Jumat, 30 April 2010

2 Mei - Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35

Mg Paskah V :

Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35



"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."



Bapak Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr, alm. sebagai klerus atau imam, telah membuat wasiat di hadapan Notaris perihal pembagian kekayaan yang dimiliki jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Surat wasiat tersebut disimpan di Keuskupan, yang secara kebetulan saya sebagai Ekonom Keuskupan harus merawatnya. Dari akte notaris yang saya baca antara lain tertulis bahwa jika Bapak Kardinal dipanggil Tuhan maka mohon agar 75% kekayaan dipersembahkan ke Keuskupan, sedangkan 25% dibagikan kepada keluarganya alias adik-adiknya. Namun pada jam-jam terakhir hidupnya, ketika Yang Mulia terbaring di rumah sakit, Bapak Uskup Julius Darmaatmaja SJ dalam kunjunganya di rumah sakit kepada Bapak Kadinal dan dihadapan saudara-saudarinya yang berkumpul pada waktu itu bertanya "Apa yang dikehendaki Bapak Kardinal dengan kekayaan atau uang yang akan ditinggalkan?".  Bapak Kardinal memberi jawaban yang isinya sangat berbeda dengan apa yang pernah dinyatakan dihadapan Notaris dan tertulis di akte notaris, dan apa yang dikatakan pada saat-saat terakhir hidupnya inilah yang akhirnya menjadi kebijakan atau keputusan untuk dilaksanakan. Kata-kata atau nasihat orangtua atau tokoh pada saat-saat terakhir hidupnya pada umumnya sungguh bermakna serta menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan bertindak bagi mereka yang ditinggalkan. Yesus yang telah bangkit dari mati sering menampakkan diri kepada para murid dan sebelum naik ke sorga Ia juga memberi nasihat-nasihat kepada para rasul, antara lain :"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi"., maka marilah kita renungkan dan hayati perintah atau nasihat Yesus ini.


"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yoh 13:34).



Tolok ukur atau barometer saling mengasihi adalah sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. Yesus mengasihi kita dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada kita, antara lain sampai wafat di kayu salib. Ia menghayati apa yang pernah disabdakanNya yaitu "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Luk 10:27), maka marilah kita salng mengasihi satu sama lain `dengan segenap hari, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh'.


Saling mengasihi sebagaimana disabdakan oleh Yesus diatas kiranya pernah dihayati oleh para suami-isteri atau orangtua, yang antara lain memuncak dalam hubungan seks, maka kami berharap para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan hidup saling mengasihi bagi anak-anaknya. Kami mengingatkan juga hendaknya hubungan seks antar suami isteri sungguh merupakan perwujudan kasih, bukan sekedar mengikuti hawa nafsu saja, yang pada umumnya muncul dari pihak suami, sehingga isteri merasa diperkosa alias dipaksa. Hidup saling mengasihi buahnya adalah kebahagiaan dan kebebasan sejati serta memperteguh kebebasan dan kebahagiaan.


Yesus juga mengajarkan bentuk kasih yang lain serta telah menghayatinya yaitu "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."(Mat 5:44), maka marilah kita hayati ajaran kasih ini. Kami percaya bahwa kita semua memiliki `musuh' yaitu apa-apa atau siapa saja yang kurang berkenan di hati atau selera pribadi saya atau yang tidak kita sukai atau senangi alias kurasakan sebagai yang mengganggu atau menghambat. "Musuh" itu antara lain berupa makanan, minuman, cuaca, lingkungan hidup, barang, orang, pekerjaan atau jabatan dst… Sekali lagi kami ingatkan disini perihal makanan. Dalam hal makan hendaknya berpedoman sehat dan tidak sehat, bukan nikmat dan tidak nikmat atau suka dan tidak suka.  Hendaknya jenis makanan apapun asal sehat santap dan nikmati saja, nikmat dan tidak nikmat, enak dan tidak enak dalam hal makanan itu hanya sesaat saja, yaitu di lidah. Jika kita dalam hal makanan yang sehat tidak ada masalah, maka kami percaya kita juga akan dengan mudah mengasihi atau menikmati cuaca, lingkungan hidup, pekerjaan, jabatan atau barang dan orang yang mungkin tidak sesuai dengan selera pribadi.


"Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:22)


Paulus dan Barnabas `menguatkan hati murid-murid, menasihati mereka supaya bertekun dalam iman, dan mengingatkan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami banyak sengsara'.  Marilah kita renungkan dan hayati bersama apa yang dinasihatkan dan dikatakan oleh para rasul ini:

•    "Bertekun dalam iman". Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada `yang tak kelihatan' alias masih menjadi harapan, cita-cita atau dambaan. Secara konkret `bertekun dalam iman' antara lain dapat kita hayati dalam tekun bekerja, bertugas maupun berdoa serta panggilan.  Apa yang menjadi panggilan dan tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing? "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahun dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27). Kepada mereka yang sedang bertugas belajar, para peserta didik, pelajar maupun mahasiswa kami harapkan sungguh tekun dalam belajar; demikian juga para pekerja dimanapun kami harapkan tekun dalam bekerja. Untuk memperteguh dan memperkuat ketekunan belajar maupun berdoa, hendaknya juga tidak dilupakan tekun berdoa setiap hari atau kesempatan penting.

•    "Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami banyak sengsara". Masuk ke dalam Kerajaan Allah berarti dikuasai atau dirajai oleh Allah, dan dengan demikian senantiasa setia melaksanakan kehendak dan perintah Allah dalam situasi dan kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun. Kehendak dan perintah Allah yang utama dan pertama-tama adalah hidup saling mengasihi. Rasanya jika kita sungguh hidup saling mengasihi pasti harus menghadapi penderitaan atau kesengsaraan. Saling mengasihi berarti saling memberi dan menerima: nasihat, sapaan, sentuhan, kritikan, saran, pujian, dst.. Hemat saya yang sulit bagi kebanyakan orang adalah dikasihi, yang berarti diberti dan menerima. Kalau menerima ciuman, pujian, sentuhan kasih, hadiah dst. mungkin dengan senang hati kita menerimanya, tetapi bagaimana dengan saran, kritik, ejekan, cemoohan, peringatan dst…; hendaknya semuanya ini diterima dan dihayati sebagai kasih juga. Ingat jika orang tidak mengasihi kita pasti tidak akan mengritik, memberi saran, mengejek, mencemooh atau mengingatkan kita dengan keras, melainkan  akan mendiamkan kita. Memang menerima dan dikasihi harus berani sengsara dan menderita, derita dan sengsara yang lahir dari kesetiaan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Sikapi dan hayati aneka macam sapaan, sentuhan atau perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai kasih, dan tanggapi dengan singkat `terima kasih'.


