Kamis, 29 September 2011

30 spt


"Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku"
(Bar 1:15-22; Luk 10:13-16)
 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."(Luk 10: 13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Hieronimus, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St.Hieronimus dikenal sebagai penterjemah Kitab Suci dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin, yang ia kerjakan kurang lebih selama 20 tahun, jangka waktu yang cukup lama. Dari pengalaman membaca dan menterjemahkan kitab suci, yang berarti sungguh memahami isi kitab suci, ia berpesan kepada kita semua :"Sekarang kita harus menterjemahkan nas-nas Kitab Suci ke dalam perbuatan, daripada berbicara muluk-muluk perihal yang kudus, lebih baik kita jabarkan dalam hidup sehari-hari"(Ensiklopedi Orang Kudus, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 1985/cetakan kelima, hal 150). Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk 'dibacakan dan didengarkan', maka hendaknya mereka yang bertugas membacakan kitab suci sungguh membacakan sedangkan yang mendengarkan sungguh mendengarkan. Mayoritas dari kita kiranya lebih banyak mendengarkan daripada membacakan, maka marilah kita hayati sabda Yesus "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.". Mendengarkan hemat saya merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan dihayati oleh umat beriman atau beragama. Saya percaya jika kita memiliki kehendak baik, hati, jiwa dan akal budi baik, maka apa yang kita dengarkan pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, maka jika kita mendengarkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dengan demikian kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita perdalam dan teguhkan tugas dan panggilan kita sebagai pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
·   "Kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah Tuhan utus kepada kami.Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami" (Bar 1:21-22). Kutipan di atas ini mungkin menjadi nyata dalam diri kita semua, yaitu kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Menurut penelitian kebanyakan orang hanya mampu paling besar 25% kebenaran informasi atau ajaran yang didengarkannya, dengan kata lain benarlah bahwa kita kurang mendengarkan: anak-anak kurang atau tidak mendengarkan nasihat dan saran orangtuanya, para peserta didik kurang atau tidak mendengarkan apa yang diajarkan atau disampaikan oleh para guru atau pendidik, umat kurang atau mendengarkan kotbah pastor/pendeta/kyai dst… dan mungkin antar kita sendiri juga kurang atau tidak saling mendengarkan. Karena kurang atau tidak mendengarkan itulah kita sering "melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan" alias berbuat dosa atau berbuat jahat. Jika orang tidak atau kurang mendengarkan sesamanya manusia, maka yang bersangkutan juga kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa keutamaan mendengarkan merupakan indera pertama kali yang kita hayati atau lakukan; ketika kita masih berada di dalam rahim ibu kita masing-masing kita sudah dapat mendengarkan dan ketika kita masih bayi juga lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Maka jika kita pada saat ini kurang atau tidak mendengarkan berarti kita tidak setia pada diri kita masing-masing atau kita mencederai diri. Marilah 'back to basic", bertobat dan memperbaharui diri untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik, sebagaimana telah kita hayati ketika kita masih berada di dalam rahim ibu maupun masih bayi atau kanak-kanak. Sekali lagi kami berharap kepada orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya menjadi pendengar yang baik, sehingga juga menjadi pelaksana-pelaksana yang baik juga.
"Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik-Mu, menajiskan bait kudus-Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing.Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus-menerus, dan cemburu-Mu berkobar-kobar seperti api?" (Mzm 79:1-5)
Ign 30 September 2011

29 spt


"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)
" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta St.Gabriel, Mikael dan Rafael, Malaikat Agung , hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah menganugerahi setiap manusia malaikat, yang disebut malaikat pelindung, yang bertugas mendampingi hidup manusia di dunia ini. Pendampingannya dapat berupa nasihat, peringatan, dukungan, informasi gembira dst…demi keselamatan dan kebahagiaan manusia, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwanya. Malaikat pelindung menjadi kepanjangan para malaikat agung, Gabriel, Mikael dan Rafael, yang bertugas menyampaikan warta gembira, membantu manusia dalam perang melawan setan dan menemani manusia dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap umat beriman dan beragama untuk mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung bagi kita masing-masing. Ketika ada warta gembira dan menyelamatkan marilah kita sebarluaskan kepada saudara-saudari kita, ketika menghadapi godaan atau rayuan setan marilah kita lawan bersama malaikat pelindung kita, dan ketika sedang melaksanakan tugas, kewajiban dan perutusan marilah kita bekerja bersama malaikat pelindung. Hendaknya kita tidak takut dan gentar dalam hidup ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena malaikat Allah 'turun naik kepada kepala kita masing-masing', sehingga kita senantiasa berpikir  sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka semoga pikiran kita senantiasa meneladan apa yang dipikirkan oleh Allah, yaitu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia ini, sehingga apapun yang kita lakukan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Kita juga dipanggil untuk jujur terhadap diri sendiri dan tiada kepalsuan sedikitpun dalam diri kita.
·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Why 12:10-11).  "Keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" telah tiba dalam diri kita dan kebersamaan hidup kita sebagai umat beriman. Sebagai umat beriman kita dikuasai dan diperintah oleh Allah, dan karena Allah adalah maha segalanya maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan perintahNya. Semua perintah Allah kiranya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun. " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal kasih. Yang baik kita renungkan dan hayati pada masa kini hemat saya adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan masih banyak orang suka menyimpan kesalahan orang lain, yang menjadi sumber kemarahan, yang kemudian berkembang menjadi permusuhan dan perpecahan, sehingga hidup bersama tidak harmonis sebagaimana didambakan atau dirindukan oleh banyak orang. Hemat saya menyimpan kesalahan orang lain dan marah merupakan bentuk pelanggaran harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga oleh orangtua, entah dengan nasihat, saran maupun teladan.
"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab" (Dan 7:9-10)
Ign 29 September 2011

Senin, 26 September 2011

28 spt

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang
tidak layak untuk Kerajaan Allah."
(Neh 2:1-8; Luk 9:57-62)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka,
berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada
seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku
pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya:
"Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi
berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku
pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang
yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk
Kerajaan Allah." (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       "Maju kena mundur kena", itulah kata sebuah peribahasa, yang berarti
melangkah maju atau mundur sama-sama akibatnya. Bagi orang yang sehat
secara phisik maupun spiritual pasti lebih memilih untuk melangkah
maju  daripada mundur. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan dua
sikap mental orang yang tak berani melangkah maju dengan alasan yang
tak dapat dijelaskan dan keterikatan keluarga (melayat dan
tradisionil). Tak ada orang yang tidak mengizinkan orang lain minta
pamit untuk layat; izin untuk melayat pasti dikabulkan. Banyak orang
juga hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau kebiasaan
dalam keluaganya, yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Kita semua dipanggil untuk melangkah maju terus
menerus, dan untuk itu memang harus memiliki sikap mental berubah
terus menerus alias diperbaharui terus menerus. Ingatlah dan sadari
bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka siapapun yang
tidak berubah pasti akan segera hilang dalam peredaran alias
ketinggalan zaman. Tentu saja perubahan yang baik adalah berubah
semakin suci, semakin berbudi pekerti luhur, semakin dikasihi oleh
Tuhan dan sesamanya. Anggota tubuh kita berubah, umur berubah, waktu
berubah dst.., apakah cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara
bersikap dan cara bertindak juga berubah? Kita semua dipanggil untuk
memiliki cara melihat, berpikir, merasa, bersikap dan bertindak
sebagaimana dikehendaki Tuhan, sehingga kita tumbuh-berekembang
menjadi sahabat-sahabat Tuhan, orang yang sungguh beriman atau
membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya dan
ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya.
•       "Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram,
kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan
dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?" (Neh 2:3). Kota berarti
tempat tinggal atau tempat bekerja, sedangkan pekuburan adalah tempat
mereka yang telah meninggal dimakamkan, yang sering juga disebut
taman, seperti Taman Makam Pahlawan. Di Indonesia pernah terjadi dan
mungkin juga masih berlangsung 'lomba kebersihan dan keindahkan kota',
maka para walikota dan bupati menggerakan rakyatnya untuk
mengusahakan, menjaga dan merawat kotanya agar bersih dan indah. Para
bupati dan walikota pun mencangkan motto dan dipasang di jalan-jalan,
misalnya 'kota ASRI, kota SANTRI, dst..". Kami berharap semoga tidak
hanya bersih dan indah secara phisik atau material saja, tetapi juga
secara manusiawi dan spiritual, artinya semua warganya bersih, beriman
dan baik, sehingga tidak ada kejahatan atau perilaku amoral
sedikitpun. Demikian juga perihal kuburan atau makam, semoga terjaga
kebersihan dan keindahannya sehingga tidak menjadi sarang penjahat dan
menakutkan. Jadikan makam atau kuburan menjadi semacam 'tempat wisata
rohani', dimana siapapun yang datang untuk mengunjungi makam dari
mereka yang telah dipanggil Tuhan mengenangkan kebaikan dan
nilai-nilai luhur yang telah ditinggalkannya. Mengenangkan berarti
menghadirkan kembali, maka jika kita dapat mengenangkan sungguh
berarti kita akan menghayati nilai-nilai luhur yang dulu dihayati oleh
mereka yang telah dipanggil Tuhan. Nilai-nilai luhur hendaknya
diabadikan melalui cara  hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
Kita juga dapat mengenangkan para tokoh agama atau masyarakat yang
dapat menjadi panutan dalam cara hidup dan cara bertindak kita.
"Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis,
apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu
kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang
menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan
orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita:
"Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" (Mzm 137:1-3)

