Senin, 31 Mei 2010

1 Juni - 2Ptr 3:12-15a.17-18; Mrk 12:13-17

"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"

(2Ptr 3:12-15a.17-18; Mrk 12:13-17)


"Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia" (Mrk 12:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yustinus, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Martir adalah orang yang berani mati/mengorbakan dirinya karena kesetiaan atau ketaatan pada iman alias setia dan taat pada kehendak Tuhan, yang antara lain diterjemahkan ke dalam aneka aturan atau tatanan hidup dan kewajiban. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus berarti menghayati apa yang disabdakanNya : "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah". Kita semua sebagai orang beriman memiliki panggilan untuk menjadi martir juga; hemat saya menghayati apa yang disabdakan oleh Yesus di atas ini juga merupakan bentuk kemartiran masa kini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak setia dan tidak taat kepada kewajibannya. Di Indonesia pada saat ini kiranya masih cukup ramai dibicarakan dan diberitakan perihal 'makelar pajak' alias penyelewengan perpajakan. Penyelewengan pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak maupun para petugas penarik pajak alias pejabat pemerintah yang terkait, namun hemat saya akar penyelewengan ada pada para pejabat perpajakan. Rasanya jiga kewajiban membayar pajak dilakukan dengan setia dan tidak ada penyelewengan pajak, cita-cita bangsa kita akan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh  bangsa segera terwujud atau menjadi nyata. Sabda Yesus di atas mengajak dan mengingatkan kita untuk menjadi warganegara dan umat beriman yang baik (100% warganegara dan 100% beriman/katolik/islam/Kristen dst..). Kami berharap kepada para penegak hukum, pejabat pemerintah sungguh setia dalam menegakkan pemberlakuan hukum, aturan dan tatanan hidup bersama di semua bidang kehidupan bersama.

·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia" (2Ptr 3: 14). Kita semua menantikan atau mendambakan hidup dalam kebenaran alias kesejahteraan dan kebahagiaan sejati, dan untuk itu kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Pertama-tama dan terutama masing-masing dari kita sendiri hendaknya senantiasa 'kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya'  alias suci. Memang untuk mengusahakan dan menjaga kesucian hidup pada masa kini sungguh berat, harus menghadapi aneka macam godaan, tantangan dan hambatan serta rayuan untuk berbuat jahat. Kita tak mungkin sendirikan mengusahakan dan menjaganya, maka baiklah kita bekerjasama dengan saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Marilah saling menolong dan mengingatkan: hendaknya ketika ada saudara-saudari kita ingin melakukan kejahatan segera kita ingatkan atau cegah, sebaliknya jika kita diingatkan oleh siapapun hendaknya ditanggapi dengan positif, tidak marah atau membenci terhadap mereka yang mengingatkan. Hidup suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan/Penyelenggaraan Ilahi. Diri kita tak pernah terlepas dari aneka macam sarana-prasarana dan lingkungan, maka kita juga dipanggil untuk mengusahakan dan menjaga kesucian sarana-prasarana maupun lingkungan hidup. Dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam usaha perawatan terhadap aneka macam sarana-prasarana maupun lingkungan hidup, agar aneka macam sarana-prasarana maupun lingkungan hidup mendukung usaha kita untuk menjadi suci atau menjaga kesucian.

 

"Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam." (Mzm 90:2-4)

 

Jakarta, 1 Juni 2010      

  


Minggu, 30 Mei 2010

31 Mei - Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu".

(Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56)


"Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya."(Luk 1:39-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas  bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rekan-rekan perempuan, lebih-lebih yang telah berkeluarga, ketika tahu bahwa dirinya hamil pertama kali pada umumnya sangat gembira dan dengan gairah memberitahukan kehamilannya kepada suaminya maupun saudara-saudarinya atau orangtuanya. Suasana itulah kiranya yang terjadi dalam diri Elisabet maupun Maria, yang sama-sama sedang mengandung/hamil karena Roh Kudus. Maria sebagai yang lebih muda tergerak untuk mengujungi Elisabet, yang dimana tuanya dianugerahi anak/sedang hamil. Dua pribadi yang penuh Roh Kudus itupun ketika saling bertemu lalu saling memuji: Elisabet memuji Maria, karena terpilih untuk mengandung Penyelamat Dunia. Terhadap pujian Elisabet, Maria tidak menjadi sombong, melainkan rendah hati dengan mengidungkan 'Magnificat', kidung populer bagi mereka yang telah dipilih oleh Tuhan. SP Maria adalah teladan umat beriman, maka kami berharap kita semua meneladan SP Maria, dan perkenankan secara khusus saya mengajak rekan-rekan perempuan untuk menjadi teladan keramahan dan kerendahan hati seperti SP Maria. Marilah kita hayati dengan konsekwen ketika kita saling bertemu juga saling mengucapakan 'selamat' (selamat pagi, selamat jumpa, dst..), yang berarti  kita saling mendambakan dan mengusahakan keselamatan, lebih-lebih keselamatan jiwa kita.


·   "Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!" (Rm 12:16), demikian peringatan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Apa yang kita butuhkan untuk hidup sehari-hari adalah apa-apa yang sederhana, misalnya makanan, minuman, sapaan/sentuhan kasih, tidur, bercakap-cakap dst… Kami percaya bahwa rekan-rekan perempuan lebih peka akan apa-apa yang sederhana daripada rekan-rekan laki-laki. Memang mereka yang merasa diri pandai pada umumnya lebih memikirkan perkara-perkara tinggi daripada perkara sederhana. Hemat saya orang yang sungguh pandai sejati pada umumnya dapat membuat sederhana apa yang tinggi dan berbelit-belit, sehingga yang dikatakan dan diusahakan dimengerti oleh semua orang, bukan membuat yang sederhana menjadi sulit dan berbelit-belit. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang merasa pandai atau memiliki kepakaran dalam ilmu atau keterampilan tertentu untuk membagikan kepandaian, kepakaran dan keterampilan bagi orang lain tanpa pandang bulu; dan memang untuk itu harus menyederhanakan perkara-perkara tinggi dan berbelit-belit. Kepada rekan-rekan yang terbiasa memperhatikan perkara-perkara sederhana yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari kami ucapkan banyak terima kasih. "Mengunjungi" hemat saya juga meruapakan perkara sederhana; mengunjungi berarti menghadirkan diri seutuhnya bagi yang lain. Ingat 'mengunjungi' bukan berarti harus banyak bicara atau omong-omong, melainkan yang utama dan pokok adalah hadir bersama.

