Senin, 31 Januari 2011

1 Feb - Ibr 12:1-4; Mrk 5:21-43

 "Imanmu telah menyelamatkan engkau".

(Ibr 12:1-4; Mrk 5:21-43)

 

"Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"" (Mrk 5:25-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sehat dan sakit, sembuh dari aneka macam bentuk penyakit erat kaitannya dengan iman. Orang yang sungguh beriman kiranya senantiasa dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan antara lain tercermin atau menjadi nyata dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka jika kita mendambakan hidup sehat wal'afiat dan segar bugar, hendaknya mentaati dan melaksanakan sepenuh tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita. Anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga untuk dibiasakan dan dididik mentaati serta melaksanakan tata tertib yang ada. Pertama-tama marilah masing-masing dari kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk hidup teratur dan tertib. Kami berharap bagi siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan dan kerja bersama dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan tata tertib.  Marilah kita hayati atau laksanakan 7 prinsip Suryamentaraman ini, yaitu : "Toto -> teratur, Titi-> teliti, hati-hati, Titis-> tepat, berfokus, efektif dan efisien, Temen-> jujur, tulus, Tetep-> konsisten, mantap, Tatag-> tabah, Tatas-> tegas"

·   "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr 12:2). Marilah kita hayati 7 prinsip di atas 'dengan mata yang tertuju kepada Yesus', yang berarti meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Hemat saya 7 prinsip tersebut di atas juga dihayati oleh Yesus dalam melaksanakan tugas pengutusanNya untuk menyelamatkan dunia seisinya. Memang penghayatan 7 prinsip di atas sungguh menuntut perjuangan dan pengorbanan alias 'tekun memikul salib'. Tekun memikul salib antara lain mempersembahkan pikiran/otak, perasaan/hati dan tenaga pada panggilan dan tugas pengutusan. Jika masing-masing dari kita setia 'memkul salib kehidupan' kiranya kita bersama-sama akan mencapai kesempurnaan hidup, yaitu ketika meninggal dunia atau dipanggil Tuhan segera menikmati hidup bahagia dan mulia selamanya di sorga bersama Allah Pencipta dan Yesus Kristus yang kita imani. Marilah kita kenangkan bahwa setiap kali mengawali doa, yang berarti mengawali suatu tindakan, kita sering membuat tanda salib, dengan harapan dan dambaan agar apapun yang kita lakukan sungguh meneladan cara hidup dan cara bertindak Yang Tersalib. Semoga setiap membuat tanda salib tidak hanya manis di bibir atau mulut, tetapi juga menjadi manis dalam kaki, tangan, otak alias seluruh anggota tubuh kita, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun.

 

"Nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya." (Mzm 22:26b-28)

Jakarta, 1 Februari 2011


Minggu, 30 Januari 2011

31 Jan - Ibr 11:32-40; Mrk 5:1-20

"Beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"

(Ibr 11:32-40; Mrk 5:1-20)

"Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" Orang itu pun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran" (Mrk 5:10-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yohanes Bosco dikenal sebagai seorang imam yang sungguh memberi perhatian terhadap pendidikan atau pendampingan anak-anak dan generasi muda, maka ia dijadikan pelindung generasi muda di dalam Gereja Katolik. Anak-anak dan generasi muda masa kini, lebih-lebih yang hidup dan tinggal di kota-kota besar, telah 'kerasukan setan atau roh jahat', antara lain menggejala dalam bentuk kecanduan menggunakan HP atau computer untuk main-main sendiri, sehingga mendorong dan memotivasi mereka menjadi pribadi yang egois, keras dan hanya mau mengikuti keinginan atau selera pribadi. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua maupun guru/pendidik untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mendidik atau mendampingi anak-anak dan generasi muda agar mereka tidak kecanduan aneka macam sarana-prasarana modern masa kini. Setan atau roh jahat masa kini menggejala dalam aneka bentuk tawaran kenikmatan phisik dan pribadi. Kami tidak bermaksud anda 'mengusir' atau memusnahkan aneka macam sarana-prasarana modern tersebut, melainkan hendaknya anak-anak dan generasi muda dididik dan didampingi untuk memfungsikan aneka macam sarana-prasarana sebagai bantuan atau wahana pendewasaan kepribadian, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman. Kami berharap  para orangtua dan pendidik/guru menjadi pembantu Tuhan dalam mendidik dan mendampingi anak-anak serta generasi muda, artinya mendidik dan mendampingi anak-anak dan generasi muda sesuai dengan kehendak Tuhan. Biarlah anak-anak dan generasi muda semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya, dan kemudian menyebarkan luaskan kasih tersebut kepada sesamanya.

·   "Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan" (Ibr 11:40). Kutipan ini hendaknya menjadi pegangan atau pedoman para orangtua dan guru/ pendidik dalam mendidik dan mendampingi anak-anak dan generasi muda. Apa yang baik yang dianugerahkan oleh Allah kepada para orangtua dan guru/pendidik? Kiranya cukup banyak yang telah anda terima, maka baiklah saya angkat salah satu yang baik, yaitu pengalaman berbuat baik kepada orang lain alias menjadi 'man or woman with/for others'. Pengalaman ini hendaknya diteruskan pada anak-anak atau  generasi muda sebagai warisan yang tak akan mudah hancur atau musnah. Dengan kata lain para orangtua dan guru/pendidik hendaknya dapat menjadi teladan dalam hal berbuat baik kepada orang lain, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Semoga anak-anak dan generasi muda 'dapat sampai kepada kesempurnaan'  dengan bantuan dan pendampingan para orangtua dan guru/pendidik. Ingat dan hayati bahwa anak-anak dan generasi muda pada umumnya lebih suci dan baik dari pada orangtua dan guru/pendidik, dan dalam iman kita hayati bahwa mengabdi Tuhan antara lain harus menjadi nyata dalam pengabdian atau pelayanan kepada anak-anak dan generasi muda. "Boroskan waktu dan tenaga maupun dana anda bagi pendidikan dan pendampingan anak-anak serta generasi muda!'.