 Ign 28 September 2011

27 spt


"Apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk
membinasakan mereka?"
(Za 8:20-23; Luk 51-56)

"Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan
pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa
utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa
orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi
orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya
menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes,
melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya
kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan
tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang
lain." (Luk 9:51-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Beerrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Vinsensius
de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
•       Setia pada hidup beriman atau beragama tidak akan terlepas dari
aneka tantangan, hambatan atau masalah, entah itu bersifat vocal atau
phisik. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus
mengarahkan pandanganNya serta murid-muridNya ke Yerusalem, yang
berarti harus melewati daerah orang-orang Samaria yang memusuhiNya,
dengan kata lain harus berhadapan dengan orang-orang yang akan
mempersulit atau menghambat perjalananNya. Menuju ke Yerusalem berarti
memenuhi kewajiban, tugas atau perutusan dengan paripurna. Kita semua
kiranya mendambakan pemenuhan penghayatan iman kita atau dambaan,
kerinduan dan cita-cita yang baik. Ada godaan ketika sedang berusaha
mewujudkannya menghadapi orang-orang yang mempersulit atau menghambat
maka kita akan berdoa "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh
api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" . Tantangan,
hambatan atau masalah yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan pada
iman, panggilan dan tugas pengutusan merupakan wahana atau jalan
menuju kesempurnaan hidup beriman, terpanggil atau terutus, maka
hendaknya dihadapi dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan.
Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu menghadapi dan
mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah tersebut.
St.Vinsensius de Paul yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat
menjadi teladan dalam menghadapi tantangan, masalah dan hambatan,
terutama dalam pelaksanaan tugas pengutusan untuk memperhatikan dan
melayani mereka yang miskin dan berkekurangan. Entah mereka miskin dan
berkeurangan secara phisik, social, psikis, emosional, intelektual
maupun spiritual, marilah kita perhatikan.
•       "Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Masih akan datang lagi
bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota. Dan penduduk kota yang satu
akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita
pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami
pun akan pergi!" (Za 8:20-21). "Mencari Tuhan semesta alam", itulah
kiranya dambaan atau kerinduan semua umat beriman atau beragama yang
baik dan benar. Tuhan hadir dan berkarya terus menerus dalam seluruh
ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan
gambar atau citraNya, dan karyaNya dalam diri manusia antara lain
dapat menjadi nyata dalam kehendak baik. Saya percaya bahwa orang yang
berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat atau
tidak baik, dan yang berkehendak tidak baik hanya sedikit atau
segelintir saja. Maka marilah kita cari Tuhan dalam diri sesama kita
yang berkehendak baik, dengan kata lain marilah kita saling membagikan
kehendak baik kita untuk disinerjikan dalam rangka menghadapi aneka
tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita bergotong-royong, saling
menolong dan mendukung dalam penghayatan iman serta pencarian Tuhan.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah
pepatah. Kita sama-sama beriman dan beragama alias percaya kepada
Tuhan, sama-sama ber-Tuhan, maka marilah kita perdalam dan teguhkan
kebersamaan kita sehingga terjadilah kesatuan hidup yang handal,
mempesona dan menarik. Kita hayati apa yang sama di antara kita
sehingga apa yang berbeda akan fungsional untuk memperdalam dan
memperkembangkan persatuan. Para suami-isteri, laki-laki dan
perempuan, yang berbeda satu sama lain kiranya memiliki pengalaman
bahwa perbedaan tidak menjadi hambatan untuk bersahabat dan bersatu,
maka kami berharap pengalaman tersebut diperdalam dan disebarluaskan
dalam kehidupan bersama, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, beriman dan beragama. Tuhan kita adalah Tuhan semesta alam,
maka selayaknya kita berusaha agar semua yang ada di alam raya ini
bersatu dan bersahabat satu sama lain, terutama manusia, ciptaan
terluhur dan termulia di alam raya ini.
"Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN
lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat
kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota
Allah." (Mzm 87:1-3)

Ign 27 September 2011

Minggu, 25 September 2011

26 spt


"Yang terkecil di antara kamu sekalian dialah yang terbesar."
(Za 8:1-8; Luk 9:46-50)
" Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Luk 9:46-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Anak-anak kecil hemat saya lebih suci daripada orang dewasa atau orangtua. Dalam hidup beriman atau beragama yang terbesar dan terhormat adalah yang tersuci, bukan yang kaya akan harta benda atau uang, ilmu pengetahuan atau pengalaman, dst.. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para orangtua dan guru/pendidik, yang setiap hari bersama dan bergaul dengan anak-anak untuk mengasihi dan melayani sebaik mungkin sehingga anak-anak kelak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas secara spiritual. Marilah anak-anak kita didik dan dampingi dalam 'cintakasih dan kebebasan' dan untuk itu hendaknya jangan pernah melecehkan atau merendahkan anak-anak, entah dengan memarahi atau menjelek-jelekkannya. Jika anak-anak kelak tidak tumbuh-berkembang menjadi pribadi yang cerdas secara spiritual berarti yang salah adalah para orangtua atau pendidik/guru. Dalam warta gembira hari ini kita juga dingatkan agar tidak merasa direndahkan atau disaingi ketika ada orang yang berbuat baik seperti kita atau meniru perbuatan baik kita. "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia di pihak kamu", demikian sabda Yesus. Bersyukurlah dan berterima kasihlah jika ada orang-orang yang meniru karya atau perbuatan baik atau pelayanan kita bagi sesama. Jika ada orang yang meniru cara hidup dan cara bertindak kita yang baik berarti karya missioner, pewartaan atau 'dakwah' kita melalui perilaku sebagai penghayatan iman sukses atau berhasil karena rahmat dan anugerah Tuhan.
·   "Sesungguhnya, Aku menyelamatkan umat-Ku dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya, dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran." (Za 8:7-8). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita sebagai umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk menjadi umat beriman 'dalam kesetiaan dan kebenaran', artinya kapanpun dan dimanapun kita diharapkan menjadi orang-orang yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan serta melakukan apa yang benar, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Sebagai suami-isteri hendaknya saling setia satu sama lain dalam hidup bersama dan saling mengasihi, sebagai pelajar setia belajar, sebagai pekerja setia bekerja, sebagai imam setia menjadi imam, dst… Tanda bahwa kita setia antara lain kita senantiasa melakukan apa yang baik, benar, menyelamatkan dan membahagiakan; kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun tidak akan pernah mengganggu orang lain atau menjadi beban bagi orang lain, melainkan menjadi  fasilitator untuk berbuat baik dan benar.
" Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN," (Mzm 102:16-19)   
Ign 26 September 2011

