Senin, 30 November 2009

1 Des -Yes 11:1-10; Luk 10:21-24

"Semuanya itu Engkau nyatakan kepada orang kecil"

(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)

 

"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Beato Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para petinggi atau atasan pada umumnya merasa puas telah menerima laporan dari bawahan atau anggotanya, sebagaimana tertulis dalam laporan kegiatan/kerja, dan dengan demikian lebih melihat secara 'umum' daripada 'detil', apalagi jika petinggi atau atasan yang bersangkutan tidak pernah atau jarang 'turba', turun ke bawah, untuk melihat dan mencermati kenyataan yang ada. Hal yang demikian itu pernah terjadi, ada contoh konkret: seorang sarjana tehnik bangunan kalah bijak dan terampil dibandingkan dengan para pekerja alias 'tukang batu', yang tidak pernah lulus pendidikan dasar. "Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil", demikian sabda Yesus, yang sebaiknya kita renungkan di masa adven ini. Kita dipanggil untuk memperhatikan yang kecil, entah dalam hal jabatan, kedudukan, kekayaan, usia, kepandaian, dst.., maka baiklah secara konkret saya mengajak dan mengingatkan pentingnya memperhatikan anak-anak kecil/balita dan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam hal harta benda atau uang. Untuk memperhatikan mereka ini memang dibutuhkan keutamaan-keutamaan khusus maupun pengorbanan; keutamaan-keutamaan itu antara lain sabar, lembah lembut, teliti, tekun, pemaaf, ceria dst.., sedangkan pengorbanan antara lain waktu, tenaga maupun harta benda/uang. Ketika kita mampu memperhatikan dan melayani mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan tersebut dengan 'turba', maka segala kebijakan yang kita ambil akan lebih membahagiakan dan menyelamatkan daripada hanya menerima laporan berupa kertas atau kata-kata lisan. Marilah 'membumi', menunduk, melihat ke bawah, agar kita siap sedia untuk menyambut Allah yang 'membumi', lahir sebagai manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa.

·   "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang."(Yes 11:2-3), demikian penglihatan Yesaya perihal Penyelamat Dunia yang kita songsong pesta/kenangan akan kelahiranNya. Kutipan dari Yesaya ini selayaknya menjadi  bahan permenungan atau refleksi kita di masa adven ini. Apakah kita takut akan Tuhan? Bagaimana sikap kita terhadap orang lain atau sesama kita, apakah menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang? Sekali lagi kami ingatkan kepada para petinggi atau atasan, hendaknya tidak menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan atau membuat kebijakan menurut kata orang, melainkan sesuai dengan tuntutan keadilan dan kejujuran. Keadilan paling dasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia atau menjunjung tinggi harkat martabat/hak-hak asasi manusia, sedangkan "jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:  Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,  Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17). Para petinggi atau atasan hendaknya tidak begitu saja percaya pada kata orang, tetapi lihatlah dan cermati kenyataan dengan adil dan jujur, agar dapat mengambil keputusan atau kebijakan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Dengan kata lain para petinggi atau atasan kami harapkan dapat menjadi teladan atau contoh dalam cara hidup dan cara bertindak yang adil dan jujur dengan membumi, perhatian kepada mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan.

 

"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi ..  Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin"

 (Mzm 72:7-8.12-13)

Jakarta, 1 Desember 2009


Minggu, 29 November 2009

30 Nov - Rm 10:9-18; Mat 4:18-22

"Kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)


"Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.(Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


• Ada tiga jenis karya pelayanan pastoral utama dalam Gereja, yaitu: pendidikan, sosial dan kesehatan. "Stake-holder' atau yang menjadi subyek utama dalam ketiga pelayanan pastoral tersebut ialah manusia, namun dalam kenyataan di lapangan sering lebih diutamakan harta benda atau uang, dengan kata lain mengelola dan mengurus karya-karya pendidikan, sosial dan kesehatan dengan semangat materialistis atau bisnis. Dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita diingatkan bahwa dalam berbagai pelayanan pastoral hendaknya diutamakan manusia, bukan harta benda atau uang, maka mayoritas dana atau beaya hendaknya tercurah pada kepentingan manusia, demikian juga karya-karya pelayanan tersebut dikelola dan diurus secara manusiawi. Maka hendaknya siapapun yang mempercayakan diri untuk dilayani dalam pelayanan-pelayanan pastoral tersebut diperhatikan sedemikian rupa, sehingga mereka terkesan, terharu dan terpikat pada pelayanan kita, dan dengan demikian setelah mereka menikmati pelayanan akan menjadi `tenaga marketing atau pemasaran' sukarela karya-karya pelayanan kita. Sebagai contoh: mereka yang telah belajar di sekolah yang kita kelola setelah lulus akan berceritera kepada sahabat dan kenalannya perihal pelayanan yang telah diterima dan pasti menganjurkan mereka untuk belajar di sekolah kita, para pasien yang dirawat di rumah sakit dan keluarganya setelah menerima pelayanan kesehatan yang baik akan berceritera kepada sahabat dan kenalan serta mengajak mereka jika berobat hendaknya di rumah sakit yang kita kelola, dst..Untuk itu memang rekan-rekan pegawai (guru, staf kependidikan, dokter, perawat dst..) diharapkan hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga cara pelanannnya dijiwai keutamaan-keutamaan "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23)

 

• "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Rm 10:15). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, entah apapun pekerjaan atau yang kita lakukan. Kemana kita pergi atau dimana kita berada diharapkan menjadi `kabar baik' dan menjadikan lingkungan hidup yang kita datangi atau dimana kita berada semakin baik, damai sejahtera, menarik dan memikat banyak orang. Memang untuk itu berarti masing-masing dari kita harus baik, menarik, memikat dan mempesona, bukan karena kecantikan atau ketampanan, bukan karena pakaian dan assosori yang kita kenakan, melainkan karena kita sungguh berbudi pekerti luhur, yang antara memiliki ciri-ciri: "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet " (Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997).Maka dengan ini kami mendambakan agar anak-anak sedini mungkin didalam keluarga dibina dan dibiasakan dalam hal ciri-ciri budi pekerti luhur tersebut dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua; demikian juga di sekolah-sekolah hendaknya ciri-ciri budi pekerti luhur di atas menjadi perhatian utama.



