Selasa, 30 November 2010

2 Des - Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27

"Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga."

(Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27)

 

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Mat 7: 21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan. "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga", demikian sabda Yesus. Maka marilah kita mawas diri perihal penghayatan iman atau agama kita masing-masing. Jika masing-masing dari kita berani mawas diri dengan rendah hati dan terbuka kiranya kita akan mengetahui dan mengakui bahwa sampai kini kita telah menerima aneka macam nasihat, petuah, saran atau ajaran yang baik dan benar secara melimpah ruah, entah melalui orangtua kita masing-masing, para guru, rekan dst… Namun demikian dengan jujur kita harus mengakui bahwa kurang dalam pelaksanaan  atau penghayatan, maka baiklah kita memperbaiki diri alias bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui diri atau bertobat. Kami berharap para orangtua, guru atau pendidik dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan. Keteladanan atau kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam pewartaan iman, pendidikan atau pembinaan, yang tak tergantikan dengan cara lainnya. Kepada anak-anak atau remaja dan generasi muda kami harapkan membuka diri terhadap aneka teladan dan kesaksian hidup baik dan berbudi pekerti luhur dari orangtua, guru atau pendidik, seniors dst. Hendaknya juga lebih mengimani dan menghayati aneka nasihat, saran, ajaran yang baik daripada melihat cara hidup dan cara bertindak orang yang bersangkutan, karena memang orangtua, guru atau pendidik kita tak akan lepas dari kelemahan, kerapuhan dan keterbatasan. Laksanakan atau lakukan apa yang mereka ajarkan tetapi jangan ikuti perilaku mereka yang tidak baik.


·   "Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu." (Yes 26:4-5), demikian seruan atau peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah, kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar dan citraNya dan hanya dapat hidup baik, berbahagia dan damai sejahtera jika kita setia pada kehendak Allah serta melaksanakan perintah Allah dalam hidup sehari-hari.  Perintah Allah yang utama dan pertama adalah kasih dan kasih merupakan benteng yang kuat dalam menghadapi aneka godaan. Segala sesuatu didekati, diperlakukan dan disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan takluk dan menjadi sahabat.  Ingatlah bahwa binatang buas pun ketika disikapi, didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Menjadi Tuhan Allah sebagai gunung batu yang kekal berarti senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih, hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun, dengan siapapun dan apapun. Ingatlah dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih alias kasih, maka bertemu dengan orang lain berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi. Maka penghayatan iman bahwa diri kita adalah yang terkasih merupakan benteng atau gunung batu yang kekal dan kuat kuasa. Jika kita berani menghayati diri sebagai yang terkasih, maka kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan, masalah dan godaan dalam hidup kita. Hadapi, sikapi, perlakukan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, dan barangsiapa tidak saling mengasihi berarti tidak beriman, tidak kenal Allah.

 

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan  Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku" (Mzm 118:8-9.19-21).

Jakarta, 2 Desember 2010

.  

  .        


Senin, 29 November 2010

1 Des - Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37

"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu".

(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)


"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh." (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta B.Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Orang-orang miskin dan berkekurangan kiranya masih cukup banyak di masyarakat atau Negara kita, apalagi dengan adanya musibah atau bencana alam yang menghancurkan berbagai macam sarana dan harta benda akhir-akhir ini, entah itu gempa bumi, tsunami, banjir, gunung berapi meletus, dst.. Dalam perjalanan melakasanakan tugasNya Yesus menghadapi ribuan orang yang kelaparan dan kelelahan dan HatiNya pun tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Hati tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang lapar, haus, menderita atau menjadi korban bencana alam atau musibah rasanya untuk masa kini juga merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran hidup iman atau agama kita.  Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati 'membuka hati' bagi mereka yang miskin, berkekurangan atau menjadi korban bencana alam. 'Membuka hati' berarti memberi perhatian, dan perhatian yang dimaksudkan bukan sekedar omongan atau kata-kata belaka, melainkan menjadi nyata dalam perbuatan atau tindakan pengorbanan. Marilah kita sisihkan sebagian harta benda atau kekayaan kita dan kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam atau musibah. Jika kita tidak mungkin menyalurkan secara langsung sumbangan tersebut, kiranya kita dapat menyalurkan melalui aneka macam LSM yang bergerak dalam pelayanan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam/musibah.


·   "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" (Yes 25:9), demikian kata orang-orang menanggapi ramalan Yesaya perihal kedatangan Penyelamat Dunia. Segala macam bentuk perhatian kita kepada sesama, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan, kiranya akan membangkitkan hati mereka sehingga mereka pun akan berkata sebagaimana saya kutipkan di atas ini: "Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakanNya". Keselamatan dari Tuhan antara lain dapat terwujud melalui perhatian kita kepada saudara-saudari kita, maka marilah kita saling memperhatikan, dan secara khusus kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing, di masyarakat atau tempat kerja kita. Marilah kita perhatikan mereka yang sedih, murung atau frustrasi agar mereka bersedia untuk bersorak-sorai dan bersukacita; kita boroskan waktu dan tenaga kita bagi mereka yang sedih, murung dan frustrasi sebagai tanda kasih atau perhatian kita. Pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih atau terperhatikan merupakan bentuk kasih atau perhatian yang mulia dan luar biasa, maka dengan ini kami juga mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, misalnya suami atau isteri kita, anak-anak kita, rekan sekomunitas/kerja dst.. Biarlah di hari Natal nanti kita semua dapat bersorak-sorai dan bersukaria dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga.

