Kamis, 28 Februari 2013

1Maret


"Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu"

(Kej 37:3-4.12-13a.17b-28; Mat 21:33-43.44-45)

"Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya." Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu." (Mat 21:33-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    Beaya untuk penelitian memang tidak murah, maka usaha atau kegiatan penelitian kurang memperoleh perhatian, sehingga para peneliti sering harus mencari beaya atau dana sendiri, antara lain ke aneka sponsor di luar negeri. Seorang peneliti dengan bekerja keras dan sungguh-sungguh berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru, yang sangat berguna demi kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan maupun kesuksesan suatu usaha. Suatu usaha tidak memberi perhatian pada penelitian pasti akan ketinggalan zaman, atau bahkan segera gulung tikar. Penelitian dalam hidup sehari-hari bagi kita yang sungguh beriman adalah pemeriksaan batin atau refleksi, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan pemeriksaan batin atau refleksi setiap hari. Dalam refleksi atau pemeriksaan batin kiranya kita dapat bercermin pada charisma atau spiritualitas kita masing-masing atau visi-misi organisasi/lembaga. Dalam Tahun Iman ini kita semua diajak untuk memperteguh iman kita, atau bagi para anggota lembaga hidup bakti berarti semakin hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas lembaga, sebagai orang yang telah dibaptis hidup dan bertindak sesuai dengan janji baptis. Semoga kita semua yang beriman kepada Allah semakin dikuasai dan dirajai oleh Allah sehingga dalam situasi dan kondisi apapun dan dimana pun senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Allah.

·   "Kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu" (Kej 37:26-27). Apa yang dikatakan Yehuda ini perihal usaha 'menyelamatkan Yusuf' , anak terkasih dari bapanya. Yang terkasih dan terbaik mau disingkirkan oleh saudara-saudaranya, itulah yang terjadi, dan memang yang disingkirkan kelak menjadi penyelamat mereka, saudara-saudarinya. Pengalaman ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua: jika kita baik adanya dan mengalami tekanan atau tantangan maupun hambatan, hendaknya tetap setia pada kebaikan yang telah diimaninya dan percayalah bahwa apa yang baik pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka bentuk kejahatan, seperti egoisme, keserakahan dan kesombongan. Dengan kata lain jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan ketika harus menghadapi masalah, tantangan dan hambatan hendaknya tidak melarikan diri, melainkan hadapi dengan rendah hati serta dengan bantuan rahmat Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi dan mengalahkan aneka tantangan, masalah dan hambatan. Penderitaan yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan pada panggilan dan tugas pengutusan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati.

"Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak.Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi,9 sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya" (Mzm 105:16-19)

Ign 1 Maret 2013




28feb


"Engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu"

(Yer 17:5-10; Luk 16:19-31)

 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." (Luk 16:19-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini secara resmi Paus Benediktus XVI mengakhiri pelayanannya sebagai Paus, setelah beberapa waktu yang lalu mengumumkan perihal pengunduran diri. Warta Gembira hari ini mengkisahkan orang kaya telah meninggal dunia, menderita selamanya di neraka, irihati terhadap Lazarus, yang hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga. Ia menyampaikan irihati dengan mengeluh kepada bapa Abraham, bapa umat beriman. Menanggapi irihati dan keluh kesahnya bapa Abraham antara lain menjawab:   "Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita". Jawaban bapa Abraham ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi kita semua. Apa yang telah kita nikmati selama hidup di dunia ini tidak akan kita nikmati lagi ketika kita meninggal dunia alias hidup di dalam baka, tetapi apa yang belum kita nikmati dunia ini di dalam baka kita dengan bebas dapat menikmatinya. Jika di dunia ini orang tidak disiplin dan tidak jujur, maka di alam baka nanti harus berlatih jujur dan disiplin terus-menerus, jika di dunia ini orang tidak berdoa, maka di alam baka nanti harus berdoa terus-menerus, dst… Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian agar selama di dunia ini kita senantiasa melakukan apa yang baik, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan serta menderita, karena dengan demikian di alam baka nanti kita akan diperbolehkan hidup seenaknya.

·   "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yer 17:5-8). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan senantiasa menjadi "orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan". Dengan kata lain kita semua diharapkan senantiasa melaksanakan atau menghayati perintah atau sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Pertama-tama dan terutama kami berharap kepada para orangtua untuk sungguh hidup baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral, sehingga dapat menjadi teladan atau inspirator bagi anak-anaknya untuk hidup baik, bermoral atau berbudi pekerti luhur. Kami percaya ketika semua orangtua demikian adanya, maka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan damai sejahtera, aman dan tenteram, dan kita semua kelak ketika dipanggil Tuhan akan mulia dan berbahagia selamanya, bersama bapa Abraham, bapa semua umat beriman.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mzm 1:1-3)

Ign 28 Februari 2013


27Feb


"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu"

(Yer 18:18-20; Mat 20:17-28)

" Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:17-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para pejabat pemerintahan memang sering menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan-nya dengan kekerasan, dan belum tentu kekerasan fisik, tetapi dapat berupa kekerasan psikologis atau spiritual. Mereka sering cari enaknya sendiri, berfoya-foya di atas penderitaan dan perjuangan orang lain, dan suka memberi perintah tetapi ia sendiri tidak berbuat apa-apa alias hanya ngomong atau bicara saja. Demikian juga orang-orang kaya pada umumnya suka memberi perintah seenaknya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua, umat beriman, agar dalam hidup dan kerja kita saling melayani secara konkret. "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang", demikian sabda Yesus, yang Ia sendiri juga melaksanakan dengan menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia seluruh dunia. Maka dengan ini kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk sungguh-sungguh membaktikan diri bagi kesejahteraan umum atau rakyat. Tanda keberhasilan karya pemimpin atau atasan adalah bahwa yang dipimpin atau bawahan hidup sejahtera, damai dan selamat baik fisik maupun spiritual. Kebahagiaan atau kesejahteraan umum atau bersama hendaknya menjadi cita-cita dan dambaan pemimpin, serta kemudian dengan rendah hati dan kerja keras mewujudkannya.