 

"Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung." (Mzm 31:22-24)

  

Jakarta, 31 Januari 2011


Jumat, 28 Januari 2011

Mg Biasa IV - Zef 2:3; 3:12-13; 1Kor 1:26-31; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga"

 Mg Biasa IV : Zef 2:3; 3:12-13; 1Kor 1:26-31; Mat 5:1-12a



Kutipan Warta Gembira ini adalah 'Sabda Bahagia', dan bagi kita yang percaya kepada Tuhan alias beriman bagaikan 'garis besar haluan beriman'. Maka baiklah dengan sederhana saya mencoba merefleksikan Sabda Bahagia tsb: 

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (Mat 5:3)

"Miskin di hadapan Allah"  berarti menyadari diri sebagai yang berdosa dan dengan demikian terbuka terhadap segala kasih karunia Allah atau aneka macam kesempatan dan kemungkinan untuk terus bertumbuh dan berkembang menuju ke kesempurnaan. Keterbukaan ini dijiwai oleh kerendahan hati. "Miskin di hadapan Allah" juga berarti mengimani bahwa Allah maha segalanya dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya, antara lain dalam diri manusia Allah menganugerahkan keutamaan merasakan, berpikir dan bersikap secara logis dan bebas, sehingga manusia memiliki kreativitas. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibina dan dididik dalam hal 'sikap terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang' 

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

"Siap sedia untuk terus tumbuh dan berkembang" tak akan terlepas dari aneka macam dukacita, tantangan, hambatan dan masalah. Hendaknya aneka macam tantangan, hambatan dan masalah disikapi dan dihayati sebagai wahana atau sarana untuk mendewasakan kepribadian dan iman kita, sehingga kita juga semakin terampil menghadapi dan mengatasi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Tumbuh berkembang memang butuh perjuangan dan pengorbanan; tak rela dan tak sedia berjuang dan berkorban akan menjadi manusia kerdil dalam segala hal. Hendaknya dengan ceria dan gembira serta bergairah dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena dengan demikian kemungkinan untuk sukses lebih besar dan ketika sukses akan menikmati penghiburan besar.      

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."(Mat 5:5)

Orang yang terbiasa berkorban dan berjuang tanpa mengeluh pada umumnya akan menjadi orang yang lemah lembut. Pengalaman yang demikian ini pada umumnya terjadi atau dialami oleh rekan-rekan perempuan, terutama mereka yang telah menjadi ibu alias memiliki pengalaman mengandung dan melahirkan anak, buah kasih, dimana mereka sungguh berkorban dan berjuang ketika dalam proses melahirkan anaknya. Orang-orang yang lemah lembut pada umumnya juga 'membumi', artinya hidup dan bertindak sesuai dengan realitas atau kenyataan konkret; mereka sungguh kenal akan seluk-beluk atau hal ihkwal duniawi atau kebutuhan hidup sehari-hari, dan dengan demikian mereka sungguh 'memiliki bumi' atau menguasai apa yang terjadi di bumi.   

 

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."(Mat 5:6)

"Lapar dan haus akan kebenaran"  berarti sikap mental atau kesadaran dan penghayatan diri bagaikan 'sebutir pasir di padang pasir'; kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang kecil, dan sendirian tak berarti apa-apa. Dengan kata lain orang yang 'lapar dan haus akan kebenaran'  senantiasa siap sedia dan terbuka untuk bekerja sama, hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun dan dimanapun. Masing-masing dari kita adalah buah kerjasama, kerjasama antara bapak dan ibu kita yang saling memuaskan diri dalam cintakasih, maka dalam kebersamaan atau kerjasama juga kita akan terpuaskan alias damai sejahtera dan selamat.   

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

"Murah hati" berarti hatinya dijual murah kepada siapapun alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima perhatian secara melimpah ruah dari Allah melalui siapapun yang telah berbuat baik kepada kita atau hidup dan bekerja bersama dengan kita. Perhatian mereka dapat berupa sentuhan/tindakan atau kata-kata, entah bersifat mendidik, membenarkan, menegor, meneguhkan, mengritik, dst.. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling bermurah hati: saling mendidik, menegor, meneguhkan, mengritik dst.. sebagai tanda kita adalah saudara atau sahabat dalam Tuhan.    

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

"Suci hati"  berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Allah dimanapun dan kapanpun. Orang yang suci hatinya berarti setia pada panggilan dan tugas pengutusannya, melaksanakan janji yang pernah diikrarkan seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul dst.. Ia tidak pernah menyeleweng atau berselingkuh, mencemari panggilannya. Orang yang suci hatinya memiliki cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak yang jernih alias putih, tidak hitam atau abu-abu. Dalam bahasa Jawa 'suci hati' sama dengan 'ati sing wening/bening".  Orang suci hatinya menghayati nasihat Pulus ini, yaitu :"Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."(1Kor 1:31)

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Anak Allah", Yesus yang kedatanganNya belum lama ini kita kenangkan atau rayakan adalah Pembawa Damai, maka beriman kepadaNya berarti dipanggil untuk menjadi 'pembawa damai'. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" = Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan, demikian pesan perdamaian Paus Yohanes Paulus II, memasuki Millennium Ketiga yang sudah kita telusuri. Menjadi pembawa damai memang senantiasa harus bersikap dan bertindak adil, hormat terhadap harkat martabat manusia serta menjadi saksi kasih pengampunan dalam hidup sahari-hari.   

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

"Menjadi pejuang atau pembela kebenaran"  mau tak mau pasti akan menghadapi aneka bentuk aniaya, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk kebohongan, pemalsuan serta permainan sandiwara kehidupan masih marak disana-sini dalam kehidupan sehari-hari. Cukup banyak orang berusaha menutupi kebenaran, antara lain dengan membelokkan masalah atau perkara dst.. Mereka yang berusaha menyampaikan kebenaran sering diteror melalui aneka macam cara. Kami berharap para pejuang dan pembela kebenaran tetap setia dan percayalah bahwa berada di dalam kebenaran berarti dirajai atau dikuasai oleh Allah, sehingga dalam memperjuangkan dan membela kebenaran senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah pasti berhasil dalam memperjuangkan atau membela kebenaran.  

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11).

