Minggu, 31 Oktober 2010

1 Nov -HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah"

HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

 

Dalam rangka mengenangkan semua orang kudus, para santo dan santa atau saudara-saudari kita yang telah hidup mulia kembali di sorga bersama Allah untuk selama-lamanya, baiklah secara sederhana saya mencoba merefleksikan sabda-sabda bahagia sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius di bawah ini:

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3)

 

"Miskin di hadapan Allah"  antara lain berarti rindu akan Allah, haus dan lapar akan sabda dan kehendak Allah serta berkehendak kuat untuk melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Kehendak Allah antara lain tercermin dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta dalam aneka tata tertib hidup dan kerja bersama. Marilah dengan rendah hati kita dengarkan dan terima kehendak baik saudara-saudari kita serta kita tanggapi secara positif, artinya kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku. Yang tidak kalah penting untuk masa kini adalah setia dan taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita menjadi pelaksana-pelaksana tata tertib yang unggul dan handal. Orang yang miskin di hadapan Allah senantiasa siap sedia untuk berubah, tanda bahwa yang bersangkutan sungguh hidup serta memberi harapan yang menggairahkan.  

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

 

Yang dimaksudkan dengan 'berdukacita' antara lain bekerja keras serta meninggalkan keinginan, kehendak dan kemauan pribadi dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain orang tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi, melainkan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilannya. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kerja keras perlu disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana pepatah berkata "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".     

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

 

Lemah lembut erat kaitannya dengan rendah hati. Orang yang lemah lembut pada umumnya berbudi bahasa halus dan suaranya enak didengarkan, yang bersangkutan juga hidup 'membumi', artinya tahu dan memahami dengan baik seluk beluk atau hal-ikhwal duniawi, yang menjadi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Orang yang lemah lembut dapat bergaul dengan siapapun tanpa pandang bulu; ia dapat bergaul dengan mereka yang miskin dan tersingkir serta menderita maupun dengan para tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka orang yang lemah lembut 'memiliki bumi', mengurus atau mengelola bumi seisinya sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada manusia pertama "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Orang yang lemah lembut akhirnya sungguh dapat menjadi 'citra atau gambar Allah' di bumi ini, karena ia senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah.  

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Mat 5:6)

 

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran adalah "orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1Yoh 3:3). Dengan bergariah, penuh semangat dan energik ia berusaha untuk mengenal kehendak Allah serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Yang bersangkutan rajin membaca, merenungkan dan merefleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, serta membaca, mempelajari dan merefleksikan buku-buku atau karangan-karangan baru yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Orang yang lapar dan haus akan kebenaran berarti orang yang memiliki sikap mental 'belajar terus menerus sampai mati': menghayati hidup, tugas pekerjaan atau kewajiban sebagai 'pembelajaran'.

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya,karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

 

"Murah hati"  berarti hatinya dijual murah, sehingga siapapun mampu membelinya, artinya memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, tentu saja  terutama terhadap mereka yang hidup dan bekerja bersama dengannya.  Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kemurahan hati melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang mengasihi dan berbuat baik kepada kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Tanpa kemurahan hati, kasih dan kebaikan orang lain kita tak mungkin dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini. Maka marilah kita saling bermurah hati, saling memperhatikan satu sama lain dimanapun dan kapanpun. 

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."(Mat  5:8)

 

"Suci"  berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, maka orang yang suci hatinya adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga seluruh pribadi, anggota tubuhnya suci, tak berkerut atau bernoda sedikitpun dalam hal spiritual atau rohani. Orang yang suci hatinya pada umumnya jarang atau sama sekali tak pernah menyakiti hati orang lain, sebaliknya yang bersangkutan mungkin berkali-kali atau senantiasa disakiti hatinya oleh orang lain namun tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu. Orang yang suci hatinya juga menerima segala sapaan, sentuhan, perlakuan orang lain terhadap dirinya sebagai perwujudan kasih, entah itu yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, dst.., semuanya dihayati sebagai kasih. Mak orang yang suci hatinya senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, sehingga kehadirannya dimanapun dan kapanpun tak akan menjadi beban bagi orang lain, tetapi menjadi rahmat atau anugerah bagi orang lain. Marilah kita saling membantu mempertahankan, mengembangkan dan mengusahakan kesucian hati kita masing-masing!   Orang yang suci hatinya "adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."(Mat 5:9)

 

"There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" =" Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampuan", demikian pesan paus Yohanes Paulus II di hari Peerdamian Sedunia 2000, memasuki Millennium Ketiga. Perdamaian sering dibicarakan, didiskusikan dan disuarakan dimana melalui berbagai cara dan kesempatan, namun tawuran dan permusuhan yang membawa korban manusia rasanya juga semakin gencar terjadi dimana-mana. Atas nama dan demi agama tertentu merusak dan melakukan perbuatan yang tak terpuji, yang menimbulkan kebencian dan kedeningkian serta balas dendam. Balas dendam itulah kiranya yang masih bercokol di dalam hati mereka yang melakukan tawuran atau bermusuhan, maka kasih pengampunan sungguh mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni agar damai dan sejahtera sejati menjadi nyata dalam kehidupan kita bersama dimanapun dan kapanpun.      