·   "Berkatalah mereka: "Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia, sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran, orang bijaksana tidak akan kehabisan nasihat dan nabi tidak akan kehabisan firman. Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya!" Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka." (Yer 18:18-20). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua umat beriman dalam rangka menghayati rahmat kenabian kita. Menghayati rahmat kenabian memang tak akan terlepas dari aneka macam ancaman, tantangan dan hambatan, namun sebagaimana dikatakan banyak orang terhadap Yeremia bahwa "nabi tidak akan kehabisan firman", hendaknya kita tetap tabah dan setia dalam ancaman, tantangan dan hambatan. Biarlah Allah membisikan firmanNya kepada kita dalam rangka menghadapi ancaman, tantangan dan hambatan. Hadapilah aneka ancaman, tantangan dan hambatan dengan rendah hati atau semangat pelayanan, sebagaimana seorang pelayan di dalam rumah tangga senantiasa siap sedia melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh tuannya tanpa mengeluh atagusu menggerutu sedikitpun. Dengan kata lain hendaknya tetap ceria, dinamis dan bergairah ketika harus menghadapi ancaman, tantangan atau hambatan.

"Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia." (Mzm 31:5-6)

Ign 27 Februari 2013


26Feb


"Barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

(Yes 1:10.16-20; Mat 23:1-12)

"Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jika selama masa Prapaskah ini kita mawas diri dengan baik dan benar kiranya kita akan mengakui dan menghayati bahwa selama hidup sampai saat ini telah menerima anugerah Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita, maka dari pihak diri kita selayaknya hidup dengan penuh syukur dan terima kasih dengan rendah hati. Sabda hari ini "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" sungguh kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Pertama-tama dan terutama para pemimpin atau atasan diharapkan hidup dan bertindak dengan rendah hati, serta menjadi teladan atau inspirasi bagi saudara-saudarinya dalam hal kerendahan hati. Kami harapkan para pemimpin atau atasan hidup dan bertindak dengan melayani saudara-saudarinya dengan rendah hati, dan jangan melecehkan seorang pun, karena dengan demikian melanggar hak-hak azasi manusia atau menginjak-injak harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai citra atau gambar Allah. Di dalam hidup bersama kita semua dipanggil untuk saling melayani, menghormati, mengabdi dan membaktikan diri, sehingga kehidupan bersama sungguh nikmat dan menggairahkan. Maka ketika ada saudara-saudari kita yang hidup dan bertindak sombong hendaknya dengan rendah hati segera ditegor untuk rendah hati. Membiarkan saudara-saudarinya hidup dan bertindak sombong berarti dirinya sendiri sombong juga.

·   "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba" (Yes 1:16-18). Kita semua dipanggil untuk meninggalkan perilaku jahat serta membela hak anak-anak yatim maupun memperjuangkan perkara janda-janda. Anak-anak yatim memang sering dilecehkan, demikian juga para janda, yang sering juga dituduhkan melacurkan diri. Janda-janda sering menjadi bahan gunjingan atau ngrumpi, dan sebaliknya janda-janda ketika berkumpul bersama juga ada kecenderungan untuk ngrumpi guna membicarakan hak dan nasib mereka. Salah satu bentuk kejahatan yang masih marak sampai saat ini adalah berkorupsi, dan sungguh memprihatinkan bahwa mereka yang harus menjadi penegak keadilan dan kejujuran sering berkorupsi, misalnya para ahli hukum dan polisi. Demikian juga mereka yang duduk dalam jajaran badan publik atau badan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tak terbebaskan dari perilaku korupsi. Mereka yang disebut yatim atau janda pada umumnya kurang menerima perhatian atau kasih yang benar dan memadai, maka marilah kita kasihi mereka dengan benar, agar mereka akhirnya tidak merasa kecil dan rendah diri sebagai yatim atau janda. Perhatian dan kasih yang benar senantiasa membebaskan, bukan menguasai atau memiliki, sebagimana cirikkhas kasih adalah bebas.

"Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu" (Mzm 50:8-9)

Ign 26 Februari 2013


25feb

"Hendaklah kamu murah hati"

(Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38)

"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Murah hati secara harafiah kiranya boleh diartikan sebagai hatinya dijual murah alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu. Sebagai orang beriman jika kita mawas diri secara benar dan jujur kiranya akan mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima perhatian secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka cara dan bentuk, tentu saja pertama-tama dan terutama telah kita terima melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dst.. alias mengasihi kita tanpa batas, sebagaimana tertulis dalam lagu "Kasih itu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka marilah kita saling bermurah hati satu sama lain, dan tentu saja kami berharap kepada anda sekalian untuk lebih memperhatikan mereka yang kurang menerima perhatian alias yang tersingkir dan terpinggirkan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing pasti ada orang-orang atau pribadi-pribadi yang kurang menerima perhatian, maka perhatikan mereka. Kita juga diingatkan agar tidak mudah mengadili atau menghukum orang lain, dengan kata lain hendaknya jangan terlalu melihat dan membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan hendaknya lebih memperhatikan kelebihan dan kebaikannya, sebagaimana seorang ibu senantiasa lebih melihat dan membesarkan kelebihan dan kebaikan anak-anaknya. Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk senantiasa bermurah hati kepada anggota atau bawahannya.