"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu."
(Mzm 145:8-12)


Jakarta, 2 Mei 2010

1Mei - Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14

"Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa"

(Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14)

 

"Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh 14:7-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Jenis pohon dapat dikenali melalui buahnya", demikian kata sebuah pepatah, yang berarti siapa orangtuanya dapat dikenali melalui anak-anaknya. Pepatah ini kiranya dekat dengan  apa yang disabdakan Yesus "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu". Anak-anak pada umumnnya percaya kepada orangtuanya atau bapak-ibunya, maka anak-anak juga akan meniru apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya. Jika orangtua sungguh mendidik atau membina anak-anaknya dengan baik, maka apa yang dilakukan dan dikatakan oleh anak-anak kemudian hari ketika mereka dewasa akan lebih besar daripada apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya. Maka dengan ini kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh membina dan mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, agar mereka tumbuh berkembang lebih daripada orangtuanya, dengan kata lain kami berharap para orangtua sungguh memperhatikan anggaran beaya maupun tenaga bagi pendidikan anak-anak, dan tentu saja akan lebih baik jika mengutamakan anggaran beaya bagi pendidikan anak-anak. Sebaliknya kepada anak-anak atau rekan-rekan remaja yang pada saat ini sedang belajar kami harapkan sungguh belajar dengan giat, baik dan tekun, dan hendaknya bercita-cita melebihi orangtua. Maka hendaknya jangan disia-siakan jerih payah dan perhatian orangtua dalam rangka mengusahakan kesempatan dan kemungkinan bagi anda untuk belajar.

·   "Inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:7), demikian kata Paulus dan Barnabas kepada orang-orang Yahudi atau para pendengar mereka. Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk 'menjadi terang bagi seluruh bangsa' dan 'membawa keselamatan dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi.  Menjadi 'terang' berarti cara hidup dan cara bertindak kita atau sepak terjang kita senantiasa memberi pencerahan bagi mereka yang berada di kegelapan, memberi kemudahan bagi mereka yang berada di dalam kesulitan, memberi jalan kepada mereka yang kebingungan dan tersesat, dst… Kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa semakin memperjelas jati diri kita sendiri maupun mereka yang kena dampak kehadiran dan sepak terjang kita. Membawa keselamatan berarti dimana ada bagian dunia yang tidak selamat segera kita selamatkan, yang sakit kita sembuhkan, yang sedih kita beri penghiburan, yang tak teratur dan amburadul kita atur, yang bodoh kita ajari dan didik, yang lemah kita kuatkan, dst..  Maka baiklah kita pro-aktif untuk mencari dan menyelamatkan bagian-bagian dunia yang tidak selamat di lingkungan hidup kita masing-masing. Kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk sungguh memperhatikan seluruh keluarga  serta lingkungannya dalam hal saling 'menjadi terang dan membawa keselamatan', dengan kata lain hendaknya seluruh anggota keluarga saling menerangi dan menyelamatkan. Maka kami berharap tidak ada hal sekecil apapun yang disembunyikan entah oleh suami, isteri atau anak-anak;  ketika di dalam keluarga kebiasaan saling menyembunyikan sesuatu dibiarkan, maka hidup berkeluarga akan amburadul, kacau balau, yang tentu berdampak pada lingkungan hidupnya.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Jakarta, 1 Mei 2010     

  


Kamis, 29 April 2010

30 Apr - Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup".

(Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6)

 

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup kita ini bagaikan air yang mengalir terus menerus tanpa henti, dan akan berhenti ketika kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Dengan kata lain kita terus 'berjalan' menuju ke kematian, dan kiranya kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan nanti selanjutnya hidup mulia di sorga untuk selamanya. Agar dambaan kita kelak menjadi kenyataan, kita diharapkan menelusuri jalan yang benar dan sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita diharapkan menelusuri jalan yang telah ditempuh oleh Yesus alias menjadikan Yesus jalan hidup kita. Secara konkret hal ini berarti kita diharapkan senantiasa menghayati ajaran dan sabda Yesus serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, sehingga kita layak disebut sebagai 'alter Christi' atau 'foto copy Yesus Kristus'.  Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam rangka menghayati janji baptis, sehingga kita juga layak disebut sebagai 'orang-orang Kristen'. Salah satu tanda bahwa kita adalah orang Kristen sejati antara lain kita senantiasa hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, meneladan Yesus yang mempersembahkan diri seutuhnya bagi keselamatan dunia dengan wafat di kayu salib. Maka awalilah setiap kegiatan anda dengan membuat tanda salib, yang berarti siap sedia untuk mempersembahkan diri bagi keselamatan saudara-saudari kita melalui aneka kegiatan yang kita lakukan. Kita juga dipanggil untuk saling mengampuni, sebagaimana sering kita doakan dalam doa Bapa Kami "ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun senantiasa mengampuni yang bersalah kepada kami'.

·   "Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita,  telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini." (Kis 13:32-33). Kebangkitan Yesus dari mati sungguh merupakan kesukaan besar bagi mereka yang percaya kepadaNya. Kita semua percaya kepadaNya, maka selayaknya kita senantiasa bersuka cita serta memberitakan sukacita tersebut kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Sebagai orang yang bersukacita berarti kita senantiasa senyum, gembira dan ceria karena Tuhan senantiasa menyertai atau bersama dengan kita; di dalam kehidupan sehari-hari senantiasa bersyukur, bersyukur ketika merasa sukses maupun gagal. Maka dengan ini kami berharap entah kepada mereka yang sedang bertugas belajar atau bekerja, hendaknya dalam belajar atau bekerja senantiasa bergairah, gembira dan ceria. Hidup dan bertindak dengan bergairah, gembira dan ceria berarti kinerja syaraf-syaraf maupun metabolisme darah ktia dalam keadaan prima, sehingga tahan dan tabah terhadap aneka macam jenis serangan penyakit, otak encer, hati terbuka, dst… Orang yang demikian ini berarti tidak pernah jatuh sakit, melainkan senantiasa sehat wal'afiat, segar bugar. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk menjaga diri agar tetap sehat, segar bugar, antara dengan mengkonsumsi makanan sesuai dengan motto 'empat sehat lima sempurna', cukup berolahraga dan istirahat, teratur dalam hidup maupun kerja.  Ketika kita harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan maupun masalah, pada saat itu juga kita semakin bergairah dan bergembira, karena hal itu merupakan jalan menuju ke kebahagiaan sejati atau keselamatan kekal, abadi.  Marilah kita beritakan kesukaan atau kegembiraan dimanapun kita berada maupun kemana kita pergi.        

