Jumat, 31 Agustus 2012

Minggu Biasa XXII

Mg Biasa XXII/Mg Kitab Suci Nasional: Ul 4:1-2.6-8; Yak 1:17-18.21b-22.27;Mrk 7:1-8.14-15.21-23
"Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah".

Kitab Suci berisi tulisan-tulisan yang ditulis dalam ilham Allah, dan pertama-tama serta terutama untuk dibacakan, didengarkan dan dicamkan alias dicecap dalam-dalam, sehingga menjiwai cara hidup dan cara bertindak bagi orang yang mendengarkan dan mencecap dalam-dalam. Para pendahulu kita telah mencoba merenungkan dan mencecap dalam-dalam  apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, serta kemudian meneruskannya kepada orang lain  ke dalam aneka bentuk tulisan reflektif, yang sungguh bermakna. Untuk itu kiranya kita berterima kasih kepada para pendahulu, dan sebagai ucapan syukur secara konkret, marilah apa yang mereka sharingkan ke dalam bentuk tulisan atau buku kita baca, renungkan dan cecap dalam-dalam, karena sebagaimana disabdakan oleh Yesus "Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Mrk 7:15). Yang berasal dari luar diri kita ada aneka macam dan bentuk, entah itu berupa kata-kata, makanan maupun minuman dst.... Kita dengarkan dan cecap atau camkan dalam-dalam apa yang disabdakan oleh Yesus di atas.

"Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Mrk 7:14-15).

Kita semua dapat tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hemat saya merupakan buah pengolahan dan pencecapan apa yang kita terima dari luar diri kita, entah itu berasal dari manusia, binatang, tanaman maupun situasi dan kondisi lingkungan hidup kita, yang dapat berbentuk tindakan maupun kata-kata. Dari lingkungan hidup yang segar, bersih dan sejuk kita dapat menghirup udara sehat dan segar yang sungguh membuat tubuh kita sehat dan segar, demikian pula aneka tanaman dan binatang yang tumbuh berkembang secara organis menjadi komsumsi kita sehari-hari juga, tentu saja setelah diolah secara memadai. Kami percaya kita sungguh telah menikmati dan mencecap dalam-dalam hal-hal tersebut di atas serta kemudian tergerak terus-menerus untuk mengulanginya.
Tentu saja tidak hanya hal-hal yang dapat membuat tubuh kita sehat dan segar secara fisik saja yang kita butuhkan, melainkan kita juga membutuhkan kesehatan dan kebugaran sosial, emosional, intelektual maupun spiritual. Maka hendaknya juga tidak melupakan atau mengesampingkan apa saja yang dapat membuat diri kita sungguh sehat dan bugar tidak hanya secara fisik saja. Mungkin yang baik kita perhatikan pada masa kini adalah yang terkait dengan masalah spiritual, mengingat dan memperhatikan kwalitas hidup bersama masa kini.  Maka untuk membina, memperkuat dan memperdalam kwalitas hidup spiritual kita, marilah pertama-tama kita baca, renungkan dan cecap dalam-dalam sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.

Mungkin kita lebih dahulu dengan rendah hati mengakui dosa dan kelemahan kita, karena apa yang telah kita 'keluarkan dari diri kita', yang pada umumnya tidak baik, sebagaimana disabdakan oleh Yesus: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Mrk 7:21-23). Setelah mengakui dosa dan kelemahan, tentu saja kemudian melakukan apa yang sebaliknya, sehingga dari diri atau hati kita keluar apa-apa yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Yang menyelamatkan dan membaha-giakan adalah segala pikiran baik, benar, mulia dan berbudipekerti luhur yang timbul dari hati yang suci, yang membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Sabda atau firman Tuhan hendaknya menjadi sanntapan hidup sehari-hari, dan semoga di Hari Minggu Kitab Suci Nasional hari ini kita semua semakin diingatkan, digerakkan dan digiatkan dalam pendalaman dan pembacaan Sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kami ingatkan bahwa sabda Tuhan pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, maka bagi mereka yang bertugas membacakan hendaknya sungguh membacakan dengan baik, sehingga dapat didengarkan, dan mereka yang mendengarkan sungguh mendengarkan dengan baik sampai hati merasa 'ditusuk', sebagaimana sering digambarkan 'hati yang tertusuk oleh panah' sebagaimana simbol cintakasih. Tentu saja hati kita tertusuk oleh sabda-sabda atau firman Tuhan, karena apa yang tetulis di dalam Kitab Suci ditulis dalam ilham Allah dan "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Tim 3:16).

"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya." (Yak 1:17-18)

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memang baik adanya, dan jika ada yang tidak baik berarti datang dari manusia, yang suka bertindak hanya mengikuti kehendak dan kemauan sendiri. Aneka bencana alam maupun musibah (kebakaran, kecelakaan lalu lintas dst..) hemat saya merupakan buah keserakahan dan kejahatan manusia. Maka baiklah pertama-tama kita bersyukur dan berterima kasih atas segala sesuatu yang baik yang telah kita nikmati dan miliki, misalnya kecantikan atau ketampanan, kesehatan dan kebugaran fisik, sahabat dan kenalan, aneka makanan dan minuman, dst..

Tentu  saja kita semua dipanggil untuk merawat dan mengelola semua ciptaan Allah tetap baik adanya, antara lain lingkungan hidup. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menjaga dan mengelola lingkungan hidup sebaik mungkin sesuai dengan kehendak Allah, mengingat dan memperhatikan pemanasan global yang sedang berlangsung saat ini hemat saya merupakan kelalaian dan keteledoran manusia yang menguras isi bumi maupun membabati hutan/ tanaman seenaknya. Hendaknya lahan-lahan kritis segera diselamatkan dengan ditanami aneka jenis tanaman yang dapat membuat lingkungan hidup enak untuk didiami, menarik dan mempesona untuk didatangi. Hendaknya keluarga-keluarga memperhatikan gerakan menjaga dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya, dan mendidik anak-anak untuk peka terhadap perawatan dan pelestarian lingkungan hidup. Sekolah-sekolah hendaknya juga memperhatikan masalah lingkungan hidup, tidak hanya secara teoritis saja, melainkan secara praksis.