Sabtu, 24 September 2011

Minggu Biasa XXVI

"Sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Mg Biasa XXVI: Yeh 18:25-28; Flp 2:1-11; Mat 21:28-32
Dalam setiap kunjungan pastoralnya ke berbagai Negara atau wilayah Gerejani Paus Yohanes Paulus II senantiasa mohon agar diundang tamu-tamu "VVIP" (Very very important person), dan kepada mereka inilah sebelum Perayaan Ekaristi akan pertama kali dicium dan diberkati satu persatu. Dalam kunjungan pastoral di wilayah Keuskupan Agung Semarang, bertempat di lapangan Angkatan Udara Adi Sucipta, Maguwaharja, Yogyakarta, diundang tamu VVIP sebagaimana diharapkan. Mereka itu adalah "bayi, lansia, orang cacat, orang miskin, pasien sakit berat/hampir mati, dll." berjumah  20(dua puluh) orang. Bukankah hal ini berarti mereka yang pada umumnya dalam kehidupan biasa sehari-hari kurang diperhatikan atau tersingkir, namun didahulukan, mendahului orang-orang lainnya? Maka marilah kita renungkan kutipan Warta Gembira hari ini.   
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Mat 21:31)
Rekan-rekan perempuan yang menjadi pelacur atau 'menjual diri' kepada kaum laki-laki demi pemuasan seksual kiranya merupakan korban-korban alias terpaksa melacurkan diri karena kesewenangan atau kebejatan moral kaum laki-laki. Ada yang melacurkan diri karena diingkari oleh pacarnya yang telah merenggut keperawanannya sehingga hamil dan sang pacar melarikan diri, ada yang melacurkan diri sebagai balas dendam terhadap suaminya yang telah dengan seenaknya berbuat serong terhadap perempuan lain, dst.. , begitulah sebagaimana sering diberitakan dalam aneka mass media. Dengan kata lain sebenarnya mereka adalah orang-orang baik yang dijerumuskan ke dalam dosa oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Hal yang sama terjadi dalam diri para pemungut cukai, yang terjebak dalam dosa structural.
Pemungut cukai dan perempuan sundal sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira hari ini merupakan symbol orang-orang yang haus dan lapar akan kasih dan kebenaran, maka ketika ada orang yang mengasihi atau menyalurkan kebenaran kepadanya dengan sikap dan cepat mereka menanggapinya. Kesadaran dan penghayatan diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan itulah yang dimaksudkan dengan 'pemungut cukai dan perempuan sundal'. Maka, baiklah sebagai orang-orang beriman atau beragama, marilah kita menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa
Menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan berarti memiliki sikap mental 'terbuka', yaitu "sikap dan perilaku yang menunjukkan keleluasaan dalam menerima apa saja dari luar, membuka diri terhadap umpan balik, dan mampu memuat informasi apa saja dengan obyektif" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 28). Anak-anak kecil pada umumnya lebih terbuka daripada orang-orang dewasa atau orang tua. Keterbukaan diri terhadap sesamanya tanpa pandang bulu, yang berarti hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga terbuka terhadap sesamanya di satu sisi merupakan wujud keterbukaan diri kepada Tuhan dan di sisi lain merupakan modal dan pendalaman keterbukaan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain keterbukaan diri terhadap Tuhan tak dapat dipisahkan dari keterbukaan diri terhadap sesama manusia dan sebaliknya. Orang yang terbuka berarti juga bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati. Dalam hal keterbukaan ini saya pribadi terkesan dari dan terdidik oleh ibu/simbok saya yang beberapa waktu lalu telah dipanggil Tuhan, dimana ia selalu membuka diri terhadap aneka informasi, entah melalui siaran TV maupun ceritera dari orang lain, dan kemudian diolahnya sebagai sapaan, peringatan atau sentuhan Tuhan. Kami berharap anak-anak sedini mungkin terus diperdalam sikap mental keterbukaan yang telah dimilikinya, antara lain dengan teladan konkret dari para orangtuanya di dalam keluarga.
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Flp 2:5-8)
Pikiran dan perasaan sangat mempengaruhi atau dominan dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Ada orang yang dalam cara hidup dan cara bertindaknya begitu dikuasai oleh pikirannya dan sebaliknya ada yang dalam cara hidup dan cara bertindaknya begitu dikuasai oleh perasaannya, itulah dua ekstrim yang berlawanan dan sering terjadi. Hemat saya yang baik adalah integrasi atau  sinerji antara pikiran dan perasaan, perkawinan antara pikiran dan perasaan, yang dalam psiko-religius sering disebut sebagai cintakasih yang rational.
Secara cintakasih rational kita yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya yang sangat rendah hati. Telah berkali-kali dan tak jemu-jemunya saya mengangkat masalah rendah hati, mengingat dan mempertimbangkan masih banyak orang yang hidup dan bertindak dengan sombong. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).     
"Menjadi sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa" itulah yang dihayati oleh Yesus. Ajakan menjadi sama bagi kita tidak berarti kita mau sama dengan mereka yang lebih dari kita, melainkan menjadi sama dengan mereka yang kurang dari kita, dengan kata lain kita diharapkan 'menunduk' bukan 'menengadah', melihat ke bawah bukan melihat ke atas. "Yen mlaku  dungkluk, ojo ndlangak" (= Jika berjalan hendaknya menunduk, jangan menengadah), demikian kata orang Jawa. Yang dimaksudkan dengan 'mlaku/berjalan' di sini hemat saya adalah cara hidup dan cara bertindak kita, yaitu hendaknya senantiasa melihat ke bawah, memperhatikan dan mengasihi mereka yang kurang beruntung atau kurang berbahagia atau selamat dibandingkan dengan keberadaan kita.   
Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan dalam hal rendah hati atau 'melihat ke bawah' ini. Hendaknya para pemimpin atau atasan sering 'turba', turun ke bawah, untuk memperhatikan dan menyapa mereka: para buruh, pekerja, rakyat  atau komunitas. Kami berharap kepada mereka yang berada di dalam poros 'badan publik' maupun poros 'bisnis' untuk senantiasa bersama rakyat atau komunita di dalam perjalanan melaksanakan tugas panggilan atau menghayati fungsinya.
"Ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat."
(Mzm 25:4b-8)
Ign 25 September 2011

Jumat, 23 September 2011

Mg Biasa XXVI

Mg Biasa XXVI: Yeh 18:25-28; Flp 2:1-11; Mat 21:28-32

"Sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal
akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Dalam setiap kunjungan pastoralnya ke berbagai Negara atau wilayah
Gerejani Paus Yohanes Paulus II senantiasa mohon agar diundang
tamu-tamu "VVIP" (Very very important person), dan kepada mereka
inilah sebelum Perayaan Ekaristi akan pertama kali dicium dan
diberkati satu persatu. Dalam kunjungan pastoral di wilayah Keuskupan
Agung Semarang, bertempat di lapangan Angkatan Udara Adi Sucipta,
Maguwaharja, Yogyakarta, diundang tamu VVIP sebagaimana diharapkan.
Mereka itu adalah "bayi, lansia, orang cacat, orang miskin, pasien
sakit berat/hampir mati, dll." berjumah  20(dua puluh) orang. Bukankah
hal ini berarti mereka yang pada umumnya dalam kehidupan biasa
sehari-hari kurang diperhatikan atau tersingkir, namun didahulukan,
mendahului orang-orang lainnya? Maka marilah kita renungkan kutipan
Warta Gembira hari ini.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam
Kerajaan Allah." (Mat 21:31)
Rekan-rekan perempuan yang menjadi pelacur atau 'menjual diri' kepada
kaum laki-laki demi pemuasan seksual kiranya merupakan korban-korban
alias terpaksa melacurkan diri karena kesewenangan atau kebejatan
moral kaum laki-laki. Ada yang melacurkan diri karena diingkari oleh
pacarnya yang telah merenggut keperawanannya sehingga hamil dan sang
pacar melarikan diri, ada yang melacurkan diri sebagai balas dendam
terhadap suaminya yang telah dengan seenaknya berbuat serong terhadap
perempuan lain, dst.. , begitulah sebagaimana sering diberitakan dalam
aneka mass media. Dengan kata lain sebenarnya mereka adalah
orang-orang baik yang dijerumuskan ke dalam dosa oleh orang-orang yang
tak bertanggungjawab. Hal yang sama terjadi dalam diri para pemungut
cukai, yang terjebak dalam dosa structural.

Pemungut cukai dan perempuan sundal sebagaimana diwartakan dalam Warta
Gembira hari ini merupakan symbol orang-orang yang haus dan lapar akan
kasih dan kebenaran, maka ketika ada orang yang mengasihi atau
menyalurkan kebenaran kepadanya dengan sikap dan cepat mereka
menanggapinya. Kesadaran dan penghayatan diri sebagai pendosa yang
dipanggil Tuhan itulah yang dimaksudkan dengan 'pemungut cukai dan
perempuan sundal'. Maka, baiklah sebagai orang-orang beriman atau
beragama, marilah kita menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa
Menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan
berarti memiliki sikap mental 'terbuka', yaitu "sikap dan perilaku
yang menunjukkan keleluasaan dalam menerima apa saja dari luar,
membuka diri terhadap umpan balik, dan mampu memuat informasi apa saja
dengan obyektif" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi
Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 28). Anak-anak kecil
pada umumnya lebih terbuka daripada orang-orang dewasa atau orang tua.
Keterbukaan diri terhadap sesamanya tanpa pandang bulu, yang berarti
hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga terbuka terhadap sesamanya di
satu sisi merupakan wujud keterbukaan diri kepada Tuhan dan di sisi
lain merupakan modal dan pendalaman keterbukaan diri kepada Tuhan.
Dengan kata lain keterbukaan diri terhadap Tuhan tak dapat dipisahkan
dari keterbukaan diri terhadap sesama manusia dan sebaliknya. Orang
yang terbuka berarti juga bersikap mental belajar terus-menerus sampai
mati. Dalam hal keterbukaan ini saya pribadi terkesan dari dan
terdidik oleh ibu/simbok saya yang beberapa waktu lalu telah dipanggil
Tuhan, dimana ia selalu membuka diri terhadap aneka informasi, entah
melalui siaran TV maupun ceritera dari orang lain, dan kemudian
diolahnya sebagai sapaan, peringatan atau sentuhan Tuhan. Kami
berharap anak-anak sedini mungkin terus diperdalam sikap mental
keterbukaan yang telah dimilikinya, antara lain dengan teladan konkret
dari para orangtuanya di dalam keluarga.
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Flp 2:5-8)
Pikiran dan perasaan sangat mempengaruhi atau dominan dalam cara hidup
dan cara bertindak kita. Ada orang yang dalam cara hidup dan cara
bertindaknya begitu dikuasai oleh pikirannya dan sebaliknya ada yang
dalam cara hidup dan cara bertindaknya begitu dikuasai oleh
perasaannya, itulah dua ekstrim yang berlawanan dan sering terjadi.
Hemat saya yang baik adalah integrasi atau  sinerji antara pikiran dan
perasaan, perkawinan antara pikiran dan perasaan, yang dalam
psiko-religius sering disebut sebagai cintakasih yang rational.
Secara cintakasih rational kita yang beriman kepada Yesus Kristus
dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya yang sangat
rendah hati. Telah berkali-kali dan tak jemu-jemunya saya mengangkat
masalah rendah hati, mengingat dan mempertimbangkan masih banyak orang
yang hidup dan bertindak dengan sombong. "Rendah hati adalah sikap dan
perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu
dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya
lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan
dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti
Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