·

"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." (Mzm 2:6-9)

 

Jakarta, 30 April 2010


Rabu, 28 April 2010

29 Apr - Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20

"Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya"

(Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."(Yoh 13:16-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Katarina dari Siena, perawan dan pujangga Gereja, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang hamba senantiasa dengan rendah hati berusaha untuk membahagiakan tuannya dalam situasi atau kondisi apapun, serta siap sedia setiap saat untuk melaksanakan perintah tuannya. Sebagai orang beriman kita sering juga disebut sebagai hamba-hamba Tuhan, dengan kata lain dipanggil untuk senantiasa membahagiakan Tuhan serta melaksanakan perintah atau sabdaNya; kita dipanggil untuk senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Santa Katarina yang kita rayakan hari ini adalah 'perawan dan pujangga Gereja', yang berarti senantiasa hidup suci dan dengan kesucian-nya ia mewartakan Kabar Baik kepada orang lain dimanapun dan kapanpun. Perawan seperti St.Katarina ini sering juga disebut sebagai 'mempelai Yesus Kristus' alias menjadi sahabat Yesus yang mesra, dan karena  Yesus adalah Tuhan maka mau tak mau sebagai mempelaiNya pasti akan dikuasai atau dirajaiNya serta harus menghayati perintah dan ajaranNya. Atribut 'hamba' maupun 'mempelai' hemat saya mengandung makna sebagai yang diutus atau diperintah. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak kita yang tidak menikah alias hidup wadat dengan menjadi imam, bruder atau suster untuk dapat menjadi teladan dalam penghayatan sebagai 'hamba' atau 'mempelai', hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, meneladan cara hidup dan cara bertindak Tuhan kita Yesus Kristus. Kepada semua umat Kristen atau Katolik kami ajak untuk dengan rendah hati mengusahakan agar hidup dan bertindak sesuai dengan janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan di dalam hidup sehari-hari.

·   "Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!" (Kis 13:15), demikian kata para pengurus rumah ibadat di Yerusalem kepada Paulus dan kawan-kawannya. Paulus dan kawan-kawan memang kemana mereka pergi atau dimana berada senantiasa berusaha untuk 'membangun dan menghibur umat'. Mereka adalah rasul-rasul, yang diutus untuk mewartakan Kabar Baik, apa-apa yang baik, membangun dan menghibur umat khususnya maupun warga masyarakat pada umumnya. Sebagai orang beriman yang memiliki dimensi rasuli kita semua dipanggil juga untuk senantiasa berusaha 'membangun dan menghibur umat' dengan kata lain saling membangun dan menghibur. Maka baiklah kita buka mata dan hati kita terhadap lingkungan sekitar kita, dimana kita hidup atau bekerja, apakah ada sesuatu yang harus dibangun atau butuh penghiburan. Dalam berbagai berita yang disiarkan melalui aneka jenis media kita dapat membaca, mendengarkan atau melihat bahwa di sana-sana masih sering terjadi tawuran atau bentrokan yang merusak dan menghancurkan serta memperuncing permusuhan. Mungkin juga di dalam keluarga-keluarga kita sendiri juga ada ketegangan antar anggota keluarga: antar suam-isteri, antar orangtua – anak, antar kakak-adik, dst… Marilah di dalam keluarga kita masing-masing kita saling membangun dan menghibur alias memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati. Kami percaya ketika masing-masing dari kita memiliki pengalaman mendalam akan persaudaraan atau persahabatan sejati di dalam keluarga, maka di dalam hidup bersama dimanapun dan kapapun pasti akan memiliki semangat  membangun dan menghibur. Sepak terjang atau kedatangan kita dimanapun dan kapanpun diharapkan 'membangun dan menghibur sesama atau  saudara-saudari kita'. Marilah kita usahakan kebersamaan kita bagaikan sapu lidi: banyak lidi diikat menjadi satu dan kemudian fungsional sebagai alat pembersih.

 

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit" (Mzm 89:2-3)

            

Jakarta, 29 April 2010


Selasa, 27 April 2010

28 Apr - Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50

"Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan"

(Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50)

"Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yoh 12:44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kebanyakan orang Yahudi kiranya tidak percaya bahwa apa yang dikatakan atau diajarkan oleh Yesus adalah perintah Allah: ajaran-ajaranNya menyelamatkan, maka siapapun yang percaya akan sabda atau ajaranNya serta melaksanakannya pasti akan selamat, menikmati hidup kekal di sorga setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka marilah kita yang sering mendengarkan sabda Tuhan Yesus, antara lain dalam Ibadat Sabda dan Perayaan Ekaristi, dan kita menanggapi "Tanamkanlah sabdaMu, ya Tuhan dalam hati kami", kita hayati dan lasksanakan sabda-sabdaNya dalam hidup sehari-hari kita. Setelah kita hayati sabda-sabda Tuhan tersebut alias 'menjadi milik kita atau menjiwai hidup kita', marilah kita teruskan atau sebarluaskan kepada sesama atau saudara-saudari kita dalam berbagai kesempatan atau kemungkinan yang ada.  Tentu saja pertama-tama penyebar-luasan tersebut hendaknya melalui cara hidup dan cara bertindak kita yang menarik, mempesona dan memikat, dimana pada suatu saat mereka bertanya-tanya apakah yang membuat cara hidup dan cara bertindak yang demikian itu. Jika mereka mulai bertanya-tanya berarti ada keterbukaan hati, jiwa, akal budi dan tubuh untuk menerima sesuatu atau hal-hal baru, dan dengan demikian dengan mudah kita menceriterakan pengalaman hidup dan cara bertindak kita yang dijiwai oleh sabda Tuhan, maupun mewartakan sabda Tuhan yang menjiwai hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita sampaikan sabda Tuhan sebagaimana dilakukan oleh Yesus, antara lain dengan atau melalui aneka peristiwa hidup sehari-hari alias dengan sederhana.

