Selasa, 27 November 2012

29 nov

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."
(Why 18:1-2.21-23; Luk 21:20-28)

"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Aneka macam penderitaan atau musibah pada umumnya mengingatkan dan menyadarkan orang akan jati dirinya sebagai orang beriman, orang yang senantiasa berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi. Namun demikian kami berharap kepada kita semua, segenap umat beriman, untuk senantiasa berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi tanpa menunggu terjadinya penderitaan atau musibah. "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Setiap hari kiranya kita mengalami atau menghadapi aneka macam peristiwa yang mendorong dan memotivasi kita untuk berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi, yaitu aneka peristiwa yang terkait dengan perkembangan dan pertumbuhan ciptaanNya di bumi ini, entah itu dalam diri manusia, binatang maupun tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan merupakan karya Tuhan, maka hendaknya kita buka mata hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap karyaNya. Anda semua kiranya mendambakan keselamatan dan kebahagiaan sejati, maka hendaknya jangan mengadakan aneka bentuk intervensi terhadap pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya, melainkan dengan rendah hati, sabar dan lemah lembut imani karyaNya yang menjadi nyata dalam pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya, dengan kata lain ikuti proses pertumbuhan dan perkembangan yang dianugerahkan oleh Tuhan.

·   "Dan seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu.Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan" (Why 18:21-23). Kutipan yang menggambarkan kehancuran atau pemusnahan apa yang ada di permukaan bumi ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Kita semua diingatkan bahwa apa yang ada di permukaan bumi ini bersifat sementara saja, termasuk manusia, apalagi aneka jenis barang atau kekayaan duniawi. Karena hanya sementara saja, sebagaimana telah saya ingatkan, marilah kita hidup dan bertindak sebaik mungkin, sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan. Hendaknya aneka jenis harta benda atau kekayaan duniawi difungsikan untuk membantu kita mengusahakan keselamatan jiwa kita, demikian juga kecantikan atau ketampanan diri kita hendaknya juga dihayati sebagai anugerah Tuhan, sehingga jika kita semakin cantik atau tampan hendaknya semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Kami berharap kita semua tidak mengkomersielkan diri kita yang cantik atau tampan demi kenikmatan fisik, social atau emosional, melainkan fungsikan secara spiritual, artinya biarlah mereka yang melihat kecantikan atau ketampanan kita semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, maka janganlah anda yang cantik atau tampan menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya" (Mzm 100:2-3)
Ign 29 November 2012

28 nov

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"
(Why 15:1-4; Luk 21:12-19)

"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh  dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan di atas menggambarkan adanya permusuhan dan peperangan yang membabi buta, saling menghancurkan dan memusnahkan. Kekacauan atau keributan dapat terjadi di sana-sini dan dalam keadaan demikian ada kecenderungan orang untuk hidup dan bertindak seenaknya sendiri, atau bahkan meninggalkan iman kepercayaannya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam situasi dan kondisi macam apapun kita tetap setia pada iman kepercayaan kita, karena "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu", artinya selamat. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan hidup selamat dan damai sejahtera dalam kondisi atau situasi apapun, maka marilah kita senantiasa setia pada iman kepercayaan kita. Kiranya setelah cukup lama kita berusaha hidup baik, menghayati sabda-sabda Tuhan, berpartisipasi dalam aneka kegiatan ibadat maupun pendalaman iman kita semakin handal dan mendalam dalam hal iman. Maka hendaknya terus diperdalam dan diperkembangkan iman kepercayaan anda kepada Tuhan, agar ketika harus menghadapi aneka kekacauan dan keributan kita tidak mengingkari iman kita dengan hidup seenaknya, mencari keuntungan pribadi. Dalam keributan dan kekacauan kita dipanggil untuk menjadi  saksi iman, orang yang tak tergoyahkan oleh aneka godaan dan rayuan untuk melakukan kejahatan. Ketika secara fisik kita tak mampu mengatasi kekacauan atau keributan, maka hendaknya dihadapi secara spiritual, yaitu dengan berdoa. Percayalah bahwa jika kita sungguh-sungguh berdoa pasti kita akan terbebaskan dari aneka pencobaan, godaan dan rayuan untuk berdosa.

·   "Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu." (Why 15:4). Kutipan ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam situasi dan kondisi apapun kita tetap setia pada iman, tetap beriman pada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, "karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu". Aneka musibah dan bencana alam memang pada umumnya menyadarkan dan memotivasi orang untuk kembali bersembah sujud kepada Tuhan, meninggalkan cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan. Apakah untuk bertobat atau memperbaharui diri orang harus menunggu adanya korban lebih dahulu? Baiklah kita tidak perlu menunggu adanya korban segera bertobat atau memperbaharui diri, demikian juga tidak perlu menunggu perintah dari orang lain. Kami percaya bahwa anda sekalian setiap hari berdoa, yang berarti berusaha bersembah sujud kepada Tuhan, maka hendaknya kebiasaan tersebut jangan menjadi luntur atau ditinggalkan, melainkan terus-menerus diperkembangkan dan diperdalam sehingga pribadi  kita seutuhnya berbakti kepada Tuhan alias hidup suci, bersih dan bermoral. Pendidikan moral atau budi pekerti di dalam keluarga-keluarga maupun di sekolah-sekolah hendaknya menjadi perhatian, dengan kata lain anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik secara inklusif dalam kesibukan mereka dalam hal moral atau budi pekerti luhur. Cara atau metode pendidikan moral atau budi pekerti hemat saya pertama-tama melalui tindakan atau perilaku bukan wacana atau omongan. Perilaku atau tindakan anda sendirilah yang akan menjadi hakim bagi anda alias yang menentukan baik atau buruknya pribadi anda. Dari buahnya dikenal pohonnya, dari perilakunya dikenal siapa orangnya, demikian kata sebuah pepatah.

" Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa."(Mzm 98:1-2)
Ign 28 November 2012

Senin, 26 November 2012

27nov


"Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan"
(Why 14:14-20; Luk 21:5-11)

" Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit" (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Musim penghujan di wilayah Indonesia pada hari-hari ini mungkin sudah merata di seluruh wilayah. Di beberapa daerah dapat terjadi bencana alam, misalnya banjir, tanah longsor, puting beliung, banjir lahar dingin di lereng gunung Merapi dst… , yang mengakibatkan kehancuran atau kerusakan bangunan atau sarana-prasarana kebutuhan hidup sehari-hari. Di beberapa daerah ketegangan antar suku dan bangsa juga masing terjadi, mereka saling menghancurkan dan membunuh. Tanda-tanda yang dahyat macam itu dapat mendorong orang untuk berpikir atau berangan-angan: apakah dunia akan segera musnah alias akhir zaman segera tiba. Memang semua yang ada dipermukaan bumi ini pada waktunya akan musnah atau berlalu tanpa bekas. Hidup di dunia ini bagi kita semua juga tidak lama, hanya sebentar saja dan kematian kita akan terjadi kapan kita juga tidak tahu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan ada sekalian untuk senantiasa hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, mengikuti ajaran-ajaran benar bukan ajaran salah dan menyesatkan. Aneka bentuk pemalsuan juga dapat merebak di sana-sini, maka hendaknya sungguh waspada mana yang asli atau palsu, dan hendaknya kemudian lebih memilih yang asli. Dan tentu saja kita sendiri juga senantiasa hidup dan bertindak dengan jujur, apa adanya, tidak bersandiwara atau pura-pura. Hilangkan atau hancurkan aneka bentuk kepalsuan serta kebohongan dalam diri anda sedini mungkin dan jangan ditunda-tunda, jika anda mendambakan hidup selamat, bahagia dan damai sejahtera lahir maupun batin, jasmani maupun rohani, fisik maupun spiritual. Pertanyaan refleksi pribadi: apakah kita semua dalam perjalanan penghayatan iman sampai kini semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi?

·   "Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi pun dituailah.Dan seorang malaikat lain keluar dari Bait Suci yang di sorga; juga padanya ada sebilah sabit tajam.Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit" (Why 14:15-18). Kutipan ini kiranya menggambarkan kemurkaan Allah terhadap ciptaan-ciptaanNya, karena dosa dan kebejaran moral ciptaan-ciptaanNya, terutama manusia. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak semua saja yang masih berdosa atau tak/kurang bermoral untuk segera bertobat dan memperbaharui diri, tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri. Kemurkaan Allah terjadi bukan karena kehendakNya, melainkan karena dosa dan kebobrokan kita sebagai manusia, yang tak tahu syukur dan terima kasih dalam cara hidup dan cara bertindak. Marilah kita bayangkan bahwa besok kita akan mati atau meninggal dunia: apakah yang akan anda lakukan hari jika besok harus meninggal dunia? Tentu ada orang yang berpikir: karena hidup tinggal satu hari maka baiklah berfoya-foya seenaknya. Hemat kami pikiran yang benar dan harus menjadi nyata dalam tindakan adalah bahwa karena tinggal satu hari maka saya akan melakukan perbuatan baik apapun tanpa pandang jenis tugas atau pekerjaan.

"Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:10-13)
Ign 27 November 2012

Minggu, 25 November 2012

26 nov


"Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya"
(Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4)
"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."(Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    "Memberi persembahan atau sumbangan atau derma dari kelimpahannya" berarti 'membuah sampah' dan dengan demikian memperlakukan si penerima sebagai 'tempat sampah', dengan kata lain merendahkan atau melecehkan yang lain. Apakah hal yang demikian ini sering dilakukan orang, hemat saya kiranya cukup banyak orang melakukannya. Pengalaman yang sangat mengesan bagi saya pribadi adalah ketika terlibat untuk pengumpulan dan pengiriman sumbangan bagi korban tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Ada penyumbang pakaian secara konkret berupa pakaian yang sungguh bekas alias tidak layak digunakan lagi, sehingga waktu itu kurang lebih 40% sumbangan berupa pakaian terpaksa kami teruskan ke saudara-saudara kita di TPA Bantar Gebang dengan harapan jika mau diperlakukan sebagai sampah biarlah ditumpuk di tempat sampah, tetapi jika ada orang yang mau menggunakannya juga tidak apa-apa. Kami berharap kepada kita semua, segenap umat beriman untuk tidak memberi sumbangan atau persembahan dari kelimpahan, melainkan dari kekurangan atau keterbatasan. Persembahan atau sumbangan tanpa pengorbanan diri hemat saya sungguh merupakan 'pembuangan sampah', sedangkan persembahan atau sumbangan yang benar senantiasa disertai atau dijiwai oleh pengorbanan. Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita meneladan Yesus yang telah mengorbankan DiriNya demi keselamatan banyak orang, bukan mengorbankan orang lain. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dibina dan dididik untuk siap sedia berkorban demi kebahagiaan atau keselamatan yang lain, sehingga mereka tumbuh berkembang "to be man/woman with/for others". Marilah kita meneladan janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah atau pribadinya.
·   "Aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu" (Why 14:1-2). Penglihatan macam itu akan dapat kita alami juga jika kita sungguh 'to be man/woman with/for others', orang yang memiliki kepekaan handal terhadap yang lain. Mungkin tidak persis sama penglihatan yang dialami sebagaimana dikatakan di atas ini, namun orang dapat melihat dana memahami atau memaknai aneka peristiwa alam raya yang sedang terjadi, dengan kata lain orang peka terhadap tanda-tama zaman. Kepekaan akan tanda-tanda zaman juga dapat dilatih antara lain dengan setia mengadakan pemeriksaan batin atau refleksi diri setiap hari, dimana dilatih untuk peka atas apa yang terjadi dalam dirinya dan kemudian dan kembangkan ke kepekaan terhadap yang lain. Tentu saja pertama-tama hendaknya terjadi kepekaan satu sama lain antar anggota keluarga, antar suami dan isteri, antar kakak dan adik, yang setiap hari hidup bersama. Secara khusus kami berharap juga kepada rekan-rekan perempuan yang setiap bulan mengalami menstruasi atau datang bulan, kami harapkan peka apa yang terjadi dalam dirinya menjelang menstruasi, yang pada umumnya orang cenderung agak emosional, agar kemudian dapat menempatkan atau menghadirkan diri dalam kebersamaan dengan baik. Pendek kata: hendaknya kita semua peka terhadap aneka peristiwa alam yang terjadi pada diri kita masing-masing, agar dengan demikian kita juga tumbuh berkembang untuk menjadi peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan hidup kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kerjasama atau korban kerjasama kasih antara bapak dan ibu kita masing-masing, maka hanya dalam kebersamaan dan bekerjasama kita dapat hidup bahagia dan damai sejahtera.
"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" (Mzm 24:1-3)
Ign 26 November 2012