 

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa"

(Mzm 23)

Jakarta, 1 Desember 2010


30 Nov - Rm 10:9-18; Mat 4:18-22

"Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)

 

"Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menjadi rasul berarti dikumpulkan di sekitar Yesus, mengikuti Yesus kemanapun Ia pergi atau dimanapun Ia berada, dan dengan demikian mau tak mau hidup dan bertindak meneladan Yesus atau melaksanakan perintah atau sabdaNya. Sabda Yesus kepada Andreas hari ini adalah "Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia". Yang dimaksudkan dengan menjadi 'penjala manusia' antara lain adalah hidup dan bertindak lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain, yang kita layani. Sebagai umat beriman kita memiliki panggilan menjadi rasul juga, maka marilah kita hayati dimensi rasuli hidup kita di dalam berbagai cara hidup dan bertindak kita setiap hari. Dalam cara hidup dan cara bertindak apapun dan dimanapun hendaknya keselamatan jiwa manusia menjadi barometer atau pedoman usaha dan keberhasilan kita. Dengan kata lain hendaknya kita sendiri senantiasa mengusahakan hidup baik dan berbudi pekerti luhur dan kemudian membantu orang lain untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu kita perlu 'meninggalkan perahu dan orangtua' kita artinya melepaskan diri dari ketergantungan pada aneka macam jenis harta benda maupun orangtua kita masing-masing. Dengan jiwa lepas bebas kita ikuti kehendak Tuhan kapanpun dan dimanapun, kita tinggalkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi atau kemauan sendiri. Hendaknya kita juga siap sedia untuk diutus kemanapun dan dimanapun, lebih-lebih dimana semakin banyak jiwa manusia dapat diselamatkan.

·   "Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Rm 10:14-15). "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik, sehingga dimanapun berada atau kemanapun pergi kita senantiasa membawa kabar baik, terdengar dan tersiarkan segala sesuatu yang baik. Memang untuk itu kita sendiri harus senantiasa dalam keadaan baik serta suka berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, kapan saja dan dimana saja, maka hemat saya yang paling baik adalah keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah jika kita sungguh mengutamakan dan memperjuangkan keselamatan jiwa manusia, hendaknya tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan bahwa untuk mengusahakan keselamatan jiwa pada masa kini sungguh berat karena sikap mental materialistis begitu merasuki banyak orang dalam berbagai macam bidang kehidupan bersama di tengah masyarakat. Namun percayalah jika kita sungguh berkehendak baik serta mengusahakan apa yang baik pasti akan memperoleh dukungan dari banyak orang, karena mereka yang berkehendak baik lebih banyak daripada mereka yang berkehendak jahat. Tanda baik kita berkehendak baik serta mengusahakan apa yang baik antara lain cukup banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat dengan kita, karena cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, mempesona serta memikat. Marilah kita saling membantu dan mendukung agar semakin banyak orang semakin percaya kepada Tuhan, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

Jakarta, 30 November 2010         


Minggu, 28 November 2010

29 Nov - Yes 2:1-5; Mat 8:5-11

"Aku akan datang menyembuhkannya."

(Yes 2:1-5; Mat 8:5-11)

 

"Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga," (Mat 8:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masa adven adalah masa menyongsong kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia dengan penuh harapan, maka baiklah kita mawas diri sejauh masa kita layak menyongsong kedatanganNya. Seorang perwira yang dengan rendah hati menghadap Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam warta gembira hari ini, kiranya dapat menjadi cermin refleksi atau permenungan kita. Keterbukaan bagi mereka yang sedang sakit dan menderita serta usaha untuk mencari penyembuhan atau pembebasan bagi mereka, itulah yang hendaknya kita hayati dan sebarluaskan di masa adven ini. Dalam masa adven biasanya juga ada kegiatan pengumpulan kolekte khusus atau barang/harta benda, yang kemudian dipersembahkan kepada Tuhan dengan diberikan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, sebaga aksi Natal. Hal itu dilakukan dengan harapan kebahagiaan damai Natal dapat dialami atau dinikmati oleh sebanyak mungkin umat manusia di bumi ini. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk 'turba'/turun ke bawah, 'menunduk' atau sungguh membumi untuk melihat kenyataan yang ada di lingkungan hidup kita. Apakah ada di antara saudara-saudari kita yang sedang sakit, menderita atau kurang diperhatikan? Kami berharap kita menyisihkan sebagai kekayaan, uang atau harta benda kita untuk kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan kekurangan di lingkungan hidup kita maupun di tempat lain yang sungguh membutuhkan. Marilah wujudkan kesiap-siaga kita dalam menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan membuka hati, budi, jiwa dan tubuh atau segala milik dan kekayaan kita bagi orang lain, dengan kata lain kita usahakan dan perdalam keutamaan solidaritas, simpati serta empati.


·   "Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang." (Yes 2:4), demikian ramalan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia yang kita songsong kedatanganNya. Yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan adalah bahwa 'mereka tidak akan lagi belajar perang'. Apa yang disebut perang bagaimanapun membuahkan penderitaan atau kesengsaraan, menghambur-hamburkan uang atau harta benda tiada guna, bahkan untuk menghancurkan yang lain. Namun perang dalam arti mengalahkan godaan setan atau kejahatan kiranya baik dipelajari atau diperdalam, mengingat godaan setan pada masa kini juga semakin canggih. Pembelajaran perang melawan godaan setan antara lain dapat dilakukan dengan berdoa atau membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Pada masa adven biasanya juga ada kegiatan pendalaman iman umat atau doa lingkungan mingguan bersama-sama, maka baiklah kebiasaan ini kita selenggarakan atau ikuti bersama. Jika tidak mungkin berpartisipasi dalam pertemuan lingkungan, baiknya entah secara pribadi atau dalam keluarga diselenggarakan sendiri. Kebiasaan berdoa dengan baik serta membaca dan merenungkan sabda Tuhan merupakan pelatihan perang melawan godaan setan, karena entah berdoa maupun merenungkan sabda Tuhan mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Tuhan, dan dengan demikian kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengalahkan semua godaan setan. Marilah kita wujudkan kesiap-siagaan kita dalam menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan berdoa dan berkontemplasi atau meditasi.