Bersama dan bersatu dengan Allah juga akan mengalami aniaya atau difitnah oleh mereka yang kurang atau tidak beriman. Kita berbuat benar ada kemungkinan diberitakan berbuat salah, berbuat baik ada kemungkinan diberikan berbuat jahat dst.. Segala macam bentuk fitnah hendaknya tidak perlu ditanggapi, melainkan biarkan saja, sehingga mereka yang memfitnah akan merasa lelah dan kemudian berhenti memfitnah. Jika kita dalam kebenaran atau dalam kesatuan dengan Allah ketika difitnah hendaknya tetap berbahagia dan tegar, karena kita boleh mengalami apa yang pernah dialami oleh Yesus . Sang Pembawa kebenaran.

 

"Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku!  yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya"

 (Mzm 146:1.7-10)

 

Jakarta, 30 Januari 2011


29 Jan - Ibr 10:1-2, 8-19; Mrk 4:35-41

"Mengapa kamu begitu takut?"

(Ibr 10:1-2, 8-19; Mrk 4:35-41)

 

"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4:35-410, demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas  bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Maju kena mundur kena", begitulah kiranya kata-kata yang ada dalam hati banyak orang masa kini dalam menghadapi aneka pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat maupun aneka masalah dan tantangan. Memang ada orang takut untuk tumbuh dan berkembang, karena untuk itu harus berani berjuang dan berkorban. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah maupun hambatan kehidupan. Penakut pada umumnya ada ancaman kecil atau sedikit saja langsung berteriak-teriak. Penakut berarti kinerja syarat dan metabolisme darah atau otak bawah sadar atau otak yang berada dalam seluruh anggota tubuh kita tidak berfungsi secara normal atau prima. Sebaliknya jika kita tidak pernah takut berarti otak bawah sadar kita berfungsi secara prima, sehingga mampu mengatasi atau menghadapi aneka macam tantangan, masalah dan hambatan. Penakut berarti juga kurang/tidak beriman. Pemberani berarti memiliki harapan dan dengan penuh harapan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, yang berarti harapan menjadi nyata dalam kasih atau tindakan konkret. Marilah kita bersikap ksatria, meneladan Werkudoro yang tanpa takut dan gentar menerobos hutan belantara yang penuh ancaman dan bahaya guna mengusahakan kehidupan sejati. "Rawe-rawe rantas, malang-malang putung", demikian motto orang yang tidak takut alias pemberani. Hendaknya jika kita berkehendak baik tidak takut sedikitpun untuk mewujudkan kehendak tersebut dalam tindakan, meskipun ada kemungkinan yang kita lakukan salah. "Trial and error" (mencoba dan bersalah) hendaknya juga menjadi pedoman cara hidup dan cara bertindak kita. Takut mencoba tak akan tumbuh dan berkembang.

·   "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."(Ibr 10:9). Kutipan ini hendaknya menjadi pedoman atau acuan kita setiap kali kita melangkah atau datang ke suatu tempat, misalnya tempat belajar atau bekerja. Datang ke tempat belajar berarti untuk belajar, maka ketika sedang belajar kami harapkan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga terampil belajar, demikian juga datang ke tempat kerja, sehingga terampil bekerja. Keterampilan inilah hendaknya yang kita usahakan dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan selembar kertas berupa pengakuan formal alias ijasah atau sertifikat. Kita boleh belajar dari Bapak Andrie Wongso, promotor yang terkenal di Indonesia, yang dengan sungguh-sungguh bekerja keras sendiri (auto-didak), Ia memiliki cita-cita: 'Success in my life". Salah satu motto dalam mengusahakan sukses antara lain "Besi batangan pun kalau digosok terus menerus pasti menjadi sebatang jarum yang tajam". Dalam hidup sehari-hari ada dukungan dalam melakukan kehendak Tuhan antara lain berupa aturan atau tata tertib, maka hendaknya senantiasa mentaati atau melaksanakan aneka aturan dan tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Aneka aturan dan tata tertib dibuat dan diberlakukan atau diundangkan untuk dihayati atau dilaksanakan, bukan hanya untuk hiasan saja. Dengan kata lain jika kita mengikuti aturan atau tata tertib yang berlaku hendaknya tidak takut melangkah atau bertindak. Hendaknya juga tidak takut mengingatkan dan menegor saudara-saudari kita yang tidak taat pada aturan dan tata tertib. Kami berharap para penegak dan pejuang kebenaran dan keadilan tanpa takut dan gentar terus berjuang, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka ancaman dan terror.

 

"Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut,  dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita"

(Luk 1:69-75)     .

Jakarta, 29 Januari 2011


Rabu, 26 Januari 2011

28 jan - Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34

"Hal Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah"

(Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34)

 

"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri" (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Thomas Aquino, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu tugas utama imam adalah sebagai pewarta Kabar Gembira atau Kerajaan Allah, antara lain dengan 'menaburkan benih-benih kebaikan atau keutamaan', entah melalui perkataan (kotbah, nasihat, pengajaran dst..) atau tindakan konkret.  Sebagai orang beriman kita memiliki dimensi imamat umum, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam tugas pengutusan imam dengan menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira atau Kerajaan Allah. Maka marilah kita senantiasa menaburkan apa-apa yang baik atau benih-benih keutamaan seraya dengan rendah hati mohon agar Tuhan menumbuhkan benih yang telah kita tabur tersebut. Benih itu kecil sekali namun ketika tumbuh berkembang dapat menjadi pohon besar yang rindang dan rimbun daunnya, demikian juga meskipun yang kita lakukan hanya kebaikan kecil sekali, percayalah bahwa kebaikan tersebut akan tumbuh berkembang karena kasih dan rahmat Tuhan yang menjadi nyata dalam aneka perbuatan baik saudara-saudari ini. Secara khusus kami berharap agar pada anak-anak kita sedini mungkin di dalam keluarga 'ditaburi  benih-benih keutamaan atau nilai kehidupan', misalnya "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23), tentu saja dengan cara utama dan pertama dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu. Kita sampaikan benih-benih keutamaan tersebut 'sesuai dengan pengertian mereka(anak-anak)' , secara sederhana sehingga dapat ditangkap dan difahami oleh anak-anak.