"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"(Mzm 19:2-5)


Jakarta, 30 November 2009


Sabtu, 28 November 2009

29 Nov - Yes 33:14-16; 1Tes 3:12-4:2; Luk 21:25-28.34-36

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi"

MG ADVEN I : Yes 33:14-16;  1Tes 3:12-4:2; Luk 21:25-28.34-36

 

Para pelajar atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan umum atau ujian pada umumnya ditandai dengan keprihatinan dalam hidupnya, antara lain rajin belajar dan mengurangi untuk bersenang-senang seperti nonton atau bepergian. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat sukses dalam ulangan atau ujian, dan dengan demikian ulangan atau ujian membuahkan kegembiraan atau kebahagiaan. Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgy, masa adven, waktu untuk mempersiapkan diri menyambut Kelahiran Penyelamat Dunia, Hari Raya Natal. Warna pakaian liturgy adalah ungu, symbol keprihatinan, maka selama masa adven kita juga dipanggil untuk 'berprihatin', yang antara lain ditandai dengan bentuk matiraga sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan dan lingkungan hidup kita masing-masing.

 

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat" (Luk 21:34)

 

Dalam kutipan Injil Lukas di atas ini yang dimaksudkan dengan 'hari Tuhan' kiranya adalah kematian kita, saat kita dipanggil Tuhan, dimana Tuhan mendatangi kita secara pribadi dan memanggil kita untuk hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya. Adven berasal dari bahasa Latin "advenio /adveniare"  yang antara lain berarti mendekati, dan menjadi kata sifat 'adventus' yang berarti hal mendekati. Kita memasuki masa adven berarti memasuki kegiatan atau gerakan dalam mendekati atau menyongsong kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sebagaimana seorang ibu atau bapak menyongsong kelahiran anaknya senantiasa dijiwai oleh harapan dan matiraga tertentu, maka pada masa adven ini kita juga diajak mawas diri perihal keutamaan harapan dan matiraga. 

 

Ada tiga keutamaan utama, yaitu 'iman, harapan dan cinta'. Apa isi harapan?  Baiklah saya kutipan surat Petrus untuk mawas diri perihal harapan sbb.: "Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2Pet 1:5-7). Isi dari harapan tidak lain adalah kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan. Maka marilah di masa adven kita mawas diri perihal keutamaan-keutamaan yang menjadi isi dari harapan tersebut:

·  Kebajikan: selama masa adven kita dipanggil untuk berbuat baik atau melakukan apa yang baik sebanyak mungkin kepada saudara-saudari kita, dan tentu saja.pertama-tama kepada mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita. Di perjalanan, entah ketika sedang berjalan kaki atau sebagai penumpang atau pengendara/pengemudi juga ada banyak kesempatan untuk berbuat baik, misalnya memberi kesempatan orang cacat, tua, lemah untuk duduk, menghormati kendaraan yang lebih kecil, memberi kesempatan orang lain untuk lewat lebih dahulu, dst…      

·  Pengetahuan: berbuat baik pada masa kini mungkin butuh pengetahuan, agar tindakan baik yang dilakukan efisien, efektif dan afektif. Dengan kata lain di masa adven ini kita dipanggil untuk menghayati dan meningkatkan sikap mental 'belajar' alias mencari tahu sebanyak mungkin dalam berbagai hal dengan berbagai cara yang dimungkinkan.  Berbagai perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terus berlangsung menuntut kita  semua untuk belajar terus menerus. Orang yang terus menerus belajar akhirnya pasti akan menyadari dan mengakui diri sebagai yang terbatas, tak mungkin mengetahui semuanya, dengan kata lain ia akan sampai pada keutamaan penguasaan diri.     

·  Penguasaan diri: menguasai diri rasanya tidak mudah, karena orang pertama-tama harus mampu mengenal diri sendiri sebaik dan seoptimal mungkin. Orang yang dapat menguasai diri akan mampu menempatkan diri atau memfungsikan diri dalam kehidupan bersama yang terus tumbuh berkembang saat ini. Ketika orang dapat menguasai diri, maka tindakan terhadap orang lain adalah melayani bukan menguasai, dan ketika orang setia melayani orang lain lahirlah ketekunan.  

·  Ketekunan: "Tekun adalah  sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:  Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 27). Penuh daya tahan dan bersemangat itulah yang menjadi panggilan kita dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah, dengan kata lain orang tetap bergairah dalam berbagai masalah dan kesempatan. Buah dari ketekunan terus menerus tidak lain adalah kesalehan.   . 

·  Kesalehan. Kesalehan dalam bahasa Jawa 'sumeleh' berarti pasrah diri pada Yang Ilahi, tentu saja tidak berarti pasif melainkan aktif dan proaktif, karena Yang Ilahi atau Tuhan juga aktif dan proaktif terus-menerus. Mempersembahkan diri kepada Tuhan berarti mengikuti kehendak dan perintah Tuhan, dan kehendak atau perintahNya yang utama dan pertama adalah "saling mengasihi".

Untuk mengusahakan keutamaan-keutamaan, isi harapan, di atas kiranya butuh matiraga atau lakutapa, maka hendaknya di masa adven juga mawas diri perihal matiraga atau lakutapa.

 

"Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya"(1Tes 3:12-13).

 

Penyelamat Dunia yang kita songsong kelahiran atau kedatanganNya adalah Penyelamat bagi semua orang, maka  baiklah kita siapkan dengan mawas diri perihal panggilan kita, sebagaimana diingatkan Paulus kepada umat Tesalonika :"bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang tehadap yang lain dan terhadap semua orang".  Jika kita dapat mawas diri dengan baik dan benar, kiranya kita akan mampu menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' artinya sampai saat ini telah menerima kasih berkelimpahan dari Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Jika masing-masing dari kita dapat menghayati diri sebagai 'yang terkasih', maka panggilan untuk saling mengasihi dengan semua orang mudah sekali, karena bertemu dengan siapapun berarti 'yang terkasih bertemu dengan yang terkasih' dan dengan demikian saling mengasihi..

 

Saling mengasihi ini hemat saya perlu dihayati pertama-tama dan terutama dengan mereka yang setiap hari hidup dan bekerja dengan kita: segenap anggota keluarga, rekan belajar atau rekan bekerja. Ketika kita dengan mereka yang dekat dengan kita dapat saling mengasihi satu sama lain dengan baik, maka dengan mudah kita mengasihi orang lain, sebaliknya jika dengan mereka yang dekat kita tak mampu saling mengasihi, maka mengasihi yang lain berarti melarikan diri dari tanggungjawab alias pengecut. Para bapak-ibu atau suami-isteri kami dambakan dapat menjadi teladan dalam saling mengasihi bagi anak-anaknya serta keluarga besar. Akhir kata marilah kita renungkan seruan Yesaya ini: "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin"(Yes 33:15-16)       

.

"Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!"(Mzm 24:8-10)

Jakarta, 29 November 2009


Jumat, 27 November 2009

28 Nov - Dan 7:15-27; Luk 21:34-36

"Berjagalah senantiasa sambil berdoa supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu"

(Dan 7:15-27; Luk 21:34-36)

 

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Luk 21:34-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun Liturgy dan kepada kita diberi pesan atau nasehat "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,". Apa yang akan terjadi kiranya kita tidak tahu, meskipun sedikit banyak dapat meramalkan. Di musim penghujan ini mungkin akan terjadi banjir bandang dan tanah longsor; kita di Indonesia juga masih dalam ancaman bencana alam gempa bumi yang sewaktu-waktu dapat terjadi, dan sewaktu-waktu atau setiap saat masing-masing dari kita dapat dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka mungkin yang baik bagi kita semua adalah berjaga-jaga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan atau meninggal dunia alias mati. Bentuk berjaga-jaga yang baik tidak lain adalah senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, yang memang perlu disertai atau didukung oleh hidup doa. Dengan kata lain setiap hari kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun atau kita senantiasa menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Apa yang akan terjadi memang 100% karena Tuhan dan 100% karena manusia, maka kita, manusia, akan terluput dari malapetaka jika sepenuhnya mempersembahkan diri kepada Tuhan. Sedikit perihal doa: ada orang berdoa dengan kalimat panjang dan bertele-tele serta suara keras, ada orang berdoa dengan gerakan tubuh dan mimik wajah sedemikian rupa sehingga nampak khusuk berdoa, dst.. Yang utama dalam doa adalah hati yang terarah sepenuhnya kepada Tuhan, kepada Yang Ilahi, sehingga hati sungguh dikuasai dan dijiwai oleh Tuhan. Maka berdoa dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu.

·   "Pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka"(Dan 7:27). Orang-orang kudus atau suci adalah orang-orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, Yang Ilahi, sehingga hati, jiwa, akal budi dan tubuh dikuasai dan dirajai oleh Tuhan, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Secara konrkret orang kudus pada umumnya dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya dimanapun dan kapanpun, karena ia sendiri senantiasa juga mengasihi siapapun dan dimanapun. Yang utama dalam kehidupan adalah kasih: masing-masing dari kita ada dan diadakan dalam dan oleh kasih, dapat tumbuh-berkembang sampai seperti saat ini hanya karena kasih, maka siapapun yang disapa dan diperlakukan dalam dan dengan kasih pasti akan patuh atau takluk. Binatang buas pun ketika didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih juga akan patuh dan takluk alias menjadi sahabat. Tanaman dapat tumbuh berkembang dengan baik dan menghasilkan buah juga karena kasih. Maka baiklah di akhir tahun Liturgy ini kita mawas diri: apakah kita semua tetap setia hidup saling mengasihi. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.  Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu"(1Kor 12:4-7), demikian kata Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua. Marilah kita sikapi dan perlakukan aneka tatanan dan aturan hidup dalam dan oleh kasih, demi keselamatan dan kebahagiaan bersama atau umum.

.

"Pujilah Tuhan, hai anak-anak manusia, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai Israel, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para hamba Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai roh dan jiwa orang-orang benar, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai semua yang mursid dan rendah hati, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:82-87)

Jakarta, 28 November 2009


Kamis, 26 November 2009

27 Nov - Dan 7:2-14; Luk 21:29-33

"Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."

(Dan 7:2-14; Luk 21:29-33)

 

"Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."(Luk 21:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kitab Suci ditulis dan mulai digunakan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, namun sampai kini masih tetap fungsional dan up to date. Mungkin Kitab Suci terbakar atau hanyut kena air bah/banjir, tetapi isi tetap hidup dalam diri manusia dan mungkin juga diturunkan atau diteruskan pada anak cucu atau keturunannya. "Langit dan bumu akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu", demikian sabda Yesus. Di hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita memang diajak mawas diri: apakah aneka macam nasehat atau ajaran baik yang telah kita terima melalui orangtua, guru/pendidik, saudara atau sahabat, masih hidup serta menjiwai cara hidup dan cara  bertindak kita. Secara organisatoris kita diharapkan mawas diri: apakah spiritualitas/charisma atau visi pendiri organisasi atau paguyuban masih menjiwai cara hidup dan cara bertindak anggota, apakah para anggota semakin menghayati spiritualitas/charisma atau visi? Sebagai suami-isteri, apakah kita semakin saling mengasihi dan memberikan diri, sebagai pekerja apakah semakin terampil bekerja, sebagai pelajar apakah semakin terampil belajar. Bercermin pada sabda hari ini kami juga mengingatkan pada orangtua: hendaknya mewariskan kepada anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, bukan harta benda atau uang, antara  lain mengutamakan pendidikan anak-anak daripada kepentingan lainnya, mengutamakan 'human investment daripada material investment'. Demikian juga kepada para penentu kebijakan hidup  bersama, lebih-lebih dalam hal tenaga dan dana, kami harapkan mengalokasikan tenaga dan dana yang memadai untuk pelayanan atau karya pendidikan. Selanjutnya karya pendidikan juga diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi kemerosotan moral separti korupsi, manipulasi alias 'menyontek'; utamakan pendidikan budi pekerti atau nilai dalam karya pendidikan atau di sekolah-sekolah.

·   "Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan 7:14), demikian kutipan kata-kata Daniel dari penglihatannya. Apa yang dilihat oleh Daniel ini baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para orangtua, pendidik./guru atau pemimpin.  Berikan kepada anak-anak, peserta didik atau anggota dan rakyat apa yang tidak mudah hancur atau lenyap, yaitu nilai-nilai kehidupan atau ciri-ciri yang menjadi sifat budi pekerti luhur, yaitu : " bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet " (Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997). Tentu saja sebagai pemberi (orangtua, pendidik, pemimpin) telah menghayati nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut. Anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibinakan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu. Bagi kita semua: marilah kita mawas diri, apakah kita juga tumbuh-berkembang dalam penghayatan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tesebut di atas.

 

"Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala apa yang bergerak di dalam air, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:74-79)

 

Jakarta, 27 November 2009

 


Rabu, 25 November 2009

26 Nov - Dan 6:12-28; Luk 21:20-28

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."