"Menjadi sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa" itulah yang
dihayati oleh Yesus. Ajakan menjadi sama bagi kita tidak berarti kita
mau sama dengan mereka yang lebih dari kita, melainkan menjadi sama
dengan mereka yang kurang dari kita, dengan kata lain kita diharapkan
'menunduk' bukan 'menengadah', melihat ke bawah bukan melihat ke atas.
"Yen mlaku  dungkluk, ojo ndlangak" (= Jika berjalan hendaknya
menunduk, jangan menengadah), demikian kata orang Jawa. Yang
dimaksudkan dengan 'mlaku/berjalan' di sini hemat saya adalah cara
hidup dan cara bertindak kita, yaitu hendaknya senantiasa melihat ke
bawah, memperhatikan dan mengasihi mereka yang kurang beruntung atau
kurang berbahagia atau selamat dibandingkan dengan keberadaan kita.
Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup bersama
dapat menjadi teladan dalam hal rendah hati atau 'melihat ke bawah'
ini. Hendaknya para pemimpin atau atasan sering 'turba', turun ke
bawah, untuk memperhatikan dan menyapa mereka: para buruh, pekerja,
rakyat  atau komunitas. Kami berharap kepada mereka yang berada di
dalam poros 'badan publik' maupun poros 'bisnis' untuk senantiasa
bersama rakyat atau komunita di dalam perjalanan melaksanakan tugas
panggilan atau menghayati fungsinya.

"Ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam
kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan
aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu
dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak
purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku
janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih
setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar;
sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat."
(Mzm 25:4b-8)

Ign 25 September 2011

Kamis, 22 September 2011

24 spt


"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."
(Za 2:1-5.10-11a; Luk 9:43b-45)
"Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya
itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Dengarlah dan camkanlah
segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia." Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya
tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan
mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya" (Luk
9:43b-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Yesus datang ke dunia untuk untuk menyelamatkan seluruh umat
manusia, dan untuk itu Ia harus diserahkan ke dalam tangan manusia.
Para murid tidak jelas apa arti 'diserahkan ke dalam tangan manusia'
dan mereka tidak berani bertanya sedikitpun kepada Yesus.  Diserahkan
ke dalam tangan manusia berarti senantiasa siap sedia dan rela
diperlakukan apapun oleh manusia demi keselamatan manusia yang
bersangkutan. Dengan kata lain orang tak mungkin hidup dan bertindak
hanya mengikuti keinginan  atau kemauan pribadi, melainkan harus
mengikuti kehendak dan harapan orang lain yang mendambakan kebahagiaan
dan keselamatan terutama jiwanya. Saya kira pada masa kini orang yang
bersikap mental demikian itu tidak banyak, mengingat dan memperhatikan
mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster menurun,
sementara itu cukup banyak mereka yang terpanggil mengundurkan diri
dalam perjalanan. Panggilan menjadi imam, bruder dan suster hemat saya
merupakan salah satu bentuk 'penyerahan diri ke dalam tangan manusia',
dengan kata lain orang sungguh "to be man/woman with/for others". Maka
kepada semuanya kami berharap untuk hidup dan bertindak sosial;
ingatlah, sadarilah dan hayatilah bahwa jati diri sejati kita sebagai
manusia adalah sebagai 'makhluk sosial'. Sikap mental sosial dapat
kita kembangkan dengan solidaritas, yang berarti dengan rendah hati
dan rela memperhatikan dan mengasihi mereka yang kurang beruntung jika
dibandingkan dengan diri kita sendiri. Sikap mental solider dapat kita
hayati dengan melepaskan aneka kebesaran yang kita miliki agar dapat
menjadi sama dengan yang lain, sebagaimana telah dihayati oleh Yesus,
Penyelamat Dunia, yang 'melepaskan ke AllahanNya' dan menjadi manusia
hina seperti kita kecuali dalam hal dosa.
•       "Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab
sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah
firman TUHAN; dan banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN
pada waktu itu" (Za 2:10-11a). Yang dimaksudkan dengan 'puteri Sion'
kiranya adalah umat Allah, umat beriman. Sebagai umat Allah atau umat
beriman kita diharapkan untuk senantiasa 'bersorak-sorai dan
bersukaria' , karena Tuhan berada di dalam diri kita, hidup dan
berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Orang yang
senantiasa bersorak-sorai dan bersukaria pasti akan menarik dan
mempesona, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan
menggabungkan diri. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk
senantiasa penuh senyum seperti orang gila, serta tidak pernah melukai
atau menyakiti yang lain sedikitpun. Coba perhatikan dan cermati orang
gila: ia senantiasa senyum-senyum dan tak pernah marah, karena
kemarahannya sudah habis atau ditinggalkan atau dilampaui. Karena
Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita serta Ia Maha segalanya, maka
selayaknya mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan
perintah dan kehendakNya, dan secara konkret berarti setia kepada
aneka janji yang telah diikrarkan, mentaati dan melaksanakan aneka
tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan
pekerjaan kita masing-masing. Maka hendaknya dengan segenap hati,
segenap jiwa , segenap akal budi dan segenap tenaga atau tubuh
berusaha keras melaksanakan aneka tata tertib atau aturan. Kerja keras
merupakan salah satu kunci kesuksesan atau keberhasilan dalam
menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Orang-orang
sukses di dunia ini adalah orang-orang pekerja keras dalam profesi
atau tugas yang menjadi miliknya. "Bekerja keras adalah sikap dan
perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka
berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam
melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi
Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 10).  Kami berharap
anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih dan dibina untuk
bekerja keras serta dijauhkan dari aneka bentuk pemanjaan, antara lain
dengan teladan konkret dari bapak-ibu atau orangtua.
"Sebab Aku menyertai engkau, demikianlah firman TUHAN, untuk
menyelamatkan engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau
Kuserahkan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan.
Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak
memandang engkau tak bersalah." (Yer 30:10-11)

Ign 24 September 2011

23 spt


"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan"
(Hag 2:1b-10: Luk 9:19-22)

" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia,
ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah
bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku
ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka
dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa
pun. Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Luk
9:19-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Padre Pio,
imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
•        Padre Pio menerima anugerah Tuhan berupa stigmata, yaitu luka-luka
berdarah pada kaki, tangan dan lambungnya. Namun apa yang dialami
tersebut mendapat tantangan dan ancaman dari saudara-saudarinya, para
imam bahkan dari Vatikan. Ia dituduh kerasukan setan. Memang mujizat
pada awalnya senantiasa mendapat kecurigaan dan ketidak-percayaan dari
orang lain, termasuk dari mereka yang berkuasa atau berwenang.
Anugerah Tuhan secara khusus memang menimbulkan pertanyaan dan
kecurigaan, sebagaimana banyak orang kurang percaya kepada Yang
Tersalib. Dalam Warta Gembira hari ini Petrus menyatakan imannya
kepada Yesus bahwa Ia adalah "Mesias dari Allah", namun Yesus melarang
untuk memberitahukan hal itu kepada siapapun, karena para pengikut
atau pendengarNya belum siap untuk mengimani seutuhnya. Setia beriman
kepada Yesus atau Allah berarti harus siap sedia dan rela menanggung
banyak penderitaan karena kesetiaannya. "Setia adalah sikap dan
perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian
yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/ edit: Pedoman Penanaman
Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kami mengajak
kita semua, segenap umat beriman atau beragama, untuk setia pada
ajaran utama dari agamanya masing-masing, yang tidak lain adalah sama,
yaitu saling mengasihi. Semua agama(cq pendiri agama!) pasti
mengajarkan cintakasih dan mendambakan para pemeluk atau pengikutnya
hidup saling mengasihi dengan siapapun dan dimanapun. Ketika dihina,
dilecehkan atau direndahkan tetap  mengasihi mereka yang menghina,
melecehkan atau merendahkan, memang untuk itu secara phisik,
psikologis maupun sosial merasa sakit dan menderita; jika demikian
adanya hayatilah sakit dan derita tersebut dengan gembira dan
bergairah, dan secara khusus kepada  yang beriman kepada Yesus Kristus
hendaknya berbahagia karena telah diperkenakan untuk berpartisipasi
dalam penderitaan dan sengsaraNya.
•       "Sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman
TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar;
kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN;
bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN
semesta alam, sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada
waktu kamu keluar dari Mesir. Dan Roh-Ku tetap tinggal di
tengah-tengahmu. Janganlah takut" (Hag 2:5-6). Kutipan ini kiranya
dapat menjadi pegangan atau pedoman hidup dan bertindak kita dimanapun
dan kapanpun. Marilah tetap teguh hati dalam melakukan apapun asal
baik dan menyelamatkan serta membahagiakan, terutama keselamatan atau
kebahagiaan jiwa, meskipun untuk itu harus bekerja keras dan
menderita. "Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut",
inilah firman yang hendaknya menjadi pedoman dan pegangan kita dalam
hidup dan bertindak. Tuhan senantiasa menyertai dan menjiwai siapapun
yang berkehendak dan bertindak baik, maka bersama dan bersatu dengan
Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka tantangan, hambatan dan
penderitaan. Rekan-rekan ibu atau perempuan yang pernah melahirkan
anak kiranya memiliki pengalaman dalam menghadapi dan mengalami
penderitaan, maka kami berharap untuk meneguhkan dan mengembangkan
pengalaman tersebut dalam hidup sehari-hari serta kemudian
menyebarluaskan kepada sesamanya. Bukankah ketika sedang melahirkan
anak mengalami penderitaan dan meskipun demikian tidak takut
sedikitpun? Penderitaan yang lahir dari kesetiaan pada iman, panggilan
dan tugas pengutusan adalah wahana atau jalan menuju ke keselamatan
dan kebahagiaan sejati yang tak akan luntur. Maka tetap bersyukur dan
berterima kasihlah ketika setia pada panggilan dan tugas pengutusan
harus menderita!.
"Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku
kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir. Engkau
yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada
bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya.
Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pahlawan, dalam keagunganmu dan
semarakmu!" (Mzm 45:2-4)

Ign 23 September 2011

Rabu, 21 September 2011

22 spt

"Ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus"
(Hag 1:1-8; Luk 9:7-9)

" Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun
merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah
bangkit dari abntara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia
telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari
nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah
kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan
hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan
Yesus." (Luk 9:7-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Herodes adalah seorang raja, yang berarti ia adalah orang yang
berkuasa dan dihormati, yang terpilih di antara bangsanya. Saya yakin
ketika diangkat menjadi raja ia pasti berkendak baik dan berusaha
untuk mensejahterakan rakyatnya; yang demikian ini pada umumnya juga
menjadi cirikhas para pemimpin Negara yang baru saja terpilih. Namun
dalam perjalanan waktu kehendak dan niat baik tersebut mengalami erosi
atau luntur karena godaan oleh nafsu akan harta benda/uang,
pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi. Ia dalam ombang-ambing atau
hidup mendua antara berusaha untuk mendengarkan nasihat orang-orang
baik dan nafsu pribadi akan harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan
kehormatan duniawi, sebagaimana dialami oleh Herodes yang 'berusaha
supaya dapat bertemu dengan Yesus". Maka dengan ini kami berharap
kepada siapapun yang berkendak baik untuk mengusahakan dan
memperjuangkan kesejahteraan umum tanpa takut dan gentar menasihati
para pemimpin yang terombang-ambing atau hidup mendua. Sekiranya
pemimpin yang bersangkutan rela mendengarkan namun berat
melaksanakannya, biarlah paling tidak anda dapat mengendalikan atau
membatasi keserakahannya. Memang jarang sekali pemimpin Negara di
dunia ini yang sungguh bersih, jujur serta tidak melakukan korupsi.
Para pemimpin memang pada umumnya harus kompromi dengan keadaan atau
situasi dan jarang yang berani dengan tegas untuk menentukan pilihan
berat dan mulia. Aneka macam bentuk kompromi memang pada umumnya
kurang memuaskan semua pihak, dan masing-masing harus rela berkorban.
Kami berharap kepada semua orang yang berkehendak baik untuk tetap
setia pada kehendaknya, dan biarlah para pemimpin te. rgerak untuk
berusaha bertemu dengan orang-orang yang berkehendak baik, dan dengan
demikian membatasi diri dalam hal pemuasan nafsu pribadi

•       "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu
menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan,
tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas;
kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang
bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam
pundi-pundi yang berlobang!" (Hag 1:5-6). Mungkinkah keadaan kita sama
seperti yang digambarkan di atas ini? Jika hal ini terjadi berarti
menunjukkan kegagalan hidup bersama atau kerja pemimpin. Dengan kata
lain hidup bersama masih diwarnai oleh egoisme dan keserakahan mereka
yang berada di poros badan publik maupun di poros bisnis; hidup
bersama lebih ditentukan oleh kerjasama antar badan publik dan bisnis
serta mengesampingkan poros komunitas atau rakyat. Maka kami berharap
kepada mereka yang berada di poros badan publik maupun bisnis untuk
berpihak pada dan bersama komunitas atau rakyat. Kesejahteraan hidup
rakyat merupakan tanda kesuksesan kerja dan usaha mereka yang berada
di poros badan publik maupun bisnis. Secara khusus kami mengajak dan
mengingatkan para pebisnis atau pengusaha untuk senantiasa
mensejahterakan semua tenaga kerja yang membantunya tanpa pandang
bulu. Kesejahteraan tenaga kerja, pegawai dan buruh merupakan tanda
keberhasilan usaha dan usaha akan terus berkembang dan maju.
Sebaliknya ketika para tenaga kerja, pegawai dan buruh kurang
sejahtera maka ada godaan untuk bekerja seenaknya atau melakukan
korupsi dan dengan demikian usaha akan hancur berantakan. Hal yang
sama berlaku bagi para pemimpin yang berada di poros badan publik:
rakyat sejahtera tanda keberhasilan pemimpin dan pada gilirannya
rakyat akan berpartisipasi aktif dan proaktif mendukung rencana dan
usaha pemimpin.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam
jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan
kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan
keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Ign 22 September 2011

Selasa, 20 September 2011

21 spt


"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa"
(Ef 4:1-7.11-13; Mat 9:9-13)

" Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama
Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku."
Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan
di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang
Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus:
"Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang
berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah
arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa."(Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.
Matius, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•       Yesus adalah Penyelamat Dunia, artinya Ia datang di dunia untuk
menyelamatkan bagian dunia yang tidak selamat, menyembuhkan yang
sakit, membimbing orang tersesat, mengampuni orang berdosa, mendidik
mereka yang kurang terdidik, dst.. "Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa", demikian sabdaNya. St Matius
yang kita kenangkan hari ini memang termasuk dalam kalangan
orang-orang berdosa (dosa structural), yaitu sebagai kepala pemungut
pajak. Kiranya sejak dahulu sampai sekarang sudah menjadi kebiasaan
bahwa para petugas pajak senantiasa terjebak untuk manipulasi atau
korupsi; orang-orang berkehendak baik sering tak mampu lagi bertahan
diri sehingga terbawa arus dalam manipulasi atau korupsi demi memenuhi
kebutuhan hidup sosial-ekonominya. Matius kiranya termasuk orang yang
berkehendak baik, maka ketika mendengar panggilan Yesus ia langsung
meninggalkan jabatannya sebagai kepala pemungut pajak. Orang-orang
Farisi bersungut-sungut atas apa yang dilakukan oleh Yesus. Sebagai
orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk
meneladanNya, yaitu berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Maka
baiklah jika saudara-saudari kita bersalah hendaknya dengan rendah
hati diampuni, yang frustrasi kita dekati dalam kasih untuk bangkit
dan bergairah, yang bodoh kita dampingi dengan kesabaran, ketekunan
dan pengorbanan agar cerdas atau pandai, yang kurangajar kita beri
ajaran-ajaran sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya, dst.. Kami
percaya bahwa di sekolah atau tempat kerja/usaha kita pasti ada yang
kurangajar, kurang bermoral dst.., maka baiklah mereka kita tolong dan
dampingi agar terbebaskan dari kekurangajarannya maupun kenakalannya.
Secara khusus kami berharap kepada para orangtua untuk lebih
memperhatikan anak-anaknya yang lemah, bodoh, nakal, kurang sehat
dst.., dan untuk menghindari hal itu hendaknya sedini mungkin
anak-anak diberi gizi yang baik serta perhatian yang memadai dari
orangtua.
•       "Aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan,
supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan
dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut,
dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan
berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Ef
4:1-3), demikian nasihat Paulus kepada umat di Efesus, yang hendaknya
kita hayati juga sebagai nasihat bagi kita semua yang beriman kepada
Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak
dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar untuk membangun dan
memperdalam hidup bersama yang damai sejahtera. Telah berkali-kali
saya mengingatkan agar kita hidup dan bertindak dengan rendah hati.
Rendah hati merupakan keutamaan dasar kebalikan dari kesombongan.
Orang yang rendah hati senantiasa hati, jiwa, akal budi dan tubuhnya
terbuka atas berbagai ajakan, sentuhan, nasihat, ajaran, informasi
dst.., dengan kata lain senantiasa siap sedia dan rela untuk dididik,
dibina, ditumbuh-kembangkan, diajar, diberi tahu, dituntun dst… Dengan
lain orang bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati. Kami
berharap semakin tua/tambah usia, semakin berpengalaman, semakin
pandai/cerdas, semakin berkedudukan dan berpengaruh dalam hidup
bersama berarti semakin rendah hati, lemah lembut dan sabar. Kita
dipanggil untuk membangun dan memperdalam kesatuan hidup bersama dalam
ikatan Roh, semangat, visi-misi dst.. Maka perkenankan kami mengajak
dan mengingatkan segenap anggota lembaga hidup bakti untuk memperdalam
penghayatan semangat atau karisma pendiri, sedangkan kita semua yang
beriman kepada  Yesus Kristus hendaknya memperdalam penghayatan iman
kepada Yesus Kristus, sehingga layak disebut sebagai sahabat-sahabat
Yesus.
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan
pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan
malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan
tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka
terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.
Ia  memasang kemah di langit untuk matahari,"
 (Mzm 19:2-5) Ign 21 September 2011

Senin, 19 September 2011

20 spt


"Yang mendengarkan firman Allah dan melalukannya"
(Ezr 6:7-8.12b.14-20; Luk 8:19-21)

" Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Kim Taegon, imam, dan Paulus Chong Hasang dkk., martir-martir di Korea hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

•       Para martir Korea yang kita kenangkan hari ini mayoritas adalah kaum
awam yang bersaksi iman dalam aneka tantangan dan penderitaan karena
kesetiaan pada imannya. Mayoritas anggota Gereja atau Umat Allah
adalah kaum awam juga, maka dalam rangka mengenangkan para martir
Korea ini perkenankan secara khusus kami mengajak dan mengingatkan
rekan-rekan awam untuk menghayati panggilan kemartiran dalam hidup
sehari-hari dengan menjadi saksi iman dimanapun dan kapanpun. Dengan
kata lain marilah kita hayati sabda Yesus "IbuKu dan saudara-saudaraKu
ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya".

"Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. …mereka dipanggil oleh Allah, untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup mereka, serta menampakkan Kristus kepada sesama" (Vatikan II: LG no 31). Kami berharap rekan-rekan awam merenungkan dan menghayati ajakan Gereja di atas ini: melaksanakan aneka tugas dengan semangat Injil atau menjadi saksi iman, harapan dan cinta kasih dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. Salah satu bidang kehidupan yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan masa kini adalah pengelolaan atau pengurusan harta benda dan uang dengan baik dan benar, mengingat dan memperhatikan korupsi masih marak di sana-sini.
•       "Untuk pentahbisan rumah Allah ini mereka mempersembahkan lembu jantan seratus ekor, domba jantan dua ratus ekor dan anak domba empat ratus ekor; juga kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bagi seluruh orang Israel dua belas ekor, menurut bilangan suku Israel. Mereka juga menempatkan para imam pada golongan-golongannya dan orang-orang Lewi pada rombongan-rombongannya untuk melakukan ibadah kepada Allah yang diam di Yerusalem, sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Musa" (Ezr 6:17-18). Sebagai umat beriman atau umat Allah marilah kita sadari dan hayati bahwa tubuh kita adalah 'rumah Allah', karena Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka marilah kita jaga dan rawat tubuh kita agar tetap suci adanya, dan hendaknya jangan mencemarkan anggota tubuh kita satupun dengan perbuatan dosa atau jahat atau amoral, dan tentu saja hendaknya juga jangan menyakiti tubuh orang lain dengan cara apapun. Pencemaran anggota tubuh sering terjadi dengan tindakan seksual yang menyimpang seperti melacurkan diri atau berhubungan seks dengan orang lain yang bukan pasangan hidupnya atau suami/isterinya sendiri atau pergaulan seks bebas di kalangan remaja dan muda-mudi. Jagalah dan rawatlah semua anggota tubuh anda agar tetap bersih, suci dan sehat serta segar, sehingga menarik dan mempesona bagi orang lain: laki-laki semakin tampan dan perempuan semakin cantik. Ketika melihat laki-laki tampan atau perempuan cantik hendaknya tidak tergoda untuk berbuat jahat atau amoral, melainkan hendaknya memuji dan memuliakan Tuhan.Hormatilah dan pujilah apa yang baik, indah, menawan dan bagus dalam  diri anda sendiri maupun saudara-saudari kita, karena semuanya itu merupakan anugerah dan karya Allah. Kami berharap kepada para suami-isteri maupun rekan remaja dan muda-mudi untuk saling menjaga dan membantu usaha kesucian tubuh masing-masing. Dalam hal makan dan minum hendaknya tidak mengkonsumsi apa yang dapat membuat anggota tubuh sakit atau kurang berfungsi secara penuh, misalnya aneka jenis  narkoba dst..

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi kerumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel.Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122;1-5)

Ign 20 September 2011

Minggu, 18 September 2011

19 spt


"Semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya"
(Ezr 1:1-6; Luk 8:16-18)

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan
tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia
menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke
dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang
tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang
rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu,
perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya
akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:16-18),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Setiap manusia menerima anugerah Tuhan, antara lain berupa bakat,
hobby atau keterampilan, tergantung dari lingkungan hidupnya. Dalam
iman kiranya harus kita hayati bahwa semua anugerah tersebut kita
terima secara cuma-cuma dari Tuhan, maka selayaknya kita bagikan
dengan murah hati kepada saudara-saudari kita dalam lingkungan hidup
dan kerja maupun pergaulan kita dimanapun dan kapanpun. "Tidak ada
orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas
kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat
cahayanya", demikian sabda Yesus. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa
keterampilan semakin dibagikan kepada orang lain tidak akan berkurang
melainkan semakin bertambah dan handal, demikian juga dengan bakat,
hobby, kecerdasan/kepandaian dll… Sumbangkan keterampilan, bakat,
hobby, kecerdasan/kepandaian anda kepada sesama anda dimanapun dan
kapanpun, hendaknya jangan pelit untuk membagikan atau
menyumbangkannya. Selain diberikan atau disumbangkan kepada orang
lain, baiklah jika keterampilan, bakat, hobby, kepandaian atau
kecerdasan tersebut juga terus diperdalam dan dikuatkan dengan belajar
terus-menerus, misalnya mengikuti aneka kursus atau pendidikan yang
terkait atau sesuai dengan keterampilan, bakat, hobby dan kecerdasan
anda. Hendaknya jangan malu menampilkan atau menghadirkan diri dengan
penuh aktif dan proaktif dalam hidup bersama untuk membagikan
keterampilan, bakat, hobby atau kecerdasan tersebut, yang anda miliki.
Mereka yang pelit membagikannya akan menjadi orang 'kerdil' dalam
segala hal.
•       "Berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang
Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang
yang hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan
rumah TUHAN yang ada di Yerusalem.Dan segala orang di sekeliling
mereka membantu mereka dengan barang-barang perak, dengan emas, harta
benda dan ternak dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari
segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela" (Ezr 1:5-6).
Mungkin pada saat ini di lingkungan hidup atau tempat tinggal dan
kerja anda sedang ada kegiatan pembangunan, entah phisik maupun
spiritual. Secara phisik misalnya pembangunan aneka macam
sarana-prasarana untuk kepentingan umum seperti gedung pertemuan,
tempat ibadat, dll.., hendaknya anda tidak berpangku tangan, melainkan
marilah meneladan umat di sekitar Yerusalem pada waktu itu: "membantu
mereka dengan barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak
dan dengan pemberian indah-indah, selain dari segala sesuatu yang
dipersembahkan dengan sukarela". Jika kita tidak memiliki harta benda
atau uang, baiklah kita sumbangkan tenaga dan waktu kita bagi
pembangunan tersebut. Yang tidak kalah penting adalah pembangunan
kehidupan bersama sebagai umat Allah. Kami berharap kita senantiasa
dapat berpartipasi dalam pembangunan hidup bersama sebagai umat Allah,
sehingga kebersamaan hidup umat Allah mempesona, menarik dan
menggairahkan. Secara konkret dalam kehidupan beragama sering ada
perjumpaan bersama seperti ibadat di tempat ibadat, pendalaman iman
atau doa bersama di lingkungan atau tempat kerja dst..  Kami mengajak
anda sekalian untuk aktif dan proaktif serta selalu menghadiri
perjumpaan-perjumpaan umat Allah tersebut.  Ingatlah, sadari dan
hayati bahwa dalam kebersamaan pada umumnya kita akan diperkaya dengan
berbagai pengalaman melalui curhat atau percakapan, dimana
masing-masing membagikan pengalamannya. Percayalah bahwa jika hatim,
jiwa dan akal budi kita baik, maka perjumpaan antar kita dalam bentuk
apapun dan dimanapun akan membuahkan hasil-hasil yang menyelamatkan
dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa.
"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti
orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan
tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah
orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar
kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada
kita, maka kita bersukacita" (Mzm 126:1-3)