 

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!"(Yes 12:2-5)

 

 Jakarta, 31 Mei 2010   

Sabtu, 29 Mei 2010

30 Mei - Hari Raya TRITUNGGAL MAHAKUDUS

"Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."

Hari Raya TRITUNGGAL MAHAKUDUS : Ams 8: 22-31; Rm 5:1-5; Yoh 16:12-15


Ketika saya masih belajar di tingkat dasar, Sekolah Rakyat/Dasar, setiap pagi saya pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sendirian, kurang lebih berjarak 2,5 km. Saya belajar di sekolah katolik, Kanisius, dan di perjalanan ke sekolah saya sering berpapasan dengan anak-anak dari sekolah Islam, mereka tahu bahwa saya belajar di sekolah katolik. Ketika berpapasan saya sering menerima ejekan dalam bahasa Jawa demikian "Konjuk ing asmo Dalem Hyang Romo, Hyang Putro, Hyang Suci, yang-yangan, yangmu dhewe" (= Dalam nama Bapa, Putera, Roh Kudus, berpacaran, pacarmu sendiri). Mendengarkan ejekan tersebut tentu saja saya diam saja, antara takut dan juga tak mungkin menanggapi atau menjawab. Memang sebagai orang Kristen atau Katolik kita sering menerima ejekan atau sindiran perihal Tri Tunggal Mahakudus, dan sering menerima tuduhan juga bahwa kita tidak monotheis. Kita juga sering menerima serangan perihal ke Allah-an Yesus. Tritunggal Mahakudus secara implisit diajarkan oleh Yesus dan menjadi dogma Gereja, maka baiklah pada hari raya/pesta Tritunggal Mahakudus hari ini saya sampaikan refleksi sederhana perihal ajaran atau dogma tersebut.

 

"Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."(Yoh 16:14-15)

 

"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1Yoh 4:8). Allah adalah kasih, demikian kata Yohanes dalam suratnya, maka hanya dalam dan oleh kasih kita dapat memahami dan mengimani Tritunggal Mahakudus. Dari kutipan sabda Yesus di atas ini dapat kita fahami bahwa kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus atau Tritunggal Mahakudus berada dalam kasih. Kasih itu tak terbatas, dengan kata lain kita tak mungkin memahami dan menjelaskan kasih sedemikian rupa sehingga dapat difahami oleh akal sehat. Kasih melampaui segala usaha, pikiran dan daya tangkap kita, sehingga Paulus kepada umat di Efesus berani berkata: "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Ef 3:18).

 

"Inti pokok iman akan Allah Tritunggal ialah keyakinan bahwa Allah (Bapa) menyelamatkan manusia dalam Kristus (Putra) oleh Roh Kudus. Ajaran mengenal Allah Tritunggal pertama-tama berbicara bukan mengenai hidup Allah dalam diriNya sendiri, melainkan mengenai misteri Allah yang memberikan diri kepada manusia" (KWI: IMAN KATOLIK, Buku Informasi dan Referensi, Jakarta 1996, hal 311-312). Pemahaman dan iman pada Tritunggal Mahakudus erat kaitannya dengan kasih Kristus, yang rasanya sulit difahami dan diimani  bagi sebagian orang. Kasih Kristus antara lain menjadi nyata dalam persembahan DiriNya di kayu salib demi keselamatan seluruh dunia. AjaranNya perihal kasih dengan mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang membenci rasanya juga sulit difahami dan diimani oleh sebagian orang. Kami percaya jika kita juga mengimani dan menghayati persembahan Diri Yesus di kayu salib serta ajaranNya perihal kasih, maka kita juga dapat mengimani dan menghayati Tritunggal Mahakudus, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak saling mengasihi satu sama lain. Misteri atau dogma tentang Tritunggal Mahakudus kiranya juga tidak terlalu jauh dengan hidup saling mengasihi antar suami-isteri sampai mati maupun hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster, yang sering juga sulit dimengerti oleh sebagian orang.       

 

"Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu",  demikian sabda Yesus. Yang dimaksudkan dengan "Ia" di sini adalah Roh Kudus, yang terus menerus berkarya tiada henti, kapan saja dan dimana saja untuk memberitakan kasih Kristus, segala sesuatu yang dimiliki oleh Yesus Kristus, yang telah diterima dari Bapa. Dengan kata lain hanya yang hidup dari dan oleh Roh Kudus dapat memahami dan mengimani Tritunggal Mahakudus, dan siapapun hidup dari dan oleh Roh Kudus akan menghayati keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23).

"Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Rm 5:3-5)

 

Kesengsaraan yang lahir dari kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan adalah jalan keselamatan sejati, sebagaimana telah dialami oleh Yesus yang setia kepada Bapa yang mengutusNya. Maka baiklah kita renungkan peringatan atau pesan Paulus kepada umat di Roma di atas, bahwa "kesengsaraan menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan akah kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus":

1)                  Yang dimaksudkan dengan sengsara tentu saja secara phisik, sosial dan psikologis, tetapi tidak secara spiritual, sebagaimana dua pribadi, laki-laki dan perempuan, yang sedang saling mengasihi (entah dalam berpacaran, tunangan atau sebagai suami-isteri), pada umumnya tidak akan terlepas dari kesengsaraan, namun kesengsaraan tersebut dihayati dengan gembira dan tekun, sehingga membuahkan ketekunan dalam saling mengasihi.

2)                    "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu"(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27). Tekun dalam saling mengasihi berarti dalam kondisi dan situasi apapun dan dimanapun senantiasa saling mengasihi dengan penuh semangat dan gairah. Ia menghayati kasih Allah dalam kondisi dan situasi apapun dengan hidup dan bertindak saling mengasihi.

3)                   Tahan uji berarti ada harapan lulus dalam ujian atau berhasil dalam usaha dan upaya. Meskipun harus menderita dan sengsara orang tetap ceria dan gembira, itulah pengharapan. Apa yang diharapkan belum kelihatan atau terwujud, namun menggairahkan dan memberdayakan, karena yang menjadi pengharapan adalah kasih karunia Allah. Iman terhadap Tritunggal Mahakudus hendaknya juga ditandai dengan pengharapan, artinya dengan gembira, ceria, bergairah orang menghayati iman tersebut meskipun harus menghadapi aneka tantangan, kesulitan dan masalah.       

 

"Aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku" (Ams 8:30-31) . Kutipan dari kitab Amsal ini kiranya memperkuat dan memperteguh kita yang  beriman pada Tritunggal Mahakudus yang sedang menghadapi tantangan atau masalah atau menderita. Marilah kita menjadi anak kesayangan Tuhan, sehingga setiap hari menjadi kesenanganNya karena kita senantiasa bermain di dalam Dia alias hidup dan bertindak di dalam Tuhan.  Beriman kepada Tritunggal Mahakudus berarti hidup dan bertindak dalam Tuhan atau bermain-main di hadapanNya, menjadi kesenangan Tuhan alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur.

