaknya tidak takut terhadap aneka ancaman, tekanan, terror maupun tuduhan palsu yang berusaha menghancurkan atau melumpuhkan iman kita.  Hadapi, sikapi dan hayati aneka hal-hal tersebut dengan tenang dan lemah lembut, sebagai wujud kepercayaan kita atas Penyelenggaraan Ilahi. Percayalah dan hayatilah bahwa kebenaran pasti akan menang atas kebohongan, kejujuran menang atas kepalsuan; memang untuk itu harus menghadapi 'ujian' sebagaimana dihadapi oleh Daniel. Kepada mereka yang berwenang untuk mengambil keputusan seperti 'raja', yang menguji Daniel, kami harapkan meneladan sang raja tersebut, yang tidak mudah begitu percaya terhadap aneka tuduhan jahat yang diarahkan kepada seseorang. Ujilah tuduhan tersebut melalui aneka cara guna menemukan kebenaran; jangan tergesa-gesa termakan oleh issue-issue yang menyesatkan, yang memang sering lebih vocal daripada berita-berita baik. Kepada kita semua umat beriman, marilah meneladan para martir Vietnam yang kita kenangkan hari ini: setia pada iman dalam keadaan atau kondisi apapun, dan siap mati demi kesetiaan iman.
" Pujilah Tuhan, hai embun dan salju yang membadai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai es dan kedinginan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai siang dan malam, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya." (Dan 3:68-74)
Ign 24 November 2011
 

23 Nov


" Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."
(Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28; Luk 22:12-19)
"Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya." Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di  antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." (Luk 22:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Kegenapan dalam Kerajaan Allah" artinya saat Yesus mempersembahkan Diri seutuhnya dengan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, terutama jiwa kita. Maka pada akhir tahun Liturgi ini kita juga dipanggil untuk mawas diri : sejauh mana setelah mengarungi perjalanan iman selama ini kita siap sedia untuk mempersembahkan diri kepada Allah melallui saudara-saudari atau sesama kita demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Yesus mempersiapkan diri dengan makan bersama dengan sahabat-sahabatnya, para rasul, sebagai ajakan bagi mereka untuk meneladanNya. Marilah kita mawas diri apakah hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita sungguh telah kita baktikan sepenuhnya kepada Allah melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita. Dalam hal ini kiranya para suami-isteri atau bapak-ibu telah memiliki pengalaman dalam saling menyerahkan diri atau mengasihi satu sama lain, maka kami berharap pengalaman tersebut terus diperdalam dan disebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari serta kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling menyerahkan atau membaktikan diri sepenuhnya. Kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak mawas diri apakah sungguh-sungguh membaktikan diri untuk belajar, mengerahkan waktu dan tenaga sepenuhnya untuk belajar sehingga semakin terampil belajar; demikian para pekerja kami harapkan sungguh mengerahkan waktu dan tenaga terhadap pekerjaan yang dibebankan atau yang menjadi tanggungjawabnya. Semoga kita semua juga siap sedia sewaktu-waktu harus mempersembahkan diri secara total kepada Allah artinya dipanggil Allah sewaktu-waktu alias meninggal dunia.
·   "Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu." (Dan 5:13-16). Pada diri Daniel memang "terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa", sehingga sanggup membaca tulisan dan mengatakan makna tulisan atau perkataan itu, sementara orang-orang bijak lainnya tak mampu. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk seperti Daniel, yang memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Untuk itu kiranya kita harus bekerja keras belajar terus-menerus melalui aneka cara atau bentuk, entah belajar di sekolah/perguruan tinggi atau belajar dari kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kiranya banyak hal dan peristiwa yang dapat menjadi sarana atau wahana pembelajaran kita. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka mata dan telinga kita untuk mencermati aneka hal dan peristiwa guna mengambil apa-apa yang dapat mendewasakan pribadi maupun iman kita, sehingga kita cerdas beriman. Orang yang cerdas beriman di mana pun dan kapan pun akan fungsional untuk menyelamatkan diri, saudara-saudari maupun lingkungan hidup dan kerjanya. Marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam mengusahakan kecerdasan beriman atau kecerdasan spiritual.
"Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:62-67)
Ign 23 November 2011