·   "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu"(Ibr 10:35-36). "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit : Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27-28). Marilah kita bertekun dalam menghayati iman kepercayaan kita masing-masing, dan sebagai tanda bahwa kita bertekun adalah nampak dalam perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan konkret. Iman kepercayaan harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak sehari-hari, bukan hanya diomongkan atau didiskusikan saja. Marilah kita renungkan dan hayati nasihat Petrus ini: "kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang"(2Pet 1:5-7). Iman kepercayaan kepada Tuhan harus menjadi nyata dalam kasih akan semua orang, tanpa pandang bulu atau SARA. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa mereka yang tekun dalam penghayatan iman kepercayaan tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman, sehingga dalam perjalanan hidup tahan dan tabah terhadap aneka godaan, tantangan serta hambatan, dan dengan demikian pada waktunya menikmati janji yang dinantikan, yaitu hidup mulia bersama Allah di sorga untuk selama-lamanya.

 

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang"(Mzm 37:3-6)

Jakarta, 28 Januari 2011     


27 Jan - Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25

"Siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi"

(Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25)

 

"Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Mrk 4:21-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Sikap mental belajar terus-menerus  atau ongoing education/formation, itulah yang hendaknya kita miliki serta sebarluaskan dalam hidup dan kerja bersama. Setelah selesai belajar secara formal di sekolah dan perguruan tinggi serta kemudian bekerja, hendaknya sikap mental belajar tetap menjiwai kerja, artinya bekerja pun kita hayati sebagai belajar. UNESCO pernah mencanangkan empat pilar yang hendaknya menjiwai proses pembelajaran atau pendidikan, yaitu : learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together. Orang yang belajar terus-menerus akan semakin tahu banyak hal alias pandai/cerdas, tetapi juga akan semakin menyadari keterbatasan atau kelemahan dirinya, karena juga semakin tahu banyak hal yang tak mungkin diketahui atau dikuasai. Dengan kata lain berlakulah peribahasa 'tua-tua keladi/bulir padi semakin berisi semakin menunduk', yang tidak lain berarti semakin pandai, cerdas, kaya, berkedudukan, tambah usia, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Sikap mental belajar dan rendah hati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan: jika mendambakan sukses dalam belajar hendaknya rendah hati, sebaliknya dengan kerendahan hati kita akan sukses dalam belajar. Orang yang rendah hati senantiasa siap sedia dan rela untuk dikasihi: dikembangkan dan dibina terus-menerus sampai mati. Saya mengingatkan siapa saja yang menerima anugerah Tuhan berupa bakat, kemampuan atau keterampilan untuk terus mengembangkannya demi kepentingan umum. Ingat dan hayati bahwa bakat, kemampuan atau keterampilan semakin diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin bertambah, berkembang dan handal.


·   "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia."(Ibr 10:22-23). Pengharapan kita yang utama hemat saya adalah kelak ketika dipanggil Tuhan alias meninggal dunia boleh menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya bersama Allah di sorga. Maka marilah kita jaga kebersihan hati nurani maupun tubuh kita. Kebersihan hati nurani kiranya tercermin dalam kebersihan tubuh. Yang kami maksudkan dengan 'kebersihan tubuh' adalah senantiasa memfungsikan atau memanfaatkan semua anggota tubuh kita untuk berbuat baik, melakukan apa-apa yang baik, yang berkenan pada kehendak Allah. Dengan kata lain hendaknya tidak pernah menyakiti sedikitpun saudara-saudari kita dengan kata maupun tindakan atau perilaku. Ingat dan hayati bahwa tubuh kita adalah 'bait Roh Kudus' dan masing-masing dari kita dipanggil untuk setia menjadi 'gambar atau citra Allah'. Kami juga berharap kita tidak menyakiti anggota tubuh kita atau merendahkannya, misalnya dengan 'jual diri' sebagai pemuas nafsu seks bagi lawan jenis maupun sejenis. Dengan kata lain kami berharap: rekan-rekan muda-mudi untuk tidak terbius oleh gairah atau nafsu seksual, sehingga melakukan perbuatan asusila, demikian juga kepada para bapak dan ibu, suami dan isteri, untuk setia pada pasangan dan semoga tidak memiliki 'PIL' atau 'WIL'. Salah satu godaan yang mendorong ke pencemaran tubuh tidak lain adalah 'nafsu akan uang/harta benda', maka baiklah kita menggunakan uang atau harta benda sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4b)

 

Jakarta, 27 Januari 2011


Selasa, 25 Januari 2011

26 Jan - 2Tim 1:1-8: Luk 10:1-9

"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahuluiNya"

(2Tim 1:1-8: Luk 10:1-9)

 

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu."(Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Timotius dan Titus adalah murid-murid atau pembantu-pembantu Paulus, rasul agung. Mereka berbeda satu sama lain tugas pengutusannya: Timotius menjadi pewarta Injil bersama Paulus, sedangkan Titus menjadi uskup atau gembala umat. Hirarki dan charisma, uskup dan lembaga hidup bakti, itulah kelanjutan peran Timotius dan Titus masa kini. Dua pribadi yang berbeda tugas pengutusan dirayakan bersama-sama merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar dalam melaksanakan tugas pengutusan senantiasa bekerjasama atau bergotong-royong, tidak sendiri-sendiri. Dalam bekerjasama atau bergotong royong ini kiranya kita dapat belajar dari 'semut yang sedang menggotong bangkai binatang mendaki tembok'. Coba perhatikan dan cermati semut-semut yang sedang menggotong bangkai binatang: mereka sungguh bekerjasama dengan luar biasa. Selama bekerja tidak ada yang berkorupsi, mereka saling memahami satu sama lain sehingga kapan harus bergantian menggotong, tanpa komando mereka tahu semuanya. Dalam kehidupan bersama di dalam hidup beragama, berbangsa, bermasyarakat dan bernegara, masing-masing dari kita memiliki tugas atau fungsi yang berbeda satu sama lain. Hendaknya tidak iri hati terhadap yang lain, melainkan dengan bangga masing-masing berfungsi secara prima sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Bekerjasama mengandaikan masing-masing sungguh bekerja sesuai dengan tugas dan panggilannya dan kemudian menempatkan hasil kerja dan pelayanan demi kebahagiaan atau keselamatan bersama. Ingat dan sadari bahwa masing-masing dari kita adalah buah kerjasama, kerjasama bapak dan ibu kita, maka marilah kita tunjukkan bahwa kita dapat bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun.