 

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan".

(Mzm 8:4-9)

 

Jakarta, 30 Mei 2010 


Jumat, 21 Mei 2010

20 Mei - Kis 22:30; 23:6-11; Yoh 17:20-26

"Kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

(Kis 22:30; 23:6-11; Yoh 17:20-26)


"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita diharapkan senantiasa berada di dalam kasihNya alias menjadi sahabat-sahabat Yesus. Sebagai sahabat Yesus tentu saja juga sungguh mengenal Yesus, bergaul akrab dan mesra denganNya, dan karena Ia adalah Tuhan maka mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajaiNya, harus selalu berada dalam Tuhan alias hidup baik atau berbudi pekerti luhur. Maka marilah kita mawas diri: sejauh mana kita selalu berusaha untuk berbudi pekerti luhur, memperdalam dan memperteguh iman kita kepada Tuhan. Kebetulan hari ini, tgl 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional, kenangan akan kebangkitan generasi muda bangsa kita perihal jati diri bangsa. Tgl 20 Mei 1908 sekelompok generasi muda yang cerdas mendirikan organisasi Budi Utomo dengan tujuan pembebasan bangsa dari penjajahan, dan dalam perjalanan berikutnya tgl 20 Mei dinyatakan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Maka baiklah seiring dengan kenangan akan kebangkitan nasional, usaha pembebasan dari penjajahan, marilah kita sebagai orang beriman bangkit dan bekerja keras untuk membebaskan diri dari penjajahan setan atau kejahatan. Kita tunjukkan melalui cara hidup dan cara bertindak kita bahwa kita adalah orang-orang yang sungguh cerdas beriman, kenal dan bersahabat dengan Tuhan. Sebagaimana organisasi Budi Utomo boleh dikatakan sebagai embriyo wawasan kebangsaan atau persaudaraan sejati sebagai bangsa Indonesia, marilah sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan siapapun dan dimanapun.
• "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma." (Kis 23:11), demikian sabda atau pesan Tuhan kepada Paulus. Kesaksian iman Paulus di Yerusalem, dihadapan Mahkamah Agama, menyingkapkan jati diri para anggota Mahkamah Agama, Farisi dan Saduki, yang percaya kepada kebangkitan orang mati dan yang tidak percaya. Pesan atau sabda Tuhan kepada Paulus tersebut di atas kiranya juga menjadi pesan atau sabda Tuhan kepada kita orang-orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Marilah kita tanpa takut dan gentar menjadi saksi-saksi iman di dalam hidup kita sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja dimanapun dan kapanpun. Yerusalem atau Roma pada waktu itu merupakan kota besar, maka rasanya bagi rekan-rekan yang tinggal dan bekerja di kota-kota besar atau metropolitan sungguh dipanggil untuk menjadi saksi iman. Kesaksian iman di kota-kota besar atau metropolitan rasanya mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan ada kecenderungan pada warganya kurang beriman dan lebih mengarah ke materialistis alias berbakti kepada berhala-berhala modern atau aneka macam kenikmatan duniawi seperti mabuk-mabukan, ganja/narkoba, seks, makanan/minuman, uang, harta benda, dst.. Maka menjadi saksi iman di tengah kota memang akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan, namun demikian `Kuatkan hatimu' untuk terus bersaksi, memperjuangkan kebenaran, kejujuran, ketertiban, dst… Entah pak Susno juga bersalah atau tidak bersalah, menurut saya keberaniannya membuka korupsi atau makelar kasus membuahkan hasil antara lain penyingkapan para koruptor yang selama ini disembunyikan. Semoga semakin banyak orang berani, tanpa takut mengungkapkan atau menyingkapkan aneka kejahatan dalam hidup dan kerja bersama.



"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."
(Mzm 16:7-10)

 

Jakarta, 20 Mei 2010.

Selasa, 18 Mei 2010

19 Mei - Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19

"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"

(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)

"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus mohon kepada Bapa di sorga agar Bapa memelihara dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia sampai mati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Dia yang telah diutus ke dalam dunia, maka kita pun juga diutus untuk mendunia artinya berpartisipasi dalam seluk-beluk atau urusan duniawi. Marilah kita imani dan hayati bahwa Roh Allah atau Roh Kudus hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, melalui ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini. Setiap hari begitu bangun pagi sampai dengan menjelang istirahat malam kita semua kiranya sibuk dengan urusan-urusan atau hal ikhwal duniawi, maka baiklah kita hayati pendampingan Allah pada kita semua melalui RohNya yang hidup dan berkarya di dalam semua ciptaanNya di dunia ini. Dengan mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi kita semua diharapkan menjadi suci atau semakin suci dengan senantiasa melakukan apa-apa yang benar dan baik. Yang benar dan baik ada dimana-mana, dan hemat saya apa yang  benar dan baik lebih banyak daripada apa yang tidak benar dan jelek atau jahat. Sebagaimana Yesus telah menguduskan DiriNya bagi kita, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan dan keselamatan kita, maka kita pun dipanggil untuk saling mempersembahkan atau menguduskan, dan bersama-sama kita menguduskan atau mempersembahkan dunia seisinya, flora dan fauna maupun pekerjaan dan tugas-tugas kita kepada Tuhan, yang berarti hidup dan bekerja demi keselamatan sesama, memfungsikan aneka ciptaan lain di dunia ini untuk menolong kita dalam mengusahakan kesucian atau semakin suci.

·   "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku" (Kis 20:33-34), demikian kesaksian iman Paulus, Rasul Agung, Pewarta Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebagai rasul Paulus tidak rela dirinya menjadi beban bagi orang lain dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari; sambil mengajar perihal Yesus, ia bekerja untuk memenuhi hidupnya sendiri maupun kawan-kawan seperjalanan. Konon Paulus menjadi tukang tenda alias membuat tenda dan dijual kepada mereka yang membutuhkan, maka Paulus selain sebagai pewarta juga wiraswasta. Kami berharap apa yang dilakukan oleh Paulus ini menjadi teladan bagi para imam, bruder atau suster maupun katekis: sedapat mungkin dapat mandiri atau wiraswasta dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi sekiranya tidak mungkin hendaknya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, agar tidak menjadi beban umat yang harus kita layani. Secara khusus perkenankan saya disini mengingatkan rekan-rekan klerus atau imam untuk memperhatikan dan menghayati apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik ini, yaitu "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau kesia-siaan.  Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan tugas gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak serta untuk memenuhi semua tugas-tugas jabatannya, sisanya  hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282).