 

"Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: "Semoga kesejahteraan ada di dalammu!" Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu." (Mzm 122:6-9)

 

Jakarta, 29 November 2010

      


Jumat, 26 November 2010

Minggu Adven I - Yes 2:1-5; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

Mg Adven I : Yes 2:1-5; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44


Menghadapi apa saja yang baru pada umumnya orang bergairah dan penuh pengharapan. Pasangan suami-isteri yang baru saja saling berjanji untuk hidup bersama kiranya memiliki segudang harapan, antara lain semakin saling mengasihi serta kelahiran anak sebagai anugerah Tuhan; pelajar atau mahasiswa baru berhadap sukses dalam belajar, pegawai baru berharap sukses di dalam kerja, pejabat baru berharap sukses dalam melayani, dst… Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa Adven, dimana kurang lebih empat minggu kita diajak mempersiapkan diri dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang memenuhi janjiNya untuk memperbaharui dunia seisinya. Memasuki Tahun Baru Liturgi ini kita diharapkan bergairah dan penuh pengharapan, sebagaimana dipesankan dalam Warta Gembira hari ini, maka baiklah kita renungkan pesan tersebut.

 

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Mat 24:44)

Kedatangan Anak Manusia kiranya dapat diartikan 'Hari Kelahiran Penyelamat Dunia' alias pesta Natal atau saat kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Hari pesta Natal kiranya dapat kita duga karena telah ditentukan jauh sebelumnya, namun kapan kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia kiranya sebagai umat beriman kita tidak tahu, maka baiklah 'kedatangan Anak Manusia' kita fahami ketika kita dipanggil Tuhan. Maka marilah kita senantiasa dalam keadaan siap sedia untuk dipanggil Tuhan serta berharap hidup mulia selama-lamanya di sorga.

 

Orang yang 'siap sedia' pada umumnya dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual, menarik, mempesona dan memikat. Orang yang 'siap sedia' juga dalam keadaan bersih alias suci serta dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk mempersembahkan diri terhadap panggilan Tuhan dalam pelayanan kepada sesamanya.  Maka marilah memasuki masa Adven ini kita mawas diri sejauh mana kita dalam keadaan siap siaga atau siap sedia untuk menanggapi panggilan Tuhan, entah itu berarti meninggal dunia atau melakukan sesuatu sesuai dengan kehendakNya. Sebagai bantuan untuk mawas diri saya angkat beberapa hal sebagai berikut:


·  Panggilan sebagai ciptaan Tuhan: kita diciptakan oleh Tuhan sebagai gambar atau citraNya, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita orang dapat melihat Tuhan yang hidup dan berkarya. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, lebih-lebih dan terutama bagi kebaikan atau keselamatan jiwa, dengan demikian semakin tambah usia atau berpengalaman dalam hidup berarti kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.


·  Panggilan sebagai orang yang telah dibaptis atau beriman kepada Yesus Kristus: ketika dibaptis kita berjanji untuk hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan, dengan kata lain kita  berjanji untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur, meneladan cara hidup dan cara  bertindak Yesus serta melaksanakan sabda-sabdaNya. Cara hidup dan cara bertindak kita seperti yang dihayati oleh jemaat purba, yaitu bahwa "kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" (Kis 4:32-33).

Dari dua jati diri kita masing-masing tersebut baiklah kita sungguh mawas diri dan jika kita belum atau tidak setia pada panggilan kita baiklah kita mempersiapkan diri untuk mohon kasih pengampunan Tuhan dengan menerima Sakramen Tobat sebelum mengenangkan kedatangan Tuhan, Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

 

"Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati" (Rm 13: 12-13)   

Sapaan atau peringatan Paulus kepada di Roma di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita dalam memasuki Adven atau Tahun Baru Liturgi. Kita diingatkan untuk 'meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang: hidup sopan, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati". Maka baiklah secara sederhana saya kembangkan peringatan Paulus tersebut sebagai bantuan untuk mawas diri bagi kita semua:


·  Meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Berbagai bentuk perbuatan kegelapan yang harus kita tinggalkan dengan jelas dikatakan oleh Paulus, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, perselisihan dan iri hati. Berbagai bencana alam telah menimbulkan penderitaan bagi banyak orang di negeri kita ini, maka ajakan untuk tidak berpesta pora serta bermabuk-mabukan kiranya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini. Kami berharap para pejabat, petinggi atau orang-orang kaya dapat menjadi teladan dalam meninggalkan pesta pora dan mabuk-mabukan di masa adven ini. Perbuatan cabul rasanya sungguh marak terjadi di sana-sini, entah itu dilakukan secara pribadi atau dengan orang lain, karena dorongan nafsu seksual yang tak terkendalikan. Hendaknya para orangtua serta pendidik atau guru dapat menjadi teladan dalam meninggalkan perbuatan cabul bagi anak-anak atau para peserta didik. Perbuatan iri hati yang berkembang menjadi perselisihan kiranya juga masih marak di sana-sini, entah itu terjadi secara pribadi atau kelompok/golongan/organisasi. Iri hati memang dapat mengarah ke kematian, maka baiklah kita tinggalkan aneka bentuk iri hati dalam diri kita masing-masing.    

 

·  Mengenakan perlengkapan senjata perang. Perlengkapan senjata perang yang diingatkan oleh Paulus adalah hidup sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan, dengan kata lain sopan berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia alias tidak melecehkan atau merendahkan yang lain. Cara berpakaian sopan merupakan salah satu bentuk penghayatan yang kiranya baik kita hayati, maka kami berharap hendaknya jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga merangsang oleh lain untuk berpikiran jahat serta kemudian melakukan kejahatan.  Berkata-kata sopan juga merupakan cara hidup yang baik kita lakukan. Cara berpakaian maupun berkata-kata hemat saya mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan alias cermin dari hati, apa yang menjadi perhatian dalam hidupnya. Sopan santun hendaknya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian dikembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" (Mzm 122:1-2.4-7)

  

Jakarta, 28 November 2010


Kamis, 25 November 2010

27 Nov - Why 22:1-7; Luk 21:34-36

"Berjagalah senantiasa sambil berdoa"