·   "Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya" (Dan 9:7-10). Kutipan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi kita semua untuk mengakui dan menghayati diri sebagai orang berdosa, dan mungkin kita kurang memperhatikan mereka yang harus diperhatikan. Secara khusus kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya alias dengan rela dan hati berkorban memboroskan waktu dan tenaga kepada anak-anaknya khususnya pada usia balita. Usia balita adalah masa yang rawan dan rentan, entah itu balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, pastor, bruder atau suster maupun pekerja. Masa-masa ini banyak godaan dan rayuan yang merongrong kesetiaan kita sebagai orang yang terpanggil, maka kepada para senior kami ajak untuk memperhatikan mereka yang masih 'balita'. Kita semua juga diingatkan untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami harap ketika ada tegoran atau peringatan dari saudara-saudari kita atas pelanggaran yang kita lakukan, dengan rendah hati menerimanya serta berusaha memperbaiki diri. Berterima kasih dan bersyukur kepada mereka yang menegor dan mengingatkan anda, jangan melawan atau memberontak. Marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang menyenangkan, mempesona dan memikat bagi orang lain.

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh" (Mzm 79:8-9.11)

Ign 25 Februari 2013


Sabtu, 23 Februari 2013

Minggu Prapaskah II

Mg Prapaskah II: Kej 15:5-12.17-18; Flp 3:17-4:1; Luk 9:20b-36

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia"

Di dalam perjalanan hidup dan tugas pengutusan kita sehari-hari kiranya kita sering mengalami sungguh bergairah atau lesu, gembira atau sedih, bersemangat atau frustrasi dst.. alias pengalaman hiburan rohani atau kesepian rohani, yang dalam psikologi agama disebut sebagai pengalaman "fascinosum" dan "tremendum" (=mempesona dan menghentak). Selama masa Prapaskah sekiranya kita sungguh menanggapi ajakan gembala kita/uskup kita sebagaimana tertulis di dalam 'Surat Gembala Prapaskah, yang secara nasional bertema "Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa", dan untuk KAS dengan tema "Semakin Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Salib Tuhan", kita pasti akan mengalami hal-hal tersebut diatas, dan ada kemungkinan lebih banyak hiburan rohani daripada kesepian rohani, pengalaman bergairah daripada lesu, bersemangat daripada frustrasi. Dalam pengalaman terhibur, bergairah dan bersemangat biasanya orang memiliki cita-cita, harapan atau kehendak yang luar biasa dan indah, sebagaimana dialami para rasul di atas gunung sedang menemani Yesus untuk berdoa.

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."(Luk 9:33-35)

Ketika mengalami hiburan atau kesepian rohani kita diharapkan dengan rendah hati dan membuka diri untuk mendengarkan suara atau kehendak Allah. Maka baiklah saya kutipkan apa yang tertulis dalam Latihan Rohani St.Ignatius Loyola perihal hiburan dan kesepian rohani. "Yang kumaksud hiburan, ialah keadaan sewaktu dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jiwa jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhannya…Akhirnya juga kunamakan hiburan rohani setiap tambahnya iman, harapan dan cinta.." (St Ignatius Loyola, LR no 316). "Yang kumaksudkan kesepian rohani, ialah semua yang berbalikan (dari hiburan rohani), misalnya kegelapan jiwa, kekacauan batin, dan gerak hati ke arah yang serba hina dan duniawi, bingung menghadapi berbagai bujuk dan godaan yang menyeret orang ke arah hilangnya kepercayaan, harapan, cinta.." (ibid..no 317)

Kami berharap selama masa Prapaskah, Retret Agung umat, kita lebih banyak mengalami hiburan rohani daripada kesepian rohani, dengan kata lain "dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhan, semakin beriman, semakin berharap dan semakin mencinta", sebagaimana dicanangkan dalam tema APP tahun 2013, dalam Tahun Iman ini. Maka kami berharap di dalam refleksi selama masa Prapaskah ini anda menerima pencerahan yang mendorong anda untuk tergerak melakukan pembaharuan atau peningkatan hidup beriman, berharap dan mencinta, dengan gerakan-gerakan konkret, entah secara pribadi atau bersama  (dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja, atau dalam lingkungan/wilayah/paroki).

Di dalam refleksi kiranya masing-masing dari kita menerima pencerahan yang berbeda satu sama lain, maka hendaknya kemudian saling berbagai pengalaman, menceriterakan dan mendengar-kan, perihal pencerahan yang telah diterimanya. "Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia", inilah kiranya sabda yang dapat menjadi acuan kita dalam saling berbagi pengalaman pencerahan. Masing-masing dari kita adalah 'yang terpilih'( ingat ada jutaan sperma yang berebut satu telor, yang menang akhirnya hanya satu untuk bersatu dengan telor, dan tidak lain adalah masing-masing dari kita). Kami berharap kita tidak takut atau was-was membagikan pengalaman dengan leluasa, sehingga kebersamaan hidup dan kerja kita semakin diteguhkan dan diperdalam dalam iman, harapan dan kasih.