 

"Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan;  bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya" (Mzm 68:33-36a)

Jakarta, 19 Mei 2010   .

 


Senin, 17 Mei 2010

18 Mei - Kis 20:17-27; Yoh 17:1-11a

"Aku berdoa untuk mereka"

(Kis 20:17-27; Yoh 17:1-11a)

"Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu."(Yoh 17:1-11a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sambil menengadah ke langit Yesus berkomunikasi kepada Bapa yang mengutusNya serta mendoakan para murid yang harus meneruskan karyaNya. Ia yang telah hidup mulia kembali di sorga mendoakan sahabat-sahabatNya yang masih tinggal di dunia. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Kami percaya bahwa salah seorang saudara atau saudari kita, entah orangtua, kakek/nenek, kakak/adik dst.., telah dipanggil Tuhan alias meninggal dunia dan sekarang telah hidup mulia kembali di sorga bersama dengan Allah Pencipta untuk selamanya. Marilah dalam iman kita percayai bahwa mereka yang telah mendahului perjalanan kita kembali ke sorga alias dipanggil Tuhan lebih dahulu dari kita senantiasa berdoa bagi kita yang masih hidup di dunia ini. Dengan kata lain kita tak pernah terpisahkan dengan mereka yang telah meninggal dunia, melainkan masih dalam kebersamaan dalam iman atau Tuhan, maka kita yang masih hidup di dunia dipanggil untuk senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Kita memuliakan mereka yang telah dipanggil Tuhan dengan senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, hidup baik atau berbudi pekerti luhur. Jika kita masing-masing dapat hidup baik dan berbudi pekerti luhur, dengan demikian kita pun juga saling memuliakan satu sama lain.

·   "Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku" (Kis 20:22-23),, demikian sharing atau kesaksian Paulus, Rasul Agung. Menjadi tawanan Roh Kudus memang tidak mungkin dapat hidup dan bertindak mengikuti keinginan atau kehendak diri sendiri, melainkan mau tak mau harus mengikuti kehendak Roh Kudus, Roh Yesus yang telah bangkit dari mati. Sebagai umat beriman yang setia pada iman atau pewarta-pewarta Kabar Baik pada masa kinipun kiranya kita juga akan menghadapi apa yang dihadapi Paulus, yaitu 'bahwa penjara dan sengsara menunggu aku'. Rasanya wajar dan baik jika karena kesetiaan pada iman harus menderita, karena kita adalah murid-murid atau pengikut Yesus yang telah menderita dan wafat di kayu salib; derita karena kesetiaan pada iman atau panggilan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua orang beriman: hendaknya jika karena kesetiaan iman kita harus menderita sengsara, hadapi dan nikmati saja derita atau sengsara tersebut. Jangan mengeluh, menggerutu atau marah-marah ketika menderita karena iman atau panggilan. Marilah kita dengarkan bisikan Roh Kudus, yang antara lain dapat kita dengarkan melalui saudara-saudari kita yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu, usia, SARA, dst.. Ingat juga akan pepatah "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".  Menjadi tawanan Roh Kudus berarti cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23)   

 

"Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang, sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah " (Mzm 68:10-11)

 

Jakarta, 18 Mei 2010


Minggu, 16 Mei 2010

17 Mei - Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33

"Dalam dunia kamu menderita penganiayaan tetapi kuatkanlah hatimu "

 (Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33)

 

"Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh 16:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setia pada iman atau ajaran agama di tengah-tengah kehidupan bersama yang masih diwarnai oleh aneka macam bentuk kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masa kini, kiranya tak akan terlepas dari aneka penderitaan. Sebagai murid atau pengikut Yesus Kristus di beberapa tempat di Indonesia saat ini harus menghadapi aneka tekanan dan derita dari mereka yang tidak suka terhadap kita, yang beriman kepada Yesus Kristus. Setia pada iman atau ajaran agama pada masa kini antara lain dapat kita hayati dengan setia pada panggilan kita masing-masing dengan segala konsekwensi maupun tuntutannya, entah terpanggil sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster. Tanpa bermaksud mengesampingkan panggilan sebagai imam, bruder atau suster, kami mengajak dan mengingatkan pentingnya kesetiaan suami-isteri untuk saling mengasihi sampai mati baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sebagaimana pernah dijanjikan pada awal membangun keluarga, ketika saling menerimakan Sakramen Perkawinan. Mengapa kami mengangkat masalah hidup berkeluarga, karena apa yang dialami dan diperoleh dalam dan melalui keluarga akan menjadi modal dan bekal dalam hidup terpanggil menjadi imam, bruder atau suster maupun hidup berkeluarga bagi anak-anak. Maka dengan ini kami sungguh mendambakan agar suami-isteri setia satu sama lain dalam saling mengasihi sampai mati. Godaan-godaan duniawi yang berusaha menggerogoti kesetiaan hidup berkeluarga memang cukup banyak, tetapi marilah kita imani penyertaan atau pendampingan Yesus, yang telah bangkit dari mati, melalui RohNya, sebagaimana pesanNya: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia".

·   "Ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat" (Kis 19:6). Roh Kudus juga telah dianugerahkan kepada kita secara liturgis ketika menerima Sakramen Krisma. Dengan menerima Sakramen Krisma diharapkan telah menjadi dewasa dalam hal iman, sehingga dapat berkata-kata dalam roh dan bernubuat. Berkata-kata dalam roh tidak berarti tidak dimengerti atau dipahami orang lain, tetapi dapat dipahami atau dimengerti orang lain. Memang yang penting bukan kata-kata melainkan perbuatan atau tindakan, maka mereka yang dapat berkata-kata dalam roh berarti melalui cara hidup atau cara bertindaknya lahirlah keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), atau siapapun yang dapat berkata-kata dalam roh akan menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah roh di atas ini. Orang yang menghayati keutamaan-keutamaan di atas ini juga akan mampu bernubuat artinya meraba-raba atau melihat apa yang kiranya akan terjadi. Jika orang mampu meraba-raba atau melihat apa yang akan terjadi dengan baik dan tepat, maka ia akan berjalan selamat, menelusuri jalan hidup atau panggilan dengan damai, selamat dan sejahtera. Berbahasa dalam roh dan hidup baik atau berbudi pekerti luhur bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk setia hidup baik dan berbudi pekerti luhur, saling menguatkan dan meneguhkan dalam menghadapi aneka macam godaan atau rayuan duniawi yang mencelakakan keselamatan jiwa. Hendaknya senantiasa diusahakan keselamatan jiwa, meskipun untuk itu kita harus menderita, kerja keras, berjuang dan berkorban.