Hari Raya TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM


HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: Dan 7:13-14;Why 1:5-8;Yoh 8:33b-37
"Apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Ketegangan antara pilihan DIY tetap sebagai daerah istimewa yang dipimpin oleh seorang raja sebagai gubernur dan DIY menjadi daerah seperti lainnya akhirnya dimenangkan oleh pilihan pertama, yaitu bahwa DIY tetap daerah istimewa yang dipimpin oleh seorang raja, sebagai gubernur. Memang jika dicermati, yang secara kebetulan DIY juga menjadi daerah pariwisata, keamanan dan kesejahteraan rakyat DIY cukup baik. Keamanan lingkungan terjamin dengan baik, dan memang sang pemimpin, yaitu Sultan senantiasa turun kebawah untuk memperhatikan rakyat kecil. Dalam film Soegija yang belum lama ini dipertontonkan hampir di seluruh wilayah Indonesia dapat dilihat betapa besar perjuangan dan pengorbanan masyarakat atau rakyat Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI, yang baru saja dimaklumkan oleh Sukarna-Hatta. Memang jika dipelajari salah satu tugas raja adalah memerdekakan atau mensejaherakan rakyat, sehingga rakyat pun juga tergerak untuk berpartisipasi dalam gerakan pembangunan dan pensejahteraan bersama. Maka baiklah di hari Minggu terakhir dalam Tahun Liturgi ini, dimana kita diajak untuk mengenangkan Yesus Kristus Raja Semesta Alam, kami mengajak anda sekalian, segenap umat beriman, untuk mawas diri: sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah, sehingga kapan pun dan dimana pun kita senantiasa hidup, bertindak dan berjuang demi kesejahteraan umum atau rakyat.
"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."(Yoh 8:36)
Yang dimaksudkan dengan 'Anak' di sini adalah Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya atau seluruh alam raya ini, dan tentu saja terutama dan pertama-tama adalah manusia, ciptaan terluhur di alam raya ini. Selamat memang berarti juga bebas merdeka, maka marilah kita mawas diri apakah sebagai orang beriman kita juga semakin bebas merdeka, tidak memiliki kelekatan tak teratur, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Orang yang sungguh bebas merdeka tak punya ketakutan atau kekhawatiran atau kecemasan sedikitpun dalam hidup di dunia ini: hati, jiwa, akal budi dan tubuhnya sungguh bebas merdeka, artinya tak dikuasai oleh dosa atau perilaku jahat apapun. Maka marilah kita mawas diri apakah kita 'benar-benar merdeka'.
Orang yang 'benar-benar merdeka' juga disebut sebagai 'anak-anak Allah' artinya orang yang senantiasa 'tinggal atau diam di dalam rumah Allah'. Tentu saja yang kami maksudkan sebagai 'rumah Allah' bukan hanya tempat-tempat ibadat saja, melainkan orang sungguh hidup dan bertindak dalam dan atas nama Allah. Maka jangan seperti orang-orang tertentu yang sangat fanatic, dimana berseru atas nama Allah kemudian merusak dan membunuh. Allah mendambakan atau menghendaki apa saja yang telah diciptakan senantiasa baik adanya, tidak tercemar atau tergores oleh dosa sedikitpun. Maka sebagaimana ketika kita diciptakan dalam keadaan 'telanjang', demikian pula ketika kita meninggal dunia. Telanjang yang saya maksudkan tidak hanya secara fisik melainkan secara rohani atau spiritual, yaitu keadaan dimana orang tidak memiliki malu dan takut sedikitpun karena dirinya dalam keadaan suci dan bersih.
Jika diperhatikan dalam hidup biasa setiap hari orang yang kelihatan bebas merdeka adalah 'orang gila' yang berkeliaran di jalanan; dimana yang bersangkutan senyum terus, tidak marah (marahnya sudah habis), tidak cemas dan tidak khawatir, dst… Kami berharap kita meneladan 'orang gila' tersebut, tidak berarti harus menjadi gila, tetapi orang yang senantiasa senyum terus-menerus karena senantiasa hidup dan bekerja dalam kesatuan dan kebersamaan dengan Tuhan, sehingga juga menjadi pribadi yang 'bebas merdeka'. Gunakan atau fungsikan kebebasan untuk membahagiakan orang lain, bukan untuk hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Tuhan telah menganugerahkan kebebasan kepada kita semua, maka kami juga berharap ketika ada sekelompok umat menyelenggarakan ibadat tidak diganggu, melainkan didukung, demikian juga ketika ada pendirian rumah ibadat apapun hendaknya diizinkan, tidak dipersulit, apalagi dilarang. Daripada rumah atau bangunan difungsikan untuk komersial, apalagi bisnis seks seperti losmen atau hotel kelas melati, lebih baik untuk beribadat.  
"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." (Why 1:8)
Yesus Kristus, Raja Semesta Alam adalah "Alfa dan Omega…, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang", dengan kata lain Ia adalah Raja Abadi, maka siapapun yang beriman kepadaNya ketika dipanggil Tuhan akan memasuki hidup abadi, berbahagia dan mulia selamanya di sorga. Beriman kepadaNya berarti cara hidup dan cara bertindaknya dimana pun dan kapanpun dijiwai oleh iman, mempercayakan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaran Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi.
Tuhan lah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi ini, maka segala sesuatu akan hidup dan baik adanya jika senantiasa ada di dalam PenyelenggaraanNya, maka pertama-tama kami mengingatkan kita semua, sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan gambar atau citraNya,  hendaknya setia menjadi perwujudan 'citra atau gambar Tuhan' dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain siapapun yang melihat kita atau bergaul dengan kita akan tergerak untuk membuka diri juga kepada Penyelenggaraan Ilahi, kemudian dengan rendah hati senantiasa berusaha hidup suci. Maka marilah kita saling menjaga dan membantu agar kita semua tetap setia sebagai 'citra atau gambar Tuhan'.
 "Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah." (Dan 7:13-14). Kutipan ini kiranya menggambarkan orang yang sungguh mengandalkan diri kepada Penyelenggaran Ilahi, sehingga orang dapat melihat kehadiran dan karya Tuhan di alam raya, termasuk di awan-awan atau di langit biru. Pengalaman yang demikian kiranya dimiliki oleh para petani maupun pelaut, yang setiap hari memboroskan waktu dan tenaga, hidup dan bekerja di dalam keterbukaan alam raya, maka jika anda hendak mengenal lebih lanjut perihal pengalaman tersebut, silahkan bercakap-cakap dengan petani atau pelaut.
Akhir kata semoga dengan mengenangkan Yesus Kristus, Raja Semesta Alam, hari ini kita semua semakin dikuasai atau dirajai oleh Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, sehingga ketika dipanggil Tuhan nanti kita langsung menikmati hidup abadi, mulia dan bahagia selamanya di sorga.
"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa." (Mzm 93:1-2.5)
Ign 25 November 2012