Minggu, 20 November 2011

22 Nov


"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan"
(Dan 2:31-35; Luk 21:5-11)
" Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Sesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Saya ingin hatiku bersih dan tubuhku tidak tercemar. Keperawananku telah saya janjikan bagi Tuhan", demikian kata-kata Sesilia, yang cantik, dalam menanggapi pinangan seorang pemuda bernama Valerianus. Valerianus pun tidak marah, tetapi justru terharu oleh jawaban Sesilia dan akhirnya ia belajar tentang agama Katolik serta akhirnya menjadi Katolik.  Karena kesetiaan imannya akhirnya Sesilia dihukum mati dengan pedang. Setia pada penghayatan iman pada masa kini kiranya juga harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, bahkan ada aneka macam rayuan atau tawaran yang menyesatkan, yang kelihatan menarik dan mempesona. Usaha pencemaran hati dan tubuh memang dapat lahir dari diri kita sendiri maupun dari orang lain di sekitar kita. Godaan atau penyesatan yang mendatangi muda-mudi pada umumnya erat kaitannya dengan kenikmatan seksual, entah itu dengan beronani atau bermasturbasi atau berhubungan seks dengan lawan jenis.  Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak baik rekan-rekan muda-mudi maupun para orangtua untuk waspada terhadap aneka rayuan atau tawaran yang dapat mencemarkan hati maupun tubuh, yang ada relasinya dengan kenikmatan seksual. Para orangtua hendaknya menjadi teladan atau saksi kesetiaan dalam perkawinan alias tidak pernah selingkuh, dan pada waktunya sesuai dengan perkembangan pribadi anak, hendaknya orangtua memberi bimbingan dalam hal seksual kepada anak-anaknya. Kepada rekan-rekan muda-mudi kami harapkan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang lawan jenis tergoda untuk berbuat jahat atau yang tak bermoral.
·   "Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk. Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi"(Dan 2:34-35). Kutipan ini kiranya menggambarkan bahwa aneka macam jenis harta benda yang ada di dunia ini bersifat sementara saja, tidak ada yang abadi. Namun dalam kenyataan banyak orang tersesat dengan berbakti kepada harta benda duniawi yang sementara itu, sehingga hidupnya sungguh mengadalkan diri pada harta benda atau uang, dan dengan uangnya orang menyesatkan diri dengan membeli orang alias melacur atau menggauli gadis-gadis atau perawan cantik dengan imbalan segepok uang. Dengan kata lain orang yang demikian itu membuat manusia bagaikan harta benda saja, mencemarkan tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk tidak 'gila akan uang atau harta benda', dan kepada rekan-rekan perempuan kami harapkan juga tidak dengan mudah menjual diri alias melacur dengan alasan apapun. Rekan-rekan laki-laki, entah yang masih remaja/belum menikah atau sudah berkeluarga serta beruang, kami harapkan juga tidak dengan mudah menggunakan uangnya untuk menccmarkan dirinya sendiri maupun orang lain. Marilah kita saling membantu dalam menjaga dan mengusahakan kebersihan hati maupun tubuh kita masing-masing, sebagai citra atau gambar Allah.
"Pujilah Tuhan, hai segala buatan Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala malaekat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tentara Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:57-61)
Ign 22 November 2011