 

"Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah. Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!"

 (Mzm 68:2-5)

    

Jakarta, 17 Mei 2010


Jumat, 14 Mei 2010

Minggu Paskah VII / Hari Komunikasi Sedunia : Kis 7:55-60; Why 22:12-14.16-17.20; Yoh 17:20-26

"Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku"


Mg Paskah VII / Hari Komunikasi Sedunia : Kis 7:55-60; Why 22:12-14.16-17.20; Yoh  17:20-26

 

Kisah singkat yang saya tulis ini sungguh nyata, dimana saya terlibat di dalamnya, namun demi menjaga kerahasiaan saya beritahukan bahwa nama-nama yang tercantum di sini adalah nama samaran. Pada suatu hari saya diminta untuk membantu memecahkan masalah keluarga, dimana seorang ibu bernama Anna merasa terpukul atas berita yang diterima perihal anaknya bernama Maria, karena tidak lama lagi anak gadisnya itu akan melahirkan seorang anak. Terjadi ketegangan antara Anna dan Maria. Untuk membantu mereka saya minta ceritera dari Anna perihal pengalamannya. Konon sekitar 5 (bulan) yang lalu Maria, yang sedang belajar di sebuah perguruan tinggi di salah satu kota di Jawa, pulang ke rumah orangtuanya yang tinggal di sebuah kota di luar Jawa. Anna begitu gembira melihat anaknya tampak lebih gemuk dan gembira, setelah lebih dari satu tahun tidak pulang, menengok orangtuanya. Maka ketika Maria minta pamit kembali ke tempat belajar disambut gembira juga oleh Anna. Bagaikan petir di siang panas terik menyambar dirinya ketika kurang lebih lima bulan kemudian (dua hari yang lalu sebelum pertemuan dengan saya) memperoleh berita dari temannya bahwa anaknya, Maria, tidak lama lagi akan melahirkan anaknya, dan yang bersangkutan saat ini berada di sebuah panti asuhan, dalam persiapan melahirkan anaknya. Mendengar berita itu Anna sungguh terpukul dan marah, demikian juga perasaan kecewa dan malu ada pada suaminya serta dua adik Maria. Setelah mendengarkan cerita dan keluh kesah serta kekecewaan yang disampaikan Anna dengan panjang lebar, saya bertanya kepadanya: "Bagaimana komunikasi atau curhat antar anggota keluarga anda?".  Dari tanggapan atau penjelasannya nampak bahwa di dalam keluarga tidak ada komunikasi yang baik, yang terjadi adalah kediktatoran orangtua, sehingga anak-anak dalam kepatuhan semu terhadap orangtuanya. Sarana komunikasi serperti HP, email dst.. berkembang pesat  tetapi komunikasi dari hati ke hati alias curhat mengalami erosi, itulah yang terjadi, maka baiklah di Hari Komunikasi Sedunia hari ini marilah kita mawas diri perihal berbagai macam sarana komunikasi dan penghayatan komunikasi kita dalam hidup sehari-hari.

 

"Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku" (Yoh 17:24)    

 

Kutipan di atas ini adalah doa Yesus bagi para murid agar para murid senantiasa berada bersamaNya, dan tentu saja dalam kebersamaan tersebut terjadilah komunikasi satu sama lain. Dalam doa ini kiranya juga tersirat bahwa sebagai umat beriman atau beragama hendaknya kita menjalin komunikasi yang erat dan mesra dengan Tuhan. Jika kita sungguh akrab dan mesra dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur, maka juga dengan mudah untuk berkomunikasi dengan akrab dan mesra kepada saudara-saudari kita. Dengan rendah hari kami berharap pada para orangtua atau bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam hal komunikasi yang akrab dan mesra bagi anak-anaknya, dan untuk itu antar suami-isteri hendaknya berani saling memboroskan waktu dan tenaganya untuk saling berkomunikasi dengan akrab dan mesra. Komunikasi akrab dan mesra di dalam keluarga antara lain dapat dibina dan diperdalam dengan acara-acara bersama, misalnya makan bersama, berdoa bersama, rekreasi bersama entah di dalam rumah atau di luar rumah, dimana dalam kebersamaan tersebut terjadi curhat satu sama lain. Pengalaman komunikasi yang akrab dan mesra di dalam keluarga akan menjadi modal atau kekuatan untuk membangun komunikasi dengan orang lain di dalam masyarakat atau tempat tugas/kerja sehari-hari.

 

Komunikasi berasal dari akar kata bahasa Latin communicare, yang dapat berarti saling berbagi atau saling memberi dan menerima. Pengamatan dan pengalaman kami untuk menerima dari orang lain pada umumnya lebih sulit daripada memberi, tentu saja dalam hal nasihat, kritik, saran, koreksi, tegoran, dst.. Untuk dapat menerima hal-hal itu kiranya membutuhkan keutamaan kerendahan hati, dan memang agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan siapapun atau apapun butuh kerendahan hati. Maka baiklah ketika saling berkomunikasi marilah kita juga saling merendahkan diri dan meninggikan yang lain, bukan meninggikan diri dan merendahkan yang lain. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit : Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

 

"Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka" (Kis 7:60)          

 

Kutipan di atas ini adalah doa Stefanus sebelum meninggal dunia, suatu bentuk kerendahan hati luar biasa dimana ia memohonkan kasih pengampunan Tuhan bagi orang-orang yang memusuhi dan melemparinya dengan batu. Ia tidak melawan mereka yang memusuhinya melainkan mengajak berdamai antara lain dengan berdoa bagi mereka. Dengan kata lain hemat saya Stefanus menghayati cara berpikir positif dalam berkomunikasi dengan yang lain, senantiasa melihat dan mengakui apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri orang lain. Di dalam derita ia masih mampu berbuat baik bagi orang lain, yang telah mencelakakannya. Marilah kita meneladan sikap Stefanus dalam berkomunikasi dengan orang lain dimanapun dan kapanpun.

 

"Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang." Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma" (Why 22:16-17).  Kutipan dari Kitab Wahyu di atas ini kiranya isinya senada degan doa Stefanus di atas. "Marilah"  adalah kata-kata selamat datang, suatu ungkapan atau perwujudan diri yang siap sedia untuk didatangi dan diperlakukan apapun, siap sedia menerima segala kemungkinan.  Orang yang sering berkata 'marilah'  atau yang senada dengan kata itu 'selamat datang' pada umumnya adalah penerima tamu, yang bersifat komunikatif, menarik dan mempesona serta memikat, sehingga siapapun merasa enak dan nikmat berkomunikasi dengannya.