24 nov


Di hadapan Dia semua orang hidup."
(Why 11:4-12; Luk 20:27-40)

" Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus" (Luk 20:27-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Luc, imam dan kawan-kawannya, martir, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang-orang yang bersikap mental materialistis senantiasa orientasi dan paradigmanya pada hal-hal duniawi atau materialistis, dan tidak sampai ke hal-hal rohani atau spiritual. Dalam psikologi agama mereka digolongkan ke dalam kelompok orang yang cara hidupnya ada pada tingkat 'psiko-fisik' ,belum sampai pada 'psiko-sosial' , apalagi 'psiko-spiritual'. Sebagai orang beriman, yang memiliki panggilan kenabian atau martir, khususnya rekan-rekan iman dan tokoh-tokoh awam katolik, kami harapkan cara hidup dan cara bertindak kita berorientasi pada tingkat 'psiko-spiritual', yang berarti senantiasa berusaha menyelamatkan jiwa manusia, dalam hidup dan kerja sebagai tolok ukur atau barometer kesuksesan adalah keselamatan jiwa manusia. Marilah kita renungkan dan hayati sabdaNya bahwa "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup". Dengan kata lain hendaknya segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai, entah itu berupa barang, harta benda, uang dst. dihayati sebagai sarana yang bersifat sementara, bukan abadi, sarana untuk membantu kita, manusia, dalam rangka mengejar tujuan diciptakan yaitu keselamatan jiwa manusia. Semoga semakin lama kita semakin berorientasi pada tingkat 'psiko-spiritual'
·   "Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut. Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke mari!" Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka."(Why 11:10-12). Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk mendengarkan suara dari sorga: "Naiklah ke mari!". Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita sungguh merupakan perwujudan cita-cita dan harapan kita bahwa setelah meninggal dunia nanti kita segera naik ke sorga, hidup mulia dan berbahagia selamanya bersama Allah dan para kudus, yang telah mendahului perjalanan kita kembali ke sorga. Maka hendaknya hidup di dunia yang hanya sementara atau sebentar ini tidak disia-siakan dengan hidup dan bertindak seenaknya. Taati dan hayati aneka perintah dan sabda Tuhan, entah itu yang tertulis di dalam Kitab Suci maupun yang menjadi nyata dalam aneka kehendak baik saudara-saudari kita. Untuk itu kami berharap kepada kita semua agar bekerja keras dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan yang dibebankan kepada kita masing-masing. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Didiklah dan binalah anak-anak anda sedini mungkin dalam hal bekerja keras.
"Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang;yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!" (Mzm 144:1-2)
Ign 24 November 2012
 

23 nov


"Seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia."
(Why 10:8-11; Luk 19:45-48)

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia." (Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Secara liturgis kita semakin dekat mengakhiri Tahun Liturgi, yang dimahkotai dengan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan sikap mental yang saling berseberangan, yaitu para imam dan ahli-ahli Taurat yang berkehendak untuk membinasakan Yesus dan rakyat banyak yang semakin terpikat pada Yesus, karena Yesus memang berpihak pada rakyat atau mereka yang berada di poros komunitas. Visi Keuskupan Agung Semarang mencantumkan kata 'habitus baru' sebagaimana dicanangkan oleh KWI beberapa tahun lalu. Yang dimaksudkan dengan 'habitus baru' ialah cara melihat dan mempertimbangkan yang terkait dengan hidup bersama. Hidup bersama dipengaruhi oleh tiga poros, yaitu poros Badan Publik, poros Bisnis dan poros Komunitas. Ketika, entah poros Badan Publik atau Bisnis, memihak poros Komunitas, maka hidup bersama sungguh baik, sejahtera, menarik, memikat dan mempesona. Sungguh memprihatinkan bahwa sampai sekarang masih ada kecenderungan kuat bahwa mereka yang berada di poros Badan Publik dan poros Bisnis berkolusi dan meninggalkan poros Komunitas atau rakyat, maka hidup bersama kacau-balau, sarat dengan ketegangan, demonstrasi dan kerusuhan. Kami berharap kepada mereka yang berada di poros Badan Publik maupun Bisnis untuk berpihak pada rakyat atau yang berada di poros Komunitas, sehingga anda semua yang berpengaruh secara yuridis maupun material dalam hidup bersama sungguh ada dalam hati rakyat, memikat dan rakyat senang mendengarkan anda. Kepada kita semua kami ajak mawas diri: apakah kita semakin terpikat kepada Tuhan serta senang mendengarkan ajaran-ajaranNya, yang disampaikan oleh para pemimpin agama yang baik? Apakah semakin tambah usia dan pengalaman kita juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia?
·   "Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu." Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."(Why 10:8-9). Yang dimaksudkan dengan makanan di sini tidak lain adalah 'sabda Tuhan' atau aneka aturan dan tata tertib yang tertulis dalam lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari. Sejauh mana kita telah melaksanakan atau menghayati aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing? Apakah aturan dan tata tertib masih menjadi beban atau sudah menjadi kebutuhan? Sebagai orang beriman yang baik kami harapkan kita semua terhadap aturan atau tata tertib sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi beban. Demikian juga terkait dengan janji-janji yang telah kita ikrarkan, seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pelajar/mahasiswa , janji pegawai dst.. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis, sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Apakah kita semakin bersaudara atau bersahabat dengan Tuhan maupun sesama manusia tanpa pandang bulu atau SARA? Sebagai suami-isteri; sejauh mana anda semakin saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati? Kesetiaan antar suami-isteri dalam saling mengasihi akan menjadi dasar dan modal yang kuat dan handal untuk hidup saling mengasihi dengan orang lain. Semoga kita semua juga semakin peka mendengarkan suara Tuhan yang menggejala dalam ciptaan-ciptaanNya di bumi ini.
"Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak." (Mzm 119:14.24.72)
Ign 23 November 2012

Rabu, 21 November 2012

22 nov

"Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga."
(Im 19:1-2.17-18; Mat 7:21-27)

" Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."(Mat 7:21-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Sesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Saya ingin hatiku bersih dan tubuhku tidak tercemar. Keperawananku telah saya janjikan bagi Tuhan", demikian kata Sesilia kepada calon suaminya yang bernama Valerianus. Dua insan yang sedang jatuh cinta ini akhirnya memang tidak jadi menikah, karena Valerianus menghormati Sesilia sepenuhnya. Pada masa ini memang setia menjadi murid Yesus atau orang Kristen pasti akan menghadapi tantangan berat, siap sedia untuk menjadi martir. Sesilia sendiri akhirnya harus menerima hukuman cukup berat dan menjelang kematiannya ia tersenyum gembira. Ia sungguh setia melakukan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari yang sarat dengan tantangan dan hambatan. Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk setia pada rahmat kemartiran, antara lain meneladan St.Sesilia: berusaha dengan rendah hati agar hati kita bersih dan tubuh kita tidak tercemar, alias suci hatinya dan tubuh sungguh menjadi 'bait Tuhan'. Hati bersih atau suci berarti tidak pernah melukai atau mengecewakan sedikit pun pada orang lain, melainkan senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan yang lain. Jika hati sungguh bersih, maka kami percaya tubuhnya juga tak tercemar. Maka secara khusus kami mengajak dan berharap kepada rekan-rekan muda-mudi dan remaja untuk menjaga kebersihan hati dan tubuh tak tercemar. Memang pada masa ini cukup banyak godaan untuk mencemarkan tubuh, antara lain dengan tindakan yang bersifat seksual sampai hubungan seksual di kalangan muda-mudi dan remaja. Dengan kata lain rekan-rekan remaja putri atau mudi kami harapkan manjaga keperawanannya, demikian juga rekan-rekan remaja putra menjaga kejantanannya. Rekan perempuan  hendaknya juga tidak memancing nafsu jahat laki-laki, dan sebaliknya rekan laki-laki hendaknya mengendalikan nafsunya.

·   "Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN." (Im 19:17-18). Kutipan di atas ini sungguh bagus untuk kita renungkan dan hayati. Kerajaan Allah adalah kerajaan hati, hidup beriman adalah urusan hati, maka seruan "janganlah engkau membenci saudara di dalam hatimu" selayaknya kita hayati. Memang di permukaan orang kelihatan bersaudara, tetapi apa yang ada dalam hatinya bermusuhan, saling membenci. Kami berharap kita semua jujur terhadap diri sendiri, tidak menipu diri atau bersikap munafik seperti orang-orang Farisi. Sebagai pelatihan jujur terhadap diri sendiri antara lain dapat dilakukan ketika kita berada sendirian, entah di dalam rumah/ kamar atau di perjalanan: hendaknya kita tetap setia berbuat baik alias melakukan apa yang baik dan tidak mencemarkan hati maupun anggota tubuh kita. Jika kita terbiasa jujur terhadap diri sendiri, maka dengan mudah kita jujur terhadap orang lain, kita juga tidak akan balas dendam terhadap mereka yang menyakiti kita. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" inilah yang hendaknya juga kita hayati dan sebarluaskan. Jika kita tidak mau disakiti hendaknya juga jangan menyakiti orang lain, terutama dalam hal hati. Memang menyakiti hati orang lain sering tak terasa, maka baiklah kepada mereka yang disakiti hatinya kami harapkan dengan jujur menyampaikannya kepada yang menyakiti, dan hendaknya juga mengampuninya.

"TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN?Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar." (Mzm 14:2-5)
Ign 22 November 2012
 

Selasa, 20 November 2012

21nov

"Siapa pun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga"
(Za 2:10-13; Mat 12:46-50)

" Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mat 12:46-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Dipersembahkan kepada Allah hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   SP Maria adalah teladan umat beriman, maka dalam rangka mengenangkan persembahannya kepada Tuhan marilah kita sebagai orang beriman mawas diri perihal kehidupan iman kita dengan cermin  SP Maria. Keunggulan hidup beriman ada pada penghayatan atau perilaku bukan wacana atau omongan, yaitu menjadi pelaksana atau pelaku kehendak dan perintah Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Maka dalam Tahun Iman ini marilah kita tingkatkan, perdalam dan perteguh penghayatan iman kita. mayoritas waktu dan tenaga kita untuk hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi, maka entah tugas pekerjaan kita apapun hendaknya dilakukan dalam iman, dengan semangat iman. Dengan kata lain melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, diharapkan kita semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan alias semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Semakin berpengalaman berarti semakin suci, semakin banyak kenalan berarti semakin memiliki banyak sahabat, demikian juga semakin kaya akan harta benda dan uang juga semakin suci, semakin tinggi jabatan dan kedudukan semakin dapat menjadi teladan dalam penghayatan iman. Semoga kita semua tumbuh berkembang dalam pengahayatan iman, semakin meninggalkan cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, entah itu berupa tradisi atau kebiasan-kebiasaan sebagai warisan nenek moyang atau lingkungan hidup kita.

·   "Berdiam dirilah, hai segala makhluk, di hadapan TUHAN, sebab Ia telah bangkit dari tempat kediaman-Nya yang kudus" (Za 2:13). Segala makhluk berarti segala sesuatu yang hidup, tumbuh dan berkembang di atas muka bumi ini, yaitu manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan, dan tentu saja binatang dan tumbuh-tumbuhan tergantung dari manusia, sebagai ciptaan terluhur di bumi ini. Maka pertama-tama dan terutama kami mengajak rekan-rekan sekalian dalam kondisi dan situasi apapun, dimanapun dan kapanpun kami harapkan untuk senantiasa 'berdiri di hadapan Tuhan'. Jika kita sungguh-sungguh berada di hadirat Tuhan, maka mau tak mau kita harus melaksanakan kehendakNya, dan tidak mungkin hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti kemauan atau keinginan pribadi. Selanjutnya, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan, kita semua dipanggil untuk memelihara dan mengurus aneka jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan sedemikian rupa sehingga dapat membantu kita dalam penghayatan iman atau tumbuh berkembang semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Maka jika ada binatang atau tanaman piaraan yang mengganggu penghayatan iman hendaknya disingkirkan. Maklum ada orang yang lebih mengasihi, yang berarti memboroskan waktu dan tenaganya bagi binatang atau tanaman piaraannya dari pada sesamanya manusia, atau bahkan isteri/suami atau anak-anaknya. Ada juga ongkos pemeliharaan binatang atau tanaman piaraan lebih tinggi daripada ongkos hidup seluruh anggota keluarganya. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah orang yang menghabisi binatang atau tanaman demi tujuan komersial, sehingga menjadi ancaman bagi kehidupan manusia. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa semua makluk hidup di atas bumi ini adalah ciptaan Tuhan, maka hendaknya diusahakan agar semua makluk di permukaan bumi senantiasa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak Tuhan.