Salah satu ancaman konkret perusakan lingkungan hidup masa kini adalah aneka produk plastic, yang semakin marak di pasaran. Maka kami harapkan kita semua tidak dengan mudah menggunakan produk-produk plastic, entah sebagai sampul atau tas dst…, karena kita semua tahu sampah plastic yang berserakan di sana-sini telah merusak lingkungan hidup. Marilah kita seminim mungkin menggunakan plastic, dan kalau perlu sama sekali tidak menggunakannya, serta jika perlu kita adanya gerakan melawan penggunaan plastic seenaknya, antara lain tidak mengkonsumsi aneka minuman dalam kemasan plastic. Perawatan dan pelestarian lingkungan hidup masa kini hemat saya merupakan opsi yang harus dikerjakan oleh siapapun yang mendambakan kesejahteraan hidup bersama. Hendaknya juga diusahakan penghematan penggunaan kertas, karena pemborosan kertas berarti berpartisipasi perusakan hutan atau lingkungan hidup.

"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya."
 (Mzm 15)
Ign 2 September 2012

1sept


"Setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan"
(1Kor 1:26-31; Mat 25:14-30)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. .....Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."(Mat 25:14-18.29-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·  Sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan kita memiliki tugas sebagaimana juga ditugaskan oleh manusia pertama, yaitu: 'bekerja untuk menguasai bumi seisinya yang diciptakan Tuhan demi keselamatan jiwa kita maupun saudara-saudari kita'. Masing-masing dari kita juga dianugerahi  aneka keterampilan dan kecakapan atau bakat yang berbeda satu sama lain, dan diharapkan kita memperkembangkan dan memperdalamnya dalam dan melalui hidup sehari-hari. Kita kita mendambakan hidup berbahagia dan selamat baik di dunia maupun di akhirat nanti, setelah dipanggil Tuhan, hendaknya kita tidak menyia-nyiakan anugerah Tuhan tersebut atau hidup bermalas-malasan. Ingat dan sadari bahwa bermalas-malasan dalam hidup dapat menjadi 'tempat subur bagi setan' atau dalam bahasa Jawa disebut 'bantaling setan', sehingga orang yang bermalasan-malasan akan cenderung untuk melakukan aneka kejahatan, hal-hal tak bermoral dan tak berbudi pekerti luhur, yang mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain, terutama jiwanya. Anugerah apapun yang kita terima dari Tuhan, hendaknya diperkembangkan dan diperdalam serta kemudian disumbangkan dalam kehidupan bersama, karena dengan demikian anugerah tersebut akan berlipat ganda. Sebagai contoh: uang disimpan dalam almari besi atau 'dibawah bantal' tak akan bertambah atau bahkan semakin berkurang nilainya, maka jika uang hendaknya 'berjalan-jalan terus' alias difungsikan untuk mendukung tugas panggilan dari Tuhan: bekerja. Demikian juga otak atau pikiran semakin digunakan akan semakin diperkaya dan berkembang, dst..
·  "Jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1Kor 1:29-31). Bermegah di dalam Tuhan berarti senantiasa setia dan giat melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun dan dimanapun. Dengan kata lain marilah kita setia dan giat menghayati panggilan maupun kharisma atau visi yang terkait dengan panggilan kita masing-masing, meskipun untuk itu kita harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Sebagai orang yang telah dibaptis, yang menandai nama kita dengan nama santo atau santa, marilah kita kenangkan santo atau santa pelindung kita masing-masing, karena santo atau santa pelindung kita kiranya telah teruji dan sukses dalam bermegah di dalam Tuhan. Hendaknya kita jangan bermegah atau bangga hanya karena kita kaya akan pengetahuan maupun harta benda atau uang, karena dengan demikian kita akan tergerak untuk berbakti kepada 'berhala modern' tersebut serta kemudian melupakan atau meninggalkan Tuhan yang telah menciptakan dan mengasihi kita tanpa batas. Kita yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, sebagaimana diwartakan di dalam Injil, maka marilah kita perdalam dan perkembangkan pengenalan kita akan Yesus Kristus agar kita dengan demikian lebih mudah dan tepat meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Tak kenal juga tak akan sayang, demikian kata sebuah pepatah, sebaliknya dengan mengenal kita akan tergerak untuk menyayangi atau mengasihi. "Witing tresno jalaran soko kulino" = cintakasih lahir dari kebiasaan, demikian kata sebuah peribahasa Jawa.
"Aku mau menyanyikan syukur kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan. Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang rukun di negeri mereka merancangkan penipuan, mereka membuka mulutnya lebar-lebar terhadap aku dan berkata: "Syukur, syukur, mata kami telah melihatnya!"
(Mzm 35:18-21)
Ign 1 September 2012

Kamis, 30 Agustus 2012

31 agt


"Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana."

(1Kor 1:17-25; Mat 25:1-15)

 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." (Mat 25:1-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bodoh dan bijaksana dalam hal hidup beriman atau beragama hemat saya lebih erat kaitannya dengan hati daripada otak, dengan kata lain bijaksana merupakan cirikhas hidup orang baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral. Kita semua kiranya mendambakan diri tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana, maka marilah kita perhatikan pembinaan atau pendampingan hati, jiwa dan akal budi kita. Memang kesehatan dan kebugaran fisik juga penting, karena ketika tubuh kita sehat dan bugar kiranya kita akan mendapat kemudahan untuk mengembangkan dan memperdalam hati, jiwa dan akal budi. Maka marilah pertama-tama kita berusaha menjaga kesehatan dan kebugaran fisik kita, yang memang di dalamnya secara inklusif kita juga memperhatikan jiwa, hati dan akal budi kita. Tumbuh-berkembang menjadi bijaksana juga erat kaitannya dengan 'talenta' yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, entah itu berupa kesehatan, keterampilan, kebugaran, kecerdasan dst.., maka jika kita mendambakan diri kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana hendaknya mengembangkan dan memperdalam talenta yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. Segala macam dan bentuk talenta ketika dikembangkan serta disumbangkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan akan bertambah dan semakin mendalam dan handal. Usaha untuk bijaksana juga perlu disertai dengan doa atau kehidupan rohani yang baik dan memadai, maka hendaknya jangan melupakan hidup doa atau hidup rohani sehari-hari.