(Why 22:1-7; Luk 21:34-36)

 

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Luk 21:34-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun Liturgy, dan besok kita mulai memasuki Tahun Baru Liturgy, masa adven, masa yang ditandai dengan keutamaan harapan untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Dalam pergantian tahun Liturgy ini kita diingatkan agar "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia". "Tahan berdiri di hadapan Anak Manusia" kiranya dapat difahami sebagai saat kita dipanggil Tuhan atau akan meninggal dunia, yang dapat terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja. Apakah pada menit-menit atau detik-detik terakhir hidup kita, menjelang meninggal dunia, kita begitu gelisah atau dengan tenang pasrah diri kepada Yang Ilahi. Kiranya kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan tidak melawan atau gelisah, melainkan kita sambut dengan gairah, senyum dan rendah hati karena akan menerima anugerah hidup mulia selamanya di sorga bersama Allah Pencipta. Agar dapat terjadi demikian kita diharapkan senantiasa dalam keadaan berjaga-jaga sambil berdoa. Maka baiklah kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur seraya berdoa, sesuai dengan dambaan dan kerinduan kita masing-masing. Hidup baik/berbudi pekerti luhur dan berdoa hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan; ada timbal balik saling meneguhkan dan memperdalam. Pendoa pada umumnya hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sebaliknya orang baik dan berbudi pekerti luhur tak pernah melupakan hidup doa. Berdoa antara lain berarti berkomunikasi dengan Tuhan dan karena Tuhan maha segalanya, maka mau tak mau kita akan dikuasai atau dirajai olehNya, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya kapanpun dan dimanapun.


·   "Malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" (Why 22:5). Kutipan ini adalah gambaran hidup mulia selama-lamanya di sorga setelah kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Apa yang akan terjadi tersebut kiranya dapat kita siapkan selama hidup di dunia, atau bahkan dapat mencicipinya selama hidup di dunia ini. Untuk itu kita diharapkan senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. Apakah setelah selama satu tahun kita mengarungi hidup dan panggilan,  kita juga semakin dalam keadaan 'berjaga-jaga sambil berdoa'? Dengan kata lain apakah kita semakin rendah hati? Rendah hati merupakan keutamaan dasar yang harus kita mohon dari Tuhan serta usahakan dalam hidup sehari-hari. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang  perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Orang yang rendah hati berarti juga siap sedia setiap saat untuk melakukan kehendak Tuhan alias ajakan untuk berbuat baik dan berbudi pekerti luhur. Orang yang rendah hati juga dirajai atau dikuasai oleh Tuhan dan dengan demikian juga berpartisipasi dalam 'pemerintahanNya sebagai raja sampai selama-lamanya'.  Raja yang rendah hati, yaitu yang siap sedia untuk disalibkan, artinya mempersembahkan seluruh hidup atau pribadinya kepada Tuhan melalui saudara-saudarinya. Semoga di akhir tahun Liturgy ini kita sungguh semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan , sehingga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan kita tidak gelisah atau melawan, melainkan gembira dan ceria penuh pasrah diri. Kita ucapkan 'Selamat tinggal cara hidup lama yang hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri, selamat menempuh hidup baru sesuai dengan kehendak Yang Ilahi'

 

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya." (Mzm 95:1-5)

 

Jakarta, 27 November 2010


Rabu, 24 November 2010

25 Nov - Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Luk 21:20-28

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."

(Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Luk 21:20-28)


"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.""Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."(Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cuaca ekstrim yang tidak menentu akibat pemanasan global dll. telah menimbulkan bencana alam di sana-sini, seperti banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi dst yang memporak-porandakan atau memusnahkan aneka macam jenis bangunan serta menimbulkan korban manusia. Berbagai macam musibah dan bencana alam tersebut membuat banyak orang 'mengangkat muka' alias 'melihat ke atas', artinya diingatkan kembali akan peran Yang Ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Sabda hari ini hemat saya juga mengajak kita semua untuk mengenangkan, mengimani kembali peran Yang Ilahi atau Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita mawas diri di hari-hari terakhir tahun Liturgy ini: sejauh mana kita semakin menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, dengan kata lain kita semakin cerdas secara spiritual atau hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Baiklah saya ingatkan juga bagi kita semua: marilah kita sikapi aneka macam bencana  alam atau musibah sebagai peringatan Tuhan akan keserakahan, kesombongan atau ketidak-imanan kita, suatu ajakan bagi kita semua untuk bertobat dan memperbaharui diri.


·   "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan." (Why 18:21-23). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa segala macam bentuk kebesaran duniawi seperti gedung pencakar langit, rumah mewah, mobil mewah, aneka monumen, dst  akan hancur berantakan dalam waktu sesaat. Dengan kata lain kita diingatkan untuk tidak bersikap materialistis dalam hidup kita. Hendaknya keselamatan jiwa manusia mencari pedoman atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bertindak kita atau segala usaha dan jerih payah kita. Secara khusus saya mengingatkan para pengelola maupun pelaksana karya-karya pastoral Gerejani seperti karya sosial, karya kesehatan dan karya pendidikan: jauhilah sikap mental materialistis dalam pelayanan dan usaha anda. Karya sosial membantu manusia semakin manusiawi, sehingga memperoleh kemudahan untuk semakin spiritual alias hidup beriman sungguh-sungguh, karya kesehatan mengutuhkan kembali anggota-anggota tubuh yang terluka, karya pendidikan membantu manusia agar tumbuh berkembang dalam hal kecerdasan spiritual. Dalam ketiga jenis karya pastoral ini  hendaknya tidak dilupakan semangat pendiri, yang mengawali karya sebagai luapan syukur dan terima kasihnya kepada Yang Ilahi. Saya juga mengingatkan secara lebih khusus kepada para pengelola maupun pelaksana karya pendidikan/sekolah agar lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur daripada cerdas intelektual.