·   "Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi" (Kis 13:4-5). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan refleksi atau mawas diri kita, lebih-lebih bagi siapapun yang bertugas mewartakan Sabda Tuhan. Secara rutin di dalam aneka macam ibadat senantiasa dibacakan sabda-sabda Tuhan dan kemudian direnungkan oleh pengkotbah atau pemimpin ibadat. Kepada para pengkotbah kami berharap untuk sungguh-sungguh berdasarkan sabda Tuhan alam menyampaikan kotbahnya, maka hendaknya dipersiapkan dengan baik: direnungkan dan dikontemplasikan sebelum dikotbahkan. Kepada kita sebagai umat Allah pada umumnya alias para pendengar pembacaan sabda Tuhan, kami harapkan sungguh mendengarkan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh. Menjadi pendengar yang baik memang tidak mudah,  karena untuk dapat mendengarkan dengan baik butuh keutamaan kerendahan hati, dan rasanya untuk menjadi rendah hati bagi kebanyakan orang sungguh sulit. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Yang mungkin baik kita latih atau biasakan dalam hidup sehari-hari kita saat ini adalah 'menenggang perasaan orang lain', yang antara lain peka terhadap orang lain. Dengan menenggang perasaan orang lain kita akan tahu akan apa-apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam diri orang lain tersebut, yang tidak lain adalah buah-buah atau karya Roh Kudus.  Kita dapat rendah hati dan menenggang perasaan orang lain jika kita memperoleh anugerah Roh alias hidup dikuasai atau disuruh oleh Roh.

 

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi." (Mzm 67:2-3.5)

 

Jakarta, 28 April 2010


Minggu, 25 April 2010

26 Apr - Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10

"Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

(Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yoh 10:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berpastoral berarti senantiasa mendatangi atau mengunjungi mereka yang menjadi tanggungjawabnya atau yang harus dilayani, sebagaimana dihayati oleh Sang Penyelamat Dunia, yang turun ke dunia menjadi Manusia dan hadir di tengah-tengah kita. Kedatangan 'sang pastor' atau kita semua umat beriman kepada yang lain diharapkan membawa kesegaran dan kegairahan dalam hidup beriman, sebagaimana Gembala Baik, Yesus, datang ke dunia agar seluruh umat manusia mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Dalam mendatangi yang utama dan pertama-tama adalah kehadiran diri sepenuhnya untuk 'dipersembahkan diri' bagi sesamanya, buka aneka macam jenis harta benda atau uang yang dibawa serta. Semangat mendatangi yang membahagiakan dan menggairahkan ini kiranya baik untuk dihayati oleh para orangtua terhadap anak-anak, guru/pendidik terhadap para peserta didik, pemimpin atau atasan terhadap anggota atau anak buahnya. Maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang merasa 'berada atau berfungsi di atas'  untuk secara rutin (setiap hari, minggu??) untuk mendatangi atau mengunjungi mereka yang menjadi bawahan atau anggota atau pembantu-pembantunya. Dengan kata lain kami berharap para orangtua berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya,  para guru/pendidik bagi para peserta didik, pimpinan/atasan kepada anggota atau anak buahnya. Datangilah dan kunjungilah mereka dengan rendah hati dan lemah lembut.

·   "Kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup." (Kis 11:18)., demikian kesaksian seseorang atas pelayanan kabar gembira yang dibawa oleh para rasul. "Pertobatan yang memimpin kepada hidup" dianugerahkan oleh Allah kepada semua bangsa, seluruh umat manusia, tanpa batas SARA. Kita semua orang beriman dipanggil untuk menyebarluaskan pertobatan yang memimpin kepada hidup ini, dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Agar mereka yang kita datangi atau kunjungi tergerak untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka hendaknya diri kita sendiri dalam keadaan baik, berbudi pekerti luhur atau suci, sehingga menarik, menawan, mempesona dan memikat mereka yang kita datangi atau kunjungi. Dengan kata lain kita sendiri hendaknya senantiasa dalam kesiap-sediaan untuk bertobat atau memperbaharui diri terus menerus. Dengan ini juga kami berseru kepada mereka yang masih sering berbuat dosa dalam bentuk apapun untuk berhenti dan bertobat, meninggalkan cara hidup atau cara bertindak yang mengarah ke kematian. Hidup dan bertindak dalam pertobatan yang memimpin kepada hidup berarti senantiasa siap sedia untuk dituntun, dibimbing, dinasihati, dikritik, dst..  serta dengan senang hati, gembira dan bergairah menerima semuanya itu. Memang jika kita dapat bertobat atau memperbaharui diri bukan semata-mata karena usaha atau jerih payah kita, melainkan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa ini. Dengan kata lain jika kita dapat berbuat baik kepada orang lain hendaknya juga dihayati sebagai karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

 

"Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!" (Mzm 43:3-4)

   

Jakarta, 26 April 2010      


Rabu, 21 April 2010

22 Apr - Kis 8:28-40; Yoh 6:44-51

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku"

(Kis 8:28-40; Yoh 6:44-51)


'Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Datang kepada Yesus berarti menjadi sahabat-sahabat Yesus alias anak-anak Allah, yaitu orang yang senantiasa  hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari, hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus tak mungkin datang kepadaNya jika tidak ditarik oleh Bapa, antara lain berarti kita tak mungkin hidup baik dan berbudi pekerti luhur jika tidak menerima aneka macam bentuk pengajaran Tuhan melalui orangtua, guru/pendidik atau saudara-saudari kita. Hemat saya masing-masing dari kita dapat hidup seperti saat ini karena kita diajar atau dibina oleh orangtua, guru/pendidik atau saudara-saudari kita, dan kita akan semakin baik dan berbudi pekerti luhur jika kita senantiasa siap sedia untuk diajar terus menerus. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam pengajaran, misalnya dalam bentuk nasihat, saran, kritik, pujian, tuntunan, dst.. yang setiap kali mendatangi kita. Ada kemungkinan kita merasa sakit ketika sedang menerima pengajaran, dan kiranya hal itu wajar adanya. Tumbuh berkembang dalam iman, hidup baik dan berbudi pekerti luhur memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan alias kerja keras. Hendaknya sedini mungkin anak-anak dibina untuk memiliki sikap mental 'ongoing formation/education' atau belajar terus menerus, sepanjang hayat, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua di rumah maupun para guru/pendidik di sekolah-sekolah. Berbagai pengalaman hidup, entah yang menyenangkan atau menyakitkan hendaknya dihayati sebagai pembelajaran, maka hendaknya dibina sikap refleksif atas aneka pengalaman hidup.