(Dan 6:12-28; Luk 21:20-28)

 

"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."(Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika terjadi musibah, bencana alam atau aneka kecelakaan sering orang termotivasi untuk mengarahkan diri pada Yang Ilahi, sambil  bertanya-tanya dalam hati: apa yang sebenarnya menjadi kehendak Tuhan atau Yang Ilahi? "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian jawaban atau tanggapan Yesus. Dengan kata lain kita diingatkan dan diajak untuk semakin mempersembahkan diri kepada Tuhan. Maka baiklah kita lihat dan sikapi aneka peristiwa yang membawa celaka atau sengsara sebagai peringatan Tuhan perihal  cara hidup dan cara  bertindak kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Berbagai musibah atau kecelakaan hemat saya karena kelalaian atau kesambalewaan manusia dalam melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya, dengan kata lain karena 'human error'. Ingat motto 'the man behind the gun' , segala sesuatu yang terjadi di dunia ini karena perilaku manusia. Banjir bandang dan kebakaran hutan karena keserakahan manusia mengeruk dan menguras alam ciptaan Tuhan, kecelakaan aneka jenis kendaraan, yang sering dikatakan karena mesin, hemat saya juga karena ketidak-cermatan atau kecerobohan manusia., dst.  Di zaman yang ditandai oleh kemajuan sarana teknologi pada masa kini rasanya cukup banyak orang menjadi korban teknologi; dengan kata lain ada usaha manusia menghancurkan sesamanya.  Berbagai produk teknologi,  misalnya aneka jenis sabun, wewangian, dst.. juga mengancam hidup manusia. Sabda Yesus di atas kiranya mengajak kita semua untuk kembali ke alam, back to basic, misalnya dalam hal makan dan minum hendaknya apa yang sehat yang disantap, bukan apa yang enak, tidak serakah mengeruk dan menguras alam.

·   "Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?"(Dan 6:21), demikian kata orang yang melemparkan Daniel ke gua singa-singa. Daniel akhirnya memang selamat, singa-singa tidak  berbuat apa-apa kepadanya, bahkan bersahabat. Kebuasan singa dapat dikalahkan oleh kesucian Daniel. Apa yang terjadi dalam diri Daniel ini kiranya merupakan suatu pelajaran menarik bagi kita semua orang  beriman. Bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup suci akan mampu mengalahkan dan mengatasi aneka rayuan dan godaan setan, yang merajalela di sana-sini. Maka mungkin anda harus menghadapi pribadi-pribadi yang nampak seram, angker dan menakutkan, hendaknya dihadapi bersama dan dalam Tuhan alias dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar. Ingat motto bahwa "orang sabar disayang Tuhan', dan hayati motto ini dalam hidup sehari-hari. Kita boleh belajar dari para pawing  binatang buas juga: binatang buas didekati dengan dan dalam kasih akhirnya menjadi sahabat. Apakah manusia kalah dengan binatang? Binatang saja dapat diajak bersahabat, apalagi manusia. Pada hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita diajak mawas diri: sejauh mana kita sungguh bersahabat dengan sesama manusia serta lingkungan hidup kita serta ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya di bumi ini? Semuanya diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka ketika ada yang tidak baik berarti ada perilaku manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan alias berdosa.

 

"Pujilah Tuhan, hai embun dan salju yang membadai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai es dan kedinginan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai siang dan malam, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya" (Dan 3:68-74)

Jakarta, 26 November 2009


Selasa, 24 November 2009

25 Nov - Dan 5:1-6.13-14. 16-17.23- 28; Luk 21:12-19

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"

(Dan 5:1-6.13-14. 16-17.23- 28; Luk 21:12-19)



"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

 

• Berbagai bentuk penganiayaan, kesulitan dan tantangan pada umumnya memotivasi orang menjadi takut dan minder, bahkan ada yang berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena frustrasi. Hal yang sama juga sering terjadi pada saat-saat terakhir, entah saat-saat terakhir masa jabatan atau hidup, orang sering gelisah dan takut. Setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan memang tidak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan dan masalah yang memang dapat mengkerdilkan dan membuat kita putus asa. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita untuk tetap bertahan dalam kebenaran, panggilan maupun tugas pengutusan. Dalam menghadapi tantangan, hambatan dan masalah kita diharapkan sabar, rendah hati dan lemah lembut, tidak tergesa-gesa menanggapi saat itu juga, melainkan hendaknya semuanya itu dibawa ke dalam doa atau kontemplasi. Persembahkan semuanya kepada Tuhan sambil mohon petunjuk dan tuntunan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi tantangan, hambatan dan masalah. Dalam dan bersama dengan Tuhan kita pasti akan menemukan cara-cara yang tepat dan memadai dalam menghadapi tantangan, masalah dan hambatan. Kita `dengarkan' dengan baik tantangan, masalah dan hambatan yang ada, dan kemudian kita `lihat' dalam terang iman atau Tuhan, agar kita dapat menemukan kehendak Tuhan dalam masalah, tantangan dan hambatan tersebut. Sekali lagi kami ingatkan bahwa tantangan, hambatan dan masalah yang lahir dari kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan merupakan wahana kebahagiaan, keselamatan dan damai sejahtera sejati, maka tetap bertahanlah. Memang hendaknya tidak terlalu banyak berkata-kata dalam menghadapi masalah, tantangan atau hambatan, agar masalah, tantangan dan hambatan tidak semakin besar, berkobar-kobar.

 

• "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku"(Dan 5:17), demikian kata Daniel kepada raja yang meminta menjelaskan makna suatu tulisan serta menjanjikan hadiah. Raja percaya bahwa dalam diri Daniel "terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa". Sebagai orang beriman kita semua diharapkan juga memiliki "kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa", maka marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan kita bersama-sama mengusahakannya. Salah satu cara untuk mengusahakan antara lain senantiasa berusaha hidup baik, berbudi pekerti luhur, tidak pernah menyakiti atau melukai dan melecehkan yang lain, dan tentu saja tidak melupakan hidup doa harian yang menjadi kebutuhan atau kewajiban orang beriman. Salah satu bentuk doa yang mendukung hal itu adalah `pemeriksaan batin', maka hendaknya kita setia mengadakan pemeriksaan batin setiap hari agar menjadi terampil dalam hal pembedaan roh atau `spiritual discernment' . Pada masa kini kiranya orang yang terampil dalam pembedaan roh sungguh sangat dibutuhkan. Kasus yang ramai menjadi perbincangan di masyarakat seperti hubungan POLRI dan KPK rasanya sarat dengan manipulasi atau permainan sandiwara, apalagi ketika hanya mendasarkan para rumusan hukum tertulis, yang serba terbatas. Apa yang tertulis dalam hukumpun harus dibaca dan disikapi dengan jernih, akal budi dan hikmat yang sehat: bukankah cintakasih menjadi dasar pembuatan hukum serta sasaran pelaksanaan hukum? Dalam dan dengan cintakasih sejati orang akan dapat membaca dan menafsirkan serta memberlakukan aneka aturan dan tatanan hidup demi kepentingan umum atau kesejahteraan umum. Sebaliknya orang yang telah menikmati `uang sogokan atau pelicin' pada umumnya dengan sombong menyatakan bahwa apa yang diusahakan sesuai dengan hukum, padahal kurang tepat penerapan hukum yang ia lakukan.


"Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:62-67)


Jakarta, 25 November 2009

Senin, 23 November 2009

24 Nov - Dan 2:31-45; Luk 21:5-11

"Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan"

(Dan 2:31-45; Luk 21:5-11)

"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:"Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit."(Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas  bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawan, para martir Vietnam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kepada kita dihadapkan bacaan-bacaan yang mengerikan, sebagaimana diwartakan hari ini: ada gejala atau peristiwa dahsyat baik di bumi maupun di langit, peristiwa-peristiwa yang menghancurkan dan memecah belah kehidupan bersama maupun lingkungan hidup. Jika mencermati peristiwa yang demikian itu orangpun bertanya-tanya: "apakah ini tanda-tanda akhir xaman atau kiamat, apa dosa manusia sehingga terjadi musibah dan bencana alam  bertubi-tubi". "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan", demikian sabda Yesus menanggapi pertanyaan perihal akan terjadinya peristiwa dahsyat yang akan menghancurkan  bumi seisinya. Bumi seisinya termasuk manusia memang akan hancur dan musnah, namun jiwa akan abadi dan tak akan mati, maka marilah di hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita mawas diri perihal keselamatan jiwa. Keselamatan jiwa hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan aneka kegiatan, usaha atau pelayanan. Apakah dalam aneka kegiatan, usaha dan pelayanan yang telah kita lakukan jiwa kita senidiri semakin selamat serta semakin banyak jiwa diselamatkan? Martir adalah orang yang rela mengorbankan tubuhnya demi keselamatan jiwa. Menghayati jiwa kemartiran masa kini berarti lebih memperhatikan manusia daripada harta benda, aneka jabatan, kedudukan dst, lebih memperhatikan jiwa daripada tubuh. Jika hal itu diaplikasikan dalam bidang pendidikan, entah formal maupun informal, berarti lebih memperhatikan dan mengutamakan budi pekerti atau nilai-nilai kehidupan dari nilai mata pelajaran, lebih mengusahakan kesucian daripada kepandaian.

·   "Pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya, tepat seperti yang tuanku lihat, bahwa tanpa perbuatan tangan manusia sebuah batu terungkit lepas dari gunung dan meremukkan besi, tembaga, tanah liat, perak dan emas itu. Allah yang maha besar telah memberitahukan kepada tuanku raja apa yang akan terjadi di kemudian hari; mimpi itu adalah benar dan maknanya dapat dipercayai."(Dan 2:44-45). Kerajaan Allah memang akan "tetap untuk selama-lamanya', maka jika kita beriman kepada Kerajaan Allah atau Allah yang meraja kitapun juga akan hidup selama-lamanya, artinya setelah meninggal dunia akan hidup mulia di sorga bersama Allah Pencipta untuk selama-lamanya. Yang penting dan tak boleh dilupakan selama masih hidup di dunia ini adalah apakah kita senantiasa dikuasai atau dirajai oleh Allah, sebagai yang beriman pada Yesus Kristus apakah saya menghayati sabda dan ajaranNya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya? Dengan kata lain apakah kita tetap setia pada janji-janji atau kaul yang pernah kita ikrarkan, tidak pernah menyeleweng atau berselingkuh? Tantangan untuk setia pada panggilan dan tugas pengutusan memang banyak dan berat, dan hanya bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengatasi atau menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang di perjalanan hidup kita. Dengan kata lain dengan tetap berbudi pekerti luhur dan hidup baik, kita tak akan tergoyahkan oleh aneka rayuan setan atau pergolakan-pergolakan kehidupan.

 

"Pujilah Tuhan, hai segala buatan Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala malaekat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tentara Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:57-61)

Jakarta, 24 November 2009


Minggu, 22 November 2009

23 Nov - Dan 1:1-6.8-20; Luk 21:1-4

"Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

(Dan 1:1-6.8-20; Luk 21:1-4)

 

"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrfleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Suatu pengalaman konkret terjadi dalam pelayanan di rumah duka St.Carolus – Jakarta: ada orang kaya dan orang yang dilayani dalam hal pemakaman salah seorang anggota keluarganya. Si kaya begitu penuh perhitungan kalau tidak boleh dikatakan pelit dalam hal uang, padahal minta pelayanan sebaik mungkin, serta cukup rewel alias merepotkan para pegawai. Sementara itu si miskin memang harus dibantu dalam hal beaya atau keuangan, meskipun ia telah menguras kekayaannya bahkan masih punya pinjaman, dan ia senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas pelayanan yang telah diterimanya. Jika diukur secara nominal jumlah uang yang dikeluarkan oleh si kaya memang lebih besar dari si miskin, namun jika dilihat secara faktual si miskin lebih besar pengorbanannya daripada si kaya. Itulah kenyataan yang mengesan bagi saya, dan mungkin contoh tersebut boleh menjadi cermin kehidupan masyarakat kita: semakin kaya semakin penuh perhitungan dan pelit serta ada kecenderungan untuk sombong dan egois. Sabda hari ini mengingatkan kita semua perihal persembahan atau pengorbanan diri bagi Allah dan sesama. Persembahan yang benar adalah 'memberi dari kekurangan', bukan kelebihan; sedangkan memberi dari kelebihan berarti membuang sampah alias menjadikan si penerima sebagai tempat sampah alias melecehkan atau merendahkan yang lain. Sabda hari ini mungkin baka kita refleksikan dalam hal pemafaatan waktu: orang yang merasa kaya akan waktu pada umumnya pelit membaktikan diri pada yang lain dan kurang setia melaksanakan tugas utamanya, sebaliknya orang yang merasa kurang waktu pada umumnya lebih membaktikan diri kepada orang lain maupun tugas utamanya. Semakin merasa kurang waktu pada umumnya orang dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya, sehingga yang bersangkutan juga semakin banyak tugas yang harus dikerjakan, meskipun demikian semuanya selesai atau suskses. Maka marilah kita tidak pelir dalam hal waktu, tenaga maupun harta benda/uang: semuanya adalah anugerah Allah, maka semuanya selayaknya difungsikan secara sosial.