 

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun" (Mzm 100:2-5)

Jakarta, 25 November 2010


Senin, 22 November 2010

24 Nov - Why 15:1-4; Luk 21:12-19

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"

(Why 15:1-4; Luk 21:12-19)

 

"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, para martir Vietnam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup dan bertindak benar, jujur serta disiplin maupun berani memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan kedisplinan masa kini sering harus menghadapi penguasa yang korup dan tidak jujur, bahkan ada kemungkinan untuk disingkirkan atau dibunuh. Namun dalam rangka mengenangkan para martir Vietnam maupun menghayati dimensi kemartiran iman atau agama kita, marilah kita hayati sabda Yesus "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu". Kita dipanggil untuk setia dan bertahan pada jati diri kita masing-masing, panggilan maupun tugas pengutusan kita. Mungkin baik sebagai orang yang telah dibaptis dan pernah berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan, kami mengajak anda untuk mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis tersebut. Mengabdi Tuhan Allah saja dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa melakukan apa yang baik dan benar, hidup jujur, setia dan disiplin. Godaan atau rayuan untuk melanggar janji baptis pada masa kini memang cukup banyak, mengingat dan memperhatikan kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masih marak di sana-sini. Salah satu bentuk kemartiran adalah bertahan untuk setia dan taat pada janji, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan hambatan, atau ada kemungkinan disingkirkan. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bertahan dalam iman dan janji, meskipun untuk itu harus menderita secara phisik akhirnya sekarang hidup mulia dan damai sejahtera, meskipun tidak kaya akan harta benda atau uang. Yang penting atau utama adalah keselamatan jiwa.


·   "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu." (Why 15:3-4), demikian nyanyian Musa yang menjadi kesukaan orang beriman untuk dinyanyikan.  Marilah nyanyian ini kita nyanyikan dengan sepenuh hati agar menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Kita diingatkan untuk senantiasa menelusuri 'jalan Tuhan' dalam hidup sehari-hari, dalam aneka pelayanan dan pekerjaan kita, atau senantiasa bersembah-sujud kepadaNya melalui ciptaan-ciptaanNya terutama manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan. Menelusuri 'jalan Tuhan' antara juga berarti menemukan dan mentaati serta melaksanakan kehendak Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri sesama manusia, dengan kata lain melihat kehendak baik yang ada dalam diri sesama dan kemudian disijernikan dengan kehendak baik kita. Pekerjaan Tuhan sungguh besar dan ajaib, antara lain menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya serta mengihiasi atau mendandani sedemikian rupa sehingga menarik, mempesona serta memikat, misalnya sesama manusia yang tampan atau cantik, aneka jenis bunga yang warna-warni, aneka jenis binatang yang lucu, dst… Marilah kita hayati dan imani bahwa apa yang menarik, mempesona dan memikat dalam ciptaan-ciptaanNya adalah karya agung Tuhan, maka hendaknya jangan dirusak atau dihancurkan. Ketika melihat apa yang menarik, mempesona atau memikat, hendaknya kemudian bersembah-sujud kepada Tuhan alias semakin beriman. Marilah kita saling bersembah-sujud, melayani dan membahagiakan, memuji dan bersyukur serta berterima kasih.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa." (Mzm 98:1-2)

Jakarta, 24 November 2010       .   


23 Nov - Why 14;14-20; Luk 21:5-11

"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan."

(Why 14;14-20; Luk 21:5-11)

 

"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Waspada kiranya dapat difahami sebagai 'awas pada'. Awas berarti tajam dan tepat dalam melihat, sehingga dapat melangkah ke depan dengan aman dan damai serta tak mudah tersesat. Di akhir tahun liturgy ini kita juga diajak untuk mawas diri apakah kita semakin waspada, sehingga tak mudah disesatkan oleh aneka macam bentuk godaan, rayuan, tipu daya atau jebakan. Saya percaya jika kita setia dalam menghayati iman kita di dalam hidup sehari-hari, maka kita akan menjadi orang yang waspada terhadap aneka macam perisitiwa atau apa yang akan terjadi. Orang yang waspada juga dapat 'melihat apa yang akan terjadi', sehingga ia dapat bersiap-siaga.serta membekali diri dengan baik dalam menghadapi apa yang akan terjadi. Aneka macam bentuk penyesatan masih terus terjadi yang dilakukan oleh orang jahat dan tak bermoral, dalam bentuk tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Pada umumnya harta benda atau uang yang menjadi alat penyesatan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang yang masih bersikap mental materialistis. Salah satu cara menghadapi godaan akan harta benda atau uang adalah hidup dan bertindak sederhana, karena dengan demikian juga akan waspada terhadap tawaran-tawaran yang menarik dan mempesona. Sejauh saya dengar melalui aneka informasi konon para calon anggota DPR/DPRD atau kepala daerah sungguh tersesat, karena agar berhasil menjadi anggota DPR/DPRD atau kepala daerah harus memberi 'uang pelicin' yang cukup besar. Maka tidak mengherankan ketika mereka menjabat kemudian bersikap mental materialistis. Dampak berikutnya mereka tidak waspada terhadap aneka peristiwa yang terjadi.


·   "Aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." (Why 14:14-15). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan dapat melihat sebagaimana digambarkan dalam kutipan di atas ini. Marilah kita lihat apa yang indah, mulia, luhur dan baik dalam diri sesama manusia, binatang maupun tumbuhan atau lingkungan hidup kita. Marilah kita lihat karya Roh dalam diri sesama manusia, antara lain seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Kami percaya dalam diri kita masing-masing atau sesama kita dapat ditemukan buah-buah Roh tersebut. Selanjutnya secara khusus jika kita dapat melihat buah-buah Roh dalam diri kitam marilah kita 'ayunkan', artinya kita hayati dalam hidup sehari-hari. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk penyesatan. Buah-buah Roh tersebut semakin diayunkan atau diberikan kepada orang lain tidak akan pernah berkurang sedikitpun, bahkan akan semakin bertambah, semakin mendalam dan handal. Kita semua dipanggil untuk setia dan taat pada malaikat-malaikat yang mendampingi perjalanan hidup, tugas pengutusan kita. Suara dan pendampingannya antara lain berupa tegoran ketika kita akan tersesat atau menyeleweng, dukungan dan peneguhan ketika kita akan berbuat baik. Semoga kita semua senantiasa tergerak untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita.