Setelah menerima pencerahan di bukit atau gunung, para rasul diajak turun oleh Yesus. Hal ini bagi kita merupakan ajakan atau peringatan agar pencerahan yang kita terima kemudian dihayati atau dilakukan, jangan hanya tinggal dalam kenangan manis dalam pikiran atau semangat, melainkan menjadi nyata dalam cara hidup atau cara bertindak. Kita 'daratkan' segala niat dan kehendak baik yang kita terima dalam permenungan menjadi cara bertindak atau berperilaku.

"Kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Fil 3:20-21)

Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa pada suatu saat kita akan mati atau dipanggil Tuhan, kapan waktunya tidak ada seorang pun dari kita yang mengetahuinya. Dengan kata lain hidup kita ini juga merupakan saat-saat penantian, yaitu menantikan dipanggil Tuhan, dimana Tuhan "mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia". Kita semua kiranya mendambakan hidup berbagia dan mulia selamanya di sorga, setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka marilah kita hidup dan bertindak sebagai orang yang memiliki dambaan atau kerinduan mulia, luhur dan indah. Dengan kata lain sebagaimana kami angkat di atas hendaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, harapan dan cintakasih.

Allah adalah kasih sejati, maka menantikan panggilan Allah alias kematian kita yang tidak kita ketahui kapan, sebagaimana orang menantikan yang terkasih, pada umumnya orang sungguh mengadakan pembersihan diri maupun lingkungan hidupnya. Selama mawas diri dalam masa Prapaskah ini kami harapkan masing-masing dari kita mengetahui dengan jelas dalam hal apa saja kita perlu mengadakan pembersihan alias pembaharuan hidup. Adakah anggota-anggota tubuh kita yang membuat diri kita terhina karena melakukan dosa, hal-hal yang tak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah? Mungkin yang sering kita lakukan adalah berpikiran jelek atau jahat terhadap orang lain alias dengan mudah melihat dan mengangkat kekurangan atau kesalahan orang lain, dan ada kemungkinan juga menjadi nyata dalam omongan melalui mulut kita.

Ada empat unsur dalam diri kita, yaitu: jiwa, hati, akal budi dan tubuh, maka mungkin baik jika kita mawas diri keempat unsur tersebut. Dalam hal hati atau jiwa kiranya yang mengetahui dengan jelas dan benar tentang isi hati atau isi jiwa/semangat kita adalah saya sendiri, maka kami harapkan masing-masing dari kita sungguh jujur dalam mawas diri. Secara khusus kami berharap terjadi keterbukaan antar anggota keluarga, antar suami dan isteri, antar kakak-adik, antar orangtua dan anak-anak, karena apa yang terjadi dan dialami di dalam keluarga akan sangat bermanfaat dalam perjalanan ke dalam kebersamaan hidup yang lebih luas, entah di dalam masyarakat, tempat tugas/kerja dst.. Bukankah antar suami-isteri memiliki keterbukaan luar biasa, yaitu ketika sedang memadu kasih alias berhubungan seks dalam rangka saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Semoga keterbukaan yang sama, dalam arti secara spiritual, juga dihayati dalam pergaulan dengan sesamanya, dan dengan demikian hidup bersama sungguh bersih, menarik dan mempesona.

"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN."

(Mzm 27:7-8)

Ign 24 Februari 2013

         


23Feb

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu"

(Ul 26:16-19; Mat 5:43-48)

"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kami percaya bahwa kita semua memiliki 'musuh' dan jika mengatakan tidak memiliki 'musuh' berarti pembohong. Yang kami maksudkan 'musuh' disini adalah segala sesuatu atau apapun yang kurang/ tidak kita senangi, yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi dst.. , entah itu manusia, harta benda (tempat, sarana-prasarana), lingkungan hidup, situasi dan kondisi, cuaca dst.. Yang mungkin umum kita hadapi kiranya adalah makanan, yaitu aneka jenis makanan yang tidak sesuai dengan selera pribadi, padahal makanan tersebut sehat dan segar, dengan kata lain dalam hal makan kita sering hanya mengikuti selera pribadi dengan pedoman 'enak dan tidak enak', bukan sesuai dengan aturan kesehatan. Jika dalam hal makanan sehat orang mengalami kesulitan, maka yang bersangkutan pasti mengalami kesulitan juga dalam pergaulan dengan orang lain maupun lingkungan hidup baru. "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" , demikian sabda Yesus. Baik orang jahat maupun baik, benar maupun tidak benar senantiasa dikasihi oleh Allah, dan memang sebagai umat beriman kita juga dipanggil untuk mengasihi orang jahat dan tidak benar, tidak hanya kepada orang baik dan benar saja. Latihan untuk ini antara  lain kita membiasakan diri dalam hal makan senantiasa makan yang sehat meskipun tidak enak atau tidak sesuai dengan selera pribadi, sehingga suatu saat ketika menghadapi orang jahat, orang yang membenci kita, atau yang menyakiti kita, maka kita tetap mampu mengasihinya. Kita juga diingatkan: sekiranya tak mungkin mengasihi dengan bertatap mukam, hendaknya kita mendoakannya, maka marilah kita doakan setiap hari mereka yang sering menganiaya atau mempersulit cara hidup dan cara bertindak kita.