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya" (Luk 1:46-51)
Ign 21 November 2012

Senin, 19 November 2012

20 nov


"Tuhan setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin"
(Why 3:1-6.14-22; Luk 19:1-10)

" Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."(Luk 19:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Para pegawai atau petugas pajak jika jujur dan disiplin kiranya tidak akan kaya raya, namun karena pada umumnya tidak jujur serta senantiasa mencari 'sabetan', maka para petugas atau pegawai pajak kaya raya. Dengan kata lain sebenarnya kekayaan mereka diperoleh dengan tidak wajar atau tidak halal, entah itu diperoleh dengan korupsi atau masukan 'uang pelicin'. Kami percaya bahwa tidak semua pegawai atau petugas pajak bersikap mental macam itu, namun ada beberapa orang yang terjebak dalam struktur dan tak mungkin keluar. Zakheus kiranya termasuk orang yang macam itu, orang baik yang terjebak ke dalam struktur yang korup dan tidak adil. Maka ketika ia bertemu dengan Yesus secara pribadi, ia pun tergerak untuk mengembalikan kekayaan yang tidak wajar atau tidak halal tersebut kepada orang-orang miskin. Hemat saya jasa orang-orang miskin untuk pajak memang tidak sedikit, ambil contoh saja: yang menikmati mie instant maupun rokok pada umumnya adalah orang-orang miskin, dan untuk itu mereka harus membeli. Pengusaha mie dan rokok kiranya membayar pajak sangat besar, dan ada kemungkinan dalam membayar pajak masih 'kong kalingkong' dengan pegawai pajak. Harga mie dan rokok berapa pun pasti akan tetap dibayar oleh para konsumen, yang pada umumnya adalah orang-orang miskin. Maka dengan ini kami berseru kepada para pegawai atau petugas pajak yang menerima imbal jasa tidak wajar maupun para pengusaha mie dan rokok untuk memberi perhatian yang memadai kepada orang-orang miskin dan berkekurangan. Jika anda sungguh beriman atau 'keturunan Abraham', maka tirulah tindakan Zakheus: setengah dari kekayaan pribadi anda sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan.

·   "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat." (Why 3:5-6). Yang dimaksudkan dengan kemenangan di sini tidak lain adalah menang atas dosa-dosa atau kejahatan-kejahatan. Orang yang mengalami kemenangan yang demikian itu namanya akan terus tercatat dalam 'kitab kehidupan' artinya dikenang terus menerus sampai akhir zaman, sebagaimana dialami oleh para santo dan santa. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan nama kita kelak dikenang terus menerus sampai akhir zaman, maka jika memang demikian dambaan kita, marilah kita perangi dosa dan kejahatan, baik yang ada dalam diri kita sendiri maupun dalam lingkungan hidup kita. Tentu saja diri kita pertama-tama yang harus bersih dari dosa dan kejahatan, tidak ada kata terlambat untuk bertobat, maka jika saat ini masih berdosa segeralah bertobat. Kita semua juga dipanggil untuk 'mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat", dengan kata lain saling mendengarkan satu sama lain dengan rendah hati. Suara Roh dalam jemaat-jemaat, yang berarti juga dalam diri kita masing-masing antara lain menggejala dalam kehendak baik, maka marilah kita saling bertukar kehendak baik dan kemudian bersama-sama mensinerjikannya ke dalam tindakan konkret, yang berarti senantiasa melakukan apa yang baik. Baik sejati senantiasa berlaku secara universal, dimana saja dan kapan saja. Maka hemat saya yang paling baik dan kiranya disetujui semua orang beriman adalah keselamatan jiwa. Kita usahakan  keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak kita.

"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya."
(Mzm 15)
Ign 20 November 2012

Minggu, 18 November 2012

19 Nov


"Melihatlah engkau imanmu telah menyelamatkan engkau!"
(Why 1:1-4;2:1-5a; Luk 18:35-43)

"Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!"Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah." (Luk 18;35-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefeksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang buta matanya pada umumnya memiliki kepekaan untuk mendengarkan dengan lebih baik daripada orang yang sehat matanya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan seorang pengemis buta yang mohon penyembuhan dari Yesus dari kebutaannya. Saya percaya bahwa si pengemis buta ini mata hatinya juga dapat melihat, dan kiranya yang bersangkutan juga sungguh beriman. Maka dengan murah hati Yesus menanggapi permohonannya dengan berkata: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!". Kami percaya kebanyakan dari kita pasti memiliki kesehatan mata yang baik alias dapat melihat segala sesuatu, namun apakah mampu melihat "Tuhan yang hidup, berkarya dan lewat" di tengah-tengah kita kiranya boleh dipertanyakan. Sabda hari ini kiranya mengajak kita semua untuk mawas diri sejauh mana kita semakin mampu melihat Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing maupun dalam lingkungan hidup kita, terutama dalam diri orang-orang beriman. Jika kita mampu melihat dan mengimani Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri kita maupun lingkungan hidup kita, maka kita pasti akan dalam keadaan selamat, damai sejahtera dan bahagia. Kami harapkan anda semua semakin peka dalam melihat, tidak hanya melihat secara serampangan, tetapi secara detil. Misalnya secara konkret marilah kita lihat apa yang kita miliki dan kuasai, apakah ada yang perlu diselamatkan atau diperbaiki, dan kemudian marilah kita lihat dalam diri kita masing-masing, apakah ada cara hidup dan cara bertindak yang harus diperbaiki. Marilah kita lihat karya Tuhan dalam lingkungan hidup kita, entah dalam diri manusia, binatang maupu tumbuh-tumbuhan.

·   "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." (Why 2:2-4). Dari kutipan di atas ini mungkin yang baik kita renungkan adalah 'tegoran': "Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula". Tegoran ini hemat saya pertama-tama baik untuk direnungkan oleh para suami-isteri: sejauh mana kasih anda berdua semakin mendalam, akurat dan handal atau semakin luntur dan memudar? Tanda bahwa kasih anda berdua semakin mendalam, akurat dan handal, antara lain anda berdua akan semakin kelihatan sebagai manusia kembar, yang kelihatan dalam ruman muka atau wajah. Sebaliknya jika kasih anda berdua semakin luntur dan memudar, maka wajah anda berdua semakin jauh berbeda dan bahkan kelihatan angker atau kejam. Kami berharap kepada suami-isteri bahwa setelah sekian tahun hidup bersama sebagai suami-isteri: makan bersama, tidur bersama, bepergian bersama dst.., anda berdua semakin mesra dalam saling mengasihi. Maka kenangkan kembali masa-masa pacaran atau tunangan, yang berarti berlakulah saat ini bagaikan orang yang sedang berpacaran juga. Salah satu  wujud kasih yang sulit dihayati dan penting pada masa kini adalah 'boros waktu dan tenaga bagi yang dikasihi', sebagaimana terjadi dalam diri orang yang sedang berpacaran. Maka silahkan anda sebagai suami-isteri saling memboroskan waktu dan tenaga bagi pasangannya,  curhat bersama, dst..