 

"Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:10-13)

 

Jakarta, 23 November 2010


Minggu, 21 November 2010

22 nov - Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4)

"Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

(Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4)

 

"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Cesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang kaya pada umumnya penuh dengan perhitungan untung-rugi alias apakah akan ada keuntungan yang menjanjikan dalam melakukan segala sesuatu. Misalnya ada ajakan untuk melakukan sesuatu, yang sebenarnya baik, terlalu banyak berpikir dan akhirnya mangkir. Sebaliknya orang-orang miskin ketika menerima ajakan untuk melakukan sesuatu, tanpa pikir dan aneh-aneh, segera melakukannya dengan sepenuh hati. "Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya" , demikian sabda Yesus menanggapi apa yang dilakukan oleh orang-orang kaya dan janda miskin dalam memberi persembahan. Kebetulan hari ini kita juga merayakan St.Cesilia, perawan dan martir, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan ancaman untuk dibunuh. Pembunuhan Cesilia merupakan peneguhan atas persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk meneladan janda miskin atau St.Cesilia, yang "memberi dari kekuranganya, bahkan memberi seluruh nafkahnya". Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, dan kemudian kita persembahkan kembali kepadaNya melalui saudara-saudari kita, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Hendaknya jangan memberi dari kelimpahannya yang berarti membuang sampah, dan dengan demikian memperlakukan penerima sebagai tempat sampah. Memberi dari kekurangaan itulah yang indah, mulia, luhur dan membahagiakan.


·   "Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu"(Why 14:3). Baiklah kutipan ini kita fahami bahwa kita sebagai 'yang telah ditebus dari bumi'  dipanggil untuk menghayati hidup baru, hidup dan bertindak hanya mengikuti kehendak Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal rahmat baptisan yang telah kita terima, dimana pada saat dibaptis kita berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan. Rahmat baptis merupakan dasar hidup beriman bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Apakah kita setia menghayati janji baptis tersebut? Jika kita dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan dapat menghayati janji baptis dengan baik dan benar setiap hari, maka saya percaya kita akan mampu menghayati panggilan khusus kita masing-masing dengan baik juga. Sebagai suami-isteri yang telah dibaptis, jika masing-masing setia pada janji baptis maka mereka akan setia pada janji perkawinan untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Sebagai imam atau anggota lembaga hidup bakti (bruder atau suster) jika setia menghayati janji baptis, maka akan semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya atau mereka yang harus dilayani dalam tugas pengutusan. Secara khusus saya mengingatkan mereka yang berkeluarga atau para suami-isteri untuk saling memberi dari kekurangan atau seluruh pribadinya, sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka berdua.  Hal ini saya ingatkan karena apa yang terjadi atau dialami di dalam keluarga akan menjadi dasar dan modal untuk dikembangkan lebih lanjut di sekolah atau di masyarakat. Semoga janda miskin atau St.Cesilia sungguh dapat menjadi teladan bagi kita semua sebagai orang beriman.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4)

 

Jakarta, 22 November 2010


Jumat, 19 November 2010

21 Nov -HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: 2Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: 2Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43


Evaluasi suatu pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup sangat penting untuk dilakukan. Fungsi evaluasi antara lain untuk mengetahui setepat dan secermat mungkin hasil pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup kita, yang kemudian dijadikan titik pangkal/tolak untuk melangkah lebih lanjut. Jika kita dapat mengadakan evaluasi dengan baik dan benar, maka kita tahu persis 'jati diri' kita yang sebenarnya. Hari ini kita merayakan pesta "Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam", dimana kita memasuki minggu terakhir tahun Liturgy, dan minggu depan kita memasuki tahun baru Liturgy, Minggu Adven I. Maka kami mengajak di akhir tahun Liturgy ini untuk mawas diri perihal perjalanan hidup iman dan keagamaan kita selama kurang lebih satu tahun yang telah kita lewati. Semoga kita dapat berkata atau menyatakan diri seperti salah satu penjahat yang disalibkan bersama Yesus di akhir hidupnya "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."  (Luk 23:42)

 

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42)

 

Salib merupakan hukuman terberat bagi para penjahat menurut tradisi orang-orang Yahudi, maka cukup menarik untuk menjadi bahan refleksi perihal 'penjahat' yang bertobat di detik-detik akhir hidupnya. Dari penjahat yang bertobat ini saya temukan dua hal untuk direfleksikan, yaitu pandangan perihal 'penjahat' dan hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya sebagai anugerah Tuhan:

1)                  'Hidup mulia di sorga adalah anugerah Tuhan' : "Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini hemat saya merupakan kebenaran iman bagi semua umat beriman, entah agamanya apapun. Jika orang sungguh beriman pasti akan mengahayati baik hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, sehingga selama hidup di dunia ini senantiasa rendah hati, tidak sombong. Hidup adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita. Mati juga anugerah Tuhan, bukankah sebagai orang beriman kita tidak tahu kapan akan mati atau dipanggil Tuhan, karena kematian berada di 'tangan' Tuhan, milik Tuhan. Maka bagi orang beriman ketika saudaranya dipanggil Tuhan tidak akan sedih berkepanjangan.

 

Hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, maka hidup mulia kembali di sorga setelah mati atau meninggal dunia juga anugerah Tuhan. Inspirasi bagi kita yang beriman kepada Yesus adalah sabdaNya kepada penjahat yang bertobat "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk 23:43). Maka baiklah kita imani saudara-saudari kita, orangtua kita atau sahabat dan kenalan kita, yang ketika dipanggil Tuhan 'tidak melawan' alias tidak begitu gelisah, kita imani telah  hidup mulia kembali di sorga bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Yang saya maksudkan 'tidak melawan' adalah pada detik-detik terakhir hidupnya yang bersangkutan nampak tenang, tanpa ada gerakan yang berarti, dan bahkan wajah atau ruman mukanya nampak gembira. Kita imani mereka telah hidup mulia kembali bersama Yesus Raja Semesta Alam.        