·   "Setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita" (Kis 8:39), demikian berita yang terjadi setelah terjadi pembaptisan sida-sida yang dilakukan oleh Filipus. Dibaptis berarti juga dianugerahi Roh, dan yang membaptis pada umumnya juga hidup dalam atau dikuasai oleh Roh. Roh sungguh membuat orang sukacita dan bergairah dalam perjalanan hidup, itulah yang terjadi dalam diri sida-sida yang telah menerima rahmat pembaptisan. Kita semua telah menerima rahmat pembapisan, maka kita juga dipanggil untuk "meneruskan perjalanan dengan sukacita", perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.  Maka marilah kita mawas diri perihal panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing: hendaknya terus menghayati panggilan dengan  atau melaksanakan tugas pengutusan dengan sukacita, meskipun harus disertai pengorbanan dan perjuangan atau menghadapi aneka tantangan, hambatan dan godaan. Sukacita atau gembira dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan dan menghayati panggilan akan memperlancar langkah perjalanan usaha kita, dan apa yang kita dambakan, cita-citakan atau harapkan pasti berhasil, menjadi kenyataan. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua; bagi kita yang sedang memiliki tugas belajar di tingkat apapun marilah kita terus belajar, sehingga terampil belajar, bagi kita yang sedang bekerja marilah kita terus bekerja sehingga terampil bekerja, dst… Siap-sedia untuk dididik dan dibina dan diajar terus menerus berarti senantiasa bersukacita, gembira ria dalam menghadapi aneka macam bentuk pembaharuan atau apa-apa yang baru, yang muncul dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan; orang senantiasa bersikap rendah hati dalam menyikapi apa yang terjadi atau apapun yang mendatangi.

 

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian." (Mzm 66:8-9.16-17)

     

Jakarta, 22 April 2010


Selasa, 20 April 2010

21 Apr Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40

"Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."

(Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40)


"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:35-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam bekerja atau berkarya dimanapun orang pada umumnya mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang lain, atau kalau para seniman merasa harus mengerjakan yang dikehendaki Tuhan sebagaimana dibisikkan dalam bentuk inspirasi atau khayalan. Kiranya jarang sekali orang mengerjakan keinginan sendiri atau pribadi jika menghendaki kesuksesan atau keberhasilan dalam tugas pengutusan atau panggilan hidup. Maka marilah kita meneladan Yesus yang datang bukan untuk melakukan kehendakNya sendiri tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutusNya. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan aturan atau tatanan yang berlaku dan terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kesetiaan dan ketaatan pada aneka aturan dan tatanan hidup yang berlaku akan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain yang kena dampak hidup atau cara bertindak kita. Segala aturan dan tatanan hidup hemat saya dibuat untuk membantu yang melaksanakannya dalam rangka 'memperoleh hidup kekal' setelah dipanggil Tuhan nanti alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur selama hidup di dunia ini. Orang baik dan berbudi pekerti luhur senantiasa nampak ceria, gairah, menarik, memikat dan mempesona, dan dengan demikian banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Kehadiran dan sepak terjang orang berbudi pekerti luhur atau baik senantiasa juga menggairahkan dan membangkitkan semangat hidup orang lain yang dijumpainya.

·   "Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4), demikian berita perihal para murid yang dikejar-kejar untuk dihabisi atau dibunuh. Tekanan dan penganiayaan merupakan 'bless in disguise' (=-rahmat terselubung) bagi orang beriman, yang sungguh mempersembahkan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Karena dikejar-kejar kemudian mereka menyebar dan dalam perjalanan atau tempat dimana berada, 'menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil'.  Rasanya apa yang terjadi di masa Gereja Purba pada masa kini juga terjadi, tetapi tekanan atau encamannya dalam bentuk lain, antara lain kebutuhan ekonomi alias pekerjaan. Karena tuntutan kebutuhan ekonomi atau pekerjaan orang harus pergi jauh ke tempat tertentu dimana mereka bekerja, karena demi kesejahteraan hidup keluarga orang harus bertransmigrasi bersama-sama seluruh keluarga, yang berarti pindah tempat tinggal dan kerja cukup jauh, dst.. Bukankah tekanan atau kebutuhan ekonomi, serta tuntutan hidup sejahtera memaksa orang untuk menyebar dan menjelajah seluruh negeri atau dunia, dan dengan demikian tanpa sadar terjadi penyebaran umat Allah ke bebagai tempat. Kami berharap kepada mereka yang dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau pengutusannya harus menjelajah seluruh negeri atau dunia, selama di dalam perjalanan atau penjelajahan hendaknya sambil memberitakan Injil, kabar baik, menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Ada kemungkinan anda berjalan atau berpergian sendirian serta menggunakan transportasi umum, entah pesawat terbang atau kereja atau bus, hendaknya selama dalam perjalanan tidak diam membatu, tetapi bercakap-cakaplah dengan rekan duduk di sebelah anda sambil membicarakan apa-apa yang baik dan menyelamatkan dan mungkin juga sekaligus menambah kenalan, sahabat atau teman.

 

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; … Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia:" (Mzm 66:1-3a.4-5)

 

Jakarta, 21 April 2010


Senin, 19 April 2010

20 Apr - Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35

"Tuhan berikanlah kami roti itu senantiasa."

(Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35)

 

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." (Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Kemiskinan yang paling besar dan memprihatikan pada masa kini adalah miskin akan cintakasih", demikian kurang lebih kata Ibu Teresa dari Calcuta (alm.) pada suatu kesempatan. Banyak orang lapar dan haus akan cintakasih. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi", demikian sabda Yesus hari ini. Yesus adalah Cintakasih dari Allah Bapa bagi kita semua, yang lapar dan haus akan cintakasih, maka marilah kita datang kepadaNya agar lapar dan haus kita dipuaskan dengan cintakasihNya. Sabda Yesus ini kiranya mengajak atau memanggil kita semua agar cara hidup dan cara bertindak kita meneladan Yesus atau kita senantiasa menghayati sabda-sabdaNya dalam hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Sabda-sabda atau cara bertindakNya kita dapat dipadatkan kedalam ajaranNya perihal cintakasih, yaitu kita dipanggil untuk saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa , segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Ajaran saling mengasihi ini hendaknya pertama-tama dan terutama dihayati  secara mendalam dan setia antar suami-isteri, yang hidup bersama didasari dan diikat oleh cintakasih. Kami percaya jika para suami-isteri dapat menjadi teladan dalam hal saling mengasihi bagi anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka, maka anak-anak kelak kemudian hari pasti akan hidup saling mengasihi, dan dengan demikian hidup bersama dimanapun dan kapanpun senantiasa dijiwai oleh cintakasih. Kita semua tidak akan lapar dan haus akan cintakasih lagi, jika kita saling mengasihi tanpa pandang bulu, SARA, dst..

·   "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis 7:60), demikian doa Stefanus menjelang dipanggil Tuhan karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Stefanus sungguh kenyang akan cintakasih Tuhan, maka ia tidak takut dan gentar menghadapi kematian karena kesetiaan imannya, bahkan menjelang kematiannya ia siap menanggung dosa dan kesalahan orang-orang yang melemparinya, artin mengampuni mereka yang membunuhnya. Stefanus adalah martir pertama di dalam Gereja, dan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladannya. Salah satu cara meneladan jiwa kemartiran Stefanus antara lain adalah senantiasa menyikapi dengan cintakasih segala sesuatu yang mendatangi kita, termasuk ejekan, cemoohan, ancaman, permusuhan dst.. , entah itu datang dari sesama manusia, binatang maupun suasana hidup bersama. Ingat dan hayati bahwa kita semua diciptakan oleh Allah dalam dan oleh cintakasih, dan masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih. Jika kita hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih, hendaknya kita juga tidak takut dan gentar menghadapi panggilan Tuhan atau kematian yang dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Sebelum dipanggil Tuhan Stefanus juga berdoa "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (Kis 7:59), dan doa ini hendaknya juga menjadi doa-doa kita. Menyerahkan roh kepada Tuhan berarti mempersembahkan gairah, cita-cita, harapan, dambaan kepada Tuhan, sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan bagi kita semua antara lain keselamatan jiwa kita masing-masing, maka marilah kita arahkan gairah, cita-cita, harapan dan dambaan kita kepada keselamatan jiwa. Tolok ukur atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bertindak kita adalah keselamatan jiwa.

 

"Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN "(Mzm 31:3-4.6ab)

 

Jakarta, 20 April 2010


Minggu, 18 April 2010

19 Apr - Kis 6: 8-19; Yoh 6:22-29

"Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa"

(Kis 6: 8-19; Yoh 6:22-29)

 

"Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hampir semua pekerja, entah sebagai buruh, direktur, manajer, pengusaha, pegawai, dst..pada umumnya bekerja keras sepanjang hari. Para pekerja di Jakarta dan sekitarnya misalnya, pada umumnya pagi-pagi benar mereka berangkat untuk bekerja dan baru sore/malam hari pulang ke rumah, bahkan ada yang lembur sampai tengah malam. Semua itu dikerjakan demi kesejahteraan hidup keluarganya, dan rasanya hal itu benar adanya. Namun berrefleksi atas sabda Yesus hari ini "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal" , kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian agar dalam sibuk bekerja tidak melupakan atau menyingkirkan 'hidup yang kekal', yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan jiwa kita. Dengan kata lain hendaknya dalam bekerja sungguh dijiwai atau dihidupi dengan iman alias dalam semangat iman kita masing-masing kita berkerja. Salah satu bentuk pengahaytan iman selama bekerja antara lain jujur dan disiplin selama bekerja, apalagi bagi yang mengurus atau mengelola administrasi dan uang. Jujur dan disiplin ini rasanya sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarkan selama bekerja dimanapun dan kapanpun. Siapapun yang jujur dan disiplin selama bekerja kiranya merupakan bentuk penghayatan kepercayaan kepada Dia yang diutus Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan sendiri juga akan semakin banyak dipercaya orang lain.  Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang berpengaruh dalam kerja di kantor atau perusahaan dst.. sungguh menegakkan kejujuran dan kedisiplinan.

·   "Mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kis 6:10), demikian berita perihal debat antara orang-orang Yahudi dan Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus. Karena mereka tidak dapat melawan Stefanus, maka para petinggi mereka menghasut mereka untuk mengatakan bahwa Stefanus mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Hasutan itupun sampai ke Mahkamah Agama sehingga Stefanus disidang untuk diadili,  namun ketika sedang diadili wajahnya bersinar bagaikan malaikat. Kita semua kiranya dipanggil untuk meneladan Stefanus, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka tekanan, ancaman dan provokasi asal kita jujur dan disiplin dalam kerja. Memang ada rumor bahwa orang jujur akan hancur, tetapi rasanya untuk sementara saja, karena seterusnya atau selamanya akan mujur alias ceria dan bahagia.  Sebaliknya kami berseru kepada mereka yang sering karena irihati lalu menteror dan mengancam orang-orang yang jujur dan disiplin, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Anda yang berbuat demikian karena irihati pasti akan kalah atau dipermalukan di muka umum. Kepada mereka yang berani meneladan Stefanus hendaknya tetap ceria dan bergairah ketika menghadapi ancaman atau pengadilan yang tidak adil. Kegairahan dan keceriaan anda pasti akan mendorong orang yang menyaksikan agar bertobat, menyesali kejahatannya dan kemudian melakukan apa yang baik, hidup dan bertindak jujur serta disiplin.