·   "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah." (1Kor 1:22-24). Orang-orang Yahudi lebih menekankan adat-istiadat dan orang-orang Yunani lebih menekankan logika atau pikiran, yang pada hemat saya keduanya sungguh sangat terbatas untuk memahami kebijaksanaan dan kekuatan serta rahmat atau hikmat Allah. Kekuatan dan hikmat Allah bagi orang yang beriman pada Yesus Kristus adalah 'Salib'. Ingatlah dan sadari bahwa kita sering membuat tanda salib, tanda salib kita buat dalam mengawali dan mengakhiri doa atau pekerjaan, dengan harapan kita akan melakukan segala sesuatu dengan semangat Yang Tersalib, yaitu dengan membaktikan diri seutuhnya pada apa yang ditugaskan atau diwajibkan bagi kita sebagai umat beriman atau beragama. Maka marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam membaktikan diri dalam tugas, pekerjaan dan tugas pengutusan. Untuk itu jelas tak akan terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan, sebagai konsewensi dari kesetiaan dan ketaatan pada tugas, pekerjaan dan tugas pengutusan. Marilah kita tinggalkan adat-istiadat yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman maupun cara berpikir yang tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jauhkan juga cara berpikir yang hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi.

" (Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan aku! Peganglah perisai dan utar-utar, bangunlah menolong aku, Biarlah mendapat malu dan kena noda, orang-orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu-sipu orang-orang yang merancang kecelakaanku! Biarlah mereka seperti sekam dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN"

 (Mzm 35:1-2.4-5)

Ign 31 Agustus 2012


Selasa, 28 Agustus 2012

30 agt


"Siapakah hamba yang setia dan bijaksana"
(1Kor 1:1-9; Mat 24:42-51)

" Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi." (Mat 24:42-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa sewaktu-waktu, kapan saja, kita dapat dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kita diharapkan senantiasa siap sedia dipanggil Tuhan. Tentu saja kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan langsung menikmati hidup bahagia dan mulia selamanya di sorga, maka marilah kita hidup dan bertindak menunjukkan bahwa kita sungguh siap sedia dipanggil Tuhan. Untuk itu kita hendaknya setia melaksanakan tugas pengutusan dan kewajiban atau menghayati panggilan. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah diikat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan" (Prof  Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Tak bosan-bosannya saya mengangkat makna setia ini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak atau kurang setia pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Perkenankan pertama-tama saya mengingatkan mereka yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri: hendaknya suami-isteri setia sampai mati saling mengasihi, karena pengalaman anda sebagai suami-isteri akan terwariskan pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anda berdua, dan pada gilirannya anak-anak kelak ketika tumbuh berkembang menjadi dewasa dan terpanggil dalam cara hidup apapun pasti akan setia menghayati panggilannya maupun melaksanakan tugas pengutusannya.
·   "Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus" (1Kor 1:4-7). Apa yang dikatakan oleh Paulus di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Baiklah kita sadari dan hayati bahwa kita semua telah menerima aneka macam nasihat, saran, tuntunan, pengetahuan, dst..yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan kita sebagai umat beriman atau beragama. Hendaknya segala macam yang telah kita terima tersebut tidak disia-siakan, melainkan hendaknya difungsikan dan diperkembangkan sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada pada diri kita masing-masing. Marilah kita tunjukkan bahwa cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menunjukkan sebagai orang yang menantikan saat dipanggil Tuhan. Dengan kata lain hidup kita ini merupakan persiapan untuk dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Cirikhas orang yang hidup dalam persiapan pada umumnya bergairah, gembira, tekun, teliti dan rajin dalam melakukan segala sesuatu, maka baiklah apapun yang sedang kita kerjakan atau dimanapun kita berada hendaknya kita tetap bergairah, gembira, tekun, teliti dan rajin. Hendaknya jangan menyia-nyiakan waktu yang ada untuk bermalas-malas, dan juga tidak perlu bersandiwara atau bekerja dan bertindak diluar kemampuan kita, melainkan tugas dan pekerjaan biasa setiap hari hendaknya dikerjakan sebaik mungkin. Kerjakan tugas dan pekerjaan sekecil apapun dengan cinta yang besar. Yang penting bukan besarnya tugas dan pekerjaan, melainkan cinta yang besar dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan. Segala sesuatu dilakukan dengan cinta yang besar pasti akan menarik, mempesona dan menawan.
"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan"
(Mzm 145:2-5)
Ign 30 Agustus 2012

29 Agt

"Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
(Yer 1:17-19; Mrk 6:17-29)

" Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan." (Mrk 6:17-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Wafatnya St.Yohanes Pembaptis hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yohanes Pembaptis wafat karena dibunuh sebagai korban keserakahan Herodes, seorang raja, yang gila akan jabatan/kedudukan, kehormatan duniawi serta perempuan cantik. Dengan kuasa dan kedudukan-nya ia merebut isteri saudaranya untuk dijadikan permaisuri, maka dengan tegas dan berani Yohanes Pembaptis menegornya:" Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!". Yang paling tersinggung oleh tegoran Yohanes ini adalah sang permaisuri, maka ketika ada kesempatan ia membalasnya, yaitu minta kepada sang raja 'kepala Yohanes Pembaptis', yang berarti kematian Yohanes Pembaptis. Karena tidak ingin dipermalukan di muka umum, maka sang raja pun mengabulkan permintaan isterinya. Entah sang permaisuri atau sang raja yang sungguh tersinggung oleh tegoran Yohanes: sang raja sendiri sudah memenjarakannya dan sang permaisuri meminta kematiannya. Dalam rangka mengenangkan wafat St.Yohanes Pembaptis ini kami mengajak kita semua, umat beriman atau beragama, untuk tidak takut dan tidak gentar menegor atau mengingatkan orang lain yang dengan sewenang-wenang mengambil hak orang lain, apa lagi mengambil 'yang terkasih'. Marilah kita hayati rahmat kemartiran kita dengan meluruskan aneka bentuk penyelewengan atau komersialisasi jabatan, yang kiranya juga masih marak dalam kehidupan bersama kita masa kini.