 

2)                  'Penjahat': Kebanyakan dari kita sering melihat dan memperlakukan para pencopet, penodong atau pencuri sebagai penjahat dan sampah masyarakat, serta menghormati dan menjujung tinggi para pejabat tinggi maupun tokoh politik atau masyarakat. Begitulah pandangan umum yang terjadi, namun hemat saya pandangan umum ini tidak tepat. Tahun lalu dalam suatu pertemuan para Yesuit dengan tema perihal persaudaraan sejati, antara lain dihadirkan Gus Mus, intelektual muda dari NU dan alumni pesantren di Madura, sebagai pembicara/nara sumber. Di tengah-tengah omongan atau arahannya ia menyampaikan rumor sebagai berikut: Pada suatu hari ia menilpon temannya di Madura perihal berita orang-orang Madura yang ditangkap polisi dan dipenjara karena mencuri batangan besi dan sekrup-sekrup (bahan bangunan jembatan Suramadu). Dengan hp-nya ia menyapa temannya di Madura;'memalukan hanya karena besi batangan dan sekrup jembatan , orang-orang Madura dikenal jahat, dan diberitakan kemana-mana melalui aneka media cetak dan elektronik'. Menanggapi sapaan tersebut temannya di Madura menjawab :'ya, teman-teman kita disini mencuri besi dan sekrup yang harganya hanya ratusan ribu rupiah, ditangkap polisi, dipenjarakan dan diberitakan kemana-mana; coba perhatikan orang-orang Jakarta korupsi jutaan atau milyardan rupiah dibiarkan saja'.

 

Dialog diatas sungguh inspiratif dan bermakna, dan kiranya juga nyata. Perhatikan saja seorang ibu tua yang dituduh mencuri 'tiga buah kakao' ditangkap polisi dan diadili: berapa harga tiga buah kakao dan berapa beaya penangkapan dan pengadilan? Saya merasa orang-orang kecil dan miskin yang terpaksa 'berbuat jahat' (menurut pandangan umum),hemat saya mereka tidak sejahat yang kita pikirkan. Mereka melakukan sesuatu, yang menurut pandangan umum jahat, seperti mengambil milik orang lain, hemat saya demi mempertahankan hidup, anugerah Tuhan, bukan untuk memperkaya diri. Dengan kata lain mereka terpaksa berbuat jahat karena kejahatan orang lain yang lebih besar, yaitu para koruptor atau penindas. Pengalaman saya pribadi dalam mengajak bertobat orang miskin dan tersingkir tersebut lebih mudah dari pada mereka yang terpandang di masyarakat. Orang miskin dan tersingkir ketika memperoleh bantuan rasa syukur dan terima kasihnya luar biasa, sedangkan orang kaya biasa-biasa saja atau bahkan minta tambah alias serakah.

 

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus" (Kol 1:17-20)       

    

Apa yang dikatakan Paulus kepada umat di Kolese di atas ini bahwa Yesus Raja Semesta Alam adalah pendamai, dan Ia telah mendamaikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dengan wafat di kayu salib. Ia bertahta di kayu salib, maka marilah kita bersembah sujud kepada Yang Tersalib. Bersembah sujud kepada Yang Tersalib berarti kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau meneladan cara hidup dan cara bertindak serta menghayati sabda-sabda Yesus. Dengan demikian kita sungguh dirajai atau dikuasai oleh Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam.

 

Kami berharap di akhir tahun liturgy, perjalanan hidup beriman dan beragama kita setahun yang telah kita lalui, kita semua semakin suci atau semakin beriman, semakin dirajai oleh Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Kita semakin hidup berdamai dengan seluruh ciptaan Allah di dunia ini, dengan sesama manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan serta lingkungan hidup kita. Semoga kita semua selalu hidup dan bertindak dengan motto "AMDG" (Ad Maiorem Dei Gloriam= semakin bertambahnya kemuliaan Tuhan) dalam pelayanan dan kesibukan kita setiap hari.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem… ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-2.4-5)

 

Jakarta, 21 November 2010


Kamis, 18 November 2010

20 Nov - Why 11:4-12; Luk 20:27-40

"Di hadapan Dia semua orang hidup."

(Why 11:4-12; Luk 20:27-40)


"Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus." (Luk 20:27-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Aneh dan nyata bahwa orang-orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati bertanya kepada Yesus perihal kebangkitan orang mati. Orang-orang Saduki lebih bersikap mental materialistis, dengan kata lain hidup dan bertindak dengan mengandalkan yang materialistis saja atau harta benda duniawi, yang dipikirkan dan diperjuangkan hal-hal duniawi atau harta benda. Tanggapan Yesus atas pertanyaan orang-orang Saduki mengingatkan dan mengajak kita semua umat beriman untuk sungguh menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Beriman antara lain berarti percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, Allah yang hidup dan berkarya terus menerus tanpa kenal batas ruang dan waktu, dengan kata lain dimanapun dan kapanpun senantiasa berada 'di hadirat Allah'. Berada 'di hadirat Allah' pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Allah, sehingga dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa tetap bergairah dan dinamis, bergembira-ria. Berbagai macam tantangan, hambatan dan masalah kehidupan membangkitan gairah dan semangat hidup, dan dapat mengatasinya dengan baik, itulah salah satu cirikhas orang beriman. Sebagai suami-isteri beriman berarti dalam kondisi atau situasi apapun tetap saling mengasihi, sebagai anggota lembaga hidup bakti tetap membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah dan sebagai imam tetap menjadi penyalur rahmat/berkat Allah bagi manusia serta doa/dambaan umat manusia kepada Allah.