 

"Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib "

 (Mzm 119:23-24.26-27)

 

Jakarta, 19 April 2010


Sabtu, 17 April 2010

18 Apr - Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."

Mg Paskah III : Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

 

Beberapa tahun lalu pesawat 'Adam Air' jatuh di perairan/laut antara pulau Kalimantan dan Sulawesi, dalam rangka penerbangan dari Jakarta ke Manado. Konon salah satu sebab mengapa pesawat tersebut kena musibah karena tidak mengikuti jalur atau lintas yang telah ditentukan, dengan kata lain pesawat Adam Air mengambil jalan pintas, yang memang dalam perhitungan waktu dan jarak lebih cepat akan sampai, tetapi ancaman atau resiko lebih besar, karena jalur yang ditempuh Adam Air katanya rawan dengan badai yang sungguh membahayakan keselamatan perjalanan pesawat. Musibah tersebut membuka tabir bahwa memang pengelolaan perusahaan Adam Air tidak beres, dan beberapa waktu kemudian memang Adam Air gulung tikar.  Jika analisa itu benar rasanya memang menunjukkan masih cukup banyak orang di Indonesia ini, yang berjalan atau melangkah tidak mengikuti aturan atau tatanan yang berlaku, melainkan berjalan atau melangkah seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi. Jika kita sungguh memperhatikan dan mencermati aneka macam musibah atau kecelakaan, hemat saya salah satu sebab terjadinya musibah atau kecelakaan adalah ketidak-taatan atau ketidak-setiaan pada aturan atau tatanan yang terkait. Begitulah kiranya yang terjadi dengan Petrus dan kawan-kawannya, para rasul: mereka telah dibina selama tiga tahun bersama dan oleh Yesus, ternyata kurang berhasil juga. Sebelum mengikuti Yesus mereka adalah nelayan atau penjala ikan, dan setelah Yesus wafat di kayu salib alias mereka ditinggalkan oleh Yesus, merasa kesepian dan untuk mengisi kesepiannya mereka kembali ke pekerjaan atau hobby lama, mencari ikan. Semalaman tak seekor ikanpun ditangkap, tetapi begitu mereka menebarkan jala sesuai perintah Yesus, mereka menangkap ikan banyak sekali. Maka marilah kita renungkan perintah Yesus kepada para rasul tersebut.

 

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)  

 

Bagi para rasul menebarkan jala merupakan pekerjaan sehari-hari mereka sebelum mengikuti Yesus, maka sabda Yesus di atas ini rasanya merupakan peringatan agar dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari hendaknya kita senantiasa sesuai dengan perintah Tuhan, tidak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka macam rumusan janji, peraturan atau tatanan hidup, yang pada umumnya dibuat dalam Tuhan dan sebagai bantuan bagi mereka yang melaksanakannya untuk semakin berbakti kepada Tuhan, semakin beriman atau semakin suci. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan janji, aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing.

 

Pertama-tama dan terutama sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu 'hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan'. Mengabdi Tuhan antara lain berarti hidup dan bertindak senantiasa membahagiakan Tuhan melalui saudara-saudari kita serta ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Salah satu cara membahagiakan antara lain dengan hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan hidup alias setia pada janji yang pernah kita ikrarkan. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr. Edi Sedyawati: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Meskipun ada aneka macam godaan yang nampaknya menguntungkan, orang yang setia tak akan mengikuti godaan tersebut, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Godaan setan masa kini dapat menggejala dalam rayuan berupa harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi, sebagaimana terjadi dalam berbagai departemen atau sektor pemerintahan di Negara kita, misalnya makelar kasus dalam aneka macam proses pengadilan, bocoran ujian nasional, dst..

Saya juga tergerak mengingatkan dan mengajak para pengguna jalan, pengemudi aneka macam jenis kendaraan bermotor maupun pejalan kaki untuk mentaati dan melaksanakan aneka macam aturan lalu lintas maupun rambu-rambu dan penunjuk jalan yang terpampang dengan jelas di jalanan. Korban kecelakaan lalu lintas terus berjatuhan dan rasanya terus bertambah setiap tahun, yang menunjukkan masih sungguh memprihatinkan ketaatan berlalu lintas. Setiap kendaraan kiranya dilengkapi dengan buku petunjuk perawatan kendaraan maupun cara menjalankan kendaraan yang benar, maka kami berharap buku tersebut sungguh dipelajari dan arahan atau tuntunan yang ada di dalamnya dihayati. Apa yang terjadi di jalanan menurut kami merupakan cermin kwalitas bangsa dalam hal taat dan setia pada aneka aturan dan tatanan hidup.

 

"Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus " (Kis 5:40-41)     

 

"Bergembira karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus", itulah yang dialami oleh para rasul. Taat atau setia pada aneka aturan dan tatanan hidup pada masa kini mungkin juga akan menghadapi aneka kesulitan, tantangan, hambatan atau bahkan ejekan atau penghinaan. Jika karena taat dan setia pada aturan atau tatanan hidup kita harus menghadapi yang demikian itu hendaknya tetap bergembira dan ceria. Percaya dan hayatilah bahwa dalam kegembiraan dan keceriaan kita akan mampu mengatasi aneka kesulitan, tantangan, hambatan maupun penghinaan, karena dalam kegembiraan dan keceriaan berarti organ-organ tubuh kita, termasuk syaraf, dalam keadaan baik atau bahkan prima dan dengan demikian kondusif untuk menghadapi kesulitan, tantangan, hambatan atau masalah.    

 

Secara sosiologis dan kwantitatif jumlah yang percaya kepada Yesus di Negara kita rasanya sedikit dan tidak jarang di tempat-tempat tertentu, entah tempat tinggal atau tempat kerja, kita sebagai yang percaya kepada Yesus sering mendapat ancaman, terror atau hinaan melalui aneka cara. Ada kenalan saya, yang bekerja di sebuah kantor, dimana hanya dia sendiri yang katolik, menceriterakan bahwa hampir setiap hari dirinya merasa bagaikan berada di ujung tanduk, karena selalu diawasi dan dilihat oleh rekan-rekan kerja yang bukan katolik. Yang bersangkutan merasa hendak didepak atau disingkirkan dari tempat kerja tersebut. Menanggapi hal itu saya justru bangga dan mengucapkan proficiat kepadanya, sambil berkata: "Bergembira dan berbahagialah karena dengan demikian anda memperoleh dukungan konkret, yaitu pengawasan, sehingga anda tidak tergoda untuk menyeleweng serta senantiasa berusaha bekerja sebaik mungkin. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian yang mungkin merasa sendirian di tempat tertentu untuk tetap setia pada iman maupun tugas pekerjaan; jadikan aneka sapaan dari orang lain dalam bentuk apapun merupakan perwujudan kasih mereka terhadap diri kita yang lemah, rapuh dan hina dina. Marilah kita gembira dan ceria ketika harus menderita, dilecehkan atau direndahkan karena kesetiaan iman kita pada Yesus Kristus.