·   "Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!" (Yer 1:17), demikian firman Allah kepada nabi Yeremia. Sebagai orang beriman atau beragama kita semua dipanggil juga untuk "menyampaikan kepada saudara-saudari kita segala yang diperintahkan oleh Allah", alias menyebarluaskan perintah Allah. Hemat saya semua perintah Allah dapat dipadatkan atau disimpulkan kepada perintahNya yang paling utama, yaitu 'saling mengasihi satu sama lain'. Salah satu bentuk penghayatan perintah ini adalah menghormati hak-hak azasi manusia atau harkat martabat manusia maupun segala sesuatu yang dimiliki orang atau sesama manusia. Memang pertama-tama dan terutama hendaknya kita menghormati hak milik orang lain, dan jangan merampasnya atau ketika kita meminjamnya hendaknya segera dikembalikan setelah selesai menggunakannya. Namun akan terasa aneh jika meminjamkan isteri alias 'yang terkasih', karena dengan demikian berarti melecehkan orang lain. Ketika ada orang yang melanggar hak-hak azasi manusia maupun mengambil hak milik orang lain, hendaknya kita tidak takut dan tidak gentar menegor dan mengingatkannya, meskipun untuk itu ada ancaman bagi kita untuk disingkirkan atau dibunuh. Secara khusus kami ingatkan kepada rekan-rekan lelaki untuk tidak dengan mudah merebut isteri orang, entah secara diam-diam atau terang-terangan; secara diam-diam yang saya maksudkan adalah bermain serong dengan isteri orang lain.
"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu.Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam." (Mzm 71:1-4)
Ign 29 Agustus 2012

Senin, 27 Agustus 2012

28 Agt


"Siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan"
(1Yoh 4:7-16; Mat 13:8-12)

"Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Mat 13:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Agustinus adalah orang yang sungguh cerdas, dan berkat didikan dan bimbingan ibunya, Monika, yang tekun dan sungguh-sungguh, maka Agustinus tidak menyia-nyiakan kecerdasannya. Ia mendalami filsafat dan juga wahyu ilahi sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Sebagai Uskup ia tetap terus memperdalam Kitab Suci dengan filsafatnya, maka akhirnya oleh Gereja Agustinus juga diangkat sebagai pujangga Gereja. "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya", demikian sabda Yesus, yang hemat saya sungguh menjiwai Agustinus. Sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus, maka marilah kita renungkan dan hayati. Marilah kita kembangkan dan perdalam aneka anugerah Allah kepada kita, entah itu berupa keterampilan, bakat, kecerdasan dst.. serta kemudian kita baktikan atau sumbangkan kepada orang lain melalui hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Ingatlah dan hayati bahwa keterampilan, bakat, kecerdasan dst..ketika kita sumbangkan atau berikan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin bertambah, mendalam dan handal. Maka hendaknya kita jangan menjadi orang egois, melainkan sosial, karena jati diri manusia adalah sosial, sebagaimana manusia pertama Adam dianugerahi teman hidup, Hawa, untuk hidup bersama demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Pendek kata sekecil atau sederhana apapun keterampilan, bakat dan kecerdasan kita hendaknya kita baktikan atau sumbangkan bagi kehidupan bersama.
·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1Yoh 4:7-8). Sebagai manusia, kita semua berasal dari Allah, diciptakan oleh Allah karena kasihNya serta bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh. Tapa kasih kita tidak dapat hidup dan ada sebagaimana adanya pada saat ini, hanya dalam dan oleh kasih kita dapat hidup, tumbuh-berkembang sampai kini. Masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, maka selayaknya setiap bertemu dengan orang lain kita senantiasa hidup saling mengasihi. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih", demikian peringatan Yohanes dalam suratnya, sebagaimana saya kutip di atas. Kami percaya bahwa kita semua mengakui diri sebagai orang yang beriman, yang berarti senantiasa berusaha membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dengan demikian mengenal Allah sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan masing-masing, maka marilah kita tunjukkan bahwa diri kita sungguh mengenal Allah dengan hidup saling mengasihi dengan siapapun, tanpa kenal batas SARA, Suku, Ras dan Agama. Salah satu usaha atau bentuk menghayati panggilan untuk saling mengasihi adalah berusaha bersama-sama menghayati apa yang sama di antara kita, misalnya sama-sama manusia ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Masing-masing dari kita adalah gambar atau citra Allah dan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini antara lain menggejala dalam apa yang baik, mulia, indah dan luhur dalam diri kita masing-masing. Marilah kita angkat dan wujudkan apa yang baik, mulia, indah dan luhur dalam diri kita masing-masing. Kita juga dipanggil untuk senantiasa berpikiran positif terhadap orang lain atau saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun.
"Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN?" (Mzm 14:1-4)
Ign 28 Agustus 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

27Agt

"Jangan menangis!"
(Sir 28:1-4.16-21; Luk 7:10-17)

"Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya" (Luk 7:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Monika hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Monika sebagai isteri maupun ibu sungguh harus mengalami banyak penderitaan dan tantangan, yang berasal dari suaminya, Patricius, maupun anaknya, Agustinus. Suaminya menentang dan mengejeknya ketika Monika mendidik Agustinus agar menjadi anak Kristen yang baik, demikian pula Agustinus muda juga membuat tindakan yang membuatnya menderita karena kenakalannya. Namun karena ketekunannya serta penyerahannya kepada Tuhan, akhirnya Monika berhasil mendidik Agustinus, bahkan Agustinus yang cerdas itu akhirnya juga menjadi tokoh penting dalam Gereja Katolik. Monika kiranya seperti seorang ibu yang dihibur oleh Yesus sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira hari ini, dimana karena kekuatan dari Yesus ia tidak mengeluh dan menangis meskipun harus menderita serta menghadapi tantangan berat. St. Monika menjadi pelindung para janda katolik, yang kiranya harus menghadapi tugas dan tantangan berat sebagai janda. Pada masa kini selain harus mendidik dan membesarkan anak-anaknya, para janda juga sering menerima cemoohan atau sindiran dari warga masyarakat, antara lain sering dicurigai 'menjual diri' atau 'melacurkan diri', apalagi ketika sebagai janda masih tergolong muda serta cantik. Maka dengan ini kami berharap secara khusus kepada para janda untuk tetap tabah dan ceria menghayati kejandaannya, dan kepada para ibu hendaknya meneladan St.Monika yang dengan tekun dan setia mendidik anak-anaknya. Kepada kita semua kami harapkan tidak dengan mudah mencurigai para janda melakukan hal-hal yang tak terpuji, melainkan marilah kita belajar dari ketabahannya serta mendoakan agar para janda sungguh meneladan St.Monika yang menjadi pelindungnya.