·   "Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut"(Why 11:11 ). Kutipan dari Kitab Wahyu ini mengingatkan dan mengajak kita umat beriman untuk percaya akan kebangkitan orang mati. Bagi orang yang sungguh beriman hidup di dunia ini hanya sementara saja, dan hidup mulia di sorga bersama Allah setelah meninggal dunia akan berlangsung selamanya. Pepatah Jawa mengatakan 'Urip ing donya  iku koyo wong mampir ngombe' = 'Hidup di dunia itu bagaikan singgah minum sejenak'. Orang singgah untuk minum di perjalanan pada umumnya 'to the point', apa adanya, tidak aneh-aneh. Dengan kata lain selama hidup di dunia ini kita diharapkan tidak aneh-aneh, biasa saja, alias hidup sederhana atau bersahaja, tidak berfoya-foya. Maka dengan ini kami mengingatkan mereka yang sering suka berfoya-foya untuk bertobat, kembali ke hidup sederhana atau bersahaja. Tinggalkan keserakahan hidup anda, yang menyebabkan banyak orang menderita. Saya yakin jika kita hidup sederhana pasti tidak akan berbuat jahat, dan dengan demikian senantiasa berbuat baik dan berbudi pekerti luhur. Beriman memang juga berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga setelah dipanggil Tuhan alias meninggal dunia akan hidup mulia selamanya bersama Allah di sorga. Hidup beriman berarti 'roh kehidupan dari Allah' menjiwai cara hidup dan cara bertindak, dan dengan demikian menghasilkan buah-buah roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22 -23); ia semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia selama hidup di dunia ini.

 

"Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!"(Mzm 144:1-2)

 

Jakarta, 20 November 201

Rabu, 17 November 2010

19 Nov - Why 10:8-11; Luk 19:45-48

"Seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia"

(Why 10:8-11; Luk 19:45-48)

 

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia" (Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kehadiran dan karya Yesus, Penyelamat dunia, antara lain menyingkapkan apa yang tersembunyi dalam kedalamam lubuk hati manusia: mereka yang percaya kepadaNya semakin terpikat dan senang mendengarkan ajaran-ajaranNya, sedangkan mereka yang tak percaya kepadaNya semakin tergerak untuk memusnahkanNya. Memang itulah yang juga masih terjadi pada masa kini: orang-orang baik, benar dan jujur yang berani membongkar aneka kejahatan dalam hidup dan kerja bersama, terutama yang dilakukan oleh para pejabat dan penguasa, maka mereka dengan segala upaya disingkirkan oleh para penguasa atau pejabat, yang merasa terganggu dengan sepak terjang maupun suara orang-orang benar tersebut. Namun karena mereka takut terhadap rakyat, maka cara menyingkirkan nampak begitu halus dan konstitusional. Sebagai contoh yang terjadi di Indonesia antara lain kaus 'Bank Century'. Meskipun harus menghadapi aneka ancaman atau terror dari mereka yang berkuasa, kami berharap kepada para pejuang kebenaran dan  kejujuran jalan terus dan tetaplah tegar serta jangan takut, dan percayalah bahwa 'rakyat terpikat pada cara hidup dan cara kerja serta perjuangan anda'. Dengan ini kami juga berharap kepada para penguasa dan pejabat untuk dengan rendah hati mendengarkan suara dan dambaan rakyat serta menanggapinya dengan sungguh-sungguh: bekerjalah sedemikian rupa sehingga rakyat terpikat pada anda serta senang mendengarkan arahan atau omongan anda. Kasus penyelamatan 33 orang pegawai tambang di Chile yang terjebak selama 69 hari dalam kedalaman lebih dari 600 m bulan lalu sungguh menjadi inspirasi luar biasa bagi para penguasa maupun pejabat. Semoga apa yang dilakukan oleh presiden Chile menjadi teladan dan dicontoh oleh para pemimpin Negara di dunia ini.

·   "Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja." (Why 10:11), demikian kata malaikat kepada seseorang yang telah 'makan gulungan kitab kehidupan'. Saya merasa apa yang dilakukan oleh presiden Chile sesuai dengan apa yang dikatakan oleh malaikat tersebut: ia telah makan gulungan kitab kehidupan, sehingga berani mengorbankan milyardan rupiah demi 33 warganya yang harus diselamatkan, dan apa yang dilakukan sungguh menjadi nubuat bagi seluruh bangsa dan pemimpin dunia, sehingga para pemimpin dunia berterima kasih dan bersyukur kepada presiden Chile maupun rakyatnya. Banyak bangsa dan pemimpin yang baik dan berbudi pekerti luhur terkesima menyaksikan peristiwa penyelamatan tersebut dan tergerak untuk melakukan apa yang sama di negaranya. Pada hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita memang diingatkan pentingnya memperhatikan keselamatan jiwa manusia, maka hendaknya keselamatan jiwa manusia senantiasa menjadi barometer atau ukuran keberhasilan usaha dan pelayanan, bukan harta benda atau uang. Ada motto 'vox populi, vox Dei' = suara rakyat/bangsa, suara Tuhan. Motto ini kiranya mengingatkan dan mengajak para pemimpin dunia atau Negara dimanapun untuk senantiasa mendengarkan dambaan rakyat serta melayaninya demi kesejahteraan dan keselamatan mereka. Tanda keberhasilan utama dan pertama-tama pelayanan seorang pemimpin adalah rakyatnya atau yang ia pimpin hidup dalam damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Kami berharap kepada para bupati/walikota, gubernur, presiden beserta para menteri atau pembantunya di negeri Indonesia tercinta ini sungguh berpihak para rakyat, melayani, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat, bukan untuk memperkaya diri, keluarga maupun kerabat-kerabatnya. Semoga pemberitaan di berbagai mass media, entah cetak maupun elektorik tentang penyelamatan 33 pegawai tambang di Chile menjadi contoh yang inspiratif dan selanjutnya juga diusahakan di seluruh dunia.

 

"Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak. Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mzm 119:14.24.72.103)

  

Jakarta, 19 November 2010