·   "Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari. Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja" (Dan 1:14-15). Kutipan ini berbicara masalah makanan dan minuman yang sehat dan baik. Ada rumor: orang-orang desa umurnya lebih panjang daripada orang-orang kota, meskipun orang-orang desa miskin. Mengapa? Orang-orang desa pada umumnya cukup banyak berjalan kaki setiap hari, menyantap jenis makanan yang sehat dan segar alias alami, dst.., sebaliknya orang-orang kota dan kaya pada umumnya malas berjalan kaki, menyantap jenis makanan yang berkolesterol tinggi, mengandung obat pengawet yang mematikan, dst… Baiklah saya tidak akan terlalu membedakan desa dan kota atau kaya dan miskin, tetapi marilah kita semua memperhatikan kesehatan dan kebugaran tubuh kita masing-masing, antara lain dengan menyantap makanan dengan pedoman "empat sehat lima sempurna", cukup berolahraga yang sesuai dengan usia, bekerja dan istirahat teratur, dst.. Ketika tubuh kita sehat dan segar bugar, maka kita juga akan lebih mudah membaktikan diri bagi orang lain serta  banyak tugas pekerjaan, sebaliknya jika kita sakit-sakitan dengan sendirinya akan menjadi beban bagi orang lain serta kurang dapat membaktikan diri bagi sesama..  Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dibiasakan hidup sehat dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu.  Gerakan preventif lebih murah daripada gerakan kuratif, memang gerakan preventif lebih membutuhkan pengorbanan dan perjuangan terus menerus, sehingga pengorbanan dan perjuangan menjadi kenikmatan bukan beban. 

 

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya"(Dan 3:52-56)

 

Jakarta, 23 November 2009


Jumat, 20 November 2009

22 Nov - Dan 7:13-14; Why 1:5-8: Yoh 18:33b-37

"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini"

HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM : Dan 7:13-14; Why 1:5-8: Yoh 18:33b-37


"Bapak datang, kita berpuasa dua hari", demikian keluh kesah penarik becak di kota Semarang pada suatu saat, yaitu ketika Presiden Suharta berkunjung ke Semarang dalam rangka kunjungan kerja dalam 'Seminar Budaya Jawa' di hotel Patra Jasa – Semarang. Memang pada saat itu selama dua hari jalan yang akan dilalui presiden harus steril dan bersih, antara lain: penarik becak tidak boleh lewat, para pedagang kaki lima di pinggir jalan tidak boleh jualan, dst..  Karena dua hari tidak kerja atau jualan berarti dua hari tidak memperoleh uang, padahal apa yang diperoleh satu hari juga hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarga sehari. Sebaliknya ketika Paus Yohanes Paulus II mengadakan kunjungan pastoral di Yogyakarta, banyak pedagang kaki lima diuntungkan, karena pada waktu itu mereka dapat berjualan di pinggir jalan seperti biasa, bahkan harga dinaikkan tidak apa-apa dan jumlah yang mereka jual hampir dua kali lipat seperti biasa. Maklum beberapa jalan sekitar Maguwaharja, tempat Paus berkunjung dan mempersembahkan Perayaan Ekaristi, ditutup guna parkir kendaraan, dan dengan demikian mereka berjualan seperti biasa tidak apa-apa.  Dari dua kunjungan sebagaimana saya kisahkan secara singkat di atas, kiranya cukup jelas ada kontras tajam, perbedaan antara 'kerajaan dunia' dan 'kerajaan sorga'.  "Raja dunia" pada umumnya menguasai, sedangkan 'raja sorga' lebih melayani. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dipanggil untuk meneladan Yesus, Sang Raja Semesta Alam, yang datang untuk melayani bukan dilayani dan menguasai.

 

"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yoh 18:36)

 

Kerajaan Yesus adalah Kerajaan Allah dan kita semua, yang beriman kepadaNya,  adalah anggota Kerajaan Allah, maka marilah kita mawas diri apakah kita sungguh menjadi anggota Kerajaan Allah, yaitu orang-orang yang dirajai dan dikuasai oleh Allah, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan kehendak Allah. Maka pada "Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam" ini, yang tidak lain adalah minggu terakhir dalam tahun liturgy atau peralihan tahun liturgy, kita mawas diri sejauh mana dalam perjalanan iman selama satu tahun kita semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah, melalui aneka pekerjaan, pelayanan dan kesibukan kita setiap hari: sebagai orang  beriman semakin beriman, sebagai pekerja semakin trampil bekerja, sebagai suami-isteri semakin trampil saling mengasihi, sebagai anggota Lembaga Hidup Bakti semakin berbakti kepada Allah dan sesama,  sebagai pelayan masyarakat semakin melayani, dst..

 

Setiap hari atau minggu kita senantiasa berdoa dan beribadat, entah sendirian atau bersama-sama, dan dalam ibadat pada umumnya dibacakan dan direnungkan sabda Tuhan sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci, tulisan yang berfungsi mendidik, membina, mengajar dan menegor kita. Di dalam tugas belajar atau bekerja setiap hari kita juga menerima dan mendengarkan aneka informasi baru, yang dapat memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita. Di dalam aneka pergaulan atau curhat kita menerima aneka informasi, nasihat, saran, tegoran, ajakan, dst. . Apakah aneka pengalaman dan informasi yang telah kita terima membina dan mendidik kita sehingga kita semakin beriman, semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia?

 

Semakin dikuasai Allah, semakin suci, semakin beriman memang ada kemungkinan juga semakin dibenci oleh sementara orang atau semakin menghadapi banyak tantangan dan penderitaan. Tantangan dan penderitaan yang lahir dari kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan adalah jalan atau wahana keselamatan dan kebahagiaan sejati, maka hendaknya dihadapi dengan rendah hati dan jangan disingkiri. Tantangan dan penderitaan tersebut akan mendewasakan pribadi kita sebagai orang beriman, tanpa tantangan dan penderitaan kita tak akan tumbuh berkembang sebagaimana didambakan.