·   "Barangsiapa membalas dendam akan dibalas oleh Tuhan. Tuhan dengan saksama mengindahkan segala dosanya. Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa.Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia?Bolehkah ia berdoa karena dosa-dosanya, kalau tidak menaruh belas kasihan terhadap seorang manusia yang sama dengannya?" (Sir 28:1-4). Kutipan ini kiranya baik menjadi pegangan hidup para janda atau kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk tidak melakukan balas dendam dalam bentuk apapun ketika diperlakukan tidak baik oleh orang lain, melainkan hendaknya mengampuni dan mendoakan siapapun yang menyakiti atau melukai diri kita. Doa dan kasih pengampunan hemat saya merupakan cirikhas hidup beriman atau beragama, maka jika kita dengan mudah melakukan balas dendam berarti kita tidak setia pada iman atau ajaran agama kita. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita hayati isi doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus Kristus, yaitu "Ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena kasih pengampunan yang telah kita terima dari Tuhan melalui orangtua, saudara-saudari kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Ajakan dan panggilan untuk mengampuni hemat saya dengan mudah dapat kita lakukan jika kita menghayati diri sebagai orang yang terkasih serta telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah. Mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup saling mengasihi dan mengampuni.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (Mzm 130:1-3)
Ign 27 Agustus 2012

Jumat, 24 Agustus 2012

Mg Biasa XXI


Mg Biasa XXI : Yes 24:1-2a.15-17.18b; Ef 5:21-32; Yoh 6:60-69
"Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

Setiap agama memiliki sesuatu yang dianggap 'misteri', entah itu berupa ajaran atau informasi, sesuatu yang hanya dapat diimani dan dihayati, namun tak mungkin dikuasai atau dimengerti secara logis oleh otak kita yang serba terbatas. Ketika orang saling mengasihi dan kasih mereka semakin mendalam, misalnya antar suami dan isteri, pada umumnya semakin mengenal dan dekat serentak juga semakin banyak hal yang menjadi misteri, yang tak mungkin difahami atau dimengerti oleh akal sehat kita. Memang semakin orang memberikan dirinya semakin menimbulkan pertanyaan atau ketidak-percayaan juga, apalagi bagi orang yang kurang beriman, kurang hidup dalam dan oleh kasih sejati. Kasih yang juga mungkin sulit difahami adalah kasih ibu bagi anak-anaknya, sebagaimana dikumandangkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia" . Yesus semakin mewahyukan Jati Dirinya, antara lain melalui muzijat maupun sabdaNya, yang menimbulkan pertanyaan serta banyak pendengarNya mengundurkan diri. Sebagai orang beriman kiranya kita semua diajak meneladan Petrus, yang menghadapi ajaran baru dan sulit difahami, akhirnya berkata "Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." (Yoh 6:68-69)

"Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." (Yoh 6:68-69)
Sabda-sabda atau firman-firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kiranya tak mungkin semuanya dapat difahami oleh akal sehat kita, antara lain perihal Yesus yang adalah "Yang Kudus dari Allah" alias Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa. Hanya yang beriman kepada Yesus Kristus dapat memahaminya dalam hati dan akhirnya menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Maka ada pepatah 'dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa tahu', apa yang ada dalam hati pada umumnya sulit diketahui, namun dapat terwujud atau menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak.

Kerajaan Allah adalah 'kerajaan hati', maka sebagai orang yang beriman kepada Allah, marilah kita 'olah hati atau batin' kita agar kita mampu memahami apa yang disabdakan atau difirmankan oleh Allah. Apa yang diimani oleh Pertrus diatas erat kaitannya dengan Tubuh dan Darah Kristus, yang kita terima setiap kali berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi berupa 'roti dan anggur murni' yang telah dikonsekrir. Bukankah kita yang beriman kepada Yesus Kristus sungguh menghormati dan mengimani bahwa ketika kita menerima komuni kudus berarti menerima Allah sendiri yang menjiwai hidup kita, sehingga kita menghayati diri sebagai yang disatukan dengan Allah dan kemudian mau tak mau hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah? Maka baiklah saya mengingatkan kita semua, yang sering menerima komuni kudus, untuk hidup dan bertindak demi hidup kekal, hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan.

Mendambakan hidup kekal atau bahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia berarti cara hidup dan cara bertindak selama di dunia ini dijiwai oleh keutamaan harapan. Tanda orang hidup dan bertindak dalam harapan antara lain senantiasa tetap bergairah, dinamis dan ceria dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan kehidupan, yang lahir dari kesetiaan dan ketaatan kita pada kehendak Allah. Sebagai pelajar tetap bergairah dan dinamis dalam tugas belajar, sebagai pekerja tetap bergairah dan dinamis dalam bekerja dst.., dengan demikian sebagai pelajar maupun pekerja senantiasa menarik, memikat dan mempesona bagi orang lain dan banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Orang yang hidup dalam harapan tak akan pernah mengundurkan diri atau mangkir dari aneka macam masalah, tantangan dan hambatan kehidupan, melainkan tetap melangkah maju terus bersama Allah yang memanggil dan mengutus, karena percaya bahwa "Allah mengutus kita, membekali kita dan akan menyelesaikan tugas pengutusan yang dibebankan kepada kita"

"Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus….. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat" (Ef 5:21.32)
Paulus menggambarkan kasih Yesus Kristus kepada jemaat bagaikan relasi kasih antar suami-isteri yang sungguh saling mengasihi, sehidup semati, tanpa syarat sedikitpun. "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Ef 5:27). Para suami-isteri yang sungguh saling mengasihi secara total satu sama lain kiranya dapat memahami apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Efesus ini, maka kami berharap para suami-isteri dapat menjadi teladan atau inspirasi dalam meruskan atau mewartakan kasih Tuhan bagi orang lain. 