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."
(Mzm 1:1-4)
Ign 19 November 2012

Jumat, 16 November 2012

Minggu Biasa XXXIII

Mg Biasa XXXIII: Dan 12:1-3; Ibr 10:11-14.18; Mrk 13:24-32
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
Hari-hari ini kiranya musim penghujan yang disertai badai atau puting beliung, yang antara lain juga mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang sedang atau mulai terjadi di wilayah Indonesia. Dampak dari itu semua antara lain muncul penyakit di sana-sana yang mengancam hidup manusia. Memang berbagai musibah atau bencana alam dapat memusnahkan apa yang ada di permukaan bumi ini. Kebakaran rumah atau gedung dapat memusnahkan isi rumah atau gedung yang bersangkutan. Begitulah sesuai dengan sabda Yesus bahwa "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu". Maka marilah di hari-hari terkakhir menjelang akhir Tahun Liturgi, tahun perjalanan iman kita, kita renungkan sabda Yesus tersebut.
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Mrk 13:31)
Tuhan memang mahakuasa dan mahakuat, maha segalanya, maka sabdaNya pun tak akan musnah. Kita semua kiranya tahu bahwa Kitab Suci yang kita miliki dan terus kita pakai sampai saat ini ditulis ratusan tahun yang lalu, dan sampai sekarang masih memadai atau up to date, terus menerus didalami dan dipelajari serta diusahakan 'diterjemahkan' kedalam aneka bahasa dan gayanya agar dapat difahami dan berarti bagi siapapun. Maka dengan ini kami mengharapkan anda sekalian untuk setiap hari membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan kiranya apa yang setiap hari saya kutipkan dan refleksikan berguna bagi anda sekalian. Tentu saja kami berharap ada ayat-ayat yang mengesan dan membekas secara mendalam dalam diri anda, sehingga cara hidup dan cara bertindak anda sungguh dijiwai oleh sabda Tuhan.
Maaf kalau saya mengutip apa yang tertulis dalam Hukum Gereja Katolik atau Kitab Hukum Kanonik, perihal sabda Tuhan, yang mengatakan atau  mengajarkan bahwa "Semua orang wajib mencari kebenaran dalam hal-hal yang menyangkut Allah dan GerejaNya, dan berdasarkan hukum ilahi mereka wajib dan berhak memeluk dan memelihara kebenaran yang mereka kenal" (KHK kan 748 $ 1). Marilah kita gunakan kewajiban dan hak kita perihal kebenaran-kebenaran. Pertama-tama dan terutama marilah kita cari kebenaran-kebenaran yang ada di dalam Kitab Suci, tentu saja yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Namun demikian hendaknya difahami bahwa apa yang disebut benar senantiasa berlaku universal, kapan saja dan dimana saja, maka hemat saya kebenaran yang bersifat universal adalah 'perintah atau sabda Tuhan perihal saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita'. Maka kami  mengajak anda sekalian untuk mawas diri: sejauh mana kita hidup dan bertindak semakin saling mengasihi, sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama kita?
Jika kita sungguh hidup dan bertindak saling mengasihi, maka kita juga akan memahami sabda ini, yaitu "Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.Dan pada waktu itu pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit" (Mrk 13:26-27). Kita akan termasuk ke dalam 'orang-orang pilihanNya', dan dengan demikian ketika kita dipanggil Tuhan segera bersatu dan berkumpul bersama orang-orang pilihanNya yang telah mendahului perjalanan menghadap Tuhan di sorga, hidup mulia dan berbahagia selamanya bersama para santo-santa, para kudus di sorga. Dalam hidup bahagia dan mulia di sorga tidak ada perbedaan satu sama lain, karena semuanya adalah 'orang-orang pilihanNya', yaitu selama hidup di dunia senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu, SARA.
Selanjutnya kami berharap kepada siapapun yang kaya akan harta benda atau uang, untuk menyadari bahwa semuanya itu bersifat sementara saja, tidak abadi atau tidak kekal, maka hendaknya memfungsikannya sedemikian rupa untuk semakin memahami dan mendalami sabda-sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Dengan kata lain kami mengaharapkan anda sekalian untuk mendukung gerakan-gerakan pendalaman iman atau Kitab Suci, sehingga semakin banyak orang mengenal dan memahami kebenaran serta kemudian hidup dalam dan oleh kebenaran. Kepada para orangtua kami harapkan untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal pengenalan, pengetahuan dan pemahaman sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, dan untuk itu kiranya dapat digunakan Kitab Suci bagi Anak-anak.
"Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan" (Ibr 10:11-14)
Kutipan di atas ini kiranya baik untuk direnungkan oleh rekan-rekan imam, yang memiliki tugas perutusan untuk melayani dan mempersembahkan korban/Perayaan Ekaristi. Di dalam melayani umat Allah kami harapkan rekan-rekan imam meneladan Yesus, yang rendah hati serta mendatangi atau mengunjungi umat. Kunjungan hendaknya merata, tidak hanya mengunjungi orang-orang kaya saja, tetapi juga yang miskin dan berkekurangan. Selain mengunjungi umat pada hari Sabtu sore atau Minggu setelah mempersembahkan Perayaan Ekaristi, hendaknya memberi salam kepada umat yang berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi, dan mungkin untuk itu hanya saling berjabatan tangan.
Di dalam melayani umat Allah hendaknya juga rela berkorban bagi mereka serta menjadi saksi dalam hidup sederhana sebagaimana dianjurkan oleh Gereja, sebagai berikut:"Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan. Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan jabatan gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak dan untuk memenuhi semua tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282). Sikap mental hidup sederhana ini hendaknya dididik dan dibiasakan sejak di seminari menengah dan tentu saja dengan teladan konkret dari staf, pembina maupun para guru di seminari terkait.
Perayaan Ekaristi merupakan puncak ibadat bagi umat Katolik, maka hendaknya Perayaan Ekaristi dipersembahkan sedemikian rupa sehingga mengesan bagi umat yang hadir atau berpartisipasi. Untuk itu hendaknya imam mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum mempersembahkan Perayaan Ekaristi. Maaf kalau saya mengangkat St.Ignatius Loyola: St.Ignatius Loyola senantiasa mempersiapkan Perayaan Ekaristi pada malam hari menjelang istirahat atau tidur untuk Perayaan Ekaristi pagi hari berikutnya, demikian juga sebelum mempersembahkan Ekaristi persiapan pribadi dengan berdoa atau bermeditasi. Hal yang sama juga dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II, yaitu selama seperempat jam sebelum Perayaan Ekaristi berdoa atau bermeditasi sendirian.
Di dalam Perayaan Ekaristi juga ada homili, maka hendaknya homili juga dipersiapkan sebaik mungkin dan apa yang disampaikan dalam homili sungguh bersumber atau berinspirasi dari bacaan Kitab Suci hari yang bersangkutan. Untuk itu memang perlu persiapan sehingga apa yang ada di dalam Kitab Suci dapat 'diterjemahkan' kedalam 'bahasa' umat setempat, sehingga apa yang disampaikan dalam homili sungguh mengesan dan menjiwai hidup mereka. Semoga rekan-rekan imam akhirnya layak disebut sebagai "orang-orang bijaksana bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya" (Dan 12:3).
"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram;sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (mzm 16:8-11)
Ign 18 November 2012