21 Nov


"Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya"
(Dan 1:1-6.8-20; Luk 21:1-4)
" Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta 'SP Maria dipersembahkan kepada Allah' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Persembahan kepada Allah maupun sesama yang benar dan baik adalah 'memberi dari kekurangan' bukan 'memberi dari kelimpahan'. Memberi dari kelimpahan berarti memberi sisa-sisa kepada orang lain alias membuang sampah atau menjadikan orang lain sebagai tempat sampah, dan dengan demikian melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia. Maka kami mengajak anda sekalian sebagai umat beriman atau beragama untuk mawas diri: apakah kita sungguh menghayati iman kita, yang berarti memberikan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih dengan mempersembahkan diri kepadaNya. Secara konkret persembahan diri kepada Allah selain setia berdoa setiap hari tentu saja juga harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka hendaknya sebagai pelajar atau mahasiswa memboroskan waktu dan tenaganya untuk belajar, sebagai pekerja hendaknya memboroskan waktu dan tenaganya pada pekerjaan yang dibebankannya dst.. Namun hemat saya entah apapun yang menjadi tugas, kewajiban atau pekerjaan kita, hendaknya dilaksanakan dengan semangat belajar, sebagaimana dicanangkan oleh UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga ini dengan empat mottonya, yaitu "learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together".
·   "Orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim" (Dan 1:4). Marilah ajakan atau peringatan di atas ini kita refleksikan atau renungkan serta kemudian kita hayati. Rekan-rekan muda-mudi hendaknya berusaha untuk "berperawakan baik, memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengertian tentang ilmu", dan untuk itu caranya tidak lain adalah memiliki semangat belajar yang tinggi, handal dan tangguh. Tidak hanya belajar di sekolah/perguruan tinggi saja, tetapi juga belajar dari kehidupan sehari-hari dalam rangka menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan  atau peristiwa-peristiwa. Anda juga dapat belajar dari aneka berita atau informasi yang diwartakan oleh berbagai sarana komunikasi seperti majalah, koran, TV, internet dst..  Selanjutnya hendaknya dikembangkan semangat 'belajar sendiri' atau 'auto study'. Kepada para orang tua maupun guru/pendidik kami harapkan mengajarkan 'tulisan dan bahasa', artinya mengajarkan tata krama atau sopan santun yang baik sesuai dengan situasi dan lingkungan setempat. Setiap suku dan bangsa memiliki tata krama atau sopan santun yang berbeda satu sama lain, namun juga ada yang sama. Sebagai contoh: di daerah Batak ketika anda disuguhi makanan dan minuman dalam suatu harus dihabiskan, bahkan boleh dibawa pulang, itulah sopan santun yang baik; sedangkan di Jawa ketika disuguhi makanan yang demikian itu biasanya hanya dimakan sedikit alias harus disisakan, itulah sopan santun yang baik.  Berdiri merupakan tanda hormat, tetapi juga dapat merupakan tanda tidak hormat. Karena kita belum tentu menguasai aneka kebiasaan aneka suku atau bangsa, maka pada suatu saat ketika kita memperoleh kesempatan untuk datang ke tempat-tempat tersebut, tidak lain dari kita dituntut sikap belajar. Lihat dan cermati dan kemudian tiru saja cara bertindak orang setempat yang dinilai sopan, meskpun bagi kita terasa tidak sopan.
"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya."
 (Dan 3:52-56)
Ign 21 November 2011