 

"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."(Why 1:8)

 

Kutipan dari kitab Wahyu di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi kita: kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah. Hidup atau mati kita adalah milik Allah, maka selama hidup kita 100%  tergantung dari Allah dan 100% dari usaha atau upaya kita sendiri. Allah bekerja terus menerus tiada henti, maka selama bekerja maupun istirahat hendaknya kita menghayati diri senantiasa didampingi dan dilindungi oleh Allah, sebagaimana dikatakan oleh pemazmur :"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."(Mzm 139:1-10) 

 

Ungkapan pemazmur di atas mengingatkan kita semua bahwa kita tak mungkin menyembunyikan diri di hadapan Allah, dimanapun dan kapanpun kita hidup dan bertindak senantiasa dalam penglihatan dan pengawasan Allah.  Meskipun kita di dalam kamar sendirian atau di tengah hutan belantara sendirian, Allah tetap menyertai dan mendampingi kita. Maka kami mengingatkan dan mengajak kita semua, kaum beriman, untuk mengimani penyertaan dan pendampingan Allah, sehingga kita tidak takut untuk melakukan apa yang baik, benar, mulia dan suci, sebaliknya kita takut untuk berbuat jahat atau melakukan tindakan-tindakan amoral, yang menyakiti orang lain. Dengan ini kami juga mengingatkan siapapun yang suka berbohong pada atau menipu orang lain, para koruptor dst. Ada pepatah "sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga", serahasia-rahasianya anda berbuat jahat suatu saat akan ketahuan juga.

 

Hidup dan bertindak 'jujur' itulah panggilan dan tugas kita semua. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman  Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,hal 17). Kasus "Bank Century" maupun 'ketegangan antara POLRI dan KPK' rasanya sarat dengan ketidak-jujuran, maka dengan ini kami berharap kepada para penegak hukum untuk dapat menjadi teladan kejujuran dalam tugas dan jabatannya; para pengusaha hendaknya juga tidak dengan mudah memberi 'uang pelicin' kepada para penegak hukum.

 

"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa."

(Mzm 93:1-2.5)

 

Jakarta, 22 November 2009


21 Nov-1Mak 6:1-13; Luk 20:27-40

"Mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu tidak kawin dan tidak dikawinkan"

(1Mak 6:1-13; Luk 20:27-40)


"Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus."(Luk 20:27-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta "SP Maria Dipersembahkan kepada Allah" hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan, berarti tidak percaya akan kehidupan setelah meninggal dunia, dan dengan demikian orientasi hidup mereka di dunia adalah materi, apa yang kelihatan. Suatu yang kontradiktif bahwa mereka tidak percaya akan kehidupan setelah mati menanyakan kepada Yesus perihal kehidupan setelah mati, maka Yesus menjawab: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.". Jawaban Yesus ini kiranya dapat dikenakan pada Bunda Maria, yang kita kenangkan pada hari ini: Bunda Maria sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah alias tidak kawin sebagaimana terjadi dalam kebanyakan orang di dunia ini. Maka dalam rangka mengenangkan "SP Maria Dipersembahkan kepada Allah" hari ini, kami mengajak dan mengingatkan kita semua, entah yang kawin atau berkeluarga maupun tidak berkeluarga, untuk mawas diri: sejauh mana kita mempersembahkan diri kepada Allah, artinya cara hidup dan cara  bertindak kita sesuai dengan kehendak Allah? Sejauh mana kita menjadi pelaksana-pelaksana kehendak Allah atau sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci?

·   "Aku sudah menjadi insaf bahwa oleh karena semuanya itulah maka aku didatangi malapetaka ini. Sungguh aku jatuh binasa dengan sangat sedih hati di negeri yang asing."(1Mak 6:13), demikian kata sang raja, yang menyadari dirinya telah berbuat jahat. Berbagai bentuk kejahatan pasti akan mendatang malapetaka, entah pada orang yang melakukan kejahatan atau orang lain yang kena dampak tindakan jahatnya. Kutipan ini kiranya baik menjadi  bahan permenungan atau refleksi bagi mereka 'yang sedang berkuasa' dalam kehidupan bersama: apakah saya juga telah merampas hak rakyat demi keuntungan dan kesenangan saya sendiri? Kami ajak juga untuk melihat aneka macam malapetaka atau musibah serta kekacauan hidup bersama yang ada. Tanda bahwa penguasa berhasil menjalankan tugas atau fungsinya adalah rakyat atau yang dikuasai hidup dalam damai sejahtera, sehat wal'afiat, selamat, maka selama masih ada rakyat atau yang dikuasai dalam keadaan sengsara dan menderita, berarti yang berkuasa kurang melayani rakyat atau yang dikuasai serta lebih mengutamakan diri sendiri, keluarga maupun kelompoknya. Semoga mereka yang berkuasa insaf bahwa dirinya dipanggil untuk melayani bukan menguasai, mempersembahkan diri pada kepentingan umum atau kesejahteraan bersama bukan menggunakan kepentingan umum untuk diri sendiri. Sekali lagi saya juga mengingatkan: hendaknya cara hidup dan cara bertindak demi kepentingan atau kesejahteraan umum ini dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan atau kesaksian para orangtua/bapak-ibu.

 

"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu"

(Mzm 9:2-4)

 

Jakarta, 21 November 2009


Kamis, 19 November 2009

20 Nov - 1Mak 4: 36-37.52-59; Luk 19:45-48

"Kamu menjadikannya sarang penyamun."

(1Mak 4: 36-37.52-59; Luk 19:45-48)

 

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia."(Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan kebaktian, serta dilarang segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris (Uskup setempat) dapat sekali-sekali memberi izin untuk penggunaan lain, asal tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu" (KHK kan 1210). Hukum Gereja ini kiranya bersumber dari kutipan Warta Gembira hari ini, maka marilah kita fahami dan laksanakan. Ada beberapa oknum yang memang sering  berusaha bisnis atau mencari keuntungan bagi dirinya sendiri melalui 'tempat suci', seperti gereja/kapel, tempat ziarah, makam, dst.. Di kota metropolitan seperti Jakarta kecenderungan berbisnis atau mencari keuntungan diri sendiri cukup memprihatinkan, misalnya terkait dengan Seksi Sosial paroki dan pemakaman bagi mereka yang meninggal dunia, juga ada tempat ibadat 'disulap' untuk sementara guna melangsungkan konsert musik dll.  Semua kegiatan yang terkait dengan tempat ibadat maupun peribadatan hendaknya meningkatkan dan memperdalam kesalehan dan kebaktian umat kepada Tuhan, umat semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya. Yang bersikap mental bisnis atau cari keuntungan bagi dirinya sendiri di tempat ibadat atau peribadatan pada umumnya adalah orang pandai dan kaya serta kurang beriman, dimana segala usaha dan kegiatan dihitung untung-ruginya secara duniawi (materi atau uang). Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua untuk setia dalam memfungsikan tempat ibadat maupun peribadatan, yaitu demi kesucian umat, dimana umat semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, percaya pada Penyelenggaraan Ilahi/Tuhan dalam hidup sehari-hari.