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

 

Para pejuang dan pembela kebenaran senantiasa siap sedia menghadapi dan mengalami aneka macam bentuk aniaya dalam usaha memberantas aneka macam bentuk kebohongan dan kepalsuan serta manipulasi yang masih marak di sana-sini. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, berlaku dimana saja dan kapan saja. Di Indonesia ini masih sering terjadi bahwa para penegak kebenaran melakukan kebohongan, kepalsuan dan manipulasi demi keuntungan atau kenikmatan diri sendiri atau kelompoknya. Kami berharap kepada para pejuang dan pembela kebenaran pantang mundur, terus bergairah dan gembira dalam memperjuangkan dan membela kebenaran di berbagai kesempatan. Jadikan dan hayati aneka bentuk penganiayaan sebagai jalan atau wahana untuk semakin mencari, memperjuangkan dan membela kebenaran. Ingat untuk mengusahakan emas murni perlu pembakaran dan pengolahan yang menyakitkan.

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11)

 

Sabda bahagia di atas ini mengingatkan kita semua untuk menghayati cirikhas kenabian hidup beriman dan keagamaan kita masing-masing. Nasib seorang nabi memang sering menerima fitnah-fitnah, celaan-celaan yang menyakitkan, sebagaimana dialami oleh para nabi, termasuk Yesus yang diejek, dihina, difitnah di puncak penderitaanNya di kayu salib. Penghayatan dimensi atau cirikhas kenabian hidup beriman dan beragama pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Seorang nabi kiranya menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Wahyu ini, yaitu " "Aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka" (Why 7:2-3). Perusakan bumi atau laut atau pohon-pohon terus berlangsung sampai kini, sehingga menimbulkan 'pemanasan global', yang membuat manusia semakin menderita. Maka marilah kita hentikan aneka macam bentuk perusakan bumi, laut dan pohon-pohon guna menciptakan lingkungan hidup yang enak, nyaman dan menyelamatkan.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

 Jakarta, 1 November 2010 


Mg Biasa XXXI - Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10

"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham."

Mg Biasa XXXI: Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10


Menjadi pegawai perpajakan di Indonesia konon termasuk bekerja di lahan yang cukup basah alias orang akan dengan cepat menjadi kaya. Tentu saja mayoritas kekayaan yang diperolehnya bukan karena balas jasa atau gaji resmi yang diterimanya, melainkan karena korupsi atau manipulasi yang dilakukan. Maklum hampir semua urusan izin dan perpajakan di negeri ini kalau tidak pakai uang pelicin atau sogokan tak akan diurus atau diselesaikan. Dengan kata lain semua pegawai perpajakan mau tak mau jika tetap bekerja pasti terlibat di dalam ketidak-adilan struktural tersebut. Orang jujur pasti akan hancur, begitulah yang berlaku dalam jajaran pegawai yang berurusan dengan aneka jenis pajak atau perizinan. Namun yang benar adalah orang jujur memang akan hancur sesaat dan kemudian akan berjaya serta selamat dan mulia selamanya, itulah kiranya yang terjadi dalam diri Zakheus, kepala pemungut cukai atau pajak, orang yang kaya raya, sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini. Maka marilah kita renungkan pengalaman dan dialog Zakheus dalam kisah warta gembira hari ini.

 

"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:8)

Kata-kata Zakheus kepada Yesus di atas ini kiranya telah tersimpan lama dalam lubuk hati Zakheus. Dengan kata lain Zakheus sebagai kepala pemungut cukai atau pajak, yang terjebak dalam tindakan korupsi secara struktural, merasa tidak enak dan tidak nyaman atas pekerjaan maupun balas jasa yang diterimanya. Dari lubuk hatinya yang terdalam ada kerinduan untuk membebaskan diri dari lumpur korupsi, maka ketika mendengar bahwa Yesus akan lewat, tanpa malu sebagai pejabat ia memanjat pohon untuk melihat Yesus. Bayangkan seorang pejabat yang kaya memanjat pohon hanya untuk melihat orang yang mau lewat! Bukankah hal itu menunjukkan kejujuran dan kesederhanaan yang masih hidup dalam lumpur korupsi. Ketidak-maluan, kejujuran dan kesederhanaan Zakheus diketahui dan dilihat oleh Yesus, maka Ia berkata kepadanya: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.". Zakheus pun akhirnya turun dari pohon dan menerima Yesus di rumahnya. Sapaan dan sentuhan Yesus membuat Zakheus bertobat, dan pertobatannya antara lain berupa membagikan kekayaan yang telah diperolehnya dengan tidak wajar kepada para pemiliknya, yaitu orang-orang miskin serta mengembalikan empat kali lipat atas apa yang telah diperasnya.

 

Pengalaman Zakheus kiranya baik menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi siapapun yang kaya akan harta benda atau uang. Marilah kita imani bahwa selama masih ada orang-orang miskin dan menderita berarti masih terjadi ketidak-adilan dan keserakahan atau korupsi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu. Ingatlah dan hayatilah bahwa kekayaan, harta benda dan uang , yang anda miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini tidak terlepas dari pengorbanan, kerja keras dan perjuangan orang-orang miskin atau rakyat kebanyakan. Sebagai contoh: produsen mie instant pasti kaya raya, darimana asal kekayaan mereka? Memang kerja keras pengusaha juga berperan, namun rasanya partisipasi para konsumen cukup besar dalam memperkaya produsen. Konsumen mie instant adalah rakyat kecil dan miskin; mereka harus membayar harga mie instant berapapun tak pernah mengeluh atau menggerutu. Bukankah sedikit banyak boleh dikatakan bahwa kekayaan produsen berasal dari pemerasan terhadap rakyat kecil atau miskin? Contoh produsen dan konsumen lainnya cukup banyak, misalnya minyak, obat-obatan dst..  Maka dengan ini kami berharap kepada orang-orang kaya untuk meneladan Zakheus dengan berkata dan berbuat seperti Zakheus "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.".