Ign 19 September 2011

Jumat, 16 September 2011

Mg Biasa XXV

Mg Biasa XXV: Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24.27a; Mat 20:1-16a
"Orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu
akan menjadi yang terakhir."

Setiap tahun para uskup di Indonesia berkumpul di Kantor KWI-Jakarta
untuk menyelenggara-kan sidang para uskup. Di balik penyelenggaraan
sidang uskup tersebut, yang mungkin kurang diketahui oleh mayoritas
umat Allah adalah masalah beaya, entah beaya selama berada di Jakarta
maupun perjalanan ke Jakarta pp. Seluruh beaya sidang, akomdasi  dan
perjalanan ditanggung bersama pukul rata, jauh dekat membayar beaya
yang sama, sebaliknya beaya perjalanan juga dikembalikan, maka mereka
yang jauh menerima pengembalian beaya perjalanan lebih besar,
sedangkan yang dekat tidak menerima kembali beaya perjalanan.
Jauh-dekat menanggung beban beaya yang sama, itulah yang terjadi. Cara
ini rasanya senada dengan isi perumpamaan sebagaimana dikisahkan dalam
Warta Gembira hari ini, yaitu mereka yang bekerja sejak pagi sampai
sore dan yang bekerja siang sampai sore menerima imbal jasa yang sama.
Mereka yang bekerja sejak pagi bersungut-sungut karena menerima imbal
jasa sama dengan yang bekerja kemudian, padahal mereka mendambakan
imbal jasa lebih besar daripada yang kemudian. Menanggapi
sungut-sungut tersebut pemberi kerja menjawab: "Tidakkah aku bebas
mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah
engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
(Mat 20:15-16). Baiklah kita renungkan apa maksud jawaban tersebut!
"Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang
terdahulu akan menjadi yang terakhir." (Mat 20:16)
Yang dimaksudkan dengan 'yang terdahulu' di sini adalah tokoh-tokoh
Yahudi yang sombong dan merasa diri sebagai orang-orang penting dalam
masyarakat, sebaliknya 'yang terakhir' adalah rakyat kecil atau
orang-orang miskin dan merasa  diri sebagai yang tak berguna alias
berdosa. Kesombongan dan kerendahan hati itulah dua sikap mental yang
berlawanan, dan kita semua kiranya sebagai orang beriman dipanggil
untuk bersikap mental rendah hati.
Beriman antara lain memang berarti menyadari dan menghayati diri
sebagai pendosa yang dipanggil dan dikasihi oleh Tuhan serta diutus
untuk menjadi saksi iman sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan yang
ada. Maka marilah, entah pekerjaan atau tugas apapun yang harus kita
lakukan, kita menjadi saksi iman selama bekerja atau bertugas. Salah
satu sikap mental yang menjiwai dalam bersaksi iman adalah
keterbukaan, senantiasa membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh bagi
aneka kemungkinan dan kesempatan. Orang yang bersikap mental demikian
itu pasti akan semakin diperkaya dengan aneka nilai atau keutamaan
hidup yang membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan
keselamatan jiwa.
Kita juga diingatkan dan diajak untuk bermurah hati serta tidak iri
hati terhadap orang yang menerima kemurahan hati dari orang lain.
Murah hati berarti hatinya dijual murah kepada siapapun, artinya
memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu. Kami berharap
kepada para pemimpin, atasan dan petinggi alias mereka yang
berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan dalam
bermurah hati terhadap sesamanya. Tentu saja pertama-tama dan terutama
hendaknya bermurah hati kepada para anggota, bawahan atau yang
dipimpin, yang hidup atau bekerja sama sehari-hari. Hendaknya tidak
hanya memperhatikan mereka yang nampak penting atau terkmuka saja,
melainkan semuanya, terutama  mereka yang sering kurang menerima
perhatian.
Kami berharap kepada kita semua untuk memperhatikan mereka yang
miskin, kecil dan tersingkir, seperti para buruh dan pekerja harian
yang sering kurang menentu masa depannnya. Marilah kita hayati salah
satu motto hidup beriman yaitu "preferential option for/with the poor"
(=keberpihakan pada/bersama yang miskin dan berkekurangan). Kepada
para pemilik maupun pemimpin perusahaan kami harapkan menyadari dan
menghayati bahwa keberhasilan usaha anda antara lain karena kerja
keras dan keringat para buruh atau pekerja, maka hendaknya memberikan
imbal jasa kepada mereka yang memadai, yang dapat mensejahterakan
hidupnya maupun keluarganya. Ingat dan sadari bahwa jika anda tidak
bermurah hati kepada para pekerja atau buruh dengan memberikan imbal
jasa yang memadai, maka ada bahaya mereka akan bekerja seenaknya serta
berbuat jahat atau korupsi, dan dengan demikian usaha anda akan mundur
dan hancur berantakan. Selanjutnya marilah kita renungkan kesaksian
iman Paulus kepada umat di Filipi di bawah ini.
"Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika
aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah"
(Flp 1:21-22)
 Hidup atau mati adalah milik Allah, maka hidup kita adalah anugerah
Allah, dan sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil
untuk hidup dan bertindak sesuai dengan sabda Yesus atau meneladan
cara hidup dan cara bertindakNya agar apapun yang kita lakukan atau
kerjakan menghasilkan buah yang menyelamatkan dan membahagiakan,
terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa, entah jiwa kita sendiri
maupun jiwa saudara-saudari kita. "Jika aku harus hidup di dunia ini,
itu berarti bagiku bekerja memberi buah", demikian kesaksian Paulus,
yang hendaknya juga menjadi kesaksian kita semua.
Buah kerja selain imbal jasa atau gaji guna memenuhi kebutuhan hidup
pribadi maupun keluarga adalah kebahagiaan dan kenikmatan dalam
bekerja karena telah melaksanakan perintah Allah, yaitu
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Hendaknya
bekerja apapun kita tidak malu atau merasa berat  atau sebagai beban,
" Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah
jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN" (Yes 55:8). Karena hidup adalah
anugerah Tuhan, maka pekerjaan apapun juga merupakan anugerah Tuhan.
Agar buah kerja atau belajar kita sesuai dengan kehendak Tuhan,
marilah baik bekerja atau belajar kita hayati sebagai ibadah kepada
Tuhan, sehingga suasana bekerja atau belajar bagaikan suasana ibadah,
rekan bekerja dan belajar bagaikan rekan beribadah, perlakuan dan
perawatan sarana kerja atau belajar bagaikan memperkukan dan merawat
sarana ibadah dst… Dengan kata lain marilah kita hayati ajakan nabi
Yesaya " Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah
kepada-Nya selama Ia dekat" (Yes 55:6). Marilah kita jumpai Tuhan
dalam segala sesuatu atau hayati kehadiran dan karya Tuhan dalam
segala sesuatu. Tuhan hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja,
dalam diri manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan.
Buah karya Tuhan dalam diri manusia yang saling mengasihi antara
laki-laki dan perempuan antara lain adalah seorang  anak, yang
tumbuh-berkembang dalam rahim perempuan serta kemudian dilahirkan
dalam dan oleh kasih. Setiap dari kita adalah buah kasih atau yang
terkasih, maka bertemu dengan orang lain berarti kasih bertemu dengan
kasih. Barangsiapa hidup dan bertindak saling mengasihi berarti Tuhan
hidup dan berkarya di dalamnya. Maka marilah kita cari dan imani Tuhan
yang hidup dan berkarya dalam orang-orang yang saling mengasihi.
Rancangan Tuhan bagi kita semua adalah agar kita hidup dan bertindak
saling mengasihi satu sama lain, maka hendaknya tidak hidup dan
bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan
hendaknya senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan.
"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu
untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan
kebesaran-Nya tidak terduga. TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang,
dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya."
(Mzm 145:2-3.8-9)