·   "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya" (Ul 26:16-17). Sebagai orang yang beriman kepada Allah kita dipanggil untuk "melakukan ketetapan dan peraturan Allah dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa".  Ketetapan dan peraturan Allah antara lain dicoba diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib dan aturan hidup dan kerja bersama, maka baiklah dengan rendah hati dan kerja keras, dengan bekerjasama kita taati dan laksanakan atau lakukan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hendaknya aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan atau tugas pengutusan kita bukan lagi menjadi beban, melainkan telah menjadi kebutuhan. Ingatlah dan sadari bahwa dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun senantiasa ada aturan atau tata tertib, entah tertulis atau lisan. Sendirian pun jika kita sungguh beriman pasti ada peraturan, yaitu aturan yang dibuat sendiri alias orang mengatur diri sendiri. Jika orang mampu mengatur diri sendiri dengan baik, maka yang bersangkutan tidak akan menghadapi masalah lagi dalam menghadapi aneka tata tertib dan aturan. Semua aturan atau tata tertib pada umum didasari oleh niat dan kehendak baik serta bertujuan pada sesuatu yang baik, dan dengan demikian boleh dikatakan dijiwai oleh kehendak Allah, maka selayaknya kita taati dan laksanakan.

"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!" (Mzm 119:1-2.4-5)

Ign 23 Februari 2013


22Feb

"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga"

(1Pet 5:1-4; Mat 16:13-19)

"Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Takhta St.Petrus, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Paus Benediktus XVI menyadari kelemahan dan keterbatasannya telah menyatakan untuk mengundur-kan diri terhitung per 28 Februari 2013. Tugas pengutusan Paus sebagai penerus Takhta St.Petrus memang berat, sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena mengemban tugas pengutusan dari Allah, sebagaimana disabdakan oleh Yesus kepada Petrus:"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga". Apa yang disampaikan oleh Paus pada umumnya memang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini. Di dalam Gereja Katolik Paus memiliki wewenang untuk 'memutuskan' ikatan perkawinan maupun 'membatalkan' tahbisan imamat. Tidak lama lagi kiranya akan diselenggarakan Konklaf untuk mengisi kekosongan Takhta St.Petrus, memilih Paus baru, maka dengan ini kami mengajak segenap anggota Gereja Katolik untuk berdoa, mohon kepada Allah, agar terpilih Paus sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Pemimpin dalam Gereja Katolik memang berbeda dengan pemimpin negara pada umumnya, antara lain harus meneladan Yesus, yang 'datang untuk melayani, bukan dilayani', dengan rendah hati melayani seluruh anggota Gereja Katolik dan umat manusia di dunia. Sebagai Umat Allah kita mengimani bahwa apa yang dikatakan, diajarkan serta diarahkan oleh Paus merupakan kehendak Allah yang harus sungguh kita dengarkan dan hayati. Maka marilah dalam Tahun Iman ini, dan secara khusus selama masa Prapaskah, kita perdalam dan perkembangkan iman kita dengan membaca, merenungkan dan membatinkan apa yang tertulis di dalam aneka dokumen resmi Gereja Katolik, seperti Dokumen Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Hukum Kanonik, dst.. Selama masa Prapaskah ini juga kiranya kita juga diajak oleh gembala kita masing-masing untuk merenungkan dan mencecap dalam-dalam tema tertentu, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah keuskupan masing-masing, maka baiklah kita fungsikan sebaik mungkin Surat Gembala Prapaskah 2013 dalam aneka kegiatan Prapaskah yang diselenggarakan.

·   "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu" (1Petr 5:2-3). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan para gembala: uskup, pastor/imam atau pemimpin-pemimpin dalam lingkungan Umat Allah. Kepemimpinan di lingkungan Umat Allah, dalam Gereja Katolik dihayati dengan kerelaan hati, tidak mencari keuntungan, keteladanan dalam pelayanan, dst.. Hemat saya yang menjadi ujung tombak penggembalaan Umat Allah adalah rekan-rekan pastor atau imam, maka dengan ini kami mengharapkan rekan-rekan iman sungguh menanggapi secara positif apa yang dikatakan oleh St.Petrus, sebagaimana saya kutipkan di atas. "Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba", inilah yang kiranya layak kita renungkan dan hayati. Kehidupan bersama masa kini antara lain begitu dikuasai oleh semangat atau sikap mental materialistis, egois dan mencari keuntungan pribadi, maka para gembala/pastor/imam diharapkan dapat menjadi teladan atau inspirator hidup sederhana dan penuh pelayanan. Kesederhanaan pribadi rekan-rekan imam/pastor semoga juga menjiwai dalam aneka kegiatan Umat Allah, entah di tingkat paroki, stasi maupun wilayah dan lingkungan, sehingga seluruh Umat Allah akhirnya juga hidup dalam kesederhanaan dan saling melayani.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)

Ign 22 Februari 2013


Rabu, 20 Februari 2013

21feb

"Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."

(Est 4:10a.10c-12.17-19; Mat 7:7-12)

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika sedang berdoa pada umumnya orang mengajukan atau mempersembahkan permohonan-permohonan kepada Allah, sesuai dengan dambaan, kerinduan, harapan atau cita-citanya sendiri. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa ketika kita berdoa hendaknya mohon yang baik, dan yang dimaksudkan dengan baik disini tidak lain adalah keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Percayalah jika kita mohon keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, maka permohonan kita pasti dikabulkan, dan tentu saja pengabulan doa ini perlu partisipasi kita sepenuhnya, artinya dari pihak kita yang mohon senantiasa dalam hidup dan karya mengusahakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia.   Untuk itu berarti kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Warta Gembira hari ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk senantiasa memberikan apa yang baik untuk anak-anaknya. Hemat saya apa yang baik bagi anak-anak adalah pendidikan atau pembinaan yang memadai, dan untuk itu antara lain kami harapkan anak-anak pada usia balita dapat menerima cintakasih yang memadai dari orangtuanya, yang berarti orangtua diharapkan memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balitanya. Maka kami harap anak-anak balita hendaknya tidak dengan mudah diserahkan kepada pembantu atau neneknya. Pengalaman menunjukkan anak-anak yang kurang ajar pada umumnya pada masa balita kurang memperoleh kasih dari orangtuanya; dimana orangtua merasa cukup dengan memberi makanan dan minuman, tidak memberi waktu dan tenaga bagi anak-anaknya.  Kepada anda semua yang sedang saling mengasihi atau membina dan memperdalam hidup saling mengasihi kami harapkan berani saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain.