·   "Kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."(2Tim 1:6-7), demikian peringatan Paulus kepada Timotius. Peringatan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para pemimpin, maka secara khusus kami mengajak dan mengingatkan para pemimpin Gereja di tingkat manapun untuk senantiasa 'membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban'  para anggota atau bawahannya. "Ing madyo ambangun karso/pemberdayaan" itulah salah satu motto bapak Ki Hajar Dewantoro, bapak pendidikan Indonesia. Kehadiran, sepak terjang dan pelayanan para pemimpin hendaknya senantiasa memberdayakan anggota atau bawahannya. Dengan kata lain pemimpin sungguh diharapkan menjadi teladan pekerjasama yang baik dan handal, menghayati kepemimpinan partisipatif. Maka dimana ada bagian atau anggota yang kurang berdaya hendaknya diberi perhatian khusus sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada. Secara khusus kami berharap kepada para orangtua maupun guru di sekolah untuk senantiasa bekerjasama memberdayakan anak-anak atau para peserta didik. Dalam sisitem pendidikan berarti menghayati semangat eksploratif: anak-anak atau peserta didik diberi kesempatan dan kemungkinan untuk bereksplorasi dalam aneka macam bidang kehidupan atau ilmu pengetahuan. Tentu saja orangtua atau guru harus dapat menjadi teladan sikap mental 'eksploratif' dalam cara hidup dan kerja atau pelayanannya.

 

" Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!  Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.  Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Jakarta, 26 Januari 2011


25 Jan -Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk".

(Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18)

 

"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Bertobatnya St.Paulus, rasul' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Pertobatan St.Paulus sungguh merupakan mujizat luar biasa: dari membenci dan memusuhi para murid atau pengikut Yesus Kristus ke pewarta Injil atau Kabar baik yang ulung. Maka baiklah kita yang telah dibapis, dengan kata lain pernah mengalami pertobatan, mawas diri dengan cermin St.Paulus, rasul, yang 'pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk'. Saya percaya kita semua juga banyak bepergian, entah hanya sekedar ke luar dari rumah, ke luar kota/daerah, ke luar pulau atau ke luar negeri, dan dengan demikian sering mengadakan perjalanan serta mengalami hal-hal baru atau memperoleh kenalan baru. Saya berharap kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa memberitakan Kabar Baik alias senantiasa berbuat baik kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Asal berbuat baik hendaknya tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka ancaman, hambatan atau masalah; kita imani dan hanya bahwa kebaikan pasti dapat mengalahkan kejahatan, kasih pengampunan pasti mengalahkan kebencian dan balas dendam, dst.. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Kiranya di antara saudara-saudari kita ada yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, maka marilah kita sembuhkan mereka dengan berbuat baik kepada mereka sesuai dengan kebutuhannya atau kemungkinan yang ada. Bahasa merupakan salah satu sarana berbuat baik, maka hendaknya gunakan bahasa yang berlaku secara universal, yaitu bahasa tubuh dengan memfungsikan anggota-anggota tubuh kita. Bahasa tubuh berlaku dimana saja dan kapan saja.


·   "Engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan" (Kis 22:15-16), demikian Paulus mengakhiri sharing pengalaman pertobatannya dengan bebas dan tanpa ketakutan sedikitpun.   Kita semua diharapkan menjadi saksi Tuhan terhadap semua orang, perihal apa yang kita lihat dan dengar, yaitu segala karya Tuhan dalam seluruh ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam di manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kita diharapkan melihat dan mendengarkan apa yang baik dan benar serta kemudian meneruskun apa yang kita lihat dan dengarkan tersebut kepada saudara-saudari kita. Kita juga dipanggil untuk mengajak orang lain agar siap sedia untuk dibaptis. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hanya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau hidup dan berkarya dalam nama Tuhan. Kami berharap kepada kita semua untuk dengan bebas dan tanpa takut mensharingkan pengalaman imannya kepada saudara-saudari kita: pengalaman iman berarti pengalaman pergaulan hidup dan berkarya bersama dan bersatu dengan Tuhan alias pengalaman-pengalaman yang baik dan benar serta menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi pedoman atau barometer cara hidup dan cara bertindak kita maupun ukuran keberhasilan aneka usaha atau kerja dan pelayanan kita, bukan kepandaian, kekayaan atau harta benda, pangkat dan kedudukan. Dengan kata lain kami berharap kepada kita semua: apapun pekerjaan atau tugas kita atau fungsi kita dalam hidup dan kerja bersama, hendaknya dihayati atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan. Marilah kita kenang kembali setiap kali kita membuat tanda salib, mengawali doa bagi aneka keperluan, yang berarti dalam nama Tuhan kita akan hidup dan bertindak.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!"(Mzm 117)

     

Jakarta, 25 Januari 2011


Minggu, 23 Januari 2011

24 Jan - Ibr 9:15.24-28; Mrk 3:22-30

"Apabila seorang menghujat Roh Kudus ia tidak mendapat ampun selamanya"

(Ibr 9:15.24-28; Mrk 3:22-30)


"Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat." (Mrk 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Roh Kudus adalah 'cintakasih' Allah, maka menghujat Roh Kudus berarti melawan cintakasih dan dengan demikian senantiasa bermusuhan dengan atau membenci orang lain, senantiasa menyalahkan cara hidup dan cara bertindak orang lain. Para ahli Taurat menuduh Yesus yang berbuat baik, mengusir setan, kerasukan Beesebul, komandan para setan. Secara logis dapat dimengerti bahwa tuduhan tersebut sungguh tidak masuk akal: bagaimana setan melawan setan? Yang dapat mengalahkan setan antara lain adalah cintakasih, maka marilah kita hadapi aneka bentuk godaan setan dengan dan dalam cintakasih. Ingat cintakasih adalah Allah, atau Allah adalah cintakasih, maka hidup dan bertindak dalam dan dengan cintakasih berarti hidup dan bertindak bersama dengan Allah. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua perihal persaudaraan atau persahabatan sejati, yang harus kita hayati dan sebarluaskan. Memang untuk itu kita harus menghadapi aneka bentuk kebencian, irihati dan kesombongan, yang sering bersuara lebih keras dan nampak menakutkan. Masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini hanya karena dan oleh kasih. Maka melawan cintakasih berarti menghancurkan diri sendiri. Hidup membenci, iri hati dan sombong berarti pelan-pelan bunuh diri, karena semakin banyak musuh dan menyendiri. Hari ini kita kenangkan seorang uskup dan pujangga Gereja, yang tugasnya antara lain membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan umat Allah, maka marilah kita dukung para gembala kita dengan senantiasa hidup dan bertindak dalam persaudaraan atau persahabatan sejati.