·   "Musuh kita sudah hancur. Baiklah kita pergi mentahirkan Bait Allah dan mentahbiskannya kembali."(1Mak 4:36), demikian kata Yudas dan saudara-saudarinya. Masih adakah di tempat-tempat suci yang kita kenal dan sering kita hadiri, seperti gereja/kapel, tempat ziarah dst., musuh-musuh, yaitu mereka yang bersikap mental materialistis atau bisnis sehingga mencemarkan tempat suci? Jika masih ada marilah segera kita berantas, sebaliknya jika tidak ada musuh lagi marilah kita jaga kesucian tempat suci. Mungkin baik apa yang dikatakan sebagai 'bait Allah' kita kenakan pada diri kita masing-masing, manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.  Tubuh kita adalah bait Allah atau Roh Kudus. 'Mentahirkan dan mentahbiskan kembali' tubuh kita berarti bertobat atau memperbaharui diri. Sejauh mana anggota-anggota tubuh kita masih mencemari tubuh kita dengan perbuatan dosa, entah dengan kata-kata atau tindakan? Yang mencemarkan tubuh kita antara lain "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya"(Gal 5:19-21)  Yang cukup banyak dilakukan mungkin 'percabulan dan penyembahan berhala'. Percabulan dapat dilakukan sendirian atau dengan orang lain, misalnya masturbasi/onani dan hubungan seks bebas. Ketika kita dapat menjaga diri kita sebagai manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah alias kesucian tubuh kita, maka kita pun juga terpanggil dan tergerak untuk menjaga kesucian tempat-tempat ibadat atau peribadatan. Kami berharap kepada para pastor serta mereka yang bergabung dalam aneka paguyuban gerejani/rohani untuk menjaga kesucian tempat-tempat suci, dan ketika terjadi pencemaran kami harapkan segera menyucikannya kembali. Yang tak kalah penting kami ingatkan: uang atau dana yang terkumpul dalam atau selama ibadat di tempat-tempat suci maupun tempat lain hendaknya digunakan atau difungsikan sesuai dengan tujuannya atau hukum Gereja, yaitu untuk membantu peribadatan umat Allah, kehidupan para klerus bersama pembantu-pembantunya dan karya amal kasih  bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

"Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."

(1Taw 29:10-12)

    

Jakarta, 20 November 2009

 

Rabu, 18 November 2009

19 Nov - 1Mak 2:15-29; Luk 19:41-44

"Engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat engkau"

(1Mak 2:15-29; Luk 19:41-44)

 

"Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."(Luk 19:41-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang begitu sibuk alias memboroskan waktu dan tenaganya untuk hal-hal materi, bisnis atau uang pada umumnya dengan mudah melupakan hidup doa, rohani atau spiritual sebagai bagian hidup beriman atau beragama. Gairah untuk memperoleh keuntungaan uang atau harta benda begitu menguasai dirinya, sehingga sering kurang peka akan tanda-tanda zaman atau gejala kehidupan, sebagaimana terjadi pada krisis moneter yang melanda dunia tahun lalu. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita semua pentingnya memberi waktu dan tenaga untuk hidup doa, rohani atau spiritual guna menyadari dan menghayati kehadiran dan karya Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Salah satu cara untuk itu antara lain dengan mengadakan 'pemeriksaan batin' setiap hari; ingat pemeriksaan batin adalah bagian dari doa harian, yaitu doa malam menjelang istirahat/tidur malam. Pemeriksaan batin bukan hanya untuk melihat dan mengakui dosa-dosa, tetapi lebih-lebih untuk melihat, merasakan, mengenangkan dan menghayati kehadiran dan karya Tuhan atau penyelenggaraan Tuhan dalam diri kita serta tanggapan kita, yang dalam bahasa lain disebut "spiritual discernment", yang berarti pembedaan roh. Dalam pemeriksaan  batin kita diharapkan dapat melihat karya roh baik dan roh jahat, yang mungkin kita rasakan dalam kecenderungan-kecenderungan. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita lebih banyak apa yang baik daripada yang buruk atau jahat, maka jika kita sungguh dapat memeriksa batin kita masing-masing maka kita akan dapat melihat dan menikmati penyelenggaraan Tuhan dalam diri kita, Tuhan yang melawati kita. Mereka yang jarang atau tidak pernah mengadakan pemeriksaan batin kiranya pada suatu saat akan terkejut ketika terjadi musibah yang menimpa dirinya.

·   "Kalaupun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi seri baginda dan masing-masing murtad dari ibadah nenek moyangnya serta menyesuaikan diri dengan perintah-perintah seri baginda, namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami. Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. Titah raja itu tidak dapat kami taati dan kami tidak dapat menyimpang dari ibadah kami baik ke kanan maupun ke kiri!"(1Mak 2:19-22), demikian kata Matatias kepada sang raja. Apa yang dikatakan oleh Matatias ini baik menjadi permenungan kita, lebih-lebih kata-katanya "Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taruat Tuhan serta peraturan-peraturan Tuhan". Ketika kita akan meninggalkan peraturan atau perintah Tuhan alias berbuat dosa atau jahat, sebenarnya penyegahan dari Tuhan terjadi, antara lain ada perasaan kurang atau tidak enak di hati atau kurang aman. Memang jika orang telah terbiasa berbuat jahat atau berdosa tidak akan peka lagi terhadap pencegahan Tuhan tersebut, tetapi bagi orang cukup baik dan berbudi pekerti luhur ketika akan melakukan apa yang tidak baik atau dosa pasti merasa diperingatkan atau dicegah oleh Tuhan. Bagi orang baik ketika ada desakan atau ajakan untuk berbuat jahat atau berdosa akan merasa 'sesak hatinya'. Marilah dalam hidup sehari-hari kita melatih dan membiasakan diri terus menerus 'taat pada perintah Tuhan' , yang bagi kita semua berarti taat pada aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita. Jika kita terbiasa taat dan setia pada aturan dan tatanan yang kelihatan, sebagaimana terpampang di tempat-tempat umum, jalanan, kantor, dst.., kiranya dengan mudah kita taat dan setia pada kehendak Tuhan atau bisikan-bisikan Roh Kudus. Ketaatan dan kesetiaan pada apa yang kelihatan di satu sisi merupakan bentuk perwujudan ketaatan dan kesetiaan pada kehendak Tuhan dan di sisi lain semakin membuat diri kita setia dan taat kepada kehendak Tuhan.

 

"Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mzm 50:14-15)

 

Jakarta, 19 November 2009