Rabu, 31 Oktober 2012

1 Nov - HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:


HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:

Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

" Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah"

Dalam rangka mengenangkan Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini saya coba refleksikan sabda Yesus tentang "Sabda Bahagia", sebagaimana diajukan dalam bacaan Injil hari ini, sebagai berikut:

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.(Mat 5:3)

Apa yang dimaksudkan dengan 'miskin di hadapan Allah' antara lain adalah sikap mental senantiasa terbuka terhadap kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, sehingga orang tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan demikian orang yang bersangkutan adalah orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Saya percaya bahwa kita semua mendambakan hidup suci dan kelak setelah meninggal dunia hidup mulia selamanya di sorga, maka dengan ini kami harapkan anda semua senantiasa membuka diri terhadap Penyelenggaraan Ilahi.    

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Mat 5:4).

Hidup suci sesuai dengan perintah dan kehendak Allah atau senantiasa terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan alias dukacita. Maka ada pepatah: "jer basuki mowo beyo" (=untuk hidup mulia dan berbahagia orang harus berjuang dan berkorban), "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Dua pepatah atau peribahasa di atas ini kiranya senada dengan sabda di atas, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban alias berduka cita demi penghiburan sejati yang akan kita terima atau nikmati serta dambaan.     

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

Orang yang setia berjuang dan berkorban karena kesetiaan kepada Penyelenggaraan Ilahi akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lemah lembut, tidak kasar. Orang yang lembah lembut pada umumnya juga akan hidup dan bertindak 'membumi', artinya sungguh merakyat atau mencermati dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari sekecil dan sesederhana apapun. Hidup merakyat alias memperhatikan rakyat dan anak-anak kecil harus dengan lemah lembut, demikian juga memeperhatikan perkara atau hal-hal kecil dan sederhana. Kami berharap mereka yang berperan dalam hidup bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan lemah lembut, sehingga kita semua juga hidup dan bertindak dengan lemah lembut.   

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Mat 5:6)

Orang yang lemah lembut pasti akan 'lapar dan haus akan kebenaran', rindu untuk mengetahui, memiliki dan menghayati apa yang benar dan baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian yang bersangkutan kapan pun dan dimana pun senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang benar dan yang baik. Saya percaya jika siapapun dapat melakukan apa yang baik dan benar dengan sukses pasti akan sungguh puas, dan kepuasannya akan tinggal lama dalam dirinya atau bahkan membekas dalam dirinya sampai mati.

`"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Mat 5:7)

Jika orang sungguh puas atas pengalaman hidup dan cara bertindaknya, maka yang bersangkutan akan bermurah hati kepada siapapun, artinya akan memperhatikan siapapun yang membutuhkan perhatian, tanpa pandang bulu. Hatinya senantiasa terbuka kepada siapapun sepanjang waktu, dan tentu saja juga akal budi, jiwa, tenaga maupun harta bendanya juga siap sedia untuk memperhatikan orang lain. Dengan kata lain orang yang bersangkutan akan menjadi orang yang sungguh social, dan dengan demikian akan memiliki banyak teman, saudara atau sahabat.

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

Karena perhatian orang lain begitu melimpah ruah, maka orang yang bermurah hati juga akan berkembang menjadi suci hatinya, memiliki suara hati yang bersih dan jernih. Ia bagaikan dalam pewayangan seperti Puntadewa, yang memiliki kesucian hati sehingga dikatakan darahnya pun berwarna putih. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya, tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan demikian yang bersangkutan pun juga menjadi wahana atau sarana kerja Allah, karena apa yang dilakukan senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, maka yang bersangkutan pun senantiasa 'membawa damai' bagi siapapun yang dijumpai.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Orang yang membawa damai" kemana pun dan dimana pun berarti menjadi sahabat-sahabat Allah, karena Allah senantiasa mendambakan damai di bumi. "Mereka akan disebut anak-anak Allah", orang yang senantiasa kehadiran dan sepak terjangnya dimana pun dan kapan pun merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah, Allah sungguh hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Sebagai orang beriman sering kita juga disebut sebagai Umat Allah, maka marilah kita saling membawa damai bagi saudara-saudari kita, dan dimana ada pertentangan atau permusuhan hendak kita segera datang untuk mendamaikan. 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

Pada masa kini pembawa damai atau pewarta kebenaran pasti tak akan terlepas dari aneka bentuk penganiayaan atau penderitaan, mengingat dan memperhatikan pertentangan dan kebohongan masih marak di sana-sini. Kepada mereka yang harus mengalami penganiayaan atau penderitaan karena mewartakan damai dan kebenaran, kami harapkan tetap setia melakukannya seraya mengenangkan Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia seluruh dunia. Pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda telah 'empunya Kerajaan Sorga', artinya sewaktu-waktu anda meninggal dunia akan langsung menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.    

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Mat 5:11)

Akhirnya menjadi orang yang hidup dan bertindak dalam kuasa Allah alias dirajai atau dikuasai oleh Allah dan secara konkret hidup baik, jujur, disiplin, menghayati rahmat kenabian yang berarti pada suatu saat harus melawan arus, maka yang bersangkutan akan mengalami celaan dan aniaya maupun fitnah. Jangan menjadi kecil hati atau penakut jika harus mengalami yang demikian itu, tetapi tetap berbahagia dan bergembiralah, karena para santo dan santa pelindung kita dan menandai nama kita, telah mengalami yang sama. Nikmati dan hayati aneka celaan, aniaya dan fitnah sebagai kesempatan menghayati iman kita kepada Yang Tersalib. Marilah kita renungkan kutipan ini : "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." (1Yoh 3:1-3)