 

Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, 'keturunan Abraham, bapa umat beriman', maka baiklah sebagai sesama umat beriman kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati, dengan kata lain kita sadari bahwa ketika masih ada orang-orang miskin dan berkekurangan berarti kita kurang setia pada iman kita, kurang menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Marilah kita hayati salah satu motto umat beriman, khususnya para pengikut Yesus Kristus, yaitu "preferential for/ with the poor" = keberpihakan pada mereka yang miskin dan berkekurangan,  meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah menjadi miskin untuk memperkaya mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

"Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2Tes 1:11)

Marilah kita saling mendoakan dan mendukung "supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu".  Berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Perbuatan baik merupakan perwujudan iman dan sekaligus memperkuat, memperteguh dan memperdalam iman, dengan kata lain semakin beriman berarti semakin berbuat baik. Beriman pertama-tama dan terutama terjadi atau terwujud dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Perbuatan baik disertai dengan doa akan handal dan meyakinkan.

 

"Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi. Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan" (Keb 11:22-24), demikian kata penulis kitab Kebijaksanaan. "Semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat", inilah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati kasih dan perhatian Allah yang begitu melimpah ruah pada diri kita masing-masing melalui siapapun yang telah berbuat baik dan mengasihi kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' artinya orang yang telah menerima kasih melimpah ruah.

 

Bermodalkan kasih Allah yang melimpah ruah tersebut kita diharapkan bertobat atau memperbaharui diri terus menerus, antara lain dengan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita. Dengan kasih Allah marilah kita sempurnakan segala pekerjaan iman kita, kehendak untuk berbuat baik, dengan terus meneruskan melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama bagi jiwa-jiwa manusia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya, artinya dari diri kita masing-masing tercermin kehendak atau karya Allah, sehingga siapapun yang bertemu atau bergaul dengan kita semakin mempersembahkan diri kepada Allah, semakin beriman, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.

 

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu" (Mzm 145:8-11)

 

Jakarta, 31 Oktober 2010        .

    

 

 


Jumat, 29 Oktober 2010

28 Okt - Ef 2:19-22; Luk 6:12-19

"Ia memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebutNya rasul"

(Ef 2:19-22; Luk 6:12-19)

 

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes , Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon . Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya." (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Simon dan St.Yudas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasul adalah seseorang yang dipilih dan diutus untuk berpartisipasi dalam karya Penyelamatan: mewartakan Kabar Baik dan menyembuhkan aneka macam penyakit. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita memiliki dimensi rasuli dalam hidup dan cara bertindak kita, dengan  kata lain kita juga dipanggil untuk mewartakan kabar baik dan menyembuhkan aneka macam penyakit di lingkungan hidup kita masing-masing. Ingat dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita sejak awal adalah yang terpilih dan menjadi pemenang (perhatikan ada jutaan sperma dan hanya satu yang terpilih dan menang untuk bersatu dengan sel telor). Maka sebagai yang terpilih marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita berdimensi rasuli. Hendaknya dari cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa tersiarkan atau terkabarkan apa-apa yang baik, menarik, mempesona dan memikat, dan untuk itu kiranya dari pihak kita diharapkan senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Di lingkungan hidup dan kerja kita kiranya juga ada orang yang sakit serta membutuhkan penyemmbuhan, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Marilah dengan rela hati dan jiwa besar kita keluarkan atau baktikan apa yang kita miliki guna membantu penyembuhan mereka yang sedang menderita sakit; demikian juga ketika ada orang sakit mendantangi kita untuk mohon bantuan hendaknya dilayani denggn rendah hati dan gembira.


·   "Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Ef 2;21-22), demikian peringatan Paulus perihal hidup menggereja atau paguyuban umat beriman. Secara organisatoris/ hirarkis 'bangunan Gereja Katolik' kiranya boleh dikatakan tersusun dengan rapi sejak dari Kepausan -> s/d lingkungan atau stasi, namun apakah para anggotanya sungguh 'menjadi tempat kediaman Allah'  kiranya menjadi pertanyaan bagi kita semua. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita mawas diri kita sendiri sejauh mana layak menjadi tempat  kediaman Allah. Menjadi tempat kediaman Allah berarti Allah hidup dan berkarya di dalam diri kita dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau setia menghayati janji baptis, yaitu 'hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Allah hidup dan bekerja dalam diri kita juga berarti hidup di dalam Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22 -23). Maka selayaknya siapapun yang 'menjamah' kita, hidup dan bekerja bersama kita akan tergerak untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan jika mereka sedang menderita sakit akan tersembuhkan. Dengan ini kami juga mengingatkan dan mengajak rekan-rekan umat Katolik atau Kristen untuk dengan sungguh-sungguh hidup dalam paguyuban umat basis, sehingga kehidupan bersama sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus menarik, mempesona dan memikat bagi orang  lain. Hendaknya para ketua lingkungan/stasi atau wilayah bersama dengan seluruh umat di lingkungan atau wilayahnya membangun kebersamaan hidup sejati.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

Jakarta, 28 Oktober 2010


Selasa, 26 Oktober 2010

27 Okt - Ef 6:1-9; Luk 13:22-30

"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"

(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)