 

Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah entah secara pribadi atau bersama (keluarga , kantor, tempat kerja dst..) kita senantiasa bersikap 'selamat datang'. Dengan kata lain siapapun yang mendatangi diri kita, rumah atau tempat kerja kita merasa nyaman, nikmat dan kerasan, dan tidak merasa terancam sedikitpun. Marilah kita ramah dan gembira terhadap siapapun yang mendatangi, menyapa atau menegor kita. Marilah kita bangun dan perdalam hidup persaudaraan kita dengan siapapun, antara lain dengan saling berkomunikasi dengan akrab dan mesra. Marilah kita berantas dan hancurkan aneka usaha permusuhan dan pertikaian, yang membawa ke perpecahan dan kehancuran. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni; kita imani dan hayati bahwa kasih pengampunan dapat mengalahkan kebencian dan balas-dendam.

 

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya." (Mzm 97:1-2.6)

       

Jakarta, 16 Mei 2010


15 Mei - Kis 18:23-28; Yoh 16:23b-28

"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu"

(Kis 18:23-28; Yoh 16:23b-28)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." (Yoh 16:23b-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam setiap Perayaan Ekaristi ada bagian yang disebut 'Doa Umat', dimana kita sebagai umat Allah mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Ada 4 (empat) ujud/permohonan utama, yaitu : bagi para pemimpin Gereja, bagi para pemimpin Negara dan masyarakat, bagi mereka yang miskin dan berkekurangan dan bagi diri kita sendiri. Urutan prioritas ujud ini hendaknya menjadi acuan kita dalam berdoa, entah secara pribadi atau bersama-sama, dalam mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Maka marilah jika kita berdoa pertama-tama dan terutama mendoakan orang lain yang memiliki tanggungjawab berat untuk mensejahterakan rakyat atau umat serta mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai hal, dan bagi bagi diri kita sendiri. Setiap berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi kita mendoakan para gembala kita, Paus dan Uskup, sebagaimana didoakan dalam Doa Syukur Agung, karena para gembala kita memiliki tugas berat dan mulia untuk melayani umat Allah. Sebagai umat Allah kita dipanggil untuk berpihak pada atau memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, entah secara phisik/material atau spiritual, sesuai dengan kemampuan dan kemungkinan kita. Marilah kita perhatikan mereka yang sakit atau menderita. Hendaknya kita juga mohon kepada Tuhan rahmat pertobatan bagi para penjahat, lebih-lebih para koruptor yang masih marak di negeri kita ini.

·   "Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus" (Kis 18:25), demikian berita perihal Apolos. Sebagai orang yang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus kita juga telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan, maka marilah kita meneladan Apos, yang bersemangat berbicara dan dengan teliti mengajar tentang Yesus. Segala sesuatu tentang Yesus dapat kita baca dan refleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, maka marilah kita baca dan renungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Jika tidak memiliki Kitab Suci, apa yang saya kutipkan dan coba refleksikan secara sederhana setiap hari kami ambil dari Kitab Suci, maka dengan rela dan rendah hati kami mempersilahkan apa yang saya kutip dan tulis disebarkan kepada rekan-rekan kita. Tentu saja kami juga berharap kepada kita semua: hendaknya kita senantiasa berusaha menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, karena apa yang ditulis di dalam Kitab Suci sungguh menjadi jalan menuju ke Tuhan. Ingat dan sadari bahwa  apa yang ada di dalam Kitab Suci ditulis dalam ilham Allah dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Tim 3:16). Mengajar tentang Yesus juga dapat dilakukan melalui cara hidup dan cara bertindak yang meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, dengan kata lain marilah kita hayati tugas pewartaan Kabar Gembira melalui kesaksian hidup beriman. Kesaksian hidup merupakan cara utama dan pertama dalam mewartakan Kabar Gembira, yang tak dapat digantikan dengan cara apapun. Secara khusus kami berharap kepada para ketekis atau guru agama untuk dengan setia, tekun dan teliti dalam 'berbicara dan mengajar tentang Yesus'.  Kami juga berharap hendaknya anak-anak sedini mungkin dibiasakan untuk membacakan dan mendengarkan apa tertulis di dalam Kitab Suci.

 

"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.Para pemuka bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai-perisai bumi; Ia sangat dimuliakan"

(Mzm 47:2-3.8-10)

       

Jakarta, 15 Mei 2010


Rabu, 12 Mei 2010

14 Mei - Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17

"Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu".

(Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:9-170, demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matias, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasul memang sungguh menjadi sahabat Yesus, dan karena Yesus adalah Tuhan maka bersahabat denganNya mau tidak mau pasti dikuasaiNya atau harus berbuat sebagaimana diperintahkan olehNya. Jabatan atau fungsi rasul ini pada masa kini diemban oleh para uskup. "Para Uskup, yang berdasarkan penetapan ilahi adalah penggani-pengganti para rasul lewat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada mereka, diangkat menjadi gembala-gembala dalam Gereja agar mereka sendiri menjadi guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam kepemimpinan" (KHK kan 375.1). Jabatan rasuli masa kini berarti menjadi guru, imam dan pelayan. Kiranya tidak hanya para Uskup saja yang memiliki fungsi tersebut, kita semua yang beriman dan bersahabat dengan Yesus juga dipanggil untuk menjadi rasul , sebagai guru, imam dan pelayan tetapi secara fungsional bukan jabatan. Sebagai guru pada umumnya mengajar dengan kata-kata, entah itu berupa hal baru, nasihat, saran dst.., maka hendaknya sebagai umat beriman kita senantiasa berkata-kata apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan orang lain. Menghayati imamat umum kaum beriman berarti cara hidup dan cara bertindak kita dapat menjadi korban persembahan kepada Tuhan sekaligus berkat bagi sesama. Sedangkan menghayati semangat pelayanan berarti cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membahagiakan orang lain dengan rendah hati, lemah lembut, sabar, dst..  Maka sebagai sesama umat beriman marilah kita saling berbuat baik, berkorban dan membahagiakan dimanapun dan kapanpun.