Sabtu, 19 November 2011

HR Kristus Raja


HR YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: Yeh 34:11-12.15-17; 1Kor 15:20-26a.28; Mat 25:31-46
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku"
"Bapak teko, awake dewe poso" (= Bapak berkunjung, kita semua berpuasa), demikian keluh kesah atau gerutu para pedagang kaki lima dan tukang becak di wilayah kota Semarang ketika Presiden Suharta berkunjung ke Semarang guna membuka Konggres Bahasa Jawa di sebuah hotel beberapa tahun lalu. Mengapa para pedagang kali lima dan tukang becak menggerutu dan merasa harus berpuasa, karena selama dua hari mereka 'tidak boleh bekerja' alias tidak boleh berdagang dan 'mbecak', demi kebersihan jalan-jalan kota Semarang yang mendapat kunjungan Presiden. Tidak bekerja berarti tak ada masukan sedikitpun bagi mereka, maka benarlah bahwa mereka mengatakan harus berpuasa. Pada tahun yang sama secara kebetulan Paus Yohanes Paulus II berkunjnng ke Indonesia, antara lain ke Yogyakarta bagi umat wilayah Keuskupan Agung Semarang. Pada peristiwa kunjungan Paus di Yogyakarta ini baik pedagang kaki lima maupun tukang becak sungguh diuntungkan, karena banyak orang yang memakai jasa mereka. Dan memang Paus pun juga minta agar diundang 20 tamu VVIP dalam kunjungannya, dan yang dimaksudkan dengan tamu VVIP tidak lain adalah mereka yang sakit, cacat, lansia, bayi dst.. . Pemimpin dunia memang berbeda dengan pemimpin agama, menejemen bernegara memang berbeda dengan menejemen menggereja. Pada Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam hari ini kita diajak untuk mengenangkan dan merefleksikan makna 'raja' serta fungsinya sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, maka marilah kita renungkan isi Warta Gembira hari ini.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40)
Yesus, Raja Semesta Alam, datang dan melayani dalam kesederhanaan dan kemiskinanNya serta berpihak pada/bersama dengan yang miskin dan berkekurangan atau 'yang paling hina'. Sebagai umat beriman atau beragama, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladanNya, khususnya mereka yang berfungsi sebagai pemimpin maupun yang berpartisipasi dalam kepemimpinannya. Paus, pemimpin Gereja Katolik senantiasa menyatakan diri sebagai 'hamba dari para hamba yang hina dina', sedangkan  para uskup menyatakan diri sebagai 'hamba yang hina dina'.
"Preferential option for/with the poor" = Keberpihakan kepada/bersama yang miskin, itulah salah satu prinsip hidup menggereja sebagai paguyuban umat beriman, yang harus kita hayati dan sebarluaskan. Untuk itu kita sendiri hendaknya hidup dan bertindak secara sederhana serta memiliki sifat-sifat sebagaimana dihayati oleh orang-orang miskin yang baik dan berbudi pekerti luhur. Maka baiklah di akhir tahun Liturgy ini kita mawas diri: apakah kita semakin tumbuh berkembang dalam iman sehingga semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang sederhana dan miskin serta datang untuk memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan dengan rendah hati. Orang-orang miskin dan hina baik secara material maupun spiritual kiranya ada di sekitar kita, berada di lingkungan hidup maupun kerja kita, maka marilah kita perhatikan mereka dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Cirikhas orang miskin yang baik dan berbudi pekerti luhur, antara lain: bekerja keras dan senantiasa siap sedia untuk mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya.
Berinspirasi pada Warta Gembira hari ini kita diharapkan memperhatikan mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, terpenjara dan sakit, entah secara material maupun spiritual. Untuk itu kita memang harus siap sedia berjuang dan berkorban. Memperhatikan secara material berarti siap sedia untuk mengorbankan sebagian kekayaan atau harta benda/uang kita bagi mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, terpenjara atau sakit. Sedangkan secara spiritual antara lain kita harus dengan suka rela dan jiwa besar berani memboroskan waktu dan tenaga kita bagi mereka yang 'terasing, terpejara dan sakit' maupun 'lapar, haus dan telanjang' secara spiritual alias mereka yang kurang diperhatikan alias yang paling hina. Kunjungan bersama kepada mereka  yang sedang dipenjara, yang diasuh di aneka panti asuhan kiranya juga merupakan salah satu bentuk penghayatan iman kepada Yesus, Raja Semesta Alam, yang berpihak pada/bersama yang miskin dan berkekurangan. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.
"Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1Kor 15:22)
Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan kita semua perihal janji baptis, yaitu ketika dibaptis kita berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Maka baiklah pada Hari Minggu Terakhir tahun Liturgy atau Hari Raya Tuhan kndaita Yesus Kristus Raja Semesta Alam hari ini kita mawas diri perihal perkembangan penghayatan janji baptis, yang telah kita ikrarkan dengan bangga dan gembira ketika dibaptis.
Pertama-tama marilah kita mawas diri perihal 'mati dalam persekutuan dengan Adam' atau janji menolak semua godaan setan: apakah kita senantiasa menolak godaan setan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Godaan setan dalam menggejala dalam bentuk tawaran atau rayuan untuk 'gila terhadap harta benda/uang, jabatan/pangkat/kedudukan atau kehormatan duniawi'. Yang paling menggoda pada masa kini kiranya harta benda atau uang sebagaimana telah menguasai para koruptor, karena dengan uang orang dapat hidup dan bertindak menurut kemauannya sendiri, meskipun untuk itu akhirnya akan menderita selamanya. Orang yang dirajai atau dikuasai oleh uang ketika tidak memiliki uang lagi pasti akan gila atau sinthing. Harta benda atau uang adalah 'jalan ke neraka atau jalan ke sorga', maka marilah sebagai umat beriman kita hayati uang sebagai 'jalan ke sorga', yang berarti semakin kaya akan uang hendaknya semakin suci, berbakti sepenuhnya kepada Tuhan.
"Mengabdi Tuhan Allah" berarti menjadikan Allah adalah Raja kita dan kita dikuasai atau dirajai olehNya. Kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintahNya, dan kiranya semua perintah atau kehendakNya dalam dipadatkan ke dalam perintah untuk 'saling mengasihi satu sama lain sebagaimana Allah telah mengasihi' kita. Allah telah mengasihi kita secara total sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Saling mengasihi berarti saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain, maka marilah kita saling memboroskan waktu dan tenaga alias saling memperhatikan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi berarti kita sungguh mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam. 
"Jikalau Aku membuat binatang buas berkeliaran di negeri itu, yang memunahkan penduduknya, sehingga negeri itu menjadi sunyi sepi, dan tidak seorang pun berani melintasinya karena binatang buas itu, dan biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang tadi, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak-anak lelaki maupun anak-anak perempuan; hanya mereka sendiri akan diselamatkan, tetapi negeri itu akan menjadi sunyi sepi. Atau jikalau Aku membawa pedang atas negeri itu dan Aku berfirman: Hai pedang, jelajahilah negeri itu!, dan Aku melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang"(Yeh 14:15-17). Kutipan dari Kitab Yehiskiel di atas ini kiranya menunjukkan betapa maha kuasanya Allah. Mereka yang tidak beriman kepadaNya pasti akan segera dimusnahkan atau dihancurkan. Dengan kata lain kehancuran serta aneka macam musibah dan bencana alam yang sering terjadi masa kini antara lain karena kejahatan atau keserakahan manusia, buah ketidak-taatan manusia kepada Allah, Raja Semesta Alam.
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya "(Mzm 23:1-3)
Ign 20 November 2011