·   "Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama" (Ibr  9:15).  Yang dimaksudkan dengan 'Ia' tidak lain adalah Yesus Kristus, yang telah memperbaharui perjanjian dengan menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia, demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Beriman pada Yesus Kristus berarti hidup dan bertindak sesuai dengan 'perjanjian baru': perjanjian baru bagi kita masing-masing antara lain sakramen baptis, sakramen perkawinan, sakramen imamat, kaul hidup membiara dst.. , dimana sekali menerima untuk selamanya, artinya sampai mati atau dipanggil Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal perjanjian yang kita ucapkan ketika (saling) menerima sakramen tersebut. Pertama-tama dan terutama adalah perjanjian baptis, dimana kita berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan'. Jika kita setia pada janji baptis ini maka janji-janji berikutnya, misalnya janji perkawinan atau janji imamat, akan lebih mudah dihayati. Maka jika ada saudara atau saudari kita yang melanggar janji baptis alias melawan cintakasih, hendaknya ditegor dengan rendah hati "Apakah anda sudah dibaptis?". Ketika ada bapak atau ibu yang tidak setia pada panggilannya, hendaknya jangan ditegor "jadilah bapak atau ibu yang baik", melainkan "Apakah anda telah dibaptis?".  Demikian juga ketika ada pastor, bruder atau suster yang tidak atau kurang setia pada panggilannya. Dalam pembaptisan kita dianugerahi rahmat untuk menempuh hidup baru, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dimanapun dan kapanpun.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

 

Jakarta, 24 Januari 2011


Sabtu, 22 Januari 2011

Mg Biasa III - Yes 8:23b-9:3; 1Kor 1:10-13.17; Mat 4:12-23

"Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."

Mg Biasa III : Yes 8:23b-9:3; 1Kor 1:10-13.17; Mat 4:12-23



Pelaksanaan aneka aturan, tata tertib dan hukum di Indonesia sungguh memprihatinkan: amburadul. Yang membuat amburadul tidak lain adalah uang: uang sungguh menjadi raja, yang dengan penuh kuasa dapat mengacaukan atau memutar-balikkan pelaksanaan aneka aturan, tata tertib dan hukum di negeri tercinta Indonesia ini. Kasus Bank Century, joki napi, bandar narkoba di penjara/bui, Gayus yang dapat bepergian seenaknya padahal menjadi tahanan, dst.. membuat semakin gelap pelaksanaan aturan, tata tertib dan hukum di negeri kita. Maka sedikit banyak boleh dikatakan bahwa 'bangsa ini diam dalam kegelapan', dan jika tidak segera muncul 'Terang' ada bahaya rakyat akan menjadi penegak pelaksanaan aturan, tata tertib dan hukum dengan secara langsung mengadili para koruptor di negeri ini. Suara-suara kritis sebagai 'Terang' telah muncul di sana-sini, maka semoga mereka tidak jemu-jemu untuk terus menyampaikan kritiknya agar bangsa ini segera diam dalam terang, bebas dari aneka macam bentuk korupsi, kebohongan dan ke-amburadulan pelaksanaan aturan, tata tertib maupun hukum. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan suara dari 'Terang Sejati' di bawah ini.

 

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 4:17)   

 

Kerajaan Sorga berarti Sorga atau Allah yang meraja dan menguasai. Wujud penguasaan atau meraja antara lain menjadi nyata dalam manusia yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu atau SARA. Kehendak baik tersebut antara lain disampaikan melalui lisan maupun tertulis: secara lisan misalnya dalam aneka macam diskusi atau pidato politik, sedangkan secara tertulis misalnya dalam aneka media cetak dalam bentuk karangan ilmiah, yang berusaha mewartakan kebenaran-kebenaran. Dengan kata lain benarlah bahwa "Kerajaan Sorga sudah dekat", maka 'Bertobatlah'.

 

Bertobat berarti memperbaharui diri dengan meninggalkan apa yang jahat atau jelek dan kemudian mengusahakan apa yang benar atau  baik. Untuk itu orang harus siap sedia dan rela berubah. Ingat dan hayati bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka barangsiapa tidak berubah akan ketinggalan dan tergilas oleh aneka perubahan yang sedang dan terus berlangsung. Perubahan atau pembaharuan diri hendaknya dimotori atau diawali oleh mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, entah di dalam keluarga, masyarakat, bangsa atau Negara, mengingat dan memperhatikan sikap feodal atau paternalistik begitu menjiwai hidup kita. Mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama ini antara lain: bapak/ibu, para pemuka agama, para pejabat pemerintah dari lurah sampai presiden beserta para pembantunya, dst..

 

Jujur atau kejujuran hemat kami merupakan nilai atau keutamaan ke arah mana kita harus berubah, sehingga kejujuran sungguh menjiwai kita semua.  "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahann, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Kami berharap jujur ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan bimbingan dan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu dan  kemudian ditindak-lanjuti dan diperdalam di sekolah-sekolah dengan bimbingan dan teladan para guru/pendidik. Jika kita semua hidup dan bertindak dengan jujur kapanpun dan dimanapun, maka "Terang yang besar"  menyinari kita semuanya, sehingga semua orang hidup dalam kebenaran serta tanpa takut memerangi aneka kebohongan dan kecurangan. Kepada mereka yang masih berbohong dan bertindak curang kami dambakan segera bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri.

"Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir" (1Kor 1:10)

Hidup persaudaraan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan kita bersama masa kini dimanapun dan kapanpun, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk percekcokan dan permusuhan atau saingan yang tidak sehat masih marak di sana-sini. Kita semua diharapkan 'erat bersatu dan sehati sepikir', dalam kesatuan hati dan budi meskipun tindakan konkret dapat berbeda atau beraneka macam. Sebagai warganegara Indonesia marilah kita hayati motto 'bineka tunggal ika', keragaman dalam kesatuan atau kesatuan dalam keragaman.