"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.  Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   "Berakit-raktt ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian", demikian kata sebuah pepatah, yang kiranya erat kaitannya dengan Warta Gembira atau sabda Yesus hari ini. Senada dengan pepatah tersebut juga ada pepatah bahasa Jawa, yaitu "jer basuki mowo beyo', yang berarti untuk hidup mulia dan damai sejahtera, orang harus berani berjuang dan berkorban. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan sungguh-sungguh mawas diri bercerimin dari sabda Yesus maupun pepatah-pepatah tersebut. Kami berharap kepada para orangtua dan pendidik/guru untuk membiasakan sedini mungkin bagi anak-anaknya perihal pentingnya perjuangan dan pengorbanan dalam hidup sehari-hari. Hendaknya anak-anak jangan dimanjakan, sebagaimana sering terjadi dalam diri anak-anak kota. Secara bertahap dan terus menerus orangtua hendaknya memberi tahu dan melatih anak-anak bahwa segala sesuatu yang dinikmati dan dipakai pada saat ini, entah itu makanan, pakaian atau aneka macam sarana-prasarana lain diperoleh dengan perjuangan, pengorbanan dan kerja keras. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbagi hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Latihlah dan biasakan pada anak-anak dalam hal 'bekerja keras' ini.


·   "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi" (Ef 6:1-3), demikian ajakan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Dalam kutipan surat Paulus hari ini secara lengkap tidak hanya mengingatkan anak-anak, tetapi juga para bapak dan ibu maupun hamba atau pembantu rumah tangga. Maka sebagai bahan refleksi saya angkat ajakan ini: 'Marilah kita saling mentaati satu sama lain seraya melihat dan mengimani karya Tuhan dalam diri sesama atau saudara-saudari ktia'. Memang penting sedini mungkin anak-anak dibiasakan dan dididik atau dibina untuk mentaati orangtua di dalam Tuhan. Tentu saja para orangtua hidup dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat menjadi cermin karya Tuhan dalam diri para orangtua/bapak-ibu. Untuk itu para bapak-ibu atau orangtua mungkin dapat 'back to basic', kenangkan pengalaman ketika masa pacaran, tunangan atau tahun-tahun pertama sebagai suami-isteri. Bukankah pada masa-masa itu masing-masing saling melihat pasangannya di dalam Tuhan? Kami berharap pada saat ini anda sebagai orangtua atau bapak-ibu tetap saling melihat, mentaati pasangannya di dalam Tuhan. Percayalah dan imanilah jika orangtua hidup dan bertindak demikian, maka anak-anak akan meniru atau meneladannya. Secara khusus kami mengingatkan anak-anak sekalian, yang berarti masih ikut orangtua dan belum mandiri, hendaknya sungguh mentaati dan menghormati orangtua, ayah dan ibu di dalam Tuhan. Marilah kita hayati bersama bahwa Tuhan hidup dan berkarya terus menerus di dalam keluarga kita masing-masing.

 

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk" (Mzm. 145:10-14).

Jakarta, 27 Oktober 2010


Minggu, 24 Oktober 2010

26 Okt - Ef 5:21-33; Luk 13:18-21

"Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?"

(Ef 5:21-33; Luk 13:18-21)

 

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kerajaan Allah atau Allah yang meraja memang tidak nampak dengan jelas sekali namun Allah berkarya terus menerus tiada henti. KaryaNya antara lain dalam ciptaan-ciptaanNya seperti manusia, binatang dan tumbuh-tuimbuhan menganugerahi perkembangan. Sebagai contoh konkret: masing-masing dari kita berasal dari persatuan antara sel telor dan sperma yang begitu kecil dalam waktu kurang lebih selama sembilan bulan tumbuh dan berkembang begitu pesat, tiada kentara pertambahannya per hari, dan ketika keluar dari rahim ibu menjadi anak manusia yang memiliki anggota tubuh begitu lengkap dan mempesona. Maka perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus bahwa Kerajaan Allah itu bagaikan biji sesawi atau ragi, hendaknya kita renungkan dengan baik. Kita semua, sebagai umat beriman, dipanggil untuk menjadi ragi, dimana kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun membuat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat untuk didiami dan orang-orang yang berada didalamnya semakin mendalam penghayatan imannya. Maka kami berharap meskipun kita merupakan kelompok kecil atau minoritas atau bahkan sendirian saja, hendaknya tidak takut untuk menjadi saksi iman, karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua perihal 'proses': marilah kita hidup dan bertindak melalui proses yang baik dan benar, serta jauhilah budaya instant.  Apa yang diperoleh melalui proses yang benar dan baik akan handal dan tahan bantingan dan ada kemungkinan abadi adanya, sedangkan apa yang diperoleh secara instant atau cepat-cepat pada umumnya dengan cepat musnah juga. Orang-orang sukses di dunia ini hemat kami selalu hidup dan bertindak mengikuti proses yang benar dan baik, meskipun untuk itu harus berjuang dan berkorban.


·   "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27), demikian kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus. Allah memang senantiasa menempatkan diri kita  dihadiratNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Kita semua yang beriman kepada Allah dipanggil untuk hidup dan bertindak demikian juga di dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Marilah kita saling menempatkan dan menyikapi satu sama lain dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Dengan kata lain marilah kita saling melihat, mengakui dan mengimani apa-apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing, manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Kami percaya sepenuhnya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih  banyak apa yang baik daripada yang buruk, yang indah daripada yang amburadul, yang mulia daripada yang remeh, yang luhur daripada yang rendah. Marilah kita perkuat dan perdalam sikap mental 'positive thinking'  dalam diri kita masing-masing, sehingga kita semakin terampil dan cekatan melihat dan mengimani apa yang baik, indah, luhur dan mulia di lingkungan hidup kita dimanapun dan kapanpun. Surat Paulus kepada umat di Efesus hari ini mencoba menjelaskan sikap Allah terhadap manusia bagaikan sikap suami terhadap isteri dan sebaliknya yang sungguh saling mengasihi. Bukankah sang suami akan berkata dan mengimani bahwa isiterinya adalah perempuan yang sempurna, cantik, mempesona, dst.. tiada duanya di dunia ini, demikian juga sikap isteri terhadap suaminya. Ingat dan hayati de facto tidak ada duanya alias yang sama dan identik dengan suami atau isteri anda, karena setiap orang berbeda satu sama lain. Laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain dapat saling menempatkan dihadapanya dengan cemerlang, tanpa cacat dan tanpa kerut atau yang serupa itu. Bukankah pengalaman laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi sebagai suami isteri dapat menjadi contoh atau bukti bahwa apa yang berbeda menjadi daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk mendekat dan mengasihi, maka marilah kita jadikan apa yang berbeda di antara kita sebagai daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk saling mendekat dan bersahabat.