Ign 18 September 2011

17 spt

"Berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan"
(1Tim 6:13-16; Luk 8:4-15)

" Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang
yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia
dalam suatu perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk
menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh
di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara
memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh
bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di
tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat."
Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk
mendengar, hendaklah ia mendengar!" Murid-murid-Nya bertanya
kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: "Kepadamu
diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya
sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar,
mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah
firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah
mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari
dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah
mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu
tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan
mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah
mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka
terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga
mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang
baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya
dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." (Luk
8:4-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Robertus
Bellarmino, Imam Yesuit dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•       Salah satu tujuan atau tugas pengutusan Serikat Yesus sebagaimana
tertulis dalam Surat Kegembalaan Paus Julius III 'Exposcit debitum'
atau Formula Institute SJ, tertanggal 21 Juli 1550 adalah "mengajar
agama kristiani kepada anak-anak dan orang-orang sederhana". Hemat
saya untuk mengajar agama macam itu harus dengan
perumpamaan-perumpamaan atau contoh-contoh hidup sehari-hari
sebagaimana dialami oleh para pendengar, anak-anak dan orang-orang
sederhana. Orang bijak dan pandai sejati memang orang yang dapat
menyederhanakan apa yang sulit dan berbelit-belit, sehingga dapat
dimengerti difahami oleh semua orang. Begitulah juga yang dilakukan
oleh Yesus dalam mewartakan Kabar Gembira; dalam kisah hari ini Ia
menggunakan perumpamaan penabur yang sedang menaburkan benih. St
Robertus Bellarmino yang kita kenangkan hari ini juga dikenal sebagai
'penulis karya teologi, ketekismus kecil dan besar, yang kemudian
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa", suatu usaha untuk mewartakan
Kabar Baik agar mudah dimengerti dan diterima oleh banyak orang. Maka
dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan guru/dosen atau
pengajar maupun para pengkotbah untuk meneladan Yesus atau St.Roberto
Bellarmino: mengajar atau berkobah hendaknya memperhatikan para
pendengar serta kemudian menyesuaikan cara pengajaran atau kotbah
sesuai dengan situasi dan kondisi para pendengar, agar apa yang
diajarkan atau dikotbahkan dapat diterima dan diresapkan dengan baik
oleh para pendengar.
•       "Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela,
hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu
saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang
penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala
tuan"(1Tim 6:14-15), demikian pesan Paulus kepada kita semua umat
beriman melalui Timotius. Kita diajak dan diingatkan untuk senantiasa
mentaati dan melaksanakan perintah Allah sampai kematian kita atau
kita dipanggil Tuhan. Semua perintah Allah kiranya dapat dipadatkan ke
dalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana
Allah telah mengasihi kita. Maka marilah kapanpun dan dimanapun serta
dengan siapapun kita senantiasa saling mengasihi. Ingatlah, sadarilah
dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita dapat tumbuh berkembang
sebagaimana adanya saat ini hanya karena dan oleh kasih, dan
masing-masing dari kita telah menerima kasih Allah melimpah ruah
melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan atau hidup dan
bekerja bersama dengan kita. Kita tanggapi kasih tersebut dengan
senantiasa hidup dan bertindak penuh syukur dan terima kasih. Kami
berharap anak-anak sedini mungkin dibina dan dididik hidup dan
bertindak penuh syukur dan terima kasih di dalam keluarga melalui
teladan dan aneka nasihat orangtua/bapak-ibu.
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya
dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang
menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba
gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah
kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya
untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun" (Mzm
100:2-5)

Ign 17 September 2011

Kamis, 15 September 2011

16 spt

"Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia"
(1Tim 6:2c-12; Luk 8:1-3)

"Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota
dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas
murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan
yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit,
yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh
roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak
perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan
kekayaan mereka." (Luk 8:1-3), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Kornelius,
Paus, dan St.Siprianus, Uskup, hari inin saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•        Terpanggil sebagai rasul berarti berpartisipasi dalam 'memberitakan
Injil Kerajaan Allah' , kabar gembira atau apa-apa yang menggembirakan
dan menyelamatkan, terutama jiwa manusia. Hari ini kita kenangkan
St.Kornelius dan St.Siprianus, Paus dan Uskup, yang tidak lain adalah
penerus tugas para rasul. Mereka berbeda jabatan atau fungsi dan juga
berjauhan tempat tinggal dan tugas, namun kita kenangkan bersama-sama,
yang mengingatkan kita semua yang memiliki tugas merasul atau
missioner agar melaksanakan tugas bersama-sama, bergotong-royong,
saling membantu satu sama lain. Kebersamaan para rasul juga didukung
oleh para perempuan yang 'melayani rombongan itu dengan kekayaan
mereka'. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri:
sejauh mana kita, tanpa pandang bulu, berpartisipasi dalam kerasulan
serta bekerjasama satu sama lain? Kami berharap kepada semuanya untuk
berpartisipasi dalam tugas merasul, mewartakan kabar baik, sesuai
dengan kemampuan dan kesempatan serta kemungkinan yang dimilikinya.
Bukan besar atau hebatnya perbuatan atau tindakan yang utama,
melainkan yang utama dan pokok adalah dalam kasih melakukan apapun
bagi orang lain. Perbuatan atau tindakan sederhana dalam dan dengan
kasih yang besar itulah yang hendaknya menjadi opsi atau perhatian
kita semua dalam melaksanakan tugas merasul atau karya missioner.
Secara khusus kami berharap kepada segenap gembala umat, entah pastor
atau uskup, untuk bekeerjasama dalam melaksanakan tugas dan
panggilannya, tidak sendiri-sendiri. Tentu saja secara konkret kami
berharap kepada rekan-rekan pastor, entah yang berkarya dalam pastoral
paroki, social maupun pendidikan untuk menjadi teladan kerjasama dalam
merasul bagi segenap umat Allah.
•       "Engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah
dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.
Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar
yang benar di depan banyak saksi" (1Tim 6:11-12), demikian ajakan
Paulus melalui Timotius kepada kita semua segenap Umat Allah atau Umat
Beriman. Kita diajak untuk berpartisipasi dalam pertandingan iman yang
benar dan perebutan hidup kekal, antara lain dengan mengejar atau
mengusahakan 'keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan
kelembutan'. Silahkan anda pilih sendiri keutamaan mana dari enam
keutamaan di atas ini yang sesuai dengan situasi anda sendiri maupun
lingkungan hidup anda, yang mendesak atau up to date untuk dihayati
dan disebarluaskan. Pertama-tama tentu saja ibadah kita kepada Tuhan
harus kita tingkatkan dan perdalam, tidak hanya secara liturgis saja,
tetapi juga menjadi nyata dalam cara hidup dan bertindak, artinya
menghayati tugas belajar atau bekerja bagaikan sedang beribadah.
Selanjutnya mungkin saya angkat kesabaran dan kesetiaan. "Sabar adalah
sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan  dalam mengendalikan
gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam
menghadapi berbagai rangsangan atau masalah", sedangkan "setia adalah
sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan da atas kepedulian
atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:
Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,
hal 24). Kita semua juga diingatkan untuk memberantas dan menjauhkan
diri dari aneka bentuk percekcokan atau permusuhan serta kebencian.
Maka kepada mereka yang masih saling cekcok, bermusuhan maupun
membenci untuk segera berdamai dan bersahabat kembali. Untuk itu
hendaknya dihayati apa yang sama antar kita secara mendalam dan
handal, sehingga apa yang berbeda antar kita akan fungsional untuk
memperdalam dan meneguhkan kebersamaan atau persaudaraan. Hendaknya
jangan membesar-besarkan apa yang berbeda antar kita.
"Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh
kejahatan pengejar-pengejarku, mereka yang percaya akan harta
bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? Tidak
seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada
Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya,
dan tidak memadai untuk selama-lamanya -- supaya ia tetap hidup untuk
seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur"
(Mzm 49:6-10)

Ign 16 September 2011