 

Dalam menghayati atau membangun persaudaraan atau persahabatan sejati kiranya kita dapat berpedoman pada saran atau nasihat Paulus ini, yaitu : "Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."(1Kor 12:12-26)

   

Dalam hidup bersama hendaknya tidak ada iri hati, dan masing-masing pada tempatnya berfungsi seoptimal mungkin. Masing-masing dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan bekerja dan berfungsi sesuai dengan tugas, pekerjaan dan kewajibannya. Hendaknya mereka yang nampak lemah dan kurang dihormati lebih diperhatikan dan dihormati, yang dalam anggota tubuh kita tidak lain adalah alat kelamin, lemah namun terhormat. (Ingat memperkosa gadis berarti merampas kehormatannya!). Hendaknya masing-masing dari kita menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan.

 

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"

(Mzm 27:13-14)

 

Jakarta, 23 Januari 2011


Jumat, 21 Januari 2011

22 Jan -Ibr 9:2-3.11-14; Mrk 3:20-21

"Kata mereka Ia tidak waras lagi"

(Ibr 9:2-3.11-14; Mrk 3:20-21)

 

"Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi."(Mrk 3:20-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kegiatan dalam rangka menyambut kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II di Indonesia, antara lain di Yogyakarta, wilayah Keuskupan Agung Semarang, cukup menyita tenaga dan waktu saya. Maklum waktu itu saya sebagai Ekonom KAS sekaligus bertanggungjawab perihal pembeayaan dll, sehingga saya harus cukup banyak menghadiri rapat dan mengerjakan aneka tugas, lebih-lebih minggu-minggu/hari-hari terakhir menjelang hari 'H". Dengan kata lain selama kurang lebih dua minggu terakhir menjelang hari 'H' saya kurang istirahat dan tidur, serta makan pun sering terlupakan. Senior kami, seorang Yesuit, yang kebetulan menjadi staf Provinsi SJ di Indonesia, memperhatikan saya, maka ia memberi nasihat:"Nanti setelah kunjungan Paus kamu harus istirahat/libur, supaya jangan jatuh sakit". Setelah kunjungan Paus saya tak istirahat atau libur serta tetap bekerja seperti biasa, dan tidak jatuh sakit. Pengalaman pribadi ini saya angkat setelah merenungkan kutipan di atas dimana karena Yesus bekerja keras dalam rangka menjalankan tugas pengutusanNya sehingga 'makan pun mereka tidak dapat' , dinilai tidak waras lagi. Bekerja atau melaksanakan tugas pengutusan dengan gembira, ceria dan bergairah memang tak merasa lelah, meskipun kurang istirahat, makan atau tidur, itulah pengalaman saya pribadi. Nikmati saja apa yang ada di depan anda, yang harus dikerjakan atau dilaksanakan: nikmati dengan gembira, gairah dan ceria. Menghadapi atau mengerjakan segala sesuatu dengan gembira, ceria dan gairah berarti 'otak sadar' dan 'otak bawah sadar' kita berfungsi secara prima, sehingga kita tetap tegar dan tabah serta sehat wal'agiat, segar bugar, tak akan merasa lelah serta kemungkinan jatuh sakit kecil sekali. Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk mewartakan kabar gembira, maka selayaknya kita hayati dengan gembira dan ceria pula. Nikmati dan cintailah segala sesuatu yang harus anda hadapi dan kerjakan.


·   "Jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup"(Ibr 9:13-14). Yesus, Penyelamat Dunia, telah mempersembahkan Diri seutuhNya kepada Allah, dengan menyelamatkan dunia seisinya sampai Ia wafat di kayu salib. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, dan iman harus menjadi nyata dalam perbuatan. Perbuatan nyata hidup beriman berarti dengan sukarela dan sepenuh hati mempersembahkan diri kepada saudara-saudari kita maupun aneka macam pekerjaan, tugas pengutusan atau kewajiban. Maka kami berharap kepada anda sekalian untuk menghadapi dan mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Hadapi dan kerjakan segala sesuatu dengan positif, gigih dan sungguh-sungguh. Hendaknya jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia. Bekerja keras perlu diimbangi atau disertai dengan doa: "Ora et Labora" (Berdoalah dan bekerjalah). Berdoa hendaknya menjiwai bekerja dan sebaliknya bekerja menjiwai berdoa, sehingga entah berdoa atau bekerja sungguh berkwalitas, bermakna atau bernilai. Dengan kata lain hayati bekerja bagaikan sedang berdoa, sehingga suasana kerja bagaikan suasana doa, rekan bekerja bagaikan rekan berdoa, sikap bekerja bagaikan sikap berdoa, perawatan sarana kerja bagaikan perawatan sarana doa dst.. Temukan atau hayati kehadiran dan karya Tuhan dalam segala sesuatu, hayati segala sesuatu dalam dan bersama dengan Tuhan.

 

"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah " (Mzm 47:2-3.6-7)

 

Jakarta, 22 Januari 2011


Kamis, 20 Januari 2011

21 Jan - Ibr 8:6-13; Mrk 3:13-19

"Ia memanggil orang yang dikehendakiNya"

(Ibr 8:6-13; Mrk 3:13-19)

 

"Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia."(Mrk 3:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   "Maaf,saya sudah mempunyai kekasih. Ia mencintaiku dan saya pun mencintaiNya. Dialah Yesus Kristus", demikian jawaban Agnes, gadis cantik, yang berada di dalam penjara ketika dirayu oleh seorang pemuda agar ia sudi menjadi isterinya. Agnes kiranya sungguh menghayati panggilannya untuk 'memberitakan Injil atau Kabar Baik', meneladan Kekasihnya,Yesus Kristus, sebagaimana juga menjadi tugas pengutusan para rasul, yang telah dipilih oleh Yesus untuk menyertaiNya dalam tugas pengutusan. Mereka dipanggil oleh Yesus untuk menjadi sahabat-sahabat atau kekasih-kekasihNya. Kita semua yang beriman kepadaNya juga memiliki tugas pengutusan untuk senantiasa 'memberitakan Kabar Baik', maka marilah kita mawas diri sejauh mana dalam hidup sehari-hari, dalam cara hidup dan cara bertindak kita menunjukkan bahwa kita adalah sahabat-sahabat atau kekasih-kekasih Tuhan. Sebagai yang dikasihi Tuhan atau menjadi sahabat Tuhan mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun. Aneka macam godaan, tantangan, masalah atau pencobaan tak akan dapat memisahkan kita dari cintakasih Tuhan, itulah tanda bahwa kita sungguh menjadi sahabat atau kekasih Tuhan. Segala macam godaan, tantangan, masalah dan pencobaan justru menjadi wadah atau sarana penggemblengan iman kita, sebagaimana dihayati oleh Agnes, ketika ia dibakar tetap senyum gembira. Ingat dan hayati menjadi sahabat Yesus Kristus berarti harus senantiasa siap sedia untuk 'disalibkan', berkorban dan berjuang demi kebenaran, kebaikan dan kesucian.


·   "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku" (Ibr 8:10-11). "Hukum Tuhan ada dalam akal budi dan tertulis dalam hati" siapapun yang terpanggil oleh Tuhan atau menjadi sahabat dan kekasih Tuhan. Cara hidup dan cara bertindak kita sangat dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam akal budi atau hati kita, maka sebagai sahabat atau kekasih Tuhan mau tak mau kita akan melasanakan 'hukum Tuhan'. Hukum Tuhan yang paling utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, Jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi maka tak ada lagi tuan dan hamba, guru dan murid di antara kita, karena kita adalah sama-sama sahabat atau kekasih Tuhan. Saling mengasihi antara lain berarti saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan, dan dengan demikian kita akan saling bersembah-sujud, memuliakan dan membahagiakan, sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik jasmani maupun rohani. Tejadilah kesatuan hati dan budi di antara kita, meskipun wujud tindakan atau pelayanan konkret berbeda satu sama lain. Perbedaan yang ada di antara kita menjadi dukungan untuk semakin saling mengasihi, saling tertarik dan memikat serta mendekat, sebagaimana laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, memikat dan tergerak untuk bersatu dan bersahabat. Sekali lagi kami berharap kepada para bapak-ibu atau orangtua untuk dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling mengasihi satu sama lain, dua insan yang berbeda namun sepadan. 

 

"Mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu. Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di negeri segala lupa? Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu." (Mzm 88:10-11.13-14)

 

Jakarta, 21 Januari 2011


Rabu, 19 Januari 2011

20 Jan - Ibr 7:25-8:6; Mrk 3:7-12

"Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia."

(Ibr 7:25-8:6; Mrk 3:7-12)

 

"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia."(Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dengan sukses Yesus melaksanakan tugas pengutusanNya, antara lain menyembuhkan banyak orang yang sedang menderita sakit, yang datang kepadaNya dari segala penjuru. Ada kekhawatiran terjadi kesalah-fahaman dari mereka, jangan-jangan mereka hanya mempercayai Yesus sebagai manusia yang hebat, tidak sampai pada pemahaman sebagaimana disampaikan oleh roh-roh jahat kepadaNya "Engkaulah Anak Allah". Teriakan roh-roh jahat tersebut di satu sisi memang benar, tetapi di sisi lain berbahaya bagi kebanyakan orang yang datang kepadaNya untuk disembuhkan dari aneka macam penyakit, maklum mereka belum sampai mengimani bahwa Yesus adalah 'Anak Allah': Manusia sekaligus Allah. Mengimani Yesus adalah Anak Allah memang merupakan misiteri atau dogma, dapat dihayati dengan baik namun sulit untuk dijelaskan secara 'gamblang' dan difahami oleh akal sehat alias logis. Iman memang mengatasi logika dan iman dapat mendasari logika maka orang-orang yang pandai atau cerdas serta beriman pada umumnya rendah hati; semakin pandai atau cerdas semakin rendah hati, karena semakin mempelajari banyak hal semakin banyak yang tak diketahui. Maka orang yang demikian pada umumnya juga tidak vocal dalam kehidupan bersama, namun apa yang ia ketahui, fahami dan kuasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak mereka, serta memfungsikan semuanya demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Orang yang sungguh cerdas dan beriman pada umumnya memang tak terfahami cara hidup dan cara bertindaknya bagi mereka yang tidak atau kurang beriman.

·   "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka."(Ibr 7:25), demikian salah satu cirikhas imam agung. Hidup sebagai pengantara atau penyalur itulah jadi diri seorang imam. Namun sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan imamat umum, maka saya mengajak anda sekalian untuk merenungkan kutipan di atas. Hendaknya semua orang atau siapa saja yang mendatangi kita, segera kita selamatkan, artinya kita layani sebaik mungkin sehingga mereka sungguh berbahagia dan damai sejahtera, senang dan kerasan tinggal, hidup dan bekerja dengan kita. Segala sapaan, sentuhan, saran, kritik, tegoran atau perlakuan dari orang lain marilah kita tanggapi dan sikapi sebagai 'tangan-tangan Allah' yang mengasihi dan memperhatikan kita, yang lemah dan rapuh ini. Kita hayati semuanya itu sebagai kasih karunia Allah yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada kita melalui aneka cara. Memang nasib sebagai pengantara atau penyalur antara lain harus berani dan siap sedia untuk menderita dan berkorban demi kebahagiaan umum/bersama. Pengantara atau penyalur bagaikan 'leher', bagian anggota tubuh kita yang senantiasa siap sedia untuk dilewati namun tak mungkin menikmati serta tak pernah mengkorupsi atau mengambil sedikitpun apa yang melewatinya, entah itu makanan, minuman atau udara. Apa yang ia terima langsung diteruskan kepada mereka yang kemudian berhak menerimanya. Dengan kata lain penghayatan imamat umum kaum beriman dapat berupa hidup dan bertindak jujur, adil, rendah hati, tidak pernah korupsi atau menyakiti orang lain sedikitpun dst.. Keutamaan-keutamaan ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu. Marilah kita berantas aneka macam bentuk korupsi yang menyengsarakan banyak orang.

 

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN"(Mzm 40:7-10)

 

Jakarta, 20 Januari 2011

      

.