 

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN."

(Mzm 128:1-4)

        

Jakarta, 26 Oktober 2010


25 Okt - Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17

"Ia adalah keturunan Abraham"

(Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17)

 

"Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.  Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.  Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya." (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Beragama dan beriman adalah berbeda satu sama lain: orang beragama belum tentu beriman, sebaliknya orang beriman belum tentu beragama. Alangkah indahnya jika beragama sekaligus beriman! Cukup menarik dan memprihatinkan apa yang terjadi akhir-akhir ini perihal kekerasan agama yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu, antara lain peristiwa penusukan dan pemukulan pendeta serta penatua HKBP di Bekasi bulan lalu. Atas nama agama menyakiti orang lain itulah yang terjadi, entah itu disadari sepenuhnya oleh pelaku atau tidak atau pelaku hanya sekedar 'wayang' yang dimainkan oleh dalang tertentu. Sabda Yesus hari ini mengritik orang-orang munafik, dimana orang berpegang teguh pada peraturan tanpa dijiwai oleh iman dan cintakasih. Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, namun apakah menghayati iman dengan benar kiranya merupakan pertanyaan. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain. Cintakasih mendasari aneka peraturan dan kebijakan atau tata tertib, sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan peraturan, kebijakan atau tata tertib. Dengan kata lain cintakasih mengatasi dan mendasari aneka peraturan,  kebijakan dan tata tertib. Maka ketika peraturan, kebijakan atau tata tertib, entah secara tertulis maupun pelaksanaannya, tanpa cintakasih, hendaknya tanpa takut dan gentar melawan atau melanggar peraturan, kebijakan atau tata tertib tersebut.   


·   "Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu"(Ef 4:32), demikian saran atau ajakan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus Kristus tidak identik dengan telah dibaptis dan dengan demikian secara formal beragama Katolik atau Kristen. Konsili Vatikan II (th 1965) antara lain telah mengimani bahwa mereka yang secara formal atau yuridis tidak percaya kepada Yesus Kristus, namun dari lubuk hatinya terdalam ada kerinduan akan Tuhan Allah yang menjadi nyata dalam perilaku yang baik dan berbudi pekerti luhur, maka yang bersangkutan ketika dipanggil Tuhan pasti hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya (lihat LG no 17). Maka marilah kita hayati ajakan atau saran Paulus di atas, yaitu "hendaknya kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun" . Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita telah menerima keramahan, kasih dan pengampunan secara melimpah ruah antara lain dari orangtua kita masing-masing sebagai kepanjangan keramahan, kasih dan pengampun Allah. Maka tidak hidup dan tidak bertindak dengan ramah dan kasih pengampunan berarti mengingakari keramahan dan kasih pengampunan Allah yang kita terima melalui orangtua kita masing-masing. Marilah kita angkat tinggi-tinggi dan kubur dalam-dalam nama orangtua kita masing-masing (Jawa: mikul dhuwur, mendhem jero), artinya memuliakan orangtua dengan hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, sehingga dimanapun dan kapanpun senantiasa bersikap ramah terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling menampuni. Marilah kita hidup saling ramah dan bermesra-mesraan.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin." (Mzm 1:1-4)

Jakarta, 25 Oktober 2010


Jumat, 22 Oktober 2010

23 Okt - Ef 4:7-16; Luk 13:1-9

"Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya"

(Ef 4:7-16; Luk 13:1-9)


"Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,  mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Capestrrano, pelindung para pastor/ perawat rohani Angkatan Bersenjata, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam perjalanan hidup kita masing-masing sejak bayi kiranya kita senantiasa menerima binaan, didikan, pendampingan atau asuhan dari mereka yang telah mengasihi atau berbuat baik kepada kita, terutama orangtua, dengan aneka cara dan bentuk. Apa yang mereka lakukan bagaikan sedang 'mencangkul dan memupuk' diri kita agar tumbuh berkembang dengan baik, menjadi dewasa baik secara phisik maupun spiritual. Apa yang mereka lakukan pada kita merupakan usaha pertobatan atau pembaharuan, yang tak kenal henti. Dari usaha atau tindakan 'pencangkulan dan pemupukan' tersebut diharapkan ada buah-buah atau hasil yang menyelamatkan atau membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Yang mereka lakukan juga merupakan perawatan rohani, sehingga kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Santo Yohanes dari Capestrano menjadi pelindung para pastor/perawat rohani Angkatan Bersenjata, marilah kita fahami juga bahwa kita sedikit banyak boleh disebut sebagai anggota 'Angkatan Bersenjata', tentu saja senjata yang kita miliki bukan sebagaimana dimiliki oleh para anggota Angkatan Berjenjata seperti senapan, granat, dst.. yang mematikan, melainkan anggota tubuh kita dengan segala keterampilannya. Marilah kita fungsikan keterampilan-keterampilan kita untuk 'menembak' sesama kita agar semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup sehari-hari.