·   "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja." (Est 4:11). Tongkat emas pada masa kini menjadi symbol para gembala (paus dan para uskup), yang memiliki tugas utama untuk menggembalakan umat Allah. Maka kutipan "Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat eman, yang akan tetap hidup", kiranya dapat difahami bahwa umat Allah yang mentaati dan melaksanakan arahan atau petunjuk pastoral para gembala yang akan hidup bahagia dan selamat jiwanya. Maka dengan ini kami mengajak umat Allah (rekan pastor, biarawan dan biarawati maupun awam) untuk senantiasa memperhatikan dan secara positif menanggapi arahan dan petunjuk pastoral gembala masing-masing (uskup setempat). Marilah kita sadari dan hayati bahwa arahan atau petunjuk pastoral gembala kita pada umumnya merupakan tanggapan atas apa yang kita alami atau hadapi, merupakan keprihatinan atas kehidupan iman umat Allah, setelah menerima aneka macam masukan dan informasi dari sana-sini, entah itu berupa ceritera informal atau laporan resmi dari paroki, lembaga hidup bakti maupun aneka pelayanan pastoral yang ada. Tentu saja aplikasi bagi tempat dan karya kita masing-masing membutuhkan kreatifitas dan kerja keras kita, untuk menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain sebagai umat Allah kita diharapkan memiliki ketaatan yang hidup.

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Ign 21 Februari 2013


20 feb

"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat."

(Yus 3:1-10; Luk 11:29-32)

" Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepekaan terhadap tanda-tanda zaman alias peka terhadap aneka macam peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita kiranya sungguh penting demi keselamatan dan kebahagiaan kita, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal tegoran atau peringatan Yesus terhadap mereka yang tidak atau kurang peka terhadap tanda-tanda zaman, aneka peristiwa dunia yang telah dan sedang berlangsung.  "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini", demikian sabda Yesus. Allah hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tanpa kenal waktu dan tempat, dan kita yang beriman kepadaNya diharapkan peka atas kehadiran dan karyaNya dalam hidup sehari-hari. Mungkin baik untuk itu kami mengajak anda sekalian untuk melihat dan mencermati aneka pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini, entah manusia, binatang maupun tanaman. Aneka pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam ciptaanNya sungguh merupakan karyaNya, maka baiklah kita peka terhadap perkembangan dan pertumbuhan yang ada. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan perempuan atauswanita yang mengalami menstruasi atau datang bulan. Konon menjelang menstruasi orang cenderung untuk marah, maka hendaknya anda peka atas gejala-gejala yang terjadi menjelang menstruasi dan kemudian mengusahakan agar tidak emosi atau marah. Ketika kita peka atas perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di dalam tubuh kita, maka kiranya kita juga akan memiliki kepekaan terhadap aneka peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita, yang pada umumnya menjadi peringatan bagi kita semua agar hidup dan bertindak semakin beriman, semakin mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi.

·   "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." (Yun 3:7-9). Kutipan ini kiranya merupakan peringatan bagi kita semua agar kita bertobat alias memperbaharui diri menuju ke pembaktian diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi alias semakin beriman, semakin suci. "Haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya", inilah kiranya yang baik kita laksanakan atau hayati dalam hidup kita sehari-hari. Pertama-tama dan terutama kami mengajak para orangtua agar tidak berlaku keras terhadap anak-anaknya serta menjadi teladan bagi anak-anaknya bahwa tidak pernah melakukan apa yang jahat. Semoga anak-anak di dalam keluarga memperoleh pengalaman lemah lembut, rendah hati, sabar dan baik di dalam keluarganya, serta kemudian kelak memperkembangkan dan memperdalamnya dalam pendidikan di sekolah-sekolah. Kepada para penjahat atau koruptor kami harapkan segera bertobat jika anda mendambakan keselamatan atau kebahagiaan sejati, sedangkan kepada penegak dan pejuang kebenaran dan kejujuran kami harapkan tak kenal lelah terus berjuang demi kebahagiaan umum atau kebaikan umum. Percayalah bahwa kebaikan pasti akan mengalahkan kejahatan, kejujuran mengalahkan kebohongan, kelemah-lembutan mengalahkan kekerasan.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!"

 (Mzm 51:3-4)

Ign 20 Februari 2013


19feb

"Doamu itu janganlah kamu bertele-tele"

(Yes 55:10-11; Mat 6:7-15)