Kasih Tuhan kepada kita, umat manusia, memang sungguh luar biasa, sulit dijelaskan atau digambarkan dengan tepat, maka Paulus mengatakannya sebagai 'rahasia besar' atau yang benar adalah 'misteri'. Apa yang disebut misteri memang tak terfahami oleh otak kita yang serba terbatas, namun dapat dinikmati bagi orang yang mengimani. Maka cintakasih sejati memang juga tanpa batas alias bebas sama sekali, artinya jika kita saling mengasihi berarti kita saling membebaskan atau jika kita mengasihi orang lain berarti membantu orang lain untuk hidup bebas merdeka, tak memiliki kelekatan tak teratur terhadap ciptaan-ciptaan Tuhan didunia ini.

Sebagai orang beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain, maka dengan ini kami berharap segenap umat beriman atau beragama sungguh mengusahakan hidup bersama yang penuh dengan persaudaraan atau persahabatan sejati. Hari ini kiranya merupakan hari terakhir bagi kebanyakan dari kita menikmati liburan Idul Fitri untuk menikmati hidup persaudaraan atau persahabatan sejati dengan keluarga, sanak-kerabat, handai-taulan dan kenalan-kenalan. Maka kami berharap semoga apa yang telah dinikmati tersebut tidak hilang, tanpa bekas, melainkan terus  diperdalam dan diperkembangkan di tempat kerja atau belajar, yang pada umumnya mulai besok pagi dimulai untuk bekerja atau belajar

"Dari ujung bumi kami dengar nyanyian pujian: "Hormat bagi Yang Mahaadil!" Tetapi aku berkata: "Kurus merana aku, kurus merana aku. Celakalah aku! Sebab para penggarong menggarong, ya, terus-menerus mereka melakukan penggarongannya!"Hai penduduk bumi, kamu akan dikejutkan, akan masuk pelubang dan jerat!" (Yes 24:16-17). Apa yang diserukan atau diingatkan oleh nabi Yesaya ini kiranya baik kita renungkan dan hayati. Kita diharapkan mendengarkan dengan rendah hati nyanyian pujian "Hormat bagi Yang Mahadil", serta kemudian kita dipanggil untuk senantiasa bertindak adil terhadap siapapun dan dimana pun. Keadilan yang paling mendasar hemat saya adalah hormat terhadap hak azasi manusia atau harkat martabat manusia. Maka hendaknya kita jangan saling melecehkan atau merendahkan, melainkan senantiasa saling menjunjung tinggi dan menghormati dalam situasi maupun kondisi apapun.

"Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya"
(Mzm 34:16-19)
Ign 26 Agustus 2012
 

25 Agt

"Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah menjadi pelayanmu"
(Yeh 43:1-7a; Mat 23:1-12)

" Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sabda hari ini mengingatkan kita semua, umat beriman atau beragama, agar dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari senantiasa rendah hati atau tidak menyombongkan diri. "Barangsiap terbesar di antara kamu, hendaknya ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan", demikian sabdaNya yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Salah satu cara untuk melatih diri hidup dan bertindak dengan rendah hati adalah tidak mudah mengeluh atau menggerutu ketika dalam hidup sehari-hari menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau berkenan di hati, entah itu berupa makanan atau minuman, situasi atau kondisi, tugas atau pekerjaan dst.. Dengan kata lain hendaknya jangan hanya mengikuti selera pribadi atau aturan sendiri, melainkan berlatihlah untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan tata tertib atau aturan sekecil apapun dalam hidup dan kerja kita bersama. Hendaknya membiasakan diri untuk siap sedia diatur atau diperintah tanpa mengeluh atau menggerutu. Yang mungkin dapat kita latih bersama serta saling mengingatkan satu sama lain, hemat saya yang terkait dengan makanan dan minuman. Dalam hal makan dan minum hendaknya berpedoman pada apa yang sehat dan tidak sehat, bukan enak dan tidak enak, dan kemudian senantiasa mengkonsumsi apa sehat, meskipun tidak enak. Jika dalam hal makan dan minum kita tidak menghadapi masalah, maka kami percaya kita akan dengan mudah hidup dan bertindak dengan rendah hati.

·   "Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke pelataran dalam, sungguh, Bait Suci itu penuh kemuliaan TUHAN. Lalu aku mendengar Dia berfirman kepadaku dari dalam Bait Suci itu -- orang yang mengukur Bait Suci itu berdiri di sampingku -- dan Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku dan inilah tempat tapak kaki-Ku" (Yeh 43:5-7a). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua pentingnya bagi kita untuk tidak melupakan hidup doa atau beribadat di  tempat-tempat suci atau tempat ibadat. Atau sebagai orang beriman atau beragama hendaknya hati, jiwa dan pikiran kita senantiasa terarah kepada Yang Ilahi, perkara-perkara rohani atau spiritual, meskipun yang kita kerjakan atau lakukan bersifat duniawi. Dengan kata lain kita diajak untuk mengusahakan hidup suci, baik dan berbudi pekerti luhur dengan berpartisipasi pada seluk-beluk duniawi alias hidup mendunia atau membumi. Ingatlah dan sadari bahwa bumi dengan seluruh isinya adalah 'takhta Allah', Allah hidup dan berkarya baik dalam diri manusia, binatang maupun tanaman, yang berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan apa yang ada di muka bumi ini. Hendaknya kita memiliki keterbukaan hati, jiwa, akal budi dan tenaga terhadap aneka bentuk pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaan Allah di bumi ini. Maka salah satu bentuk atau usaha yang hendaknya kita usahakan bersama-sama pada masa kini adalah menjaga lingkungan hidup tetap enak untuk didiami; hendaknya jangan merusak atau menghancurkan lingkungan hidup seenaknya, karena dengan demikian anda berarti bunuh diri pelan-pelan serta mencelakakan anak-cucu di masa depan. Marilah kita sadari dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita adalah 'bait suci Allah', karena Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:10-14)
Ign 25 Agustus 2012

Kamis, 23 Agustus 2012

24 Agt

"Mari dan lihatlah!"
(Why 21:9b-14: Yoh 1:45-51)

"Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:45-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Bartolomeus. rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kutipan Warta Gembira di atas cukup banyak digunakan kata 'melihat', dan memang penginjil Yohanes memaksudkan arti mendalam dari kata dan tindakan 'melihat'. Apa yang kita lihat pada umumnya akan mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, apalagi melihat segala sesuatu dengan cara Tuhan atau bersama dan bersatu dengan Tuhan. Apa yang disabdakan oleh Yesus "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia" akan menjadi kenyataan. Yang dimaksudkan dengan Anak Manusia di sini adalah Yesus sendiri, namun demikian semua umat yang sungguh beriman pada hemat kami juga layak disebut 'alter Christi'. Maka sabda Yesus tersebut hemat saya merupakan ajakan bagi kita semua untuk melihat malaikat-malaikat Allah yang turun naik kepada segenap umat beriman. Itulah tugas kerasulan atau perutusan kita semua, umat beriman, untuk saling melihat karya Allah dalam diri kita yang lemah daa rapuh ini. "Rasul" berarti yang diutus, dan setiap umat beriman memiliki dimensi rasuli, artinya memiliki tugas pengutusan untuk melihat dan menyebarluaskan karya Allah dalam tiap umat beriman. Kita juga dapat meneladan Filipus atau Natanael/Barolomeus: meneladan Filipus berarti mengajak orang lain untuk bertemu dengan Tuhanb, sedangkan meneladan Natanael atau Bartolomeus berarti senantiasa siap sedia untuk diajak orang lain menghadap Tuhan, semakin beriman, semakin tumbuh berkembang sebagai pribadi yang  cerdas beriman.

·   "Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (Why 21:9). Yang dimaksudkan dengan mempelai Anak Domba orang yang sungguh dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya, orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari, orang yang tidak pernah menyakiti sesamanya sedikitpun atau tidak pernah menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk melakukan dosa atau perilaku jahat. Kutipan di atas ini kiranya juga dapat kita hayati, antara lain dengan mengajak saudara-saudari kita ke tempat-tempat suci, entah itu tempat ibadat atau tempa ziarah, guna mengajak mereka berdoa atau berdevosi, misalnya di tempat-tempat ziarah gua Maria untuk berdevosi kepada Bunda Maria, teladan umat beriman. Marilah kita perdalam dan tingkatpan devosi kita kepada Bunda Maria, entah dengan berdoa atau meneladan ketaatan dan kesetiaan Bunda Maria kepada kehendak Tuhan. Taat dan setia pada kehendak Tuhan pada masa ini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang kurang setia dan taat kepada kehendak Tuhan dan hidup serta bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Secara khusus kami berharap kepada rekan-rekan perempuan untuk dapat menjadi  "perempuan pengantin, mempelai Anak Domba", alias menjaga kesucian hidupnya serta memperdalam dan memperkembang-kannya dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu.Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya" (Mzm 145:10-13)
Ign 24 Agustus 2012

Rabu, 22 Agustus 2012

23 Agt

"Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih."
(Yeh 36:23-28; Mat 22:1-14)

"Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:1-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seleksi senantiasa diadakan dalam aneka pendaftaran anggota-anggota baru dalam kehidupan, panggilan atau kerja atau belajar. Usaha seleksi tersebut diadakan dalam rangka memilih pribadi-pribadi yang dianggap layak dan mampu, misalnya untuk menjadi imam, bruder atau suster. Apa yang terjadi di dalam perjalanan karya Seminari Menengah Mertoyudan, misalnya, kiranya apa yang disabdakan oleh Yesus di atas sungguh menjadi kenyataan: rata-rata mereka yang sampai ditabiskan menjadi imam, terhitung sejak masuk Seminari Menengah Mertoyudan pada umumnya tidak lebih dari 20%. Hal yang senada kiranya juga dapat terjadi dalam pemilihan jodoh, khususnya bagi rekan-rekan perempuan yang cantik: banyak pemuda berusaha mendekatinya, namun akhirnya hanya satu yang terpilih. Yang lebih jelas lagi adalah dalam hal pembuahan, dimana ada jutaan sperma ingin bersatu dengan sel telor dan hanya satu yang berhasil. Sabda hari ini kiranya mengajak kita semua untuk lebih menekankan kwalitas daripada kwantitas, mutu daripada jumlah. Pertama-tama dan terutama kami berharap di karya pendidikan atau sekolah masalah kwantitas lebih diutamakan daripada  kwantitas, khususnya dalam hal kurikulum. Ingat bahwa jika kurikulum 'terlalu gemuk' maka akan sulit berjalan atau bergerak, sedangkan ketika langsing akan lebih mudah berjalan dan bergerak.

·   "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya" (Yeh 36:26-27). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita semua perihal 'hidup baru' yang telah kita tempuh dan geluti, misalnya pelajar/mahasiswa baru, suami-isteri baru, pekerja baru, imam, bruder atau suster baru. Diharapkan dalam menempuh hidup baru juga dengan cara baru, sesuai dengan ketetapan atau peraturan yang dianugerahkan Tuhan, antara lain berupa janji-janji yang diikrarkan ketika mengawali hidup baru. Semoga janji-janji tersebut merasuk ke dalam hati dan batin, sehingga mempengaruhi atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak sebagai orang yang terpilih untuk menempuh hidup baru. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang ada dalam hati dan batin kita mempengaruhi pikiran kita dan apa yang kita pikirkan pada umumnya menjadi nyata dalam apa yang akan kita kerjakan. Kita semua juga diharapkan tidak memiliki hati yang keras, membatu, yang berarti tak mungkin dimasuki apapun; milikilah hati yang empuk sehingga mudah ditusuk, sebagaimana sering menjadi symbol 'hati yang tertusuk panah' berarti saling mengasihi. Biarlah hati kita ditusuk atau disakiti sebagaimana Hati Yesus ditusuk oleh tombak dan mengalirkan darah dan air segar, lambang anugerah-anugerah atau sakramen-sakramen yang menyelamatkan. Semoga dari hati kita senantiasa keluar apa yang menghidupkan dan menggairahkan.