·   "Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (Ef 4:11-12), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja/tugas, masing-masing dari kita memiliki fungsi, jabatan atau kedudukan yang berbeda satu sama lain. Hendaknya menghayati fungsi, jabatan atau kedudukan tersebut 'bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan paguyuban umat beriman', dengan kata lain untuk mengusahakan, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Mungkin baik kami ingatkan: hendaknya hal ini pertama-tama dan terutama terjadi di dalam keluarga-keluarga atau komunitas-komunitas kita masing-masing, sebagai kebersamaan hidup yang paling dasar. Pengalaman kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas merupakan senjata atau modal untuk ditumbuh-kembangkan di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, di dalam masyarakat atau tempat kerja/tugas. Marilah kita bina, didik dan dampingi anak-anak dalam semangat melayani demi pembamgunan hidup bersama, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang senantiasa siap sedia untuk bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun. Orang yang senantiasa siap sedia untuk bekerjasama berarti tidak egois atau tidak mencari keuntungan, kemashyuran atau ketenaran diri sendiri, melainkan senantiasa bersikap rendah hati dan melayani. Orang yang dapat bekerjasama senantiasa dapat menempatkan diri dengan baik dan memadai dalam hidup bersama alias menghadirkan diri tepat pada waktunya.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 23 Oktober 2010


Rabu, 20 Oktober 2010

22 Okt - Ef 4:1-6; Luk 12:54-59

"Rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?"

(Ef 4:1-6; Luk 12:54-59)


"Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."(Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepekaan sosial merupakan salah satu keutamaan yang perlu dididikkan sedini mungkin bagi anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah-sekolah, dan tentu saja teladan dari para orangtua serta guru atau pendidik sangat dibutuhkan. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini lebih ke arah sikap mental egois, kurang peka terhadap saudara-saudarinya, hanya mencari keuntungan atau kenikmatan diri sendiri. "Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakan kamu tidak dapat menilai zaman ini?", demikian kecaman Yesus terhadap orang-orang munafik. Tanda-tanda zaman antara lain 'pemanasan global' telah diberitakan atau disebarluaskan ke mana-mana melalui aneka macam media, namun kebanyakan orang tidak menyikapi dengan benar atau tepat terhadap pemanasan global tersebut. Hal itu kiranya menggambarkan ketidak-pekaan orang terhadap aneka gejala maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau di dalam tubuhnya sendiri. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenal diri dengan baik dan memadai, sehingga dapat menempatkan diri dengan tepat dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun. Salah satu cara untuk lebih mengenal diri antara lain telah diusahakan oleh beberapa sekolah-sekolah katolik di kota-kota besar dengan menyelenggarakan 'live in' bagi para siswa atau peserta didik, tinggal dan hidup bersama untuk beberapa waktu dengan mereka yang miskin dan berkekurangan di desa-desa atau pelosok-pelosok. Pengalaman menunjukkan bahwa cukup banyak siswa atau peserta didik dapat melihat nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang tidak mereka temukan atau alami selama tinggal di kota, antara lain disiplin, matiraga, kerja keras, tidak mudah mengeluh,, persaudaraan sejati, dll.. Maka baiklah gerakan semacam 'live in' ini sering diusahakan atau diselenggarakan, entah secara pribadi atau bersama-sama.


·   "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua"(Ef 4:2-6), demikian ajakan atau peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Marilah ajakan ini kita laksanakan bersama-sama. Kita diajak dan diingatkan untuk senantiasa hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan siapapun dan dimanapun. Persaudaraan atau persahabatan sejati kiranya mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan masih maraknya aneka pertentangan, permusuhan, tawuran di sana-sini antar suku, agama, desa, dst., sebagaimana sering dapat kita saksikan dalam aneka pemberitaan di media elektronik/TV. Marilah kita saling membantu dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Sering kita dengarkan bahwa semua agama mengajarkan cintakasih, namun ada sementara orang atas nama agama mencederai atau melukai orang lain seenaknya. Kelompok-kelompok garis keras di beberapa agama mempersulit kegiatan agama lain. Mendirikan rumah ibadat lebih sulit daripada ruko atau losmen, yang sering digunakan untuk panti pijat atau pelacuran. Kami berharap kepada kita semua untuk menghadapi dan menyikapi kelompok-kelompok garis keras tersebut dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Percayalah dan imanilah bahwa kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran pasti dapat mengalahkan aneka bentuk kekerasan yang mengarah ke permusuhan atau tawuran dan pertentangan serta balas dendam.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

.

Jakarta, 22 Oktober 2010       

 


21 Okt - Ef 3:14-21; Luk 12:49-53

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!"