Kamis, 17 November 2011

19 Nov


"Di hadapan Dia semua orang hidup."
(1Mak 6:1-13; Luk 20:27-40)
" Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus." (Luk 20:27-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sesuatu yang kontradiktif, tidak percaya akan kebangkitan orang mati menanyakan perihal kebangkitan orang mati, itulah orang-orang Saduki. Tidak percaya kepada kebangkitan orang mati berarti tidak percaya kepada Allah, maka menanggapi pertanyaan orang-orang Saduki, Yesus menjawab: "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup". Maka baiklah kami mengajak semua umat beriman atau beragama untuk merefleksikan sabda Yesus di atas ini, yaitu bahwa 'di hadapan Dia/Allah semua orang hidup'. Berada di hadapan Allah mau tak mau akan tunduk atau taat pada Allah dan dikuasai oleh Allah, harus melaksanakan kehendak atau perintah Allah. Apakah kita sebagai umat beriman atau beragama semakin tambah usia dan berpengalaman dalam hidup juga semakin berada 'di hadapan Allah'?  Kami percaya bahwa sebagai umat beragama sering berdoa atau bahkan setiap hari berdoa, berusaha untuk berada 'di hadapan Allah', namun apakah hal itu terjadi secara formal atau liturgis melulu serta kurang dihayati, kiranya boleh dipertanyakan. Jika setiap berdoa kita sungguh berdoa alias berada 'di hadapan Allah', maka selayaknya kita semakin mesra hidup bersama dan bersatu dengan Allah, dan dengan  demikian juga percaya bahwa setelah mati atau meninggal dunia nanti akan hidup mulia selamanya bersama Allah di sorga, dan selama hidup di dunia ini juga lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi daripada pada manusia, harta benda atau uang.
·   "Teringatlah aku sekarang kepada segala kejahatan yang telah kuperbuat kepada Yerusalem dengan mengambil perkakas perak dan emas yang ada di kota itu dan dengan menyuruh bahwa penduduk Yehuda harus ditumpas dengan sewenang-wenang. Aku sudah menjadi insaf bahwa oleh karena semuanya itulah maka aku didatangi malapetaka ini. Sungguh aku jatuh binasa dengan sangat sedih hati di negeri yang asing" (1Mak 6:12-13), demikian kata sang raja setelah menerima berbagai peringatan dari orang yang mendatanginya. Kutipan di atas ini mungkin baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para koruptor, yang dengan seenaknya mengambil milik atau hak orang lain. Namun sayang, mungkin para koruptor tidak membaca renungan saya ini, maka kepada mereka yang menerima email saya, silahkan diteruskan kepada para koruptor. Tindakan korupsi atau tindakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama busuk alias tidak sedap lagi, tidak menarik, tidak mempesona dan tidak memikat. Perilaku korupsi sebenarnya sudah terlatih sejak masih dalam sekolah atau dunia pendidikan yaitu 'kebiasaan menyontek', maka kami berharap kepada para pengelola atau pelaksana pendidikan/guru untuk memberlalukan 'dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian' di lingkungan sekolahnya. Membiarkan atau memberi kemungkinan kepada para peserta didik untuk menyontek baik dalam ulangan maupun ujian hemat saya berarti mempersiapkan diri para koruptor untuk masa depan. Sadarlah bahwa kebiasaan menyontek menjadi modal untuk berbuat jahat: mencuri atau korupsi.
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu. Engkau telah menghardik bangsa-bangsa, telah membinasakan orang-orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya" (Mzm 9:2-4.6)
Ign 19 November 2011