"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6: 7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    Berdoa berarti berkomunikasi dalam cintakasih dengan Allah, maka pertama-tama dan terutama orang harus mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga menghayati diri ada di 'hadirat Allah'. Untuk itu orang harus dengan rendah hati mengosongkan diri sehingga dalam keadaan siap sedia untuk mendengarkan apa yang disabdakan oleh Allah. Sekiranya dengan kata-kata dalam berdoa hendaknya yang sederhana saja sebagaimana diajarkan oleh Yesus dengan doa 'Bapa Kami'.  Dari teks doa Bapa Kami hemat saya yang mendesak pada masa kini untuk didoakan dan dihayati adalah "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Pertama-tama marilah kita berdoa agar hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya, secara khusus mohon 'pada hari ini makanan kami yang secukupnya', bukan sebanyak-banyaknya. Hendaknya dalam hal makan cukup dan sederhana, dan yang penting sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita agar senantiasa dalam keadaan sehat, segar-bugar, tidak pernah jatuh sakit. Maka perhatikan dengan masalah gizi, makanan yang sehat, meskipun tidak enak (hendaknya menjauhi aneka jenis makanan instan ). Hidup dalam kasih pengampunan pada masa kini juga mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan hidup bersama yang belum sebagaimana didambakan dan masih diwarnai oleh aneka bentuk permusuhan dan kebencian. Tentu pertama-tama marilah kita hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan dari Allah secara melimpah ruah, yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita, dan selanjutnya kita salurkan kasih pengampunan tersebut kepada siapapun yang layak menerimanya, terutama yang telah menyakiti atau mempersulit kita.

·   " Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:10-11). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pegangan dan jaminan kita dalam berdoa, berkomunikasi dengan Alllah, mendengarkan kehendak dan sabda Allah. Allah adalah Mahakuasa, maka sabda-sabdaNya atau kehendakNya sungguh mahakuasa juga. Jika kita sungguh mendengarkan sabda atau kehendak Allah, maka mau tak mau kita harus melaksanakan kehendak dan sabdaNya. Keutamaan yang utama dan pertama bagi umat beriman adalah melaksanakan sabda atau kehendak Allah, dalam perilaku atau cara bertindak, bukan dalam omongan atau wacana. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibiasakan untuk senantiasa berperilaku baik dan bermoral. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, dimana saja dan kapan saja, dan karena Allah hadir dimana-mana dan kapan saja, maka jika kita sungguh berada di 'hadiratNya' pasti senantiasa melakukan apa yang baik dan bermoral. Memang kita semua diharapkan sungguh dapat menjadi pendengar dan pelaksana sabda atau kehendak Allah, untuk itu marilah kita buka hati, jiwa, akal budi kita sehingga kita senantiasa siap sedia mendengarkan sabdaNya serta melaksanakanNya.

"Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya" (Mzm 34:4-7)

Ign 19 Februari 2013


Minggu, 17 Februari 2013

18 Feb


"Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang"

(Im 19:1-2.11-18; Mat 25:31-36)

"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku" (Mat 25:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Salah satu kecakapan atau keterampilan penting dalam hidup beriman atau beragama adalah refleksi atau mawas diri, yang bagi umat katolik pada umumnya dilakukan setiap hari dalam doa malam, yaitu 'pemeriksaan batin', dan dalam Latihan Rohani St.Ignatius disebut 'pembedaan roh' atau 'spiritual discerment'. Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya dapat membantu kita dalam bercermin sejauh mana kita terampil dalam kecakapan atau keterampilan tersebut. Dalam refleksi atau pemeriksaan batin pertama-tama hendaknya dicari dan dihayati apa yang baik, luhur dan mulia dalam diri kita, baru kemudian apa yang tidak baik atau jelek. Kami percaya dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik daripada apa yang jelek, dan ketika kita dengan mendalam dan mantap mengakui dan menghayati apa yang baik, maka kita pasti memiliki keberanian untuk mengakui dan menghayati apa yang jelek, tidak malu mengakuinya serta kemudian mohon maaf atau ampun. Bukankah untuk melihat dengan jelas apa yang ada di lingkungan kita perlu penerangan yang baik, sehingga dengan jelas membedakan apa yang ada? Selanjutnya tentu saja kami berharap kita semua memperdalam dan memperkembangkan apa yang baik, misalnya sebagaimana diangkat dalam Warta Gembira hari ini: "memberi makanan kepada yang kelaparan, memberi minuman kepada yang kehausan, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian kepada yang telanjang, melawat atau mengunjungi mereka yang sedang menderita sakit". Dengan kata lain selama masa Prapaskah ini kami mengajak anda sekalian untuk meningkatkan dan memperdalam perbuatan baik anda kepada orang lain, kepada siapapun tanpa pandang bulu, sehingga kehidupan bersama kita bertambah baik, menyenangkan, memikat dan mempesona.

·  "Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Im 19:11-18). Kutipan dari Kitab Imamat di atas ini hemat saya sudah cukup jelas, ajakan untuk kita lakukan dan hayati, maka marilah kita bekerjasama atau saling membantu melaksanakan atau menghayati ajakan tersebut. Masing-masing dari kita kiranya dapat memilih ajakan mana yang sesuai dengan lingkungan hidup dan kerja kita, dan kiranya jika anda dapat memperhatikan dengan baik dan tajam lingkungan hidup atau kerja anda, maka anda dengan mudah dapat memilih dan melaksanakan ajakan yang sesuai. Pendek kata kita semua diingatkan agar senantiasa hidup dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah.

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)

Ign 18 Februari 2013


Minggu Prapaskah I

Mg Prapaskah I: Ul 26:4-10; Rm 10:8-13; Luk 4:1-13

"Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun"

Hidup bemasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama pada masa kini, bagaikan 'pergi ke padang gurun', karena cukup banyak godaan dan rayuan untuk berbuat jahat atau berperilaku amoral. Aneka bentuk korupsi, ketidaksiplinan, ketidak-jujuran, hidup seenaknya dan hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi marak dalam kehidupan dan kerja bersama. Yang cukup memprihatinkan adalah mereka yang bekerja dalam naungan atau dibawah paying Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama tak terlepas dari perilaku amoral, misalnya korupsi, yang hemat kami akar dari semuanya itu adalah kebebesan menyontek dalam ulangan maupun ujian di sekolah-sekolah atau mark-up nilai raport maupun nilai ujian akhir. Maka tidak mengherankan bahwa tindakan korupsi tak kunjung surut, apalagi berhenti, dan sebaliknya semakin marak dan berkembang. Kebanyakan orang masuk ke tempat kerja atau tugas dengan sikap mental untuk mencari keuntungan pribadi atau memperkaya diri alias dengan dorongan setan atau roh jahat. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan ada tiga bentuk utama yang sering menggoda atau merayu kita, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.

"Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (Luk 4:3)

Godaan setan terhadap Yesus diatas ini pada masa kini kiranya berupa godaan yang terkait dengan harta benda/uang, makanan dan minuman. Uang atau harta benda adalah 'jalan ke sorga' atau 'jalan ke neraka', artinya jika kita memfungsikannya sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, maka uang atau harta benda dapat menjadi sarana atau wahana untuk semakin suci, semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebaliknya jika kita memfungsikannya hanya mengikuti selera pribadi atau  keinginan sendiri berarti uang atau harta benda akan membuat hidup kita semakin amburadul, ngawur, mudah jatuh sakit dan ada kemungkinan juga cepat mati. Pengamangatan membuktikan cukup banyak orang tergoda jatuh ke dalam dosa karena uang, entah itu suami-isteri, generasi muda, imam, bruder maupun suster. Makanan dan minuman demikian juga, jika kita makan dan minum hanya mengikuti selera pribadi pasti akan mudah jatuh sakit dan cepat mati, maka hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, serta kemudian senantiasa memilih dan menikmati apa yang sehat, meskipun tidak enak.

Godaan dalam hal makan dan minum yang marak pada saat ini adalah makanan atau minuman instant, yang cepat saji dan nikmat di lidah, namun belum tentu baik dan sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua; untuk menjadi kaya atau sehat hendaknya mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Dalam hal makan dan minum hendaknya mengkonsumsi yang alamiah, belum teracuni oleh aneka jenis obat maupun zat -zat buatan manusia yang dapat merusak anggota tubuh. Kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa hidup sederhana. Hendaknya jangan gila akan uang atau harta benda, karena ketika tiada uang atau harta benda anda akan menjadi gila.    

"Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.(Luk 4:6-7)

Harta benda atau uang dapat untuk membeli kedudukan, sebagaimana terjadi di Indonesia ini, yang dikenal dengan 'kampanye uang' dalam pemilu: untuk menjadi anggota DPR harus setor sekian juta rupiah kepada partai, untuk menjadi kepala daerah harus mengeluarkan sekian milyard rupiah untuk membeli suara rakyat, dst.. Memang pada umumnya kita sungguh gila akan kedudukan atau kuasa, apalagi dengan kedudukan dan kuasa tinggi orang dapat memperkaya diri seenaknya. Sikap mental berkuasa atau menguasai memang merebak dan menjiwai banyak orang, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk bersikap mental melayani, bukan menguasai, dan dalam hal harta benda atau uang bukan memiliki, melainkan menggunakan dengan izin dari mereka yang berwewenang.

Yesus mengingatkan kita semua bahwa yang berkuasa adalah Allah, maka kita sebagai orang beriman diharapkan senantiasa membaktikan diri kepada Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain marilah kita arahkan hati dan perhatian kita kepada Allah, yang terus-menerus berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama melalui manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm 10:10), demikian peringatan Paulus kepada kita semua, umat beriman. Semoga kita semua senantiasa berkata-kata tentang Allah atau berdasarkan bisikan dan sentuhan Allah, sehingga kita semua senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah.

"Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."(Luk 4:9-11)

Godaan atau rayuan orang yang berkuasa dan berkedudukan ialah kesombongan. Orang menyombongkan kekayaan dan kekuasaannya dan senantiasa melecehkan atau merendahkan orang lain, dan dengan demikian menginjak-injak harkat martabat manusia serta tak percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi/Allah. Kebalikan dari sombong adalah rendah hati, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Bentuk sederhana dan mungkin sulit dihayati dalam hal rendah hati masa kini, yang sungguh mendesak dan up to date adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu.

Kebanyakan orang ketika harus menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi pada umumnya lalu mengeluh atau menggerutu, misalnya yang setiap hari dihadapi atau dilakukan adalah dalam hal makan atau makanan. Jika dilayani makanan yang tidak enak, tetapi  sehat, pada umumnya orang mengeluh atau menggerutu, maka dengan ini kami harapkan hendaknya tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika kita harus mengkomsumsi makanan yang tidak enak tetapi sehat. Ketika kita tidak mengalami kesulitan dalam hal mengkomsumsi makanan sehat dan tidak enak, maka kiranya kita akan mudah untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati.

Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan atau yang memiliki kuasa dapat menjadi teladan dalam kerendahan hati. Ingatlah dan sadari  serta hayati bahwa kuasa yang anda miliki dan nikmati saat ini merupakan pemberian rakyat, yaitu ketika pemilu, maka hendaknya dihayati untuk melayani rakyat, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat. Keberhasilan kerja atau  jerih payah anda sebagai pemimpin atau atasan tidak lain ada pada kesejahteraan atau kebahagiaan rakyat. Rakyat tidak sejahtera dan tidak bahagia berarti yang menjadi pemimpin atau yang berkuasa hidup dan bertindak dengan sombong.

"Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya" (Mzm 91:10-15)

Ign 17 Februari 2013