(Ef 3:14-21; Luk 12:49-53)


"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12: 49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini hemat saya melanjutkan kemarin, yang berarti kita diajak untuk lebih mendalam dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, yaitu hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma, spiritualitas atau visi yang telah kita pelajari dan coba fahami, entah secara pribadi atau bersama-sama/organisatoris. Sejauh saya perhatikan dan cermati hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas atau visi pada masa kini nampaknya tidak mudah. Masih cukup banyak orang yang berpegang teguh pada tradisi keluarga atau suku yang tidak memadai atau tidak cocok lagi untuk hidup masa kini. Maka marilah kita kerjasama dan saling membantu dalam menghayati charisma, spiritualitas atau visi. Sebagai tanda bahwa kita setia dan taat pada charisma, spiritualitas atau visi antara lain dalam hidup sehari-hari kita dapat menyesuaikan atau mengintegrasikan diri pada aneka tata tertib atau tuntutan hidup atau bekerja bersama dimanapun dan kapanpun. Sebagai contoh: ketika hidup di desa membuang sampah seenaknya tidak apa-apa, namun hidup di kota besar seperti Jakarta hendaknya membuang sampah pada tempatnya, sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan yang menyengsarakan di musim penghujan; di jalanan mentaati tata tertib lalu lintas seperti marka jalan, lampu lalu lintas dst..  Dengan kata lain kita hendaknya senantiasa siap sedia untuk berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik dan menyelamatkan. Semoga para anggota lembaga hidup baik semakin setia pada charisma pendiri, dan kita semua yang beriman pada Yesus Kristus semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus atau menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya.


·   "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah" (Ef 3:18-19), demikian dambaan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Kasih Kristus kepada dunia, semua umat manusia begitu lebar, panjang, tinggi dan dalam, sehingga sangat sulit kita fahami, apalagi menirunya, namun demikian marilah dengan rendah hati kita mengusahakannya. KasihNya antara lain nampak dalam kesetiaan dan ketaatan pada tugas pengutusan, sehingga dengan rela dan jiwa besar menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan atau keselamatan seluruh umat manusia. Kami percaya sedikit banyak para suami-isteri mencoba saling mengasihi dengan cara yang demikian itu, saling mempersembahkan diri demi kebahagiaan dan keselamatan berdua/bersama, antara lain ditandai dengan hubungan seksual dimana ada kemungkinan lahir manusia baru yang membahagiakan. Memang saling mempersembahkan diri buahnya adalah kebahagiaan sejati, maka marilah kita sungguh mempersembahkan diri melalui panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Dengan kata lain melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Percayalah, imanilah jika anda hidup dan bertindak demikian pasti akan menyelamatkan dan membahagiakan anda sendiri maupun sesama anda. Semoga pengalaman suami atau isteri dalam saling mempersembahkan diri satu sama lain dapat dikembangkan dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernengara.

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)

 

Jakarta, 21 Oktober 2010

 


Selasa, 19 Oktober 2010

20 Okt - Ef 3:2-12; Luk 12:39-48

"Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

(Ef 3:2-12; Luk 12:39-48)


"Ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."(Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Inti dari Warta Gembira ini kiranya adalah peringatan bagi kita semua bahwa masing-masing dari kita sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja, dapat meninggal dunia alias dipanggil Tuhan, sebagaimana sering terjadi masa kini, entah karena kecelakaan lalu lintas, serangan jantung, bencana alam, dst.. Siapkah kita sewaktu-waktu dipanggil Tuhan? Takutkah sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan? Jika kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita tidak takut sewaktu-waktu dipanggil Tuhan dan siap sedia kapan saja maupun dimana saja dipanggil Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, setia menghayati panggilan serta melakanakan aneka tugas pengutusan atau pekerjaan. Orang yang demikian layak disebut setia dan bijaksana, dan dengan demikian senantiasa siap sedia dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing dimanapun dan kapanpun. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Marilah kita setia pada perjanjian yang telah kita ikhrarkan atau buat, misalnya janji baptis, janji imamat, janji perkawinan, kaul, janji pegawai, janji pelajar/mahasiswa, dst..


·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya."(Ef 3:12), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Efesus. Kutipan surat Paulus ini kebetulan juga menjadi motto ketika saya ditahbiskan menjadi imam, sebagai suatu penngendapan berbagai pengalaman perjalanan panggilan saya pribadi dengan harapan saya berani menanggapi panggilan Allah karena dengan rendah hati senantiasa berusaha 'di dalam Dia', yang tergantung di kayu salib. Dengan kata lain setiap memandang salib yang tergantung saya pribadi senantiasa merasa dikuatkan dan diteguhkan dalam menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan apapun. Secara spiritual 'di dalam Dia' antara lain juga berarti senantiasa taat kepada kehendak Tuhan dan menjadi nyata taat kepada para pembesar atau atasan sebagai 'wakil Tuhan' di dunia saat ini. Ketaatan juga menjadi kekuatan dan rahmat bagi St.Ignatius Loyola beserta para pengikutnya. Setia pada janji berarti mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tata tertib yang terkait dengan janji tersebut: disiplin dan kerja keras serta jujur dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan. Maka dengan ini kami mengingatkan anda semua yang percaya atau beriman pada Yesus Kristus: marilah menimba kekuatan dan rahmat dari Dia yang tergantung di kayu salib, dengan kata lain ketika merasa berat menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, kami persilahkan memandang salib seraya mohon rahmat dan kekuatan dariNya. Bersama dengan Yang Tersalib kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah, jalan masuk menuju kebahagiaan atau keselamatan sejati.

 

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan….Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi" (Yes 12:2-5)

Jakarta, 20 Oktober 2010       


Senin, 18 Oktober 2010

19 Okt - Ef 2:12-22; Luk 12:35-38

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala".