17nov

"Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu"
(1Yoh 3:14-18; Luk 6:27-38)
"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:27-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Elisabet dari Hongaria, biarawati, hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Seorang biarawati adalah orang yang sungguh membaktikan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi, dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya diharapkan sesuai dengan kehendak Tuhan atau menghayati sabda-sabda Yesus dan meneladan cara hidup serta cara bertindakNya. Sabda Yesus hari ini adalah "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu". Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap anggota lembaga hidup bakti, biarawan dan biarawati, untuk menghayati sabda Yesus ini dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sabda di atas ini kiranya juga dapat diwujudkan dengan bermurah hati kepada siapapun; bermurah hati artinya hatinya dijual murah, siapapun boleh minta hatinya, dengan kata lain memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu, SARA. Maka kami berharap kepada rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak pilih-pilih sesuai dengan selera pribadi dalam hal tugas pekerjaan maupun pergaulan. Tugas pekerjaan apapun atau tempat kerja dimanapun yang diberikan oleh Tuhan melalui pembesar hendaknya dilaksanakan dengan murah hati, dilaksanakan sebaik mungkin. Demikian pula dalam kerja hendaknya bergaul mesra dengan siapapun yang terlibat dalam kerja atau tugas. Secara khusus kami harapkan tetap bermurah hati kepada mereka yang membenci atau mempersulit kita dalam hidup dan tugas.

·   "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya" (1Yoh 3:14-15). Membenci memang merupakan tindakan halus untuk membunuh atau menyingkirkan orang lain. Lebih halus dari membenci atau mengeluh atau menggerutu. Sebagai orang beriman, yang berarti juga membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, marilah kita hayati kasih dan kemurahan hati Tuhan serta kita salurkan ke mana-mana. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan tidak pernah membenci atau memusuhi kita, dalam situasi dan kondisi apapun kita tepat dikasihi oleh Tuhan. Kita semua kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia dan mulia selamanya, di sorga setelah meninggal dunia. Hidup kekal ini masa kini sudah dapat kita hayati atau nikmati dalam pengharapan, artinya kita senantiasa penuh harapan, yang berarti senantiasa ceria, gembira dan dinamis, sehingga menarik, memikat dan mempesona orang lain, cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menjadi wujud kemurahan hati kita kepada saudara-saudari kita. Persaudaraan atau persahabatan sejati pada masa kini sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarluaakan.
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm 34:2-5)
Ign 17 November 2012

Kamis, 15 November 2012

16 nov

"Barangsiapa kehilangan nyawanya ia akan menyelamatkannya"
(2Yoh 4-9; Luk 17:26-37)

"Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."(Luk 17:26-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari rini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari-hari ini kita mulai mendekati akhir Tahun Liturgi sebelumnya memasuki Tahun Baru Liturgi, masa Adven. Dengan kata lain sudah hampir selama setahun kita merenungkan sabda-sabda Tuhan, yang berarti sudah cukup banyak yang kita baca dan renungkan. Sabda hari ini mengajak kita semua untuk mawas diri dengan cermin sabdaNya:"Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya". Dengan kata lain sejauh mana kita telah hidup dan bertindak dijiwai oleh sabda-sabda Tuhan, tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau  keinginan pribadi atau sebagai orang beriman kita semakin beriman, sebagai suami-isteri semakin saling mengasihi, sebagai pekerja semakin terampil bekerja, sebagai orang yang bertugas belajar semakin berpengetahuan dan dewasa, sebagai anggota lembaga hidup bakti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dst.. Ada kemungkinan diri kita tidak lama lagi dipanggil Tuhan, mengingat dan memperhatikan kematian dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, maka apakah kita telah siap sedia dipanggil Tuhan atau meninggal dunia untuk selanjutnya menikmati hidup bahagia dan mulia selamanya di sorga. Maka baiklah kita mawas diri bahwa ketika dilahirkan di dunia ini kita tidak membawa harta kekayaan apa-apa, dalam keadaan telanjang bulat, dan ketika dipanggil Tuhan kita pun juga tak mungkin membawa harta benda atau kekayaan sedikitpun. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang kaya akan harta benda atau uang untuk memfungsikannya sedemikian rupa sehingga anda semakin beriman atau semakin suci, semakin siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.

·   "Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya" (2Yoh 6). Perintah agar hidup saling mengasihi kiranya diajarkan oleh semua agama atau keyakinan, dan kita semua kiranya telah berkali-kali mendengarkan homili atau kotbah atau mungkin membaca buku-buku rohani atau keagamaan, dengan kata lain secara jujur hendaknya mengakui bahwa kita telah mengenal perintah-perintahNya, dan semua perintahNya kiranya dipadatkan dalam perintah untuk hidup saling mengasihi. Maka pertanyaan bagi kita semua: apakah kita semakin hidup saling mengasihi, dan dengan demikian juga bersahabat dan bersaudara dengan siapapun tanpa pandang bulu, SARA? Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih. Dengan kata lain kita kaya akan kasih, maka panggilan untuk saling mengasihi tidak sulit asal kita tidak pelit, yaitu tinggal menyalurkan kasih kepada orang lain, yang kita miliki secara melimpah ruah. Tidak hidup saling mengasihi berarti tidak beriman, tidak percaya kepada Tuhan alias kafir. Sekali lagi kita semua diingatkan bahwa sejak semua, sejak dilahirkan di dunia ini, kita telah mendengar dan menikmati kasih, maka hendaknya jangan dilupakan, melainkan hendaknya diperdalam dan diperkembangkan, sehingga pada suatu saat kita siap sedia bertemu dengan 'Kekasih Sejati', Allah, ketika kita meninggal dunia.
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati" (Mzm 119:1-2)
Ign 16 November 2012