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4) . Ign 1 November 2012


31Okt


"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"
(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)
"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."(Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Rodriguez, biarawan SJ, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar kiranya tidak mudah untuk masa kini, karena budaya instant yang berarti ingin cepat-cepat dan segera dilayani begitu menjiwai orang masa kini. Kebiasaan untuk antri atau menunggu dengan sabar dan rendah hati kiranya telah mengalami erosi, karena orang senantiasa ingin menjadi yang pertama atau nomor satu. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, tidak menyeleweng atau berselingkuh. St.Alfonsus Rodriguez yang kita kenangkan hari ini adalah seorang bruder SJ, yang tugas pekerjaan hariannya selama bertahun-tahun menjadi penjaga pintu dan penerima tamu. Bukankah dalam melaksanakan tugas ini  ada kemungkinan sepanjang hari orang kelihatan menganggu karena harus berjaga-jaga terus-menerus dan ada kemungkinan sangat sibuk karena begitu banyak tamu berdatangan. Pengalaman dalam kesesakan begitu dominan dalam diri orang yang bertugas sebagai penjaga pintu atau penerima tamu, sesak karena pada umumnya kurang dihormati atau bahkan sering dimarahi, sesak karena apa yang dikerjakan kelihatan hina atau tidak penting dst… , dengan kata lain rasanya tidak banyak orang bersedia ditugaskan sebagai penjaga pintu. Tetapi ingatlah bahwa penjaga pintu sangat penting, karena ia dapat menentukan hidup dan kinerja anggota rumah, kantor/tempat kerja atau komunitas, yaitu menolak atau menerima tamu. Kiranya masih cukup banyak tugas pekerjaan yang kelihatan sederhana tetapi begitu penting dalam kehidupan bersama dan sering kurang menjadi perhatian kita, misalnya tukang masak, tukang kebersihan dst.. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban dalam mengusahakan kesuksesan.
·   "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia" (Ef 6:5-7). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus mengingatkan segenap anggota keluarga atau rumah tangga untuk senantiasa hidup dan bertindak saling melayani dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar, serta berusaha tidak pernah mengecewakan orang lain sedikitpun. Kita semua juga dipannggil untuk hidup dengan tulus hati dan taat. Tulus hati berarti hati yang bersih dan suci, tidak pernah melakukan kejahatan dosa, hatinya seperti Hati Yesus, yang dari HatiNya mengalir 'air dan darah segar', lambang kehidupan dan kesegaran: dari hati tulus akan keluar segala sesuatu yang menghidupkan dan menyegarkan. Maka marilah kita senantiasa berusaha untuk hidup dengan tulus hati, dan hemat saya ketulusan hati ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua. Kami berharap ketulusan hati juga menjadi perhatian dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Semoga ketulusan hati menjiwai semua warganegara Republik Indonesia tercinta ini.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk" (Mzm 145:10-14)
Ign 31 Oktober 2012

Senin, 29 Oktober 2012

30 Okt


"Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
(Ef 5:21-35; Luk 13:18-21)

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Segala sesuatu kiranya mulai dari kecil, sederhana atau sedikit. Dalam Warta Gembira hari ini kepada kita diketengahkan perihal perumpamaan Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi. Biji sesawi konon yang terkecil, namun begitu tumbuh menjadi rimbun dan banyak burung-burung kecil berdatangan untuk mencari makan; demikian juga ragi dalam jumlah kecil ketika diadukkan ke dalam tepung terigu, maka rasanya jadi lain: ragi merasuki seluruh tepung terigu. Maka sabda hari ini kiranya dapat menjadi pegangan hidup kita, dimana meskipun jumlah kita kecil tetapi karena berkualitas, maka akan sangat berguna bagi kehidupan bersama. Dengan kata lain sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih menekankan kualitas daripada kuantitas, mutu daripada jumlah. Tentu saja kualitas yang kami maksudkan terutama atau lebih-lebih kualitas iman, dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam kualitas iman kita. Dalam Tahun Iman ini kita diajak untuk mawas diri sejauh mana kedalaman iman kita dan kemudian menghasilkan buah melimpah, berupa banyak jiwa diselamatkan. Semoga perkembangan dan pertumbuhan iman kita sungguh dapat menjadi tempat berlindung bagi banyak orang dalam rangka menyelamatkan jiwanya atau kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa lebih enak dan nikmat untuk didiami, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Marilah kita didik dan bina anak-anak kita agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Demikian pula kami mengingatkan siapapun yang bekerja dalam pelayanan pendidikan atau sekolah untuk lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas spiritual, bukan hanya secara intelektual belaka.

·   "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." (Ef 5:32-33). Paulus menggambarkan kesatuan kita dengan Yesus Kristus, Tuhan, bagaikan kesatuan antar suami-isteri yang baik. Bukankah suami-isteri yang baik saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Memang ajaran perihal saling mengasihi hemat saya secara konkret dapat diindrai atau dilihat dalam diri suami-isteri yang baik. Tentu saja kasih Tuhan kepada kita lebih daripada kasih suami terhadap isteri maupun isteri terhadap suaminya, karena " Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27). Dalam keadaan atau kondisi macam apapun Tuhan senantiasa mengasihi kita tanpa batas. Hidup saling mengasihi memang sungguh memikat, mempesona dan menarik banyak orang untuk mendekat dan bersahabat. Marilah kita hayati secara konkret hubungan erat atau mesra kita dengan Tuhan dan senantiasa berhubungan mesra dan erat dengan saudara-saudari kita, tentu saja tidak harus semesra hubungan suami-isteri. Kemesraan hubungan kita dengan orang lain antara lain menjadi nyata atau konkret ketika kita tidak saling menyakiti atau melecehkan, tetapi saling menghormati dan menjunjung tinggi, saling membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai umat beriman marilah kita wujudkan pendampingan atau penyertaan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, artinya semoga siapapun yang melihat kita akhirnya tergerak untuk semakin beriman dan bersahabat dengan Tuhan maupun sesamanya. Persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita , umat manusia, pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)

Ign 30 Oktober 2012     

Minggu, 28 Oktober 2012

29 Okt

"Ia adalah keturunan Abraham"
(Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17)

" Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.  Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.  Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."  Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya." (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Abraham ada bapa umat beriman, dan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Iman mendasari dan mengatasi semua tata tertib maupun aturan, dan dalam kisah hari ini diceriterakan bahwa Yesus menyembuhkan orang yang telah bertahun-tahun menderita sakit pada hari Sabat, yang menurut adat istiadat atau peraturan Yahudi pada hari Sabat harus beristirahat, tidak bekerja, sedangkan tindakan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus dinilai sebagai kerja. Maka ketika kepala rumah ibadat gusar karena tindakan Yesus tersebut demgan tegas Ia menanggapi: "Hai orang-orang munafik, bukankan setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledaian pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman". Orang munafik memang lebih mengasihi binatang dari pada manusia, harta benda daripada keselamatan jiwa manusia. Sebagai orang beriman dalam cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan senantiasa lebih mengutamakan keselamatan manusia daripada binatang atau harta benda. Bukankah kita semua mengaku sebagai orang beriman, dan dengan demikian juga menjadi ketururan Abraham? Maka marilah kita tidak gusar seperti orang-orang munafik, melainkan tetap gembira dan ceria ketika ada orang berbuat baik untuk menyelamatkan jiwa manusia, meskipun tempat dan waktunya menurut kebisaan atau tata tertib tidak benar. Ingatlah, sadari dan hayati tata tertib atau aturan dibuat demi keselamatan jiwa manusia, misalnya peraturan atau rambu-rambu lalu lintas.

·   "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka" (Ef 5:5-6). Sebagai orang beriman atau beragama kita semua mendambakan 'mendapat bagian dalam Kerajaan Allah', alias hidup bahagia dan damai sejahtera selama hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti setelah meninggal dunia. Maka hendaknya dijauhkan dari diri kita perbuatan sundal, cemar atau serakah. Pada masa kini memang ada segelintir orang yang serakah dan mencemarkan diri melakukan tindakan-tindakan amoral, entah yang terkait dengan masalah seks atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Dalam hal keserakahan seks kiranya mewarnai cara hidup dan cara bertindak banyak orang, lebih orang yang bersikap mental materialistis dan kurang beriman. Cukup banyak muda-mudi yang mencemarkan diri melalui atau dengan keserakahan seksual, bahkan masih berstatus sebagai pelajar di tingkat sekolah menengah telah hamil karena pergaulan seks bebas. Kami berharap para orangtua mendidik anak-anak sebaik mungkin sehingga ketika menginjak masa remaja tidak melakukan perbuatan amoral yang merusak diri maupun masa depannya. Para pemimpin agama kami harapkan memberi wadah atau tempat untuk pembinaan anak-anak serta generasi muda. Orangtua yang tidak mendidik dan membina anak-anaknya dengan baik akan mengalami kemurkaan di masa depan dari orang lain maupun dari Allah sendiri, dengan kata lain di masa tuanya tidak damai sejahtera, melainkan semakin banyak menghadapi masalah dan tantangan berat. Semoga masa tua anda dapat menikmati hidup bahagia dan sejahtera karena anak-anaknya sukses sebagai pribadi, tidak menimbulkan masalah dalam hidup dan kerjanya.

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! "(Yes 12:2-4)
Ign 29 Oktober 2012
__._,_.___

Sabtu, 27 Oktober 2012

Minggu Biasa XXX

Minggu Biasa XXX: Yer 31:7-9; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52
"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau"

Gus Dur, alm., sebelum dan selama menjadi presiden RI buta matanya, tidak dapat melihat dan membaca dengan baik, namun ia memiliki kepekaan luar biasa atas aneka peristiwa dan kejadian karena pendengarannya yang tajam. Sayang orang-orang disekelilingnya ada yang menjatuhkan-nya, memanfaatkan kebutaannya untuk kepentingan pribadi maupun organisasi atau kelompoknnya. Namun meskipun ia tidak menjadi presiden, ia tetap menjadi 'guru bangsa', yang banyak didatangi orang untuk minta nasihat maupun saran dalam hal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kata-kata yang keluar dari mulutnya yang lucu dan polos sungguh inspiratif bagi banyak orang untuk semakin beriman, membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena ia sendiri sungguh beriman. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, yang memiliki kepekaan akan kehadiran Tuhan Yesus, maka ketika Tuhan Yesus melewatinya ia berteriak mohon belas kasihan agar dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Dan Yesus pun dengan gembira mengabulkan permohonan sambil bersabda "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau". Marilah kita renungkan sabda Yesus ini atau kita meneladan si pengemis buta, Bartimeus.

"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Mrk 10:52)

 Sebagai orang beriman kita semua sering atau banyak bepergian, entah jarak jauh atau jarak dekat. Kami percaya kita semua memiliki indera pendengaran baik dan sehat, maka dengan ini kami berharap dimana pun berada atau kemana pun pergi hendaknya kita fungsikan indera pendengaran kita sebaik dan seoptimal mungkin untuk mendengarkan aneka suara atau informasi yang disampaikan dengan aneka cara. Kita pilah dan pilih aneka suara dan informasi, dan tentu saja hendaknya kemudian memilih apa-apa atau hal-hal yang dapat memperdalam, meneguhkan dan memperkembangkan iman kita kepada Tuhan.
Mungkin kita sering mendengarkan lagu-lagu rohani, entah melalui radio, tv atau youtube, dan kami percaya isi lagu-lagu rohani adalah baik serta berguna bagi kehidupan iman atau agama kita. Dengarkan dan cecap dalam-dalam isi lagu, agar iman anda semakin mendalam, handal dan teguh, dan dengan demikian kita selamat dalam perjalanan hidup maupun penghayatan panggilan dan pelaksanaan tugas pengutusan. Kita masih berada di bulan Oktober, bulan rosario, dan kita diajak untuk mengenangkan SP Maria dengan berdoa rosario. SP Maria, teladan umat beriman, dikenal sebagai 'yang mendengarkan dan memelihara firman Tuhan', maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk meneladannya. Dengan rendah hati, hati, jiwa, akal budi yang terbuka, marilah kita dengarkan dan cecap dalam-dalam firman Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.

Kita semua juga diingatkan bahwa yang menyelamatkan dan membahagiakan jiwa dan hidup kita adalah iman, bukan harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Maka kami berharap sebagai orang beriman dengan semangat iman menggunakan atau memfungsikan aneka harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Marilah kita sadari dan hayati bahwa harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi merupakan anugerah Tuhan yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya semuanya kita fungsikan agar kita semakin ber-Tuhan, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita.

Setelah kita merasa dan menghayati diri sebagai yang telah semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita, maka selayaknya kita juga semakin mengasihi orang lain tanpa kenal batas, agar orang lain juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Marilah kita saling mendukung dan bekerjasama meningkatkan diri kita masing-masing agar semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita. Jika kita sungguh beriman kiranya dalam situasi dan kondisi macam apapun kita tetap ceria dan bergembira, apalagi jika kita beriman kepada Yesus Kristus, yang telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib, dimana segala penderitaan kita tidak seimbang jika dibandingkan dengan penderitaanNya.

"Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri" (Ibr 5:1-3)

Panggilan dan fungsi seorang imam adalah pengantara, "ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa". Maka dengan ini pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun sebagai pengantara antara Allah dan manusia alias menjadi penyalur rahmat atau berkat Allah bagi sesama manusia dan doa-doa, dambaan, kerinduan, harapan umat manusia bagi Allah.

Penyalur yang baik juga tidak pernah mengeluh dan menggerutu ketika harus menderita, serta tidak pernah menyakiti orang lain sedikitpun dan jujur serta disiplin. Ada tradisi dalam Gereja Katolik yang sampai kini masing berlangsung di paroki-paroki, yaitu kebiasaan memberkati anak-anak setelah penerimaan komuni kudus. Semoga pemberkatan ini tidak hanya sekedar formalitas atau basa-basi belaka, tetapi sungguh terwujud, dan anak-anak yang menerima berkat kemudian tersentuh untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan ada kemungkinan di antara mereka juga ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Dengan kata lain kami berharap dengan hati jujur imam memberkati anak-anak.

Tidak mengeluh dan tidak menggerutu pada masa kini sungguh merupakan tantangan berat, apalagi pada masa kini banyak tantangan dan cobaan yang menghadang di depan kita dalam hidup sehari-hari. Panggilan untuk tidak mengeluh dan tidak menggerutu ini kami harapkan juga dihayati oleh seluruh umat Allah atau umat beriman. Dalam suatu kesempatan mengikuti lokakarya ada seorang pembicara yang mensharing pengalamannya, yaitu menjadi segala macam bentuk kegagalan sebagai sahabat, maksudnya ketika kita gagal hendaknya tidak menjadi sedih melainkan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan diri. Kami percaya bahwa kita semua pernah dan akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam hidup maupun tugas pekerjaan, maka jadikan kegagalan dengan gembira sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh-berkembang terus menerus sebagai orang beriman.
 
"Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku" (Yer 31:7-9). Kutipan ini kiranya dapat menjadi permenungan atau refleksi kita, yaitu 'berorak-sorai dan bersukacita' dalam situasi dan kondisi apapun, dan dimana pun

"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (Mzm 126:1-5)

Ign 28 Oktober 2012

Jumat, 26 Oktober 2012

27Okt


Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya"
(Ef 4:7-16; Luk 13:1-9)

" Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"(Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi orangtua, guru/ pendidik, pamong, pemimpin/pembesar dst.., yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik dan membina. Kami percaya anda semua menghadapi anak-anak, peserta didik, anggota atau bawahan yang bermasalah, entah karena kurang terampil, kurang cerdas, kurang bermoral/kurang berbudi pekerti luhur dst.. Anda semua diingatkan untuk dengan sabar, rendah hati dan lemah lembut memberi kesempatan dan kemungkinan kepada mereka yang bermasalah dapat tumbuh-berkembang dengan baik atau bertobat, memperbaharui diri. Untuk itu berilah tantangan-tantangan atau tugas yang dapat mereka kerjakan dengan baik, dan sedikit demi sedikit tantangan diperbesar terus menerus. Hemat saya di dunia ini tidak ada orang bodoh, pemalas, tak bermoral jika semua orang memperoleh kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh-berkembang dengan baik dan benar. Maka kepada mereka yang belum memperoleh kesempatan dan kemungkinan dididik dan dibina dengan baik dan benar, marilah kita beri kesempatan dan kemungkinan. Tuhan begitu sabar menganugerahi kesempatan dan kemungkinan bagi kita semua untuk tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini, maka marilah kita teruskan kesabaran Tuhan tersebut kepada saudara-saudari kita. Hendaknya kita juga tidak dengan mudah mengadili atau memberi keputusan bagi orang lain.

·   "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus," (Ef 4:11-12). Masing-masing dari kita dianugerahi rahmat, bakat, keterampilan, kecakapan dst.. yang berbeda satu sama lain. Kita semua diingatkan untuk menggunakan atau memfungsikan rahmat, bakat, keterampilan, kecakapan dst.. untuk kepentingan bersama, kesejahteraan umum /bonum commune, bukan untuk diri sendiri. Karena semuanya adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya kita fungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu pembangunan hidup bersama yang baik, damai sejahtera, adil dan makmur. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang dianugerahi kelebihan atau keunggulan dalam bakat, keterampilan dan kecakapan untuk senantiasa berpihak kepada kepentingan umum atau komunitas atau rakyat. Mereka yang berada di poros Badan Publik dan poros Bisnis, alias yang memiliki kuasa dan kedudukan, dan harta benda atau uang, hendaknya senantiasa melangkah maju bersama komunitas atau rakyat. Semoga para wakil rakyat sungguh mewakili rakyat, tidak hanya demi kepentingan organisasinya; ingatlah anda adalah wakil dan ketua anda adalah rakyat, maka jika anda tidak sungguh-sungguh mewakili rakyat, jangan heran jika pada suatu saat rakyat memecat anda dengan demonstrasi atau cara lain. Para kepala pemerintahan, pusat maupun daerah, juga dipilih oleh rakyat, maka hendaknya senantiasa berusaha mensejahterakan rakyat. Tanda keberhasilan atau kesuksesan kinerja anda adalah kesejahteraan hidup rakyat, baik batin maupun fisik, rohani maupun jasmani.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)
Ign 27 Oktober 2012
__._,_.___

Kamis, 25 Oktober 2012

26 Okt

"Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?"
(Ef 4:1-6; Luk 12:54-59)

" Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas." (Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda zaman atau gejala-gejala alam , dan tentu saja juga gejala yang terjadi dalam tubuh kita sendiri (terutama bagi rekan-rekan perempuan terkait perihal menstruasi atau kehamilan). Kami mengajak pertama-tama marilah kita peka terhadap gejala-gejala yang terjadi di dalam tubuh kita masing-masing, misalnya gejala sakit, gejala mau menstruasi dst.., dan kita tanggapi gejala tersebut dengan memadai, sehingga kita selamat. Jika kita peka terhadap gejala yang ada dalam tubuh kita, maka kami percaya kita akan peka terhadap gejala-gejala alam di lingkungan kita. Dalam hal gejala alam kiranya para petani atau pelaut sangat peka, karena setiap hari hidup dan kerja mereka di alam bebas serta sangat tergantung pada gejala-gejala alam. Bagi kita semua agar kita peka terhadap aneka gejala di lingkungan hidup kita, caranya adalah mawas diri atau pemeriksaan batin setiap hari, maka hendaknya jangan melupakan mawas diri atau pemeriksaan batin setiap hari, dan sebaiknya dilakukan menjelang istirihat malam. Jika kita terbiasa mawas diri atau pemeriksaan batin, maka kita akan terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Secara kebetulan hari ini rekan-rekan Islam merayakan hari raya Idul Adha, hari korban, dan dalam memilih binatang korban sungguh cermat, artinya dipilih yang terbaik. Semoga pengalaman memilih binatang korban ini juga meluas dalam hidup sehari-hari, yaitu senantiasa memilih apa yang baik, untuk dikerjakan atau dihayati. Marilah kita tanggapi gejala alam di lingkungan hidup kita sebaik mungkin demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita semua.

·   "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua" (Ef 4:2-6). Ajakan Paulus ini kiranya layak kita tanggapi dengan sepenuh hati, kita laksanakan atau hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, yaitu hidup dan bertindak dengan "rendah hati, lemah lembut dan sabar". Keutamaan-keutamaan ini hemat saya pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Baiklah yang akan saya angkat dan refleksikan adalah keutamaan sabar. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Berbagai rangsangan dan masalah muncul setiap saat di hadapan kita setiap hari, misalnya rangsangan akan kenikmatan dalam hal makan, minum dan tidur, seks, rangsangan untuk memiliki dan membeli sesuatu yang baru dst.. Masalah dapat beraneka ragam, apalagi jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan, maka kita pasti akan menghadapi banyak masalah. Semoga kita tidak tergoda untuk mengikuti rangsangan atau tergesa-gesa menyelesaikan masalah. Untuk itu hendaknya kita menghadapi rangsangan maupun masalah dengan berdoa, mohon kekuatan dan pencerahan dari Tuhan dalam menghadapi rangsangan dan memecahkan masalah. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi rangsangan maupun masalah yang mendatangi diri kita, dan memang untuk itu kita harus berani berkorban dan berjuang.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4)
Ign 26 Oktober 2012

25 Okt


"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi"
(Ef 3:14-21; Luk 12:49-53)

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus, Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Allah yang mengutusNya, maka dimana pun berada dan kemana pun pergi Ia senantiasa mewartakan kehendak Allah. Melihat, memperhatikan dan mencermati bahwa banyak orang di dunia ini hidup dan bertindak mengikuti selera atau keinginan pribadi atau adat istiadat suku atau keluarga yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka kedatangan dan pewartaanNya sungguh bagaikan 'api yang dilemparkan ke bumi', membakar semua yang ada dipermukaan bumi. Mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau suku kiranya akan mengalami ketegangan dan pertentangan antar mereka sendiri, apalagi ketika ada orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah pasti yang bersangkutan tanpa takut dan gentar mendobrak tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, atau bagi yang telah dibaptis sesuai dengan janji baptis, bagi anggota lembaga hidup bakti sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri, bagi yang berkeluarga sesuai dengan janji perkawinan dst… Marilah kita bekerja sama dan saling membantu untuk memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita supaya sesuai dengan kehendak Allah. Kepada para orangtua hendaknya jangan memaksakan diri kehendak atau selera pribadinya kepada anak-anak, melainkan berilah kebebasan yang bertanggungjawab kepada anak-anak dalam rangka menemukan dan memperdalam panggilan maupun keterampilan dan kecakapannya. Didik dan dampingilah anak-anak dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili'.

·   "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah"(Ef 3:16-19). Kita kiranya dapat meneladan Paulus: mendoakan saudara-saudari kita agar "memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus(Allah)". Hemat saya kita sulit sekali menggambarkan secara jelas kasih Allah kepada kita semua, orang-orang yang lemah dan rapuh ini. KasihNya telah kita terima secara melimpah ruah melalui sekian orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita, maka selayaknya kita juga saling mengasihi saudara-saudari kita tanpa batas, kapan saja dan dimana saja, tanpa pandang bulu. Jika kita tidak mungkin mengasihi secara konkret dengan saling tatap muka, baiklah kita mendoakannya, sebagaimana dilakukan oleh Paulus. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu agar dapat menjadi saksi atau teladan saling mengasihi tanpa batas bagi anak-anak yang telah dianugerahkan kepada anda, sehingga anak-anak sungguh merasa sangat dikasihi oleh orangtuanya, dan kemudian mereka pun akan hidup saling mengasihi dengan teman-temannya atau saudara-saudarinya. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7), demikian ajaran kasih oleh Paulus, yang kiranya dapat kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Saling mengasihi hemat saya merupakan dambaan semua orang dan juga diajarkan oleh semua agama, maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi.

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)
Ign 25 Oktober 2012
 

Selasa, 23 Oktober 2012

24 Okt


"Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."
(Ef 3:2-12; Luk 12:39-48)

"Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa sewaktu-waktu kita dapat dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Pada masa kini sering kita dengar tiba-tiba ada orang meninggal dunia dalam tugas atau hidup biasa sehari-hari, dimana yang bersangkutan kelihatan baik-baik dan sehat-sehat saja. Yang mengalami demikian pada umumnya adalah laki-laki karena serangan jantung yang disebut "widow-maker" (=pembuat janda). Konon ada tiga saluran yang menuju jantung untuk menyalurkan oksigen, dua diantaranya kecil dan yang satu besar; ketika yang tersumbat oleh endapan kolesterol saluran kecil merupakan serangan jantung biasa, tetapi ketika yang tersumbat saluran besar maka dalam hitungan detik yang bersangkutan langsung meninggal dunia. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua untuk menjaga kebugaran tubuh, yang terkait dengan kesehatan jantung, dan tentu saja juga kesehatan rohani atau spiritual, hati, jiwa dan akal budi. Dengan kata lain selain menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, hendaknya juga berusaha hidup baik, suci, benar dan bermoral, hidup dan bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan kata lain kapan pun dan dimana pun hendaknya mesra bergaul dan bersama Tuhan, sehingga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan tidak takut, tidak terkejut, melainkan menanggapi panggilanNya atau kematian dengan ceria dan senyum, karena setelah meninggal dunia akan hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga. Didiklah dan binalah anak-anak anda sedini mungkin terus menerus bergaul mesra dengan Tuhan alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Ef 3:12). Sekali lagi saya angkat bahwa kutipan inilah yang juga menjadi pegangan dan kekuatan saya dalam menghayati panggilan imamat sampai kini. "Di dalam Dia" berarti senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, setia dan taat melaksanakan janji-janji  yang pernah diikrarkan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa hidup dan bertindak 'di dalam Dia', dalam Tuhan, tidak hidup bebas seenaknya sendiri, mengikuti selera atau keinginan pribadi. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan bekerja bersamaa dapat menjadi teladan atau inspirator dalam hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam kondisi atau situasi apapun. Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi kita, tak pernah meninggalkan kita sendirian. Maka meskipun hidup sendirian hendaknya jangan takut dan bertindak seenaknya, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah diikrarkan atau sabda Tuhan. Dengan kata lain marilah kita hayati retret dalam hidup sehari-hari, berrekreasi dengan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Marilah kita percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi yang siang malam tiada henti. Semoga kita semua ketika dipanggil Tuhan nanti tetap setia dan taat kepada panggilan dan tugas pengutusanNya. Hendaknya kita juga saling mengingatkan satu sama lain sebagai saudara atau sahabat dalam peziarahan hidup kembali kepada Tuhan.
"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!" (Yes 12:2-5)
Ign 24 Oktober 2012

Senin, 22 Oktober 2012

23 Okt

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala"
(Ef 2:12-22; Luk 12:35-38)

 "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Bagi seorang pekerja atau pelayan 'pinggang tetap berikat' berarti merupakan sikap siap sedia untuk bekerja maupun menanggapi aneka kemungkinan dan kesempatan yang terjadi. Di malam hari perlu tambahan pelita menyala untuk penerangan. Maka sabda Yesus hari ini merupakan ajakan bagi kita semua untuk senantiasa dalam keadaan siap siaga menanggapi aneka kemungkinan dan kesempatan. Memang untuk itu kita perlu mengusahakan kesehatan dan kebugaran tubuh kita seutuhnya: hati, jiwa, akal budi dan tubuh sungguh sehat dan bugar, sebagaimana seorang prajurit yang senantiasa siap sedia untuk berperang. Kebetulan hari ini kita juga diajak mengenangkan St.Yohanes dari Kapestrano, Pelindung para pastor/perawat rohani Angkatan Bersenjata, maka hemat saya dalam hal kesehatan dan kebugaran kita dapat bercermin pada para prajurit Angkatan Bersenjata yang baik. Di dunia ini, di negara manapun kiranya generasi muda yang sehat dan bugar yang terpilih menjadi anggota Angkatan Bersenjata. Sebagai orang beriman kita juga dipanggil untuk menjadi 'prajurit-prajurit Allah' guna memerangi aneka bentuk kejahatan atau perilaku amoral. Maka baiklah jika di lingkungan hidup atau kerja kita ada orang yang kurang baik atau amoral, marilah kita dekati dalam terang Allah alias dengan rendah hati dan lemah lembut. Semoga dengan pendekatan yang demikian itu orang  yang bersangkutan bertobat. Marilah kita perangi kejahatan atau lawan roh-roh jahat dengan senjata rohani atau spiritual, antara lain kesiap-siagaan kita sebagai wujud kebersamaan kita dengan Allah.

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Ef 2:19-22). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua di dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun untuk memiliki sikap mental 'handarbeni', tanggungjawab terhadap lingkungan hidup seisinya. Dengan kata lain secara sempit kita diharapkan memiliki sikap mental 'merawat' dengan baik. Orang-orang Indonesia ini pada umumnya lemah dalam perawatan atau pemeliharaan: membeli atau membuat bergairah, tetapi merawat atau memelihara apa yang telah dibeli dan dibuatnya boleh dipertanyakan. Maaf kalau sedikit porno: orang bergairah 'membuat anak', tetapi mendidik dan merawat anak sebagaimana dikehendaki oleh Allah boleh dipertanyakan. Ada kecenderungan dalam hal merawat dan mendidik diserahkan kepada orang lain, entah itu pembantu atau neneknya. Jika dalam hal manusia saja lemah dalam perawatan, maka kami percaya yang bersangkutan juga akan lemah dalam perawatan aneka macam sarana-prasarana atau perkakas dan barang yang telah dibeli dan dimilikinya. Kita semua dipanggil untuk menjadi perawat-perawat atau pengurus-pengurus atau pengelola-pengelola yang baik dan  handal, sehingga kebersamaan hidup sungguh menarik, mempesona dan mengesan, banyak orang tergerak untuk menggabungkan diri ke dalam kebersamaan hidup kita. Semoga dimana pun berada kita tidak merasa asing atau menjadi orang asing, maka ketika mendatangi tempat baru hendaknya segera belajar cara hidup dan cara bertindak yang baik di tempat baru tersebut, menyatu dengan warga masyarakat setempat. Kami berharap juga agar keluarga atau komunitas kita tidak menjadi asing bagi lingkungan masyarakat.

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm 85:10-14)
Ign 23 Oktober 2012
 

Minggu, 21 Oktober 2012

22 Okt


Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah"
(Ef 2:1-10; Luk 12:13-21)

" Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:13-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sikap mental materialistis sampai kini masih menjiwai banyak orang. Ada orang yang bersikap mental senantiasa membeli dan mengumpulkan aneka produk baru, pendek kata jati dirinya adalah 'membeli', apakah yang dibeli fungsional menyelamatkan jiwa tak ambil pusing. Pengalaman menunjukkan orangtua yang bersikap mental materialistis pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, artinya ketika orangtua mereka telah meninggal maka mereka berebut warisan, saling gontok-gontokkan untuk memperoleh warisan sebanyak mungkin. Sabda hari ini mengingatkan kita semua agar tidak bersikap mental materialistis, mengumpulkan harta benda dan uang bagi dirinya sendiri, sehingga kaya raya akan harta dan uang untuk menjamin tujuh turunan. Kita semua sebagai orang beriman diharapkan 'kaya di hadapan Allah' alias hidup layak di hadapan Allah. Karena Allah hadir dimana-mana dan kapan saja, maka dengan demikian kapan saja dan dimana saja cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya layak di hadapan Allah. Untuk itu kami mengingatkan orangtua agar tidak bersikap mental materialistis dan mendidik anak-anaknya sedini mungkin tidak bersikap mental materialistis. Hendaknya hidup sahaja atau sederhana, tidak serakah. Hendaknya membeli atau mengusahakan sesuatu yang fungsional bagi keselamatan jiwa, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain, yang hidup dan bergaul atau bekerja bersama dengan kita.

·   "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Ef 2:8-10). Paulus mengingatkan kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Kita juga diingatkan bahwa jika kita mampu beriman, kaya akan harta benda atau uang. sahabat dan kenalan dst.. hendaknya semuanya dihayati sebagai kasih karunia Allah, sehingga senantiasa difungsikan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah melalui saudara-saudari kita. Sebagai ciptaan Allah kita semua dipanggil senantiasa 'melakukan pekerjaan baik', dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, dimana saja dan kapan saja. Maka hemat saya keselamatan jiwa adalah yang terbaik. Kepada mereka yang suka melakukan pekerjaan tidak baik, yang merusak hati, jiwa, akal budi dan tubuh, kami harapkan bertobat. Jauhi dan berantas aneka jenis makanan dan minuman yang merusak diri kita. Secara khusus kami ingatkan para pengusaha yang kaya raya akan harta benda atau uang untuk tetap rendah hati, dan ingat bahwa harta benda atau uang yang anda kuasai bukan karena hasil usaha atau kerja keras anda sendiri, melainkan karena kerja keras dan keringat para pekerja dan buruh yang membantu dan mengembangkan usaha anda. Maka hendaknya sejahterakan para pembantu, pekerja dan buruh dalam usaha anda, karena jika mereka tidak sejahtera ada kemungkinan bekerja seenaknya dan kemudian mencuri alias menghancurkan usaha anda. Marilah kita saling berbuat baik, senantiasa melakukan apa yang baik kapan pun dan dimana pun.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun"
(Mzm 100:2-5)
Ign 22 Oktober 2012   

Jumat, 19 Oktober 2012

Minggu Biasa XXIX

Minggu g Biasa XXIX / Minggu Misi / Evangelisasi :
Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45
"Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

"Saudara-saudari yang terkasih, saya mohon pada hari misi evangelisasi bagi bangsa-bangsa (ad gentes), khususnya bagi para pelayan, suatu pencurahan Roh Kudus bagi mereka, agar rahmat Allah memampukan mereka untuk memajukan misi evangelisasi dengan teguh dalam sejarah manusia. Bersama dengan Beato John Henry Newman, saya berdoa :'Ya Tuhan, dampingilah para misionaris-Mu di tanah-tanah misi, taruhlah kata-kata yang benar di bibir mereka dan buatlah jerih payah mereka menghasilkan buah berlimpah'. Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja dan Bintang Evangelisasi, menyertai semua misionaris Kabar Sukacita" (kutipan dari Pesan Paus Benediktus XVI dalam rangka mengenangkan Minggu Evangelisasi atau Misi Sedunia, 6 Januari 2012).

"Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."(Mrk 10:45)

Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusanNya, Sang Penyelamat Dunia telah rela dengan rendah hati dalam "melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang". Untuk itu Ia rela menderita, disiksa dan dihina sampai wafat disalibkan di kayu salib, menjadi tontonan banyak orang. Penyaliban merupakan hukuman terberat bagi para penjahat, maka dengan demikian Sang Penyelamat Dunia, meskipun baik, rela diperlakukan sebagai penjahat, tidak mengeluh dan menggerutu. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita memiliki tugas missioner untuk mewartakan kabar baik, apa-apa yang baik, dengan semangat melayani dan rendah hati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan saling melayani, mempersembahkan tenaga dan waktu kita bagi orang lain, demi kebahagiaan dan keselamatan mereka, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah keselamatan jiwa.

"Nyawa" adalah semangat atau gairah, cita-cita dan harapan yang membuat kita bersemangat dan bergairah. Arahkan cita-cita, harapan dan dambaan anda bagi 'tebusan banyak orang' atau keselamatan dan kebahagiaan semua orang, tanpa pandang bulu. Kami percaya bahwa anda para suami dan isteri pasti memiliki pengalaman untuk saling menyerahkan 'nyawa', saling berbagi cita-cita, harapan dan dambaan serta kemudian bersama-sama melangkah maju untuk mewujudkan cita-cita, harapan dan dambaan yang telah disatukan. Maka kami berharap anda mendidik dan membina anak-anak anda sedini mungkin untuk saling mempersembahkan diri kepada saudara-saudarinya dalam satu keluarga, kakak-adik, dan kemudian diperluas kepada para sahabat dan rekan tetangga maupun rekan belajar atau bekerja.

Sikap mental 'melayani' hendaknya juga kita hayati, perdalam dan perkembangkan dalam  dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan, sebagaimana terjadi dalam diri pelayan yang baik dalam komunitas, keluarga maupun tempat kerja atau tempat tugas. Pelayan yang baik juga tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika mengalami kesulitan, menghadapi tantangan maupun tegoran keras dari orang lain yang harus dilayani. Mengeluh atau menggerutu hemat kami berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, dan merasa dirinya yang terbaik. Marilah kita belajar dan meneladan Yesus yang dalam puncak penderitaanNya tidak mengeluh dan menggerutu, bahkan mendoakan mereka yang telah membuatNya menderita. Kami percaya dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menghadapi apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita, maka hendaknya hal itu dihadapi dan disikapi dengan rendah hati seraya mendoakan mereka yang telah mempersulit hidup dan pelayanan kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa mendoakan mereka yang memusuhi kita atau membuat kita tidak enak, menderita, dst… Itulah kiranya salah satu penghayatan panggilan missioner yang dapat dilakukan oleh siapapun dan kapan pun: kerasulan doa. Maka sisipkan doa khusus bagi orang lain dalam doa-doa harian anda, demikian juga dalam Perayaan Ekaristi  para imam hendaknya mendoakan orang lain, lebih-lebih mereka yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya.

"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibr 4:14-16)
Kutipan di atas ini secara khusus kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi rekan-rekan imam, dan secara umum bagi segenap umat beriman yang juga memiliki panggilan imamat umum. Salah satu cirikhas panggilan imamat adalah sebagai 'penyalur': menyalurkan rahmat atau berkat Tuhan bagi sesamanya dan menyalurkan doa, dambaan, kerinduan, harapan dst.. sesamanya kepada Tuhan. Dalam anggota tubuh kita yang kelihatan hemat saya fungsi penyalur yang baik adalah 'leher', dimana melalui leher apa yang dibutuhkan oleh seluruh anggota tubuh, yaitu makanan dan minuman serta udara segar lewat. Apa yang diterima oleh leher langsung diteruskan semuanya, tiada sedikitpun yang diambil alias dikorupsi. Leher juga tidak pernah dapat menikmati makanan dan minuman yang lewat, tak pernah berfungsi menyakiti. Sementara anggota tubuh lain yang kelihatan beristirahat, leher tetap bekerja atau berfungsi sebagai penyalur, yaitu penyalur udara segar.

Marilah kita berpartisipasi dalam kelemahan-kelemahan saudara-saudari kita, dan senantiasa siap sedia untuk dicobai dalam rangka berfungsi sebagai penyalur rahmat atau berkat Allah maupun doa, dambaan dan kerinduan umat Allah. Biarlah kehadiran dan sepak terjang kita di antara saudara-saudari kita dapat menjadi kasih karunia bagi mereka. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan hidup bersatu dan bersama dengan Allah dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. Menghayati panggilan imamat hemat saya kita harus sungguh hadir dalam  kebersamaan hidup umat Allah, seraya mendengarkan dengan rendah hati suka-duka umat Allah, dan kemudian kita tanggapi suka-duka umat Allah sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada pada diri kita.

"TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul" (Yes 53:10-11). Setia menghayati panggilan imamat hemat saya tak akan terlepas dari hati dan jiwa yang disakiti oleh orang lain atau hati dan jiwa kita harus bersusah karena dosa dan kekurangan orang lain. Hati dan jiwa kita akan segera puas dan bahagia jika kita juga segera membantu orang-orang berdosa dan berkekurangan, sebaliknya jika kita diam saja berarti kita akan tetap sedih hati dan hancur jiwa kita. Kami harapkan kita lebih baik disakiti hati dan jiwa kita karena kesetiaan pada panggilan imamat daripada menyakiti hati dan jiwa orang lain karena egoisme dan kemunafikan kita. Cirikhas seorang utusan antara lain memang disakiti, dicemooh dan mungkin juga kurang diperhatikan.

"Aku mau menyanyikan syukur kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan.Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang rukun di negeri mereka merancangkan penipuan," (Mzm 35:18-20)
Ign 21 Oktober 2012

20Okt

"Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan"
(Ef 1:15-23; Luk 12:8-12)

" Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan" (Luk 12:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai warganegara atau warga masyarakat biasa mungkin kita harus bertemu atau berhadapan dengan para penguasa atau pejabat tinggi pemerintahan. Dari pengamatan saya ada orang-orang yang takut menghadapi penguasa atau pejabat tinggi, takut harus bicara apa , takut kalau nanti ditanyai aneka macam perkara. Demikian juga ada orang takut sebagai saksi di pengadilan. Sabda hari ini mengingatkan kita semua bahwa jika kita hidup dalam dan oleh Roh Kudus, hendaknya tidak perlu takut harus berkata apa. Hidup dalam dan oleh Roh Kudus berarti hidup baik dan suci, tidak pernah berbuat jahat sedikitpun atau sekecil apapun. Jika kita demikian adanya percayalah bahwa dalam situasai dan kondisi apapun kita pasti akan dapat berkata apa yang baik serta menanggapi aneka pertanyaan atau terror dan ancaman. Maka hendaknya dengan tenang seraya dalam hati berdoa kepada Tuhan ketika harus berhadapan dengan masalah, tantangan dan hambatan maupun aneka pertanyaan dari orang lain, termasuk dari para penguasa maupun pejabat tinggi pemerintahan. Sikapilah mereka toh sama dengan kita dan hanya berbeda dalam fungsi, sama-sama manusia, ciptaan Allah dan sama-sama mendambakan hidup damai sejahtera. Salah satu cara konkret adalah lihat dan angkat apa yang menjadi hobby atau kesenangan yang bersangkutan, serta pujilah apa yang baik dalam dirinya. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa bersikap positif terhadap orang lain, dan jangan berprasangka jelek apapun. Marilah kita imani bahwa semua orang berkehendak baik, maka temukan dan akui kehendak baik orang lain maupun dalam diri kita serta kemudian kita sinerjikan dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan kehidupan bersama.

·   "Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar" (Ef 1:15-17). Paulus mengingatkan kita semua agar saling melihat dan mengakui dan mengimani penghayatan iman saudara-saudari kita. Kita dipanggil untuk saling bersyukur atas penghayatan iman yang dapat kita lakukan, karena jika kita dapat menghayati iman hemat saya hal itu merupakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, merupakan anugerah Allah. Maka jika kita sungguh dapat menghayati iman dengan baik, kami harapkan kita hidup dengan rendah hati, berterima kasih dan bersyukur. Kutipan di atas ini kiranya juga mengingatkan kita semua untuk mengenangkan para pendahulu kita yang sungguh beriman, dan kemudian meneladan penghayatan imannya dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. "Aku selalu mengingat kamu dalam doaku", demikian kata Paulus. Apa yang dikatakan ini hendaknya juga menjadi kata-kata kita serta kemudian kita hayati dalam hidup kita. Kami berharap setiap hari berdoa, dan dalam berdoa hendaknya juga mendoakan orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, misalnya para donator yang dengan murah hati sebagai wujud kemurahan hati Allah telah mengorbankan sebagai harta benda atau uangnya guna membantu mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang sungguh membutuhkan bantuan. Kami di Seminari Menengah Mertoyudan dalam misa harian senantiasa mendoakan para donator yang dengan murah hati telah membantu kehidupan para seminaris. Tentu saja saya juga berharap kepada mereka yang berkecukupan atau berkelimpahan dalam hal kebutuhan sehari-hari juga senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah serta mendoakan mereka yang membantu kesuksesan hidup dan karya atau pekerjaan anda.

"Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu,…Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya" (Mzm 8:2-3a.4-5)
Ign 20 Oktober 2012