·   "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." (Kis 1:24-25), demikian doa para rasul dalam rangka penggantian jabatan rasul, yang ditinggalkan Yudas. Pilihan akhirnya jatuh pada seseorang bernama Matias, yang kita rayakan hari ini. Cara pemilihan pengganti atau penerus ini kiranya bagi kita lakukan atau hayati dalam hidup maupun kerja kita ketika harus memilih pengganti jabatan atau fungsi. Hendaknya dalam pemilihan kita tidak hanya mengandalkan aneka informasi manusiawi belaka, tetapi juga mengandalkan Tuhan. Dengan kata lain mereka yang memiliki hak untuk memilih kami harapkan lebih banyak berdoa: berdoa mohon pencerahan atau petunjuk dari Tuhan agar pilihan yang kita jatuhkan sesuai dengan kehendak Tuhan, yang terpilih sungguh dapat menghayati fungsi rasuli atau menjadi 'man or woman with/for others'.  Pemilihan jabatan atau fungsi yang diselenggarakan secara terbatas alias melalui perwakilan sebagaimana terjadi dalam konggres organisasi atau partai atau yayasan, hendaknya mereka yang menjadi wakil-wakil penuh iman dan dijiwai oleh doa, sebagaimana terjadi dalam pemilihan Paus atau Konklaf.  Mereka yang terpilih menjadi pemimpin hendaknya menghayati kepempimpinan partisipatif dengan semangat melayani: berani berkorban bagi yang dipimpin, dan senantiasa dengan sepenuh hati dan kerja keras berusaha membahagiakan mereka yang dipimpin. Untuk itu seorang pemimpin hendaknya sering 'turba'/turun ke bawah alias mendatangi atau mengunjungi mereka yang dipimpin secara adil dan penuh cintakasih. Pemimpin hendaknya rela memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dipimpin.

 

"Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit." (Mzm 113:1-4).

         

Jakarta, 14 Mei 2010


Selasa, 11 Mei 2010

12 Mei - Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15

"Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"

(Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15)

 

"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku." (Yoh 16:12-15), demikian Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin belajar atau semakin banyak yang dipelajari pada umumnya juga semakin banyak yang tidak atau kurang diketahui, itulah hukum bagi siapapun yang terus menerus belajar atau bersikap mental belajar sepanjang hidup/hayat. Maka pada umumnya orang yang belajar terus menerus juga akan rendah hati serta berterima kasih dan bersyukur atas berbagai ilmu, pengetahuan, keterampilan dst…yang telah diterimanya melalui siapapun yang telah berbuat baik kepadanya. Orang yang demikian ini juga sering dimintai tolong orang lain untuk membagikan apa yang dimilikinya, dan karena yang dibagikan adalah ilmu, pengetahuan, keterampilan dst.. maka semakin dibagikan semakin diperkaya lagi. Orang yang bersikap mental belajar senantiasa terbuka terhadap aneka macam kritik, saran, pertanyaan, dst. dan disikapinya sebagai 'yang akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran' , artinya semua tanggapan menjadi tantangan dan ajakan untuk terus belajar tanpa henti sampai mati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua; marilah bersikap mental belajar terus menerus sepanjang hidup/hayat, dan  kepada anak-anak sedini mungkin dibiasakan sikap mental belajar ini antara lain dengan teladan konkret dari orangtua. Kepada mereka yang sedang bekerja, entah tugas pekerjaan apapun, kami harapkan menghayati sikap mental belajar selama bekerja, maka ketika diberi jenis pekerjaan baru yang belum pernah diketahui atau dijumpai hendaknya diterima dengan rendah hati alias dikerjakan dengan sepenuh hati seraya membuka diri atas bantuan orang lain yang baik hati. Kita semua mendambakan kebenaran dan rasanya kebenaran akan kita peroleh jika kita saling belajar dan mengajar atau terus menerus belajar.

·   "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu." (Kis 17:32), demikian ejekan seseorang kepada Paulus yang membicarakan perihal kebangkitan orang mati.  Orang-orang Atena pada waktu itu memang unggul dalam berfilsafat alias kecerdasan otak namun lemah dalam hal kecerdasan spiritual; mereka tidak percaya akan kebangkitan orang mati, yang memang merupakan misteri, tak terpahami hanya dengan akal atau otak saja. Hanya mereka yang sungguh beriman percaya akan kebangkitan orang mati. Beriman berarti mempercayakan diri pada 'sesuatu yang tak kelihatan', termasuk yang akan datang, yang sama sekali belum kita ketahui. Dalam lingkungan hidup yang lebih didominasi oleh semangat materialistis saat ini kiranya sebagai orang yang sungguh beriman juga akan memperoleh ejekan atau cemoohan sebagaimana dihadapi oleh Paulus. Demikian juga orang-orang yang lebih berpikir logis alias mengandalkan otaknya saja pada umumnya juga dengan mudah melecehkan atau merendahkan mereka yang sungguh beriman. Ketika memperoleh ejekan atau cemoohan yang menyakitkan tersebut hendaknya tidak perlu ditanggapi, melainkan diamkan saja serta doakan mereka atau kalau memang tidak kuat sama sekali , tinggalkan saja sebagaimana Paulus juga meninggalkan orang-orang Atena yang tidak menerima pewartaannya. Dengan kata lain suatu saat kita memang harus berani menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan serba terbatas, lebih-lebih ketika menghadapi masalah, tantangan atau hambatan yang sulit diatasi. Masing-masing dari kita toh tak mungkin mengerjakan atau mengatasi segala sesuatu, apa yang kita kerjakan hanyalah bagian kecil dari keseluruhan, maka baiklah kita tetap rendah hati dalam fungsi, jabatan atau kedudukan apapun.

 

"Hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit. Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya" (Mzm 148:11-14a)

 

Jakarta, 12 Mei 2010


Senin, 10 Mei 2010

11 Mei - Kis 16:22-34; Yoh 16:5-11

"Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi".

(Kis 16:22-34; Yoh 16:5-11)

 

"Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum" (Yoh 16:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Selama kurang lebih tiga tahun Yesus bersama dengan para murid/rasul, dimana Yesus mendidik dan membina mereka dengan teladan hidup maupun aneka macam ajaran."Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.", demikian sabdaNya kepada para murid sebelum Ia naik ke sorga. Sabda Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Yesus harus meninggalkan para murid dan memberi tugas kepada para murid untuk melanjutkan karyaNya dngan bantuan Roh Kudus, Roh Penghibur. Apa yang dilakukan oleh Yesus selayaknya menjadi teladan bagi para pemimpin atau orangtua dalam apa yang disebut dengan 'regenerasi'. Para pemimpin atau orangtua hendaknya mendidik dan membina anggota-anggota atau anak-anaknya  sedemikian rupa sehingga mereka siap  sedia untuk mengambil alih atau meneruskan fungsi, tugas pengutusan yang saat ini diemban oleh sang pemimpin atau orangtua. Untuk itu hendaknya alokasi anggaran belanja atau beaya pembinaan atau pendidikan bagi para anggota dan anak sungguh diutamakan. Hendaknya berpedoman pada 'human invesment' daripada 'material investment'. Generasi penerus hendaknya lebih unggul daripada generasi pendahulu: lebih pandai/cerdas, lebih terampil, lebih berbudi pekerti luhur/baik, dst..  Jika generasi penerus kurang dari generasi pendahulu berarti generasi pendahulu tidak memperhatikan pendidikan atau pembinaan generasi penerus. Sebaliknya kepada generasi penerus (anggota atau anak-anak) kami harapkan bersikap mental belajar serta siap sedia untuk dibina dan dididik; hendaknya giat, rajin dan tekun dalam belajar.