(Ef 2:12-22; Luk 12:35-38)

 

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa gunanya ikat pinggang? Ketika pertanyaan ini saya sampaikan dalam suatu retret bersama yang saya dampingi, ada tanggapan cepat dan spontan, yaitu "untuk menahan celana agar tidak melorot". Menanggapi jawaban tersebut secara spontan dan cepat saya katakana "kalau demi celana tidak melorot pakai ikat pinggang rafia atau tali tampar saja, lebih murah dan praktis". Rasanya fungsi ikat pinggang pertama-tama dan terutama adalah untuk memperlihatkan postur tubuh kita sedemikian rupa sehingga menarik dan mempesona, terutama bagi rekan-rekan perempuan.  Maka sabda Yesus 'Hendaknya pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala'  kiranya dapat kita fahami bahwa kita senantiasa dipanggil untuk menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga menarik, menawan dan mempesona bagi orang lain, menjadi daya tarik dan daya pikat bagi orang lain untuk semakin terbuka pada kehendak Allah. Maka kehadiran kita dimanapun dan kapanpun selain diwujudkan dengan penampilan postur tubuh, hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita juga menarik, menawan dan mempesona bagi orang lain untuk semakin beriman. Cara hidup dan cara bertindak kita menyinarkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan sebagai buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Hendaknya dimanapun dan kapanpun kita senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk berbuat baik kepada orang lain


·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef 2:19-21), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Kebersamaan hidup kita hendaknya senantiasa 'di dalam Allah, sehingga bagaikan bangunan yang rapi tersusun, menjadi bait Allah'. Tentu saja pertama-tama dan terutama tubuh kita sendiri yang memiliki begitu banyak anggota dan telah tersusun rapi oleh Allah, Sang Pencipta. Setiap anggota berada pada tempatnya dan memiliki fungsi masing-masing demi keselamatan dan kesehatan seluruh tubuh. Maka kami berharap senantiasa memfungsikan anggota-anggota tubuh kita, misalnya kaki, tangan, mata, telinga, dst.. di dalam Allah artinya untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan baik tubuh maupun jiwa, sehingga tubuh kita layak menjadi 'bait Allah'. Selanjutnya kami mengajak dan mengingatkan kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas. Kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas hendaknya terjadi.sedemikian rupa, sehingga menarik, mempesona dan memikat siapapun untuk mendekat dan mendatangi. Maka hendaknya diusahakan adanya kesatuan hati dan budi di dalam hidup bersama, meskipun apa yang dilakukan atau dikerjakan berbeda sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan masing-masing. Jika masing-masing keluarga atau komunitas dapat demikian adanya, maka hidup bersama di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga akan menarik, mempesona dan memikat. Keadilan dan damai sejahtera yang menjadi dambaan semua orang menjadi nyata atau terwujud. Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat mengusahakan kesatuan hati dan budi, sehingga semua orang sungguh menjadi kawan sewarga, bukan orang asing atau pendatang lagi.

 

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan"

(Mzm 85:10-14)

Jakarta, 19 Oktober 2010

  

 

         


Minggu, 17 Oktober 2010

18 Okt - 2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9

"Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala."

(2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9)


"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu."(Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lukas, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk mewartakan Kerjaaan Allah atau Allah yang meraja alias kabar baik, apa-apa yang baik dan menyelamatkan. Dalam masa yang masih diwarnai kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan bersama masa kini, tugas mewartakan Kerajaan Allah sungguh berat dan menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah sampai ancaman untuk dibunuh. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa dalam mewartakan Kerajaan Allah hendaknya bekerjasama serta  tidak mengandalkan aneka macam sarana-prasarana duniawi melainkan diri kita sendiri sebagai orang beriman, yang mengandalkan diri pada rahmat dan anugerah Allah. Maka marilah kita senantiasa bekerjasama dengan saudara-saudari kita dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan seraya mengandalkan rahmat atau kasih karunia Allah. Mengandalkan diri pada rahmat atau kasih karunia Allah berarti mengimani Allah yang hidup dan berkarya dalam citpaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang berkendak baik, tanpa pandang bulu atau SARA. Cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya berjiwa missioner, sehingga siapapun yang hidup bersama kita atau menyaksikan cara hidup dan cara bertindak kita tergerak untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam hidup sehari-hari. Kami berharap keluarga-keluarga dapat menjadi contoh dalam hal menghayati jiwa missioner dalam kebersamaan atau kerjasama.

·   "Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya" (2Tim 4:17), demikian kesaksian Paulus, rasul agung. Warta Gembira bukan menjadi monopoli bangsa atau suku tertentu atau agama tertentu, melainkan bagi semua orang, bagi seluruh dunia. Secara tertulis kita tahu Kitab Suci telah dijerjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang ada di dunia ini, dengan harapan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci dapat difahami dan kemudian dihayati. Demikian juga isi Kitab Suci telah dipelajari dan dikomentari, entah secara tertulis dalam bentuk buku atau lisan melalui aneka ceramah atau pengajaran, agar Warta Gembira semakin dihayati secara mendalam oleh berbagai kalangan atau proffesi seseorang. Semuanya itu sungguh merupakan usaha dengan bantuan rahmat Allah 'supaya dengan perantaraanku Injil/Warta Gembira diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang mendengarkannya'. Maka dengan ini kami berharap: hendaknya di dalam keluarga-keluarga sering dibacakan dan didengarkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, syukur dapat setiap hari. Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, bukan untuk didiskusikan. Dengan rendah hati, sekali lagi saya sampaikan  bahwa sekiranya apa yang saya kutipkan dan tulis setiap hari, sesuai dengan Kalendarium Liturgi Katolik, hendak difungsikan untuk dibacakan dan didengarkan bersama di dalam keluarga, silahkan. Email saya mau disebarluaskan ke mana-mana, silahkan, jika menurut anda baik, tetapi jika menurut anda jelek hapus saja. Marilah kita imani  bahwa Allah senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita dimanapun dan kapanpun.

 

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan"

 (Mzm 145:10-13b)   .

 

Jakarta, 18 Oktober 2010