 

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai" (Mzm 30:2.4-6).

 

Jakarta, 18 April 2010


Jumat, 16 April 2010

17 Apr - Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21

"Aku ini jangan takut!"

(Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)

 

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui." (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Takut rasanya menjiwai semua orang, entah hanya secara dangkal saja atau mendalam. Berbagai masalah, tantangan, godaan maupun tugas/pekerjaan baru dan berat sering membuat orang takut untuk menghadapinya. Ada juga orang yang takut bertemu dengan orang-orang tertentu yang dirasa cukup keras hati atau mudah marah dst.. Juga ada orang yang takut menghadapi kematian dirinya.  Sabda Yesus kepada para rasul yang menghadapi 'laut bergelora karena angin kencang : "Aku ini, jangan takut", kiranya baik menjadi refleksi atau permenungan kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita tidak perlu takut atau gentar sedikitpun dalam rangka menghadapi gelora kehidupan masa kini, karena Tuhan senantiasa dapat mengalahkan atau mengatasi segala sesuatu. Bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berusaha membahagiakan atau menyelamatkan orang lain dalam cara hidup dan cara bertindaknya. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa dalam keadaan baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk  itu baiklah kita senantiasa setia dan menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita layak disebut sebagai pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dan sekolah sedini mungkin dibiasakan untuk setia dan taat pada janji-janji atau hidup baik dan berbudi pekerti luhur, yang antara lain dengan teladan konkret dari orangtua maupun guru.

·   "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata keduabelas rasul kepada para murid lain yang berkumpul. Apa yang disebut 'melayani meja' adalah tugas sehari-hari dalam hal kebutuhan phisik, antara lain makanan, minuman, pakaian dan papan. Tugas macam ini hemat saya menjadi tugas kita semua, umat Allah, umat beriman dalam hidup kita sehari-hari dengan mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi. Dalam mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi diharapkan sebaik mungkin, antara lain memfungsikan aneka macam jenis harta benda dan uang sesuai dengan motto "ad intentio dantis" (=maksud pemberi). Sebagai contoh apa yang disebut sesuai dengan 'maksud pemberi' antara lain: ada orang datang kepada saya memberi sumbangan untuk orang-orang miskin dan berkekurangan, maka saya tidak mungkin/bisa membelokkan pemanfaatan sumbangan tersebut untuk kepentingan lain, dalam lembaran perincian gaji pada umumnya ditulis gaji pokok dan tunjangan-tunjangan, tetapi jelas tidak ada tunjangan untuk judi, maka berjudi berarti melanggar 'maksud pemberi', dst.. Jika kita dapat mengurus atau mengelola apa yang kelihatan seperti harta benda dan uang dengan baik dan benar, kiranya kita dengan mudah juga untuk berpartisipasi dalam pewartaan Firman atau Sabda Tuhan. Usul para rasul di atas kiranya erat kaitannya dengan pentingnya ada subsidiaritas atau pendelegasian di dalam hidup dan kerja bersama; jauhkan aneka macam monopoli dan sikap mental diktator dalam hidup dan kerja bersama. Kami berharap juga departemen yang melayani rakyat miskin sungguh berfungsi dengan baik dan benar, semoga aneka macam sumbangan dan anggaran tidak dikorupsi.

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN" (Mzm 33:1-2.4-5).

 

Jakarta, 17 April 2010


Kamis, 15 April 2010

16 Apr - Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15

"Dia ini adalah benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."

(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)



"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh 6:5-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta."  (www.bps.go.id). Secara logis jika 25 % dari jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan dengan rela dan jiwa besar berani berkorban membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, rasanya jumlah mereka yang miskin di bawah garis kemiskinan segera hilang/terhapus. Maka  dengan ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang cukup kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda dan uang untuk meneladan Yesus membagikan sebagaian harta benda atau kekayaannya bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Menurut hemat saya tidak cukup hanya membuat kejutan pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri, Imlek, Paskah atau Natal, dst..membagikan sesuatu kepada yang miskin dan berkekurangan. Mungkin akan sulit untuk memberi makan seperti Yesus, tetapi hemat saya perhatian dan bantuan yang sangat mendesak pada saat ini antara lain beaya untuk pendidikan dan kesehatan, maka kami berharap kiranya ada gerakan memberi beasiswa kepada peserta didik yang miskin/dari keluarga miskin serta bantuan sosial kesehatan bagi mereka. Jika mereka memperoleh bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan, rasanya dalam hal lain mereka dengan kesederhanaan dan perjuangan mereka akan tetap dapat hidup sejahtera.

·   "Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel, salah seorang tokoh Farisi yang berani berbeda pendapat dengan rekan-rekannya. Keterbukaan seorang tokoh dan pemimpin hidup bersama macam ini rasanya layak ditiru oleh siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Cintakasih dan kebebasan itulah yang hendaknya menjiwai hidup bersama, sehingga tidak ada tekanan, intimidasi atau ancaman maupun saling memojokkan dan menyalahkan. Masing-masing atau setiap orang diberi dan mendapat kesempatan serta kemungkinan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan. Para pemimpin atau atasan hendaknya juga sungguh terbuka terhadap aneka saran, masukan atau gagasan baru dari orang lain maupun bawahan atau anggotanya. Para pemimpin atau atasan hendaknya bersikap seperti motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, dalam memfungsikan jabatan atau kedudukannya, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketiga motto, keteladanan, pemberdayaan dan motivasi memang tidak mungkin dipisahkan secara tegas dalam praksis, karena saling terkait: pada suatu saat keteladanan yang mendesak, saat lain mungkin pemberdayaan atau motivasi dst.. Tentu saja kami berharap sikap Gamaliel tersebut juga menjadi pedoman atau teladan bagi para orangtua maupun guru/pendidik di dalam keluarga dan sekolah-sekolah.

 

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)

 

Jakarta, 16 April 2010