·   "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!"(Kis 16:38), demikian kata Paulus kepada penjaga penjara, yang akan bunuh diri karena melihat pintu-pintu penjara terbuka. Doa dan nyanyian pujian kepada Tuhan yang dilakukan oleh Paulus dan Silas berbuahkan mujizat: tiba-tiba terjadi gempa bumi sehingga pintu-pintu penjara terbuka lebar. Orang benar dan baik memang senantiasa berada dalam perlindungan dan kuasa Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Paulus dan Silas ini selayaknya menjadi acuan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman atau beragama. Mungkin kita sedang mengalami atau menghadapi tekanan, ancaman atau terror dari orang-orang yang kurang beriman atau kurang bermoral, entah hal itu terjadi di dalam masyarakat pada umumnya maupun di tempat kerja. Jika mengalami hal yang demikian itu kami harapkan anda berdoa dan memuji Tuhan. Berdoa berarti mengarahkan atau mempersembahkan hati, budi, jiwa dan tubuh sepenuhnya kepada Tuhan seraya dengan rendah hati mohon rahmat sesuai apa yang kita butuhkan demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain.  Doa yang demikian pasti akan dikabulkan oleh Tuhan. Dan jika doa dikabulkan alias kita terlepas atau terbebaskan dari ancaman, terror atau tekanan, hendaknya meneladan Paulus, yaitu mengampuni mereka yang menekan, menteror maupun mengancam. Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada penjaga penjara kiranya dapat kita lakukan juga kepada saudara-saudari kita yang putus asa atau ingin bunuh diri karena berbagai alasan atau kegagalan/ketidak-berhasilan. "Jangan celakakan dirimu, sebab kami masih ada disini dan siap membantumu sepenuh hati", demikianlah kata-kata penghiburan yang selayaknya kita sampaikan kepada mereka yang putus asa, frustrasi atau ingin bunuh diri. Marilah kita menjadi penghibur-penghibur bagi mereka yang sedih, susah, menderita dan putus asa.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Jakarta, 11 Mei 2010


Minggu, 09 Mei 2010

10 Mei - Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a

"Kamu juga harus bersaksi karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."

(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)

 

"Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yoh 15:27-16:4a)

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang saksi adalah orang yang diharapkan menyampaikan kebenaran-kebenaran, antara lain apa yang telah dialami maupun dilihatnya. Kebenaran-kebenaran yang disampaikan akan berfungsi untuk mencerahkan aneka masalah atau persoalan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita dipanggil untuk menjadi saksiNya karena kita telah mendengarkan sabda-sabdaNya serta mengalami bersamaNya secara spiritual dan menjadi nyata dalam berperilaku baik atau berbudi pekerti luhur. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mensharingkan pengalaman iman kita kepada saudara-saudari kita, pengalaman mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak sehari-hari. Sharing pengalaman iman dapat dilakukan bersama dengan semua umat beriman, tanpa pandang bulu atau SARA. Banyak orang mengaku beragama tetapi belum tentu beriman, mengingat dan memperhatikan masih maraknya korupsi atau kejahatan yang terjadi di hampir semua bidang kehidupan masa kini, maka orang yang sungguh beriman pada masa kini sering harus menghadapi aneka ancaman atau usaha pengucilan. Maka untuk menghadapi ancaman atau usaha pengucilan kami berharap kita dapat saling membagikan pengalaman iman dengan siapapun yang berkehendak baik dilingkungan hidup maupun kerja kita. Marilah kita saling bertukar aneka macam kebenaran atau perbuatan baik yang kita lihat dan kita lakukan guna memperkuat dan memperdalam iman kita dalam menghadapi aneka macam ancaman dan hambatan. Jangan takut kepada orang yang sering mengatasnamakan Allah, namun mengancam dan menteror kita.

·   "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." (Kis 16:15), demikian kata seorang perempuan bernama Lidia kepada Paulus setelah ia menerima pembaptisan dari Paulus. Apa yang dilakukan oleh Lidia kepada Paulus ini rasanya juga terjadi pada masa kini dalam bentuk atau warna lain, antara lain perhatian para ibu atau perempuan terhadap para pastor atau gembala mereka. Dan ada sementara pastor menanggapi perhatian ini tanpa kendali sehingga sering menumpang di rumah sang perempuan atau ibu tersebut sehingga pada suatu saat lengket kepadanya, tak mungkin mau dipisahkan lagi alias menjadi suami-isteri. Maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan ibu maupun perempuan serta para pastor untuk tetap menjadi saksi Yesus Kristus dalam saling berkomunikasi atau memperhatikan satu sama lain. Untuk menjaga agar tetap setia sebagai saksi Yesus Kristus alias panggilan hidup masing-masing, hendaknya ada pihak ketiga atau saksi yang mendampingi; pihak ketiga ini terutama dan pertama-tama adalah Tuhan sendiri, yang mungkin menjadi nyata dalam 'keterbukaan'. Terbuka maksud kami antara lain: pertemuan hendaknya diselenggarakan di tempat terbuka, jika anda mengalami ada sesuatu yang tidak baik/tidak beres dalam saling berkomunikasi atau memperhatikan hendaknya membuka diri kepada rekan atau atasan yang dapat dipercaya alias berkonsultasi. Memang harus diakui dalam kenyataan yang sungguh memberi perhatian terhadap kegiatan pastoral pada umumnya lebih banyak rekan perempuan daripada laki-laki. Sebagai contoh: mayoritas anggota koor pada umumnya perempuan, di beberapa paroki jumlah misdinar laki-laki tergeser oleh jumlah misdinar perempuan, dst… Secara umum memang kami berharap agar rekan-rekan pastor memperoleh perhatian dari umat yang dilayani, sebaliknya kami juga berharap agar rekan-rekan pastor tidak terikat untuk melayani orang-orang tertentu saja, yang memang sungguh memperhatikan. Semoga berbagai macam komunikasi dan perhatian antara gembala dan umatnya semakin memperkuat masing-masing dalam menjadi saksi iman, iman kepada Yesus Kristus.

 

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Jakarta, 10 Mei 2010