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15)
Ign 23 Agustus 2012

Selasa, 21 Agustus 2012

22 Agt


"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan"
(Yes 9:1-3.5-6; Luk 1:26-38)

"Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Luk 1:26-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria, Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Seorang ratu atau permaisuri raja pada umumnya menjadi idola dan pujaan banyak orang, sebagaimana Ratu Elisabeth di Inggris dll. . Hari ini kita kenangkan SP Maria sebagai Ratu, dan kiranya yang dimaksudkan adalah Ratu bagi umat beriman, maka SP Maria juga menjadi idola atau pujaan dan teladan bagi umat beriman. Sebagai umat beriman kita dapat meneladan ketaatannya kepada panggilan dan kehendak Tuhan, yang diungkapkan dalam kata-kata "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Hamba yang baik memang senantiasa taat dan setia pada tuannya, maka jika kita  dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan, sebagai orang beriman, kita diharapkan senantiasa setia dan taat pada kehendak Tuhan, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak yang senantiasa berusaha untuk membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, sebagaimana seorang hamba senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan tuannya. Berusaha membahagiakan dan menyelamatkan orang lain kiranya tak akan terlepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian marilah kita hadapi dan sikapi semua tantangan, masalah dan hambatan dalam Tuhan alias dalam tuntunan Roh Kudus, karena dengan demikian kita pasti akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. SP Maria menjadi pelindung dan teladan bagi orang yang terpanggil, maka marilah kita berbakti atau berdevosi kepada SP Maria, misalnya dengan berdoa Rosario atau berziarah ke tempat-tempat peziarahan SP Maria untuk berdoa mohon perlindungan dan doa-doanya dalam menghayati panggilan.
·   "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan." (Yes 9:1-2). Di hadapan Tuhan atau bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat bersorak-sorak dan bersukacita alias tak akan pernah merasa sedih atau frustrasi dalam situasi dan kondisi apapun. Dalam dan bersama dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka bentuk kegelapan, entah itu berupa kekacauan, kesemrawutan, kebingungan atau ketidak-jelasan. Dengan kata lain hendaknya dalam menghadapi semuanya itu diawali dengan doa lebih dahulu, paling tidak sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus membuat tanda salib. Percayalah, sebagaimana Bunda Maria sejak menanggapi panggilan Tuhan senantiasa harus menderita dan dari penderitaannya ia senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, jika kita juga mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan maka kita akan mampu mengatur kekacauan, menata kesemrawutan, memperjelas kebingungan dst.. Hadapi dan sikapi segala sesuatu dalam kegembiraan dan keceriaan, karena dengan demikian anda akan mampu menemukan jalan atau cara yang baik dan tepat dalam menghadapi segala sesuatu. Jangan pernah mengeluh atau menggerutu ketika karena taat dan setia pada kehendak Tuhan harus menderita atau bekerja keras.
"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil." (Mzm 112:1-4)
Ign 22 Agustus 2012

Minggu, 19 Agustus 2012

20 Agt

"Kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka"
(Sir 15:1-6; Yoh 17:20-26)

"Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Abas adalah seseorang yang memiliki panggilan dan tugas pekerjaan untuk memimpin sebuah komunitas hidup bakti kontemplatif, seperti Biara Trapis Rowoseneng- Jawa Tengah. Salah satu tugas utama dan pertama-tama bagi seorang pemimpin adalah sebagai pemersatu anggota-anggotanya, dan tugas itu antara lain dilakasanakan dengan sering wawancara bersama anggota-anggotanya atau mendoakan anggota-anggotanya. Maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang bertugas atau berfungi sebagai pemimpin untuk senantiasa mengusahakan persatuan dan persahabatan sejati antar anggota-anggotanya maupun mendoakannya agar mereka/anggota-anggotanya juga berusaha sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing mengusakan persatuan atau persahabatan sejati. Salah satu sarana pemersatu antar anggota antara lain adalah visi atau spiriritualitas hidup  dan panggilan bersama, sebagaimana telah dihayati dan dicanangkan oleh pendiri hidup bersama atau lembaga hidup bakti yang bersangkutan. Baiklah jika semua anggota sungguh berusaha memahami visi atau spiritualitasnya serta kemudian dengan kerja keras dan bantuan rahmat Tuhan berusaha menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Tentu saja para pemimpin diharapkan dapat menjadi teladan dan unggul dalam penghayatan visi atau spiritualitas. Kepada segenap umat beriman kami harapkan hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, sebagai suami-isteri hendaknya setia pada janji perkawinan, sebagai orang yang telah dibaptis hendaknya setia menghayati janji baptis dst.. Persatuan atau persaudaraan sejati antar kita semua pada masa kini hemat saya sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.

·   "Begitulah perbuatan orang yang takut akan Tuhan, dan siapa yang melekat pada Taurat memperoleh kebijaksanaan. Seperti ibu kebijaksanaan menjemput dia, dan bagaikan isteri yang masih perawan menyambutnya. Kebijaksanaan memberi dia makanan pengertian, dan memberi minum air kebijaksanaan.Bersandar kepadanya orang tidaklah goncang, yang percaya padanya tidak dikecewakan." (Sir 15:1-4). Kutipan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berusaha untuk bijak, dan mungkin tak mungkin sampai bijaksana. Bijaksana ada dalam Diri Tuhan sendiri, dan pada diri kita manusia paling tinggi hanya dapat bijak. Memang untuk itu kita harus mendalami kebijaksanaan, yang antara lain dapat kita temukan dalam sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka marilah kita rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, maaf kalau saya terkesan sombong, sebagaimana saya usahakan dan sebarluaskan setiap hari. Dengan kata lain jika kita mendambakan jadi orang bijak, marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan sabda Tuhan, sebagaimana para gembala kita, para uskup, juga mengambil motto dari sabda Tuhan dalam rangka menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusannya. Bukan banyaknya teks kitab suci yang kita baca dan kuasai, melainkan kedalaman penghayatan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan mungkin hanya satu atau dua kalimat singkat dari Kitab Suci. Kebijakan sejati memang terletak pada satunya omongan dan tindakan, wacana dan perilaku. Marilah kita berusaha melaksanakan apa yang kita katakana atau nasihatkan kepada orang lain.

'Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.Segala bangsa mengelilingi aku -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku, ya mengelilingi aku -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala-nyala seperti api duri, -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur."
 (Mzm 118:9-12)
Ign